DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
SUDIRMAN YAHYA, S.T.,M.T.
H = 12 Rt Joules
Dimana :
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus konduktor (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut naik mencapai harga
yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau Circuit Breaker. Proteksi juga
harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini
pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking
capacity” atau Repturing Capacity. Disamping itu proteksi yang diperlukan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus
tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan
peralatan bekerja
3. Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama sehingga
dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
4. Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus
gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada rangkaian yang
terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi. Proteksi
overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan sebelum
terjadi overheating. Jadi disini overload action relative lebih lama dan mempunyai fungsi
inverse terhadap kwadrat dari arus. Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika
action dari sekering atau circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum
arus dapat mencapai harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau
ketegangan mekanik.
Dalam system tenaga listrik seperti gambar di atas, apabila terjadi gangguan pada titik K,
maka hanya C.B.6 saja yang boleh bekerja. Sedangkan untuk C.B.1, C.B.2 DAN C.B-C.Blain
tidak boleh bekerja.
Konstruksi Relay terdiri dari dua bagian utama yaitu kumparan magnit dan kumparan induksi .
Alat Proteksi Generator
Gangguan pada generator antara lain dapat disebabkan oleh:
a. Hubung singkat (short-circuit) pada lilitan stator.
b. Beban lebih (overload).
c. Panas lebih (overheating) pada lilitan dan bearing.
d. Tegangan lebih (overvoltage) dan kecepatan lebih.
e. Kehilangan medan penguat (loss of field).
f. Arus tidak seimbang (unbalance current) pada stator.
g.RELAY Daya balik (motoring).
h. Out of step
Pengaman generator secara garis besarnya terdiri dari :
a.Pengamanan terhadap gangguan di luar generator, yaitu gangguan dalam system yang
dihubungkan dengan generator.
b.Pengamanan terhadap ganguan yang terjadi didalam generator
c.Pengamanan terhadap gangguan dalam mesin penggerak yang memerlukan pelepasan PMT
generator.
A. Pengamanan Terhadap Gangguan Luar Maka pengamanan generator terhadap gangguan
luar generator yang utama adalah relay arus lebih. Pengamanan generator terhadap
gangguan luar generator yang utama adalah RELAY ARUS LEBIH.
PROTEKSI ARUS LEBIH – OCR adalah perlindungan sistem dan peralatan dari arus yang
melebihi arus nominalnya. Sedangkan tujuan proteksi itu sendiri adalah untuk mendiskriminasi
bagian sistem atau peralatan akibat gangguan yang terjadi sehingga sistem dan peralatan tidak
mengalami kerusakan.
Karakteristik Rele Arus Lebih Kurva rele pengaman digolongkan dalam beberapa karakteristik
•Arus lebih seketika (instantaneous)
•Arus lebih waktu tertentu (definite time)
•Arus lebih dengan waktu terbalik (inverse time)
•Kombinasi karakteristik waktu seketika dengan waktu tertentu
•Kombinasi karakteristik waktu seketika dengan waktu terbalik
Prinsip dasar relay koordinasi terbagi dua, yaitu : 1. Diskriminasi Waktu – Time Grading
Metoda ini bekerja berdasarkan waktu setting, sehingga relay akan bekerja jika waktu setting
terpenuhi. Dibawah ini sistem distribusi radial sederhana untuk melihat aplikasi dari diskriminasi
waktu.
Time Grading Sistem
Selain “ELCB (GFCI)” dan “Oveload Heater” pada Motor Control, Alat Proteksi Utama
pemutus Listrik adalah :
1.Circuit Breaker & (atau)
2.Fuse (Sekering)
Keterangan :
1. Bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan
4. Penggerak lepas-sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik
pembuat7. Unit
c). ACB (Air Circuit Breaker)
ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana pemadam busur api
berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Udara pada
tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses
switching maupun gangguan. Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapat dilakukan dengan
bantuan solenoid motor ataupun pneumatik.
pi.
e). VCB (Vacuum Circuit Breaker)
Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa udara untuk memadamkan busur api, pada saat
circuit breaker terbuka (open), sehingga dapat mengisolir hubungan setelah bunga api terjadi,
akibat gangguan atau sengaja dilepas.
Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik: Aplikasi Circuit Breaker dan Aplikasi
Fuse
Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik: Aplikasi Kombinasi Circuit Breaker
dan Fuse
Dalam memasang instalasi tenaga listrik terlebih dahulu membuat gambar dasar isntalasi motor
listrik dari MCB sampai dengan motor listriknya. gambar harus menggunakan simbol yang
standar.
Gambar 2. Singel Line Power Diagram
Kita harus merancang dahulu (minimal) gambar diagram tunggal daya seperti gambar 2.
rangkaian dasar untuk instalasi motor sederhana. sesuai nameplate motor diatas maka kita dapat
membuat desain (keterangan gambar 2)
1. Pengaman jaringan (MCB)
2. Kapasitas Kontaktor
3. Jenis dan pengaman kabel (penampang kabel)
4. Pengaman Motor (TOR)
5. Sambungan kumparan motor
Untuk menyelesaikan desain tersebut kita harus tetap melihat PUIL untuk melihat besar
penampang kabel.
B. Rancangan Komponen
Unuk menentukan jenis komponen dan rating current sesuai dengan beban yang terpasang
maka kita harus mengacu ke PUIL 2000, tabel 5-5-2 halaman 185
Gambar 3. Contoh Perhitungan Nilai Proteksi dari PUIL hal 185
1. Pengaman Jaringan, kita memilih pengaman jaringan dengan MCB atau NFB. Nilai
memilih pengaman dapat diperoleh dengan hitungan :
Untuk menentukan besar MCB yang digunakan adalah dengan menggunakan ketentuan :
Nilai minimum = 1,25 x In (dimana In = 29 A)
= 1,25 x 29 A
= 36,25A (minimal 40 A)
Nilai maksimum = 2,5 x In (dimana In = 29 A)
= 2,5 x 29 A
= 75,5 A (minimal 80 A)
Dari tabel 7.3.1 kita baca data MCB 3 fasa berada direntang 35 A sampai 80 A. Dalam
kasus ini nilai maksimal MCB adalah 63 A, jika diyakini beban yang akan diberikan
adalah maksimal. Perhatikan tabel 7.3.1 PUIL 2000 hal 301
Gambar 6. Kontaktor
Speikasi kontaktor yang akan dipasang lebih besar dari arus nominal motor (I kontaktor > In)
atau sama dengan arus nominal diatas yaitu 63 A, atau sama dengan daya motor berdasarkan
nameplate diatas 15 Kw, jadi kontaktor minimal 15 Kw. Kontaktor mempunyai kontak bantu NO
dan NC yang terbuat dari bahan perak yang sangat sensitif terhadap adanya busur api dan batas
temperature yang diizinkan (fungsi arus listrik)
3. Jenis dan penampang kabel, untuk menentukan jenis penampang kabel kita harus
mempertimbangkan kabel tersebut akan dipasang di lingkungan seperti apa, apakah ditanam,
di udara atau di dalam pipa. Untuk menentukan besar penampang kabel disesuaikan dengan
PUIL 2000 tabel 7.3.1. berdasarkan besar MCB yang digunakan yaitu sebesar 63 A, maka
penampang kabel yang digunakan adalah 25 mm2 (dipasang di dalam pipa).
4. Pengaman Motor Thermal Overload Relay (TOR), pengaman motor yang digunakan
adalah Thermal Overload Relay (TOR)
TOR digunakan untuk mengamankan motor (kumparan motor). Didalam TOR terdapat bimetal
sebagai alat untuk memutuskan apabila terjadi panas akibat beban arus dari beban lebih. Bimetal
akan membengkok bila terjadi panas yang berlebih. Pemasangan TOR dipasang secara seri
dengan motor listrik.
Untuk menentukan besarnya TOR yang akan dipasang pada motor listrik, maka TOR harus diset
arusnya sebesar arus nominal motor (I tor = In motor)berdasarkan nameplate motor diatas TOR
harus diset sebesar 29 A (28 - 36 A). Untuk menset arus pada TOR dilakukan dengan cara
memutar obeng minus ke angka 29 atau mendekati angka 29 A
5. Sambungan Kumparan Motor, sambungan kumparan motor terbagi menjadi dua yaiu
sambungan bintang (star) dan segitiga (delta). Sambungan kumparan motor harus sesuai
antara spesikasi motor dengan tegangan sumber listrik yang tersedia. Jika tegangan PLN
yang diberikan 3 x 380 Volt dan nameplate pada motor tertulis ∆/Y, tegangan 400 V/690 V
maka dataini disesuaikan dengan pasokan listriknya
Kapasitas tegangan kumparan fasa 400 V. Sehingga cocok dengan pasokan tegangan
PLN 380 V kumparan disambung segitiga/delta
Kumparan dapat disambung bintang/star tetapi sebagai start awal dalam waktu yang
singkat yang lebih dikenal dengan starting bintang-segitiga
Catatan : Jika beban motor kapasitas > 4 Kw, maka untuk menghindari arus awal yang
besar, maka motor tersebut harus dioperasikan dengan pengasutan bintang-segitiga
(Starting Star-Delta)
Gambar 8. Hubungan Bintang dan Delta
Adapun bentuk pengawatan bintang dan segitiga pada motor 3 fasa seperti terlihat pada
gambar dibawah ini
Adapun secara garis besarnya agar mudah menentukan besar pengaman baik itu MCB,
kontaktor, TOR dan besar penampang kabel dapat diringkas seperti gambar berikut ini :
1. Membuat single line diagram utama motor
Keterangan :
I = Arus Nominal Motor
P = Daya Motor Listrik 3 Fasa (Watt)
V = Tegangan sumber (Volt) = 380 Volt
Cos Ø = 0.8
3. Menentukan besar proteksinya
II. MENENTUKAN KEMAMPUAN PENGHANTAR
Kemampuan penghantar dalam menghantar arus listrik sangat penting untuk diketahui
dalam instalasi listrik karena dalam memilih penghantar dalam pemasang instalasi listrik harus
sesuai dengan beban maksimum yang akan disuplai oleh penghantar tersebut. Oleh karena itu,
pembaca wajib atau harus mengetahui berapa batas kemampuan penghantar dalam mengalirkan
arus. Jika pembaca salah memilih penghantar (kapasitas hantar arus kabel tersebut lebih kecil
dari arus beban), akan berakibat fatal, yaitu kegagalan isolasi sehingga dapat mengakibatkan
kebakaran maupun merusak peralatan lainnya.
Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih penghantar adalah:
a. Luas penampang penghantar (A)
Ukuran yang dipilih untuk melayani suatu instalasi motor listrik minimum penghantar tersebut
harus dapat dialiri oleh arus sebesar 125% kali arus pada beban penuh. Untuk penampang
penghantar pencabangan atau pengisi ukuran penampangnya harus dapat dialiri arus sebesar
125% kali arus beban penuh dari motor terbesar ditambah arus beban penuh motor-motor yang
lainnya.
b. Ukuran panjang penghantar
Mengingat rugi tegangan yang diizinkan untuk instalasi tenaga maksimum 5 %, maka
panjang kabel baru suatu instalasi harus dicek sehingga rugi tegangan tidak melebihi batas.
Untuk menentukan ukuran kabel yang akan kita gunakan untuk pemasangan suatu
instalasi listrik, baik itu instalasi listrik 1 (satu) phase maupun instalasi listrik 3 (tiga) phase,
harus diketahui terlebih dahulu seberapa besar beban arus (Ampere) maksimal yang akan
ditanggung kabel penghantar tersebut. Setelah beban arus maksimal diketahui, selanjutnya kita
bisa menentukan ukuran kabel penghantar
sesuai dengan Tabel Kemampuan Hantar Arus (KHA) di bawah ini :
Tabel Kemampuan Hantar Arus suatu kabel penghantar
Sebagai contoh :
1. Suatu instalasi listrik 1 phase, memiliki beban arus listrik maksimal sebesar 100 Ampere,
maka kita dapat menggunakan kabel dengan kemampuan hantar arus yang lebih besar
sekitar 125 % dari 100 Ampere.
125 % x Arus maksimal
125 % x 100 Ampere = 125 Ampere.
Kemudian kita bisa lihat di tabel KHA diatas, ukuran kabel yang mampu menghantarkan
arus sebesar 125 A. Jika di tabel tidak ada yang 125A, kita dapat memilih besar arus yang
mendekati , namun jangan memilih nilai arus yang lebih rendah dari 125 A.
Dari Tabel KHA diatas, maka yang mendekati adalah 135 A.
Maka kita bisa memilih kabel yang mampu menghantarkan arus sebesar 135 A, yaitu
kabel dengan ukuran penampang sebesar 35 mm2.
2. Suatu instalasi listrik 3 Phase, memiliki beban maksimal tiap phasenya adalah sebesar
200 Ampere, maka ukuran Kabel listrik yang akan kita gunakan sebaiknya yang memiliki
kemampuan Hantar Arus sebesar :
125 % x Arus maksimal
125 % x 200 = 250 Ampere.
Sama halnya dengan perhitungan pertama, kita bisa lihat dari Tabel KHA diatas, Kabel
yang mampu menghantarkan arus sebesar 250 Amp adalah Kabel dengan ukuran
penampang 95 mm2.
Maka ukuran kabel yang sesuai untuk Instalasi listrik tersebut adalah kabel dengan
ukuran 95mm2.
MCB yang terpasang pada KWHmeter, selain berfungsi sebagai pengaman jika terjadi
korsleting (Hubung singkat) juga untuk membatasi beban atau daya listrik (Watt) yang
kita gunakan. Besarnya MCB yang dipasang oleh PLN pada KWHmeter tentunya sudah
disesuaikan dengan Daya listrik yang terpasang.
Jika yang terpasang daya 900VA, maka MCB yang digunakan adalah 4 Ampere. (4A)
Jika yang terpasang daya 1300VA, maka MCB yang digunakan adalah 6 Ampere. (6A)
Jika yang terpasang daya 2200VA, maka MCB yang digunakan adalah 10 Ampere.(10A)
Jika yang terpasang daya 3500VA, maka MCB yang digunakan adalah 16 Ampere.(16A)
Jika yang terpasang daya 4400VA, maka MCB yang digunakan adalah 20 Ampere.(20A)
Untuk menentukan MCB yang akan dipasang tentunya dengan perhitungan agar daya
listrik yang terpasang sesuai dengan pemakaian. listrik yang kita gunakan untuk rumah
biasanya Listrik 1 Fasa. Rumus perhitungannya seperti berikut :
P=VxI
Keterangan :
P (Power) : Daya Listrik dalam satuan VA.
V (Voltage) : Tegangan listrik dalam satuan Volt.
I (Intensity) : Arus listrik dalam satuan Ampere.
Contoh soal 1
Jika pada rumah kita terpasang listrik dengan daya 900VA, tentukanlah berapa Ampere
MCB yang akan kita gunakan pada instalasi rumah tersebut?
P=VxI
Karena yang kita cari adalah besaran arus, maka rumusnya:
I=P/V
I= 900 VA/ 220 volt
I= 4,09 Ampere.
Maka MCB yang digunakan pada instalasi listrik rumah tersebut adalah 4 Ampere (4A)