Anda di halaman 1dari 31

INSTALASI LISTRIK

ATURAN PENGGUNAAN PENGAMAN PADA INSTALASI TENAGA DAN


KONSTRUKSI PENGAMAN PADA INSTALASI TENAGA

DISUSUN OLEH :

NAMA : KERIN BERLIANA


KELAS : 1 LE

DOSEN PEMBIMBING :
SUDIRMAN YAHYA, S.T.,M.T.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
KELAS KERJASAMA PT.PLN (PERSERO)
2019/2020
I. ATURAN PENGGUNAAN PENGAMAN PADA INSTALASI TENAGA

A. Pengertian Proteksi Sistem Tenaga Listrik


Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dilakukan kepada peralatan-
peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem tenaga misanya generator, transformator
jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri.
Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain :
 hubung singkat
 tegangan lebih
 beban lebih
 frekuensi sistem rendah
 asinkron dan lainlain.
Tujuan proteksi :
1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan peralatan akibat
gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat proteksi
yang digunakan maka akan semakin sedikitlah pengaruh gangguan kepada kemungkinan
kerusakan alat
2. Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil mungkin.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.
4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
Peralatan utama yang dipergunakan untuk mendeteksi dan memerintahkan peralatan proteksi
bekerja adalah relay. Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang sehubungan
mempunyai dua fungsi pokok :
 Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi
seperti biasa.
 Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-gaya
mekanik dst.
Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan memutuskan gangguan
disebut sebagai sistem proteksi. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mempertahankan
arus kerja maksimum yang aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batas aman yang
ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka
keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan arus yang
berlebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada konduktor akan berlebihan pula. Perlu diingat
bahwa pengaruh pemanasan adalah sebanding dengan kuadrat dari arus :

H = 12 Rt Joules
Dimana :
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus konduktor (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)

Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut naik mencapai harga
yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau Circuit Breaker. Proteksi juga
harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini
pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking
capacity” atau Repturing Capacity. Disamping itu proteksi yang diperlukan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus
tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan
peralatan bekerja
3. Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama sehingga
dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
4. Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus
gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada rangkaian yang
terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi. Proteksi
overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan sebelum
terjadi overheating. Jadi disini overload action relative lebih lama dan mempunyai fungsi
inverse terhadap kwadrat dari arus. Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika
action dari sekering atau circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum
arus dapat mencapai harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau
ketegangan mekanik.

B. Persyaratan Kualitas Proteksi


Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan sistem
proteksi yang efektif yaitu :
a) Selektivitas dan Diskrimanasi
Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan system dalam mengisolir bagian
yang mengalami gangguan saja
b) Stabilitas
Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang melindungi
(gangguan luar).
c) Kecepatan Operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin besar kerusakan
peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka bagian-bagian yang terganggu
sebelum generator-generator yang dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi dengan system
selebihnya. Waktu pembebasan gangguan yang tipikal dalam sistemsistem tegangan tinggi
adalah 140 ms. Dimana mendatnag waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga
memerlukan relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high speed relaying)
d) Sensitivitas (kepekaan)
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan dengan besarnya
arus dalam jaringan aktual (arus primer) atausebagai prosentase dari arus sekunder (trafo arus).
e) Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena jumlah
feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan keamanan yang pokok
dipenuhi. Dalam sistem-sistemtrtansmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal,
namun demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan
peralatan sistem adalah vital. Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu
proteksi primer atau proteksi utama dan proteksi pendukung (back up)
f) Realiabilitas (keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak bekerjanya proteksi
sebagaimana mestinya (mal operation).
g) Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan yang bekerja
untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). Sistem
pendukung ini sedapat mungkin indenpenden seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo
dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo-trafo tegangan yang dimiliki
bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona system
daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang berdekatan
misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breakercircuit breaker tidak dilindungi. Dalam
keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan remote back up) akan memberikan
perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama.
Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem tansmisi, cukup jika
hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back upa bereaksi lambat dan biasanya
memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengeluarkan bagian yang terganggu.

C. Sistem Pengaman Pada SUTM 20 kV 3 fasa.


1. Pemutus Tenaga
Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang mampu memutus/menutup rangkaian
pada semua kondisi, yaitu pada kondisi normal ataupun gangguan. Secara singkat tugas pokok
pemutus tenaga adalah :
 Keadaan normal, membuka / menutup rangkaian listrik.
 Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT dapat membuka sehingga gangguan
dapat dihilangkan.

2. Relay Arus Lebih (OCR)


Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang
mengalir melebihi nilai settingannya.
1. Prinsip Kerja
Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui
suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh melewatinya disebut
dengan setting.
Macam-macam karakteristik relay arus lebih :
 Relay waktu seketika (Instantaneous relay)
 Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)
 Relay arus lebih waktu terbalik
 Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)
Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda)
ketika arus yang mengalir melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa
mili detik (10 – 20 ms). Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan
relay arus lebih dengan karakteristik yang lain.
Relay arus lebih waktu tertentu (definite timerelay)
Relay ini akan memberikan perintah pada PMT padasaat terjadi gangguan hubung singkat dan
besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up
sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang
mengerjakan relay,
Relay arus lebih waktu terbalik.
Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara terbalik
(inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini bermacam-
macam. Setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya
dibedakan dalam tiga kelompok :
– Standar invers
– Very inverse
– Extreemely inverse
Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain:
 Pengamanan hubung singkat fasa. Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut
pula Relay fasa”. Karena pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is)
harus lebih besar dari arus beban maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = arus nominal
peralatan terlemah).
 Pengamanan hubung tanah. Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil
dari arus beban, ini disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal berikut:
 Gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi.
 Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi, ataubahkan
tidak ditanahkan.
Dalam hal demikian, relay pegaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat mendeteksi
gangguan tanah tersebut. Supaya relay sensitive terhadap gangguan tersebut dan tidak salah kerja
oleh arus beban, maka relay dipasang tidak pada kawat fasa melainkan kawat netral pada
sekunder trafo arusnya. Dengan demikian relay ini dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan
komponen simetrisnya arus netral adalah jumlah dari arus ketiga fasanya. Arus urutan nol
dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika terdapat jalan kembali melalui tanah (melalui
kawat netral)
3. Pemutus Balik Otomatis (Recloser)
Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser = Recloser) ini secara fisik mempunyai
kemampuan seperti pemutus beban, yang dapat bekerja secara otomatis untuk mengamankan
system dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat.
4. Saklar seksi Otomatis (sectionaliser)
Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus lebih, hanya dipasang bersama-sama dengan
PBO yang berfungsi sebagai pengaman back-upnya. Alat ini menghitung jumlah operasi
pemutusan yang dilakukan oleh perlindungan back-upnya secara otomatis disisi hulu dan SSO
ini membuka pada saat peralatan pengaman disisi hulunya sedang dalam posisi terbuka.
5. Pelebur (fuse cut out)
Adalah suatu alat pemutus, dimana dengan meleburnya bagian dari komponen yang telah
dirancang khusus dan disesuaiakan ukurannya untuk membuka rangkaian dimana pelebur
tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai dalam waktu
tertentu. Oleh karena pelebur ditujukan untuk menghilangkan gangguan permanen, maka pelebur
dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai arus gangguan tertentu.

II. KONSTRUKSI PENGAMAN PADA INSTALASI TENAGA


 Pengaman pada motor listrik
Generator Transformator Transmisi Gardu Induk

Dalam system tenaga listrik seperti gambar di atas, apabila terjadi gangguan pada titik K,
maka hanya C.B.6 saja yang boleh bekerja. Sedangkan untuk C.B.1, C.B.2 DAN C.B-C.Blain
tidak boleh bekerja.

Konstruksi Relay terdiri dari dua bagian utama yaitu kumparan magnit dan kumparan induksi .
Alat Proteksi Generator
Gangguan pada generator antara lain dapat disebabkan oleh:
a. Hubung singkat (short-circuit) pada lilitan stator.
b. Beban lebih (overload).
c. Panas lebih (overheating) pada lilitan dan bearing.
d. Tegangan lebih (overvoltage) dan kecepatan lebih.
e. Kehilangan medan penguat (loss of field).
f. Arus tidak seimbang (unbalance current) pada stator.
g.RELAY Daya balik (motoring).
h. Out of step
Pengaman generator secara garis besarnya terdiri dari :
a.Pengamanan terhadap gangguan di luar generator, yaitu gangguan dalam system yang
dihubungkan dengan generator.
b.Pengamanan terhadap ganguan yang terjadi didalam generator
c.Pengamanan terhadap gangguan dalam mesin penggerak yang memerlukan pelepasan PMT
generator.
A. Pengamanan Terhadap Gangguan Luar Maka pengamanan generator terhadap gangguan
luar generator yang utama adalah relay arus lebih. Pengamanan generator terhadap
gangguan luar generator yang utama adalah RELAY ARUS LEBIH.

PROTEKSI ARUS LEBIH – OCR adalah perlindungan sistem dan peralatan dari arus yang
melebihi arus nominalnya. Sedangkan tujuan proteksi itu sendiri adalah untuk mendiskriminasi
bagian sistem atau peralatan akibat gangguan yang terjadi sehingga sistem dan peralatan tidak
mengalami kerusakan.

ILUSTRASI RANGKAIAN OCR PENGHANTAR PADA GARDU INDUK 150 KV

Circuit Breaker / PMT dengan Rele Proteksi


KORDINASI RELAY ARUS LEBIH

Besaran Pada Rele


-Arus Pick –Up (Ip)
harga arus minimum yang mengalir pada rele beroperasi, disebut juga arus operasi
-Arus drop out (Id)
harga maksimum dan arus yang mengalir pada rele yg menyebabkan rele tidak beroperasi
-Reset ratio (Kd)
perbandingan antara arus drop out dan arus pick-up
Kd = p Id I Harga Kd untuk beberapa jenis rele :
Rele elektromagnetik : 0,8 – 0,95
Rele induksi mendekati : 1,0
Rele statik : 0,9 - 1,0
Rele digital : 0,9 - 1,0

Karakteristik Rele Arus Lebih Kurva rele pengaman digolongkan dalam beberapa karakteristik
•Arus lebih seketika (instantaneous)
•Arus lebih waktu tertentu (definite time)
•Arus lebih dengan waktu terbalik (inverse time)
•Kombinasi karakteristik waktu seketika dengan waktu tertentu
•Kombinasi karakteristik waktu seketika dengan waktu terbalik

Prinsip dasar relay koordinasi terbagi dua, yaitu : 1. Diskriminasi Waktu – Time Grading
Metoda ini bekerja berdasarkan waktu setting, sehingga relay akan bekerja jika waktu setting
terpenuhi. Dibawah ini sistem distribusi radial sederhana untuk melihat aplikasi dari diskriminasi
waktu.
Time Grading Sistem
Selain “ELCB (GFCI)” dan “Oveload Heater” pada Motor Control, Alat Proteksi Utama
pemutus Listrik adalah :
1.Circuit Breaker & (atau)
2.Fuse (Sekering)

1. Circuit Breaker (CB)


a). MCB (Miniatur Circuit Breaker) : bisa trip sendiri
b). MCCB (Molded Case Circuit Breaker) : bisa trip sendiri
c). ACB (Air Circuit Breaker) : ada yang bisa trip sendiri, ada yang
dilengkapi Protective Relays
d). OCB (Oil Circuit Breaker) : dilengkapi Protective Relays
e). VCB (Vacuum Circuit Breaker) : dilengkapi Protective Relays
f). SF6CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker) : dilengkapi dengan Protective Relays
Penjelasan :

a).MCB (Miniatur Circuit Breaker)


MCB berfungsi mengamankan arus hubung singkat (short circuit) dan pembatas daya (overload)
, kerjanya berdasarkan dua kendali. Kendali panas terbuat dari elemen dwilogam yang akan
bekerja jika daya beban melebihi batas dan kendali elektromagnetik untuk arus hubung singkat
akan bekerja jika arus yang mengalir jauh melampaui arus nominal yang ditentukan; biasanya
setelan pengaman ini 6 s/d 12 kali arus nominal, tergantung dari tipe MCB tersebut apakah tipe
lambat atau cepat.
Berdasarkan penggunaan dan daerah kerjanya, MCB dapat digolongkan menjadi 5 jenis yaitu :
1. Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil) : Digunakan untuk pengaman rangkaian
semikonduktor dan trafo-trafo yang sensitif terhadap tegangan.
2. Tipe K (rating dan breaking capacity kecil) : Digunakan untuk mengamankan alat-alat rumah
tangga.
3. Tipe G (rating besar) untuk pengaman motor.
4. Tipe L (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan.
5. Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan

b). MCCB (Molded Case Circuit Breaker)


MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses operasinya mempunyai dua
fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat untuk penghubung. Jika dilihat dari segi
pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan
arus beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman ini, mempunyai kemampuan pemutusan yang
dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.

Keterangan :
1. Bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan
4. Penggerak lepas-sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik
pembuat7. Unit
c). ACB (Air Circuit Breaker)
ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana pemadam busur api
berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Udara pada
tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses
switching maupun gangguan. Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapat dilakukan dengan
bantuan solenoid motor ataupun pneumatik.

􀁸 LV-ACB: Voltage = 250V dan 660V


Current Rating = 800A-6300A
Interrupting Rating = 45kA-170kA 􀁸
MV-ACB: Tegangan = 7,2kV dan
24kV Current Rating = 800A-7000A
Interrupting rating = 12,5kA-
􀁸 LV-ACB: Voltage = 250V dan
660V Current Rating = 800A-6300A
Interrupting Rating = 45kA-170kA 􀁸
MV-ACB: Tegangan = 7,2kV dan
24kV Current Rating = 800A-7000A
Interrupting rating = 12,5kA-72kA

d). OCB (Oil Circuit Breaker)


Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan minyak sebagai sarana pemadam busur
api yang timbul saat terjadi gangguan. Bila terjadi busur api dalam minyak, maka minyak yang
dekat busur api akan berubah menjadi uap minyak dan busur api akan dikelilingi oleh
gelembung-gelembung uap minyak dan gas. Gas yang terbentuk tersebut mempunyai sifat
thermal conductivity yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga baik sekali digunakan
sebagi bahan media pemadam loncatan bunga a

pi.
e). VCB (Vacuum Circuit Breaker)
Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa udara untuk memadamkan busur api, pada saat
circuit breaker terbuka (open), sehingga dapat mengisolir hubungan setelah bunga api terjadi,
akibat gangguan atau sengaja dilepas.

f). SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)


SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai sarana pemadam busur
api. Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat memadamkan busur
api yang baik sekali. Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang
busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan akhirnya padam.

Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik: Aplikasi Circuit Breaker dan Aplikasi
Fuse
Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik: Aplikasi Kombinasi Circuit Breaker
dan Fuse

Combination Circuit Breakers & Fuses as Protective Devices


Diagram Skematik ELCB
I. MENENTUKAN BESARAN PENGAMAN PADA MESIN / MOTOR LISTRIK
Untuk menentukan besar pengaman / proteksi pada motor listrik dibutuhkan data
nameplate dari motor tersebut, sehingga kita dapat menentukan, menghitung besar pengaman
yang sesuai untuk mengamankan instalasi motor tersebut.
Beberapa istilah yang harus dipahami sebelum menentukan pengaman tersebut adalah
memahami istilah In (Arus Nominal). Arus nominal atau kapasitas arus adalah arus kerja alat
listrik atau komponen atau mesin listrik sehingga dapat bekerja normal tanpa mengalami
gangguan atau efek apapun. dengan istilah yang lebih sederhananya adalah arus yang tertera di
nameplate motor listrik tersebut Arus lebih adalah arus yang melebihi arus nominal yang dapat
menyebabkan gangguan kerja pada alat, komponen atau mesin listrik yang disebabkan oleh :
1. Beban lebih (Overload )
2. Hubung singkat (Short Circuit)
Adapun langkah-langkah menentukan besar pengaman dan proteksi instalasi motor listrik antara
lain :
A. Memahami Data Nameplate
Motor Listrik Memahami nameplate motor adalah langkah awal yang harus dipahami
sebelum menentukan besar pengaman yang akan digunakan. Pembacaan yang penting
yaitu besar tegangan, arus daya, sambungan dan IP.
Berikut Contoh namepalte motor listrik

Gambar 1. Nameplate Motor Listrik

Spesikasi motor dari nameplate nya :


Tegangan = 400 V / 690 V
Arus Listrik = 29A / 17 A (In = 29 A)
Daya (P) = 15 Kw
Sambungan =∆/Y
Indeks Proteksi =54

Dalam memasang instalasi tenaga listrik terlebih dahulu membuat gambar dasar isntalasi motor
listrik dari MCB sampai dengan motor listriknya. gambar harus menggunakan simbol yang
standar.
Gambar 2. Singel Line Power Diagram

Kita harus merancang dahulu (minimal) gambar diagram tunggal daya seperti gambar 2.
rangkaian dasar untuk instalasi motor sederhana. sesuai nameplate motor diatas maka kita dapat
membuat desain (keterangan gambar 2)
1. Pengaman jaringan (MCB)
2. Kapasitas Kontaktor
3. Jenis dan pengaman kabel (penampang kabel)
4. Pengaman Motor (TOR)
5. Sambungan kumparan motor
Untuk menyelesaikan desain tersebut kita harus tetap melihat PUIL untuk melihat besar
penampang kabel.
B. Rancangan Komponen
Unuk menentukan jenis komponen dan rating current sesuai dengan beban yang terpasang
maka kita harus mengacu ke PUIL 2000, tabel 5-5-2 halaman 185
Gambar 3. Contoh Perhitungan Nilai Proteksi dari PUIL hal 185

1. Pengaman Jaringan, kita memilih pengaman jaringan dengan MCB atau NFB. Nilai
memilih pengaman dapat diperoleh dengan hitungan :

Gambar 4. Pengaman MCB 3 Fasa

Untuk menentukan besar MCB yang digunakan adalah dengan menggunakan ketentuan :
Nilai minimum = 1,25 x In (dimana In = 29 A)
= 1,25 x 29 A
= 36,25A (minimal 40 A)
Nilai maksimum = 2,5 x In (dimana In = 29 A)
= 2,5 x 29 A
= 75,5 A (minimal 80 A)

Dari tabel 7.3.1 kita baca data MCB 3 fasa berada direntang 35 A sampai 80 A. Dalam
kasus ini nilai maksimal MCB adalah 63 A, jika diyakini beban yang akan diberikan
adalah maksimal. Perhatikan tabel 7.3.1 PUIL 2000 hal 301

Gambar 5. Tabel besar MCB dan KHA /Penampang Kabel


2. Kontaktor; Kapasitas kontaktor yang dipasang harus mampu dilewati sebesar arus beban
maksimum

Gambar 6. Kontaktor

Speikasi kontaktor yang akan dipasang lebih besar dari arus nominal motor (I kontaktor > In)
atau sama dengan arus nominal diatas yaitu 63 A, atau sama dengan daya motor berdasarkan
nameplate diatas 15 Kw, jadi kontaktor minimal 15 Kw. Kontaktor mempunyai kontak bantu NO
dan NC yang terbuat dari bahan perak yang sangat sensitif terhadap adanya busur api dan batas
temperature yang diizinkan (fungsi arus listrik)
3. Jenis dan penampang kabel, untuk menentukan jenis penampang kabel kita harus
mempertimbangkan kabel tersebut akan dipasang di lingkungan seperti apa, apakah ditanam,
di udara atau di dalam pipa. Untuk menentukan besar penampang kabel disesuaikan dengan
PUIL 2000 tabel 7.3.1. berdasarkan besar MCB yang digunakan yaitu sebesar 63 A, maka
penampang kabel yang digunakan adalah 25 mm2 (dipasang di dalam pipa).
4. Pengaman Motor Thermal Overload Relay (TOR), pengaman motor yang digunakan
adalah Thermal Overload Relay (TOR)

Gambar 7. Thermal Overload Relay (TOR)

TOR digunakan untuk mengamankan motor (kumparan motor). Didalam TOR terdapat bimetal
sebagai alat untuk memutuskan apabila terjadi panas akibat beban arus dari beban lebih. Bimetal
akan membengkok bila terjadi panas yang berlebih. Pemasangan TOR dipasang secara seri
dengan motor listrik.

Untuk menentukan besarnya TOR yang akan dipasang pada motor listrik, maka TOR harus diset
arusnya sebesar arus nominal motor (I tor = In motor)berdasarkan nameplate motor diatas TOR
harus diset sebesar 29 A (28 - 36 A). Untuk menset arus pada TOR dilakukan dengan cara
memutar obeng minus ke angka 29 atau mendekati angka 29 A
5. Sambungan Kumparan Motor, sambungan kumparan motor terbagi menjadi dua yaiu
sambungan bintang (star) dan segitiga (delta). Sambungan kumparan motor harus sesuai
antara spesikasi motor dengan tegangan sumber listrik yang tersedia. Jika tegangan PLN
yang diberikan 3 x 380 Volt dan nameplate pada motor tertulis ∆/Y, tegangan 400 V/690 V
maka dataini disesuaikan dengan pasokan listriknya
 Kapasitas tegangan kumparan fasa 400 V. Sehingga cocok dengan pasokan tegangan
PLN 380 V kumparan disambung segitiga/delta
 Kumparan dapat disambung bintang/star tetapi sebagai start awal dalam waktu yang
singkat yang lebih dikenal dengan starting bintang-segitiga
Catatan : Jika beban motor kapasitas > 4 Kw, maka untuk menghindari arus awal yang
besar, maka motor tersebut harus dioperasikan dengan pengasutan bintang-segitiga
(Starting Star-Delta)
Gambar 8. Hubungan Bintang dan Delta

Adapun bentuk pengawatan bintang dan segitiga pada motor 3 fasa seperti terlihat pada
gambar dibawah ini

Gambar 9. Motor Hubungan Bintang (Star)

Gambar 10. Motor Hubungan Segitiga (Delta)

Adapun secara garis besarnya agar mudah menentukan besar pengaman baik itu MCB,
kontaktor, TOR dan besar penampang kabel dapat diringkas seperti gambar berikut ini :
1. Membuat single line diagram utama motor

2. Menentukan besar arus nominal

Keterangan :
I = Arus Nominal Motor
P = Daya Motor Listrik 3 Fasa (Watt)
V = Tegangan sumber (Volt) = 380 Volt
Cos Ø = 0.8
3. Menentukan besar proteksinya
II. MENENTUKAN KEMAMPUAN PENGHANTAR
Kemampuan penghantar dalam menghantar arus listrik sangat penting untuk diketahui
dalam instalasi listrik karena dalam memilih penghantar dalam pemasang instalasi listrik harus
sesuai dengan beban maksimum yang akan disuplai oleh penghantar tersebut. Oleh karena itu,
pembaca wajib atau harus mengetahui berapa batas kemampuan penghantar dalam mengalirkan
arus. Jika pembaca salah memilih penghantar (kapasitas hantar arus kabel tersebut lebih kecil
dari arus beban), akan berakibat fatal, yaitu kegagalan isolasi sehingga dapat mengakibatkan
kebakaran maupun merusak peralatan lainnya.
Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih penghantar adalah:
a. Luas penampang penghantar (A)
Ukuran yang dipilih untuk melayani suatu instalasi motor listrik minimum penghantar tersebut
harus dapat dialiri oleh arus sebesar 125% kali arus pada beban penuh. Untuk penampang
penghantar pencabangan atau pengisi ukuran penampangnya harus dapat dialiri arus sebesar
125% kali arus beban penuh dari motor terbesar ditambah arus beban penuh motor-motor yang
lainnya.
b. Ukuran panjang penghantar
Mengingat rugi tegangan yang diizinkan untuk instalasi tenaga maksimum 5 %, maka
panjang kabel baru suatu instalasi harus dicek sehingga rugi tegangan tidak melebihi batas.
Untuk menentukan ukuran kabel yang akan kita gunakan untuk pemasangan suatu
instalasi listrik, baik itu instalasi listrik 1 (satu) phase maupun instalasi listrik 3 (tiga) phase,
harus diketahui terlebih dahulu seberapa besar beban arus (Ampere) maksimal yang akan
ditanggung kabel penghantar tersebut. Setelah beban arus maksimal diketahui, selanjutnya kita
bisa menentukan ukuran kabel penghantar
sesuai dengan Tabel Kemampuan Hantar Arus (KHA) di bawah ini :
Tabel Kemampuan Hantar Arus suatu kabel penghantar

Sebagai contoh :
1. Suatu instalasi listrik 1 phase, memiliki beban arus listrik maksimal sebesar 100 Ampere,
maka kita dapat menggunakan kabel dengan kemampuan hantar arus yang lebih besar
sekitar 125 % dari 100 Ampere.
125 % x Arus maksimal
125 % x 100 Ampere = 125 Ampere.
Kemudian kita bisa lihat di tabel KHA diatas, ukuran kabel yang mampu menghantarkan
arus sebesar 125 A. Jika di tabel tidak ada yang 125A, kita dapat memilih besar arus yang
mendekati , namun jangan memilih nilai arus yang lebih rendah dari 125 A.
Dari Tabel KHA diatas, maka yang mendekati adalah 135 A.
Maka kita bisa memilih kabel yang mampu menghantarkan arus sebesar 135 A, yaitu
kabel dengan ukuran penampang sebesar 35 mm2.

2. Suatu instalasi listrik 3 Phase, memiliki beban maksimal tiap phasenya adalah sebesar
200 Ampere, maka ukuran Kabel listrik yang akan kita gunakan sebaiknya yang memiliki
kemampuan Hantar Arus sebesar :
125 % x Arus maksimal
125 % x 200 = 250 Ampere.
Sama halnya dengan perhitungan pertama, kita bisa lihat dari Tabel KHA diatas, Kabel
yang mampu menghantarkan arus sebesar 250 Amp adalah Kabel dengan ukuran
penampang 95 mm2.
Maka ukuran kabel yang sesuai untuk Instalasi listrik tersebut adalah kabel dengan
ukuran 95mm2.

III. MENENTUKAN BESAR MCB YANG DIBUTUHKAN


MCB yang biasa dipasang dirumah juga berfungsi sebagai pengaman pada instalasi listrik
yang terpasang, baik itu dirumah, kantor, pabrik atau di bangunan yang lainnya.
Berbagai ukuran MCB yang biasa digunakan pada instalasi rumah adalah sebagai berikut:
MCB 2 Ampere
MCB 4 Ampere,
MCB 6 Ampere,
MCB 10 Ampere,
MCB 16 Ampere,
MCB 20 Ampere,dll
sesuai daya yang terpasang dan kebutuhan pada masing masing instalasi listrik rumah
tersebut.

MCB yang terpasang pada KWHmeter, selain berfungsi sebagai pengaman jika terjadi
korsleting (Hubung singkat) juga untuk membatasi beban atau daya listrik (Watt) yang
kita gunakan. Besarnya MCB yang dipasang oleh PLN pada KWHmeter tentunya sudah
disesuaikan dengan Daya listrik yang terpasang.

Jika yang terpasang daya 900VA, maka MCB yang digunakan adalah 4 Ampere. (4A)
Jika yang terpasang daya 1300VA, maka MCB yang digunakan adalah 6 Ampere. (6A)
Jika yang terpasang daya 2200VA, maka MCB yang digunakan adalah 10 Ampere.(10A)
Jika yang terpasang daya 3500VA, maka MCB yang digunakan adalah 16 Ampere.(16A)
Jika yang terpasang daya 4400VA, maka MCB yang digunakan adalah 20 Ampere.(20A)

Untuk menentukan MCB yang akan dipasang tentunya dengan perhitungan agar daya
listrik yang terpasang sesuai dengan pemakaian. listrik yang kita gunakan untuk rumah
biasanya Listrik 1 Fasa. Rumus perhitungannya seperti berikut :

P=VxI
Keterangan :
P (Power) : Daya Listrik dalam satuan VA.
V (Voltage) : Tegangan listrik dalam satuan Volt.
I (Intensity) : Arus listrik dalam satuan Ampere.
Contoh soal 1
Jika pada rumah kita terpasang listrik dengan daya 900VA, tentukanlah berapa Ampere
MCB yang akan kita gunakan pada instalasi rumah tersebut?

P=VxI
Karena yang kita cari adalah besaran arus, maka rumusnya:
I=P/V
I= 900 VA/ 220 volt
I= 4,09 Ampere.
Maka MCB yang digunakan pada instalasi listrik rumah tersebut adalah 4 Ampere (4A)

Anda mungkin juga menyukai