Elektroseksi, Elektrokauter
Kotak ringkasan:
Elektrosurgery adalah kerusakan thermal pada jaringan sebagai akibat dari
resistensi jaringan terhadap aliran frekuensi tinggi yang dapat mengubah
arus listrik. Ia termasuk dari elektrokoagulasi, elektrofulgurasi,
elektrodesikasi dan elektroseksi. Elektrocauter tidak merupakan salah satu
dari electrosurgery karena tidak mengalirkan arus listrik pada pasien.
Efek arus listrik pada jaringan – baik dehidrasi jaringan superfisial,
koagulasi profundal maupun murni pemotongan – bergantung pada densitas
arus, voltase dan gelombang elektromagnetik.
Electrosurgery dapat diindikasikan pada beberapa jenis neoplasma benigna
atau maligna invasif yang superfisial.
Elektrodesikasi dan kuretase secara umum memberikan angka
penyembuhan yang tinggi pada Basal Cell Carcinoma (BCC) noduler
maupun superfisial, meskipun angka tersebut sangat bergantung pada
ukuran lesi, subtype histologi dan lokasi anatomis.
Studi-studi RCT menyarankan bahwa unit elektroseksi dapat memberikan
kecepatan tinggi, hemostasis, hasil kosmetik, dan nyeri postoperative yang
lebih rendah dibandingkan dengan bedah scalpel konvensional, dengan
angka penyembuhan luka postoperatif serta angka infeksi yang dapat
dibandingkan sebagai pertimbangan.
Efek samping yang berhubungan dengan electrosurgery antara lain adalah
luka bakar listrik, kejutan listrik, transmisi infeksi, jejas pada mata, dan
malfungsi pacemaker cardiac atau defibrillator cardioveter terimplantasi
(ICD). Risiko malfungsi pacemaker ataupun ICD sangat rendah.
PENDAHULUAN
Electrosurgery adalah penggunaan listrik untuk menyebabkan destruksi
jaringan, sering kali dalam bentuk dehidrasi jaringan, koagulasi maupun vaporisasi.
Prosedur electrosurgery dapat dibagikan menjadi empat jenis berdasarkan
mekanisme kerusakan jaringannya.
Elektrolisis – arus direk yang menginduksi kerusakan jaringan melalui reaksi kimia
pada ujung elektroda
Koblasi – arus alternasi frekuensi tinggi mengionisasi media konduktif
listrik, biasanya larutan saline isotonic, yang mengantarkan panas untuk
menginduksi kerusakan epidermal dan dermal dengan kerusakan jaringan kolateral
yang minimal. Koblasi biasa digunakan untuk rejuvenasi fasial.
Electrosurgery fruekensi tinggi – resistensi jaringan terhadap aliran arus
alternasi frekuensi tinggi mengubah energi listrik menjadi panas, alhasil kerusakan
thermal. Pembentukan panas terjadi dalam jaringan sementara elektroda terapi tetap
“dingin”. Metode ini termasuk elektrodesikasi, elektrofulgurasi, elektrokoagulasi
dan elektroseksi.
Elektrocauter – arus direk maupun alternating memanaskan sebuah unsur,
yang mengakibatkan jejas thermal oleh karena transfer panas langsung. Tidak
seperti electrosurgery, unsur yang digunakan dalam elektrocauter panas.
Bab ini menjelaskan elektrosurgery frekuensi tinggi dan elektrocauter. Pembaca
yang tertarik dengan elektrolisis terdapat di bagian lain. Sangat penting untuk
diketahui bahwa ahli bedah dermatologi yang menggunakan teknik-teknik tersebut
terbiasa dengan konsep fundamental fisika listrik – seperti arus, resistensi, voltase,
daya, dan output gelombang elektrosrugical – beserta efeknya terhadap kulit
manusia. Wawasan luas dalam bidang tersebut dapat mengoptimalisasi planning
preoperative, pilihan terapi, hasil post-operatif, dan meminimalisir risiko jejas
listrik baik kepada pasien maupun dokter.
PRINSIP LISTRIK
Arus, resistensi, voltase, daya, dan output gelombang electrosurgical
memiliki relevansi klinis karena dapat menentukan kualitas dan luas kerusakan
jaringan. Arus listrik adalah jumlah aliran electron yang melewati sebuah
konduktor per detik, dan diukur dalam ampere (1 ampere = 6,242 x 1018 elektron
per detik). Sebuah konsep yang penting terkait listrik dalam kedokteran adalah
jumlah arus (terdefinisi dengan jumlah electron yang melewati sebuah titik per
detik) sama untuk semua bagian pada konduktor. Kuantitas ini terdefinisi pada
densitas arus, yaitu jumlah arus per luas bagian (secara matematika, j = i/A dimana
j adalah densitas arus, I adalah arus, dan A adalah luas bagian konduktor). Maka,
semakin tipis ujung alat electrosurgery, (menurunkan luas bagian konduktor, A)
semakin besar densitas arus j, pada titik kontak elektroda. Densitas arus yang tinggi
dapat mengakibatkan jejas jaringan yang lebih besar dan merupakan dasar pada
diathermy bedah (Gambar 12.1). Sama halnya meningkatkan luas bagian elektroda
dengan jumlah yang sufisien dapat menurunkan densitas arus sehingga dapat
menimbulkan efek penghangatan jaringan tanpa kerusakan. Efek penghangatan ini
merupakan dasar diathermy medis (Gambar 12.2).
Tubuh berfungsi sebagai konduktor arus listrik akibat komposisi elektrolit
dalam sel. Pada jaringan hidup, aliran arus terdiri dari transfer ion yang terisi dalam
sel. Secara umum terdapat dua jenis arus yaitu arus direk dan arus alternative. Arus
direk adalah aliran electron satu arah yang biasanya dihasilkan oleh baterai. Apabila
diaplikasikan pada jaringan hidup, arus direk depolarisasikan membrane sel dan
mengakibatkan eksitasi neuromuscular. Apabila dipertahankan arus tersebut dalam
suatu periode yang cukup untuk menghindari repolarisasi sel, sel tersebut akan
mengalami suatu waktu refraktori dimana aktivitas sel berhenti. Apabila reorientasi
sel diinduksi oleh arus direk secara persisten lebih dari waktu refraktori maka dapat
menimbulkan kematian sel. Penggunaan terapi arus direk termasuk elektrolisis,
iontophoresis dan terkadang elektrocauter. Untuk mempertahankan viabilitas sel,
arus direk dapat digunakan dalam pulse intermitten agar membrane sel dapat
repolarisasi.
Tidak seperti arus direk, arus alternative secara berterusan berubah arah.
Arus alternative diproduksi dalam generator dan terdapat pada outlet listrik (stop
kontak). Di amerika, outlet listrik membawa rerata arus alternative dengan
frekuensi 60 Hz (1 Hz = 1 siklus per detik). Ketika jenis arus ini dialirkan pada
jaringan, ion seluler secara alternative terdorong dan tertarik secara berterusan
sehingga menimbulkan depolarisasi cepat, diikuti dengan repolarisasi saat berubah
arah. Karena membrane sel terjadi depolarisasi dan repolarisasi secara cepat, maka
dapat menimbulkan kontraksi neuromuscular tetanik dengan frekuensi kurang dari
1 kHz dan dapat diabaikan pada frekuensi 100 kHz atau lebih. Pada frekuensi tinggi
ini reversal arus sangat cepat sehingga posisi ion seluler yang berganti mendekati
nihil dan depolarisasi gagal terjadi. Sebagai gantinya, energi listrik terkonversi
menjadi panas akibat ion bertabrakan. Arus alternatif frekuensi tinggi dapat
digunakan untuk mengeksploitasi efek pemanas dari listrik dan secara bersamaan
menghindari efek neuromuscular. Unit electrosurgical untuk electrosurgery dan
elektrocauter menggunakan frekuensi 500 – 200 kHz.
Gambar 12.1
menurunkan luas
permukaan akan
meningkatkan
densitas arus
Gambar 12.2
meningkatkan luas
permukaan akan
menurunkan
densitas arus
Output dari gelombang menentukan efek yang presisi dari arus terhadap
jaringan. Frekuensi tinggi, arus bolak-balik menghasilkan medan gelombang
elektromagnetik yang sama dengan frekuensi medium, gelombang radio sinusoidal.
Istilah gelombang dibagi menurut bentuknya bentuknya. Terutama diredam atau
tidak diredam, kontinyu atau diskontinyu. (gambar 12.4) gelombang tidak diredam
merupakan gelombang murni dari energi elektromagnetik yang dapat memisahkan
jaringan murni dengan hemostasis minimal. Gelombang yang diredam, osilasi
menurunkan amplitude yang menyebabkan kerusakan pada jaringan. Peredaman
yang lebih besar dapat meningkatkan kerusakan jaringan dan hemostasis,
sedangkan peredaman yang lebih kecil memiliki hemostasis yang kecil tetapi
penyembuhan lebih baik.
Gambar 12.4 Gelombang spesifik dan pengaruhnya pada jaringan
PERSIAPAN PREOPERATIF
Perawatan preoperative dilakukan untuk meminimalkan resiko dan efek
samping dari bedah listrik. Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus dapat
menemukan factor resiko kehilangan banyak darah seperti bleeding diathesis, atau
penyembuhan yang buruk seperti vaskulopati, malnutrisi, diabetes melitus, atau
kondisi kesehatan yang buruk. Pasien dengan pacu jantung atau cardiodefibrilator
tanam harus diperhatikan, karena alat tersebut dapat mengganggu radiasi
elektromagnetik. Pasien harus melepas semua perhiasan, dan menghindari kontak
dengan benda logam untuk mememinimalkan resiko tersengat listrik. Gunakan
cairan non alcohol seperti povidone iodine, harus digunakan karena alcohol dapat
terbakar oleh karena percikan dan panas. Di regio perianal, harus diberi pelembab
untuk mencegah terbakarnya methane.
Tabel 12.1 Prosedur bedah listrik
TEHNIK DAN PENERAPAN KLINIS
Sebelum memilih prosedur bedah listrik, harus memperhatikan monopolar,
bipolar, monoterminal, dan biterminal.
Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi menggunakan tegangan rendah, peredaman moderat atau
penyearah gelombang sebagian, arus tinggi dengan biterminal sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih dalam dan karbonisasi dengan
hemostasis yang minimal. Tegangan rendah cukup untuk menghasilkan arus karena
elektroda indifferent mencegah akumulasi arus pada pasien, sehingga digunakan
tengangan rendah. Arus tinggi menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih dalam
dan hemostasis. Pada elektrokoagulasi, satu meletakkan dan menggerakkan
elektroda pelan-pelan pada lesi hingga muncul koagulasi. Kuret diperlukan untuk
membersihkan koagulum. Satu harus menghindari kerusakan jaringan. Jaringan
yang terkoagulasi mempunyai hambatan yang lebih besar dari arus listrik pada kulit
normal, dan membatasi jumlah kerusakan pada kulit. Kerusakan jaringan yang
dalam dihasilkan dari elektrokoagulasi menyebabkan scar.
Elektroseksi
Elektroseksi menggunakan gelombang tidak diredam atau diredam ringan,
tegangan rendah, arus tinggi dengan biterminal untuk meguapkan jaringan dengan
kerusakan minimal akibat panas. Arus yang tidak teredam memotong tanpa
koagulasi, sedangkan arus yang diredam ringan menimbulkan koagulasi.
Gambar 12.5 Elektrodesikasi menyebabkan dehidrasi pada jaringan permukaan
Gambar 12.6 Elektrofulgurasi menyebabkan karbonisasi pada jaringan permukaan