Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

“PEMERIKSAAN & PENGUKURAN”

OLEH :
FADLY
ANDI IKMAL
SAWAL
MUHAMMAD FITRANSYA
FATURRAHMAN ADILANG

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASAR


TAHUN AJARAN 2018/2019
LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN VASKULER

A. Manifestasi Klinis Gangguan Arteri Perifer

 Tanda-tanda dan gejala berikut ini berhubungan dengan gangguan arteri


peripheral.
 Berkurangx denyut Peripheral akibat adanya oklusi dan restriksi dari
aliran darah arteri maka semakin berkurang denyut perifer.
 Perubahan warna kulit, termasuk pucat saat istirahat atau dengan
latihan/aktivitas fisik.Pucat lebih jelas ketika ekstremitas ditinggikan di
atas lebih tinggi dari jantung selama beberapa menit. Pucat dari
ekstremitas distal juga dapat terjadi dengan olahraga. Setelah latihan,
iskemia kulit menyebabkan blansing kulit - perubahan trofik termasuk
mengkilap, penampilan seperti lilin dan kekeringan pada kulit dan rambut
rontok dibagian distal oklusi.
 Temperatur kulit menurun.
 ulserasi dapat terjadi, terutama di daerah menahan beban atau di atas
tonjolan tulang.
 Gangguan sensorik, akibat adanya Intoleransi terhadap panas atau dingin
dan paresthesia (awalnya kesemutan kemudian mati rasa ).

 Lokasi Intermitten klaudikasio dan sumbatan Arteri.


 Lokasi Nyeri  Arteri tersumbat
Insufisiensi arteri Insufisiensi arteri
kronis kronis
 Betis  Femoralis
 Kaki  Berhubungan dgn
 Paha fossa poplitea
 Bokong atau  Iliaka
punggung bawah  Aortic
Thromboangiitis Thromboangiitis
obliterans obliterans
 Lengkungan kaki  Plantar dan tibia
 Palmar tangan  Palmar dan ulnaris

Nyeri terletak distal dari areteri yg tersumbat dan disebabkan oleh suplai darah yg tidak
mencukupi termasuk iskemia pada otot saat beraktivitas. Kaki sakit biasanya akibat
berjalan dan secara bertahap mereda ketika pasien berhenti berjalan. Klaudikasio
intermiten tidak terjadi saat berdiri (seperti yang terlihat dengan stenosis tulang
belakang) atau dengan duduk lama (seperti yang terlihat pada penderita nyeri
punggung).
Meskipun nyeri latihan yang paling umum di betis, bisa juga terjadi lebih proksimal.
 Test dan Pengukuran Kecukupan Arteri.
 Palpasi dan perbandingan pulsasi nadi pada ekstremitas atas atau bawah yang
terganggu dan tidak terganggu
 Suhu kulit
 Integritas kulit dan pigmentasi
 Pengujian hiperemia reaktif (rubor ketergantungan)
 Waktu klaudikasio
 Ultrasonografi, pengukuran Doppler aliran darah, oksimetri transcuteneous
 Magnetic resonance angiography
 Arteriografi

 Pemeriksaan dan Evaluasi Kecukupan Arteri


 Pemeriksaan komprehensif pasien penyakit arteri untuk menentukan atau
memverifikasi etiologi gangguan pasien dan keterbatasan fungsionalnya. Dan
selanjutnya memberikan dasar untuk menentukan status pasien sebelum
pengobatan dan efektivitas intervensi pada akhir pengobatan(sebagai alat ukur)
 Ada beberapa prosedur yang digunakan oleh terapis untuk pengujian kecukupan
arteri dan mengidentifikasi tingkat stenosis atau oklusi, namun pemeriksaan
angiografi atau arterioghrapy, dikelola oleh praktisi dengan pelatihan khusus dan
diinterpretasikan oleh dokter.

 Palpasi Denyut Nadi


 Dasar dari setiap evaluasi tentang integritas dari sistem arteri adalah deteksi
pulsasi nadi di bagian distal dari ekstremitas. pulsasi nadi digambarkan sebagai
normal, berkurang, atau tidak ada. Kekuatan pulsasi nadi juga dapat dinilai secara
kuantitatif 0-3.
 Arteri Femoralis, poplitea, dorsalis pedis, dan tibialis posterior dapat diraba
denyut nadinya pada ekstremitas bawah, sedangkan arteri Radialis, ulnaris, dan
brakialis teraba pada ekstremitas atas.
 *CATATAN: pulsasi nadi sulit untuk menilai secara kuantitatif dengan palpasi
saja. Tes non-invasif yang lebih akurat dan dapat diandalkan (seperti Doppler
ultrasonografi) untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari meraba pulsasi
nadi.

 Beberapa hal yang dapat memengaruhi jumlah denyut nadi


 Aktivitas fisik, setelah melakukan aktivitas fisik berat biasanya denyut nadi
lebih cepat
 Tingkat kebugaran, semakin bugar tubuh biasanya denyut nadi lebih lambat
(berada pada kisaran normal yang paling bawah)
 Suhu udara, denyut nadi lebih cepat saat suhu udara lebih tinggi (tapi
biasanya kenaikannya tidak lebih dari 5-10 kali per menit)
 Posisi tubuh (berdiri atau tiduran), terkadang saat Anda berdiri, selama 15-20
detik pertama denyut nadi akan naik sedikit, kemudian akan kembali lagi ke
normal
 Emosi, seperti stres, cemas, sangat sedih, atau sangat senang dapat
meningkatkan denyut nadi Anda
 Ukuran tubuh, orang yang sangat gemuk, biasanya mempunyai denyut nadi
yang lebih tinggi (tapi biasanya tidak lebih dari 100 kali per menit)
 Obat-obatan

B. Prosedur Pelaksanaan

 TUJUAN :
 Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan).
 Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler.

 ALAT dan BAHAN :


 Arloji (Jam) atau stop-watch
 Buku catatan nadi
 Pena
 Manset tensi
 Tornique
 Meteran
 Palu Refleks (Hammer)
 Elastis Perban

 Prosedur Kerja :
 Jelaskan prosedur kepada klien
 Cuci tangan
 Atur posisi pasien
 Letakkan kedua lengan pasien terlentang disisi tubuh
 Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
 Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis .Tentukan frekuensi per-menit dan keteraturan irama
serta kekuatan denyutan
 Catat hasil
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

 Teknik Pelaksanaan :
Anamnesis :
 Nama : Sawal
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 19 Tahun
 Status : Mahasiswa
 Hobby : Game
 Alamat : Jalan Perintis Kemerdekaan 7
Pemeriksaan:

 Palpasi Arteri Radialis


Pemeriksa berdiri di depan
pasien. Denyut radial
diperiksa dengan
memegang pergelangan
tangan pasien dan
mempalpasi denyut radialis
dengan jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis.
Pemeriksa memegang
pergelangan tangan kanan
pasien dengan jari kiri dan
pergelangan tangan kiri
dengan jari kanan.
Kesimetrisan denyutan
pada lengan kanan dan kiri
dibandingkan.

 Palpasi Arteri ulnaris


Pemeriksa berdiri di depan
pasien. Denyut Ulna
diperiksa dengan
memegang pergelangan
tangan pasien dan
mempalpasi denyut ulnaris
dengan jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis.
Pemeriksa memegang
pergelangan tangan kanan
pasien dengan jari kiri dan
pergelangan tangan kiri
dengan jari kanan.
Kesimetrisan denyutan
pada lengan kanan dan kiri
dibandingkan.
 Palpasi Arteri Brachialis
 Pada posisi duduk,
tangan diletakkan pada
paha dan lengan ekstensi.
Pada posisi tidur
terlentang, kedua lengan
ekstensi dan menghadap
atas.
 Lakukan palpasi ringan
arteri brachialis dengan
menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah
pada fossa kubiti.
 Hitung jumlah denyut
selama satu menit.

 Palpasi Arteri Femoralis


Cari perbatasan superior
pubis di garis mid tubuh, ini
adalah bagian paling atas dari
simfisis pubis. Rasakan batas
anterior krista iliaka. pulsasi
nadi femoralis dapat
ditemukan di tengah-tengah
antara dua titik tulang
tersebut (titik mid-inguinalis)

 Palpasi Arteri Poplitea


Mintalah subjek untuk
menekuk lutut sehingga
tertekuk sekitar 90 derajat.
Duduk di tepi sebelah kanan
tempat tidur dekat dengan
kaki kanan subjek. Seperti
sebelumnya rilekskan sisi
lutut dan tekan pulp dari jari-
jari Anda ke dalam fossa
poplitea.
 Palpasi Arteri Dorsum Pedis
Tempatkan jari Anda
setengah ke bawah dorsum
kaki pada daerah tulang di
garis antara jari pertama dan
kedua kaki. Anda bisa
merasakan tulang yakni
aspek dorsal navicular dan
tulang runcing bagian tengah.
Denyut nadi teraba di mana
arteri melewati daerah ini.

 Palpasi Arteri Tibialis


Posterior
Cari maleolus medial. 2-3cm di
bawah dan di balik itu Anda
harus menemukan pulsasi nadi
tibialis posterior. saat
mengambil pulsasi nadi pada
kaki Anda sendiri lebih mudah
untuk menggunakan jempol.
Dalam praktek klinis denyut
nadi teraba menggunakan pulp
dari telunjuk dan jari tengah.
Arteri ini sedikit lebih
ditempatkan daripada dorsalis
pedis dan karena itu lebih
konsentrasi seringkali
diperlukan untuk merasakan
denyutan nya.

 Suhu Kulit
 Suhu kulit dapat dinilai
melalui palpasi.
 Pada ekstremitas terasa
dingin saat dipalpasi jika
aliran darah arteri
berkurang. Jika ada
ketidaksesuaian antara
ekstremitas yang
mengalami gangguan dan
yang tidak mengalami
gangguan maka, suhu kulit
harus diukur secara
kuantitatif dengan
termometer elektronik
 Uji Rubor ketergantungan -  Saat Kaki Diangkat
Hiperemia Reaktif
 Perubahan warna kulit
yang terjadi dengan
elevasi dan ekstremitas
terjuntai akibat
perubahan posisi aliran
darah. Rubor / reaktif
hyperemia dapat dites
dalam dua cara.
Prosedur :
 Kaki diangkat selama
beberapa menit di atas
lebih tinggi dari jantung
saat pasien berbaring
telentang. Pucat
(blanching) kulit terjadi  Saat Kaki Dijuntaikan
pada kaki dalam 1 menit
atau kurang jika sirkulasi
arteri berkurang. Waktu
yang diperlukan untuk
blanching dicatat.
Selanjutnya kaki
dijuntaikan di samping
bad, dan waktu
perubahan warna kaki
dicatat.
 Biasanya, merah muda
muncul di kaki dalam
beberapa detik setelah
kaki ditempatkan dalam
posisi tergantung.
Dengan penyakit arteri
oklusif, warna cerah
kebiruan-merah jelas
nampak yang diakibatkan
oleh berkurangnya aliran
darah dalam kapiler.
Rubor dapat memakan
waktu selama 30 detik
untuk muncul kembali.
 Hiperemia aktif ( Prosedur
Alternatif )
 Hiperemia aktif juga dapat
dievaluasi dengan cara
membatasi aliran darah ke
bagian distal dari
ekstremitas bawah dengan
manset tekanan darah.
Pembatasan ini
menyebabkan akumulasi
CO2 dan asam laktat pada
ekstremitas bagian distal,
metabolisme ini yang
merupakan vasodilator dan
mempengaruhi
vaskularisasi
 Manset dipompa hingga
betul-betul sudah
menghambat aliran darah ke
distal, tunggu hingga
kepucatan terjadi.
 Lalu tekanan manset
dilepas, ketika manset
dilepaskan dan aliran darah
ke ujung distal maka terjadi
hiperemia normal dari
ekstremitas yang memakan
waktu 10 detik. Dengan
penyakit pembuluh darah
arteriosclerotic mungkin
memakan waktu selama 1
hingga 2 menit untuk
kembali normal, sedangkan
dengan penyakit arteri
vasospastic (penyakit
Raynaud) terjadi dalam
jangka waktu yang normal.
*CATATAN: Metode ini
menilai hiperemia reaktif
sangat menyakitkan dan
tidak ditoleransi dengan
baik oleh individu normal
ataupun pasien dengan
penyakit arteri oklusif.
 Allen test
Allen test : adalah suatu
pemeriksaan fisik untuk menilai
potensi pembuluh darah pada
tangan Sebagaimana kita ketahui
bahwa arteri yang mensuplai
tangan adalah arteri radialis dan
arteri ulnaris dan kedua arteri ini
saling berhubungan melalui
conecting arteri yang akan
menyuplai semua jari jemari kita
sehingga jika terjadi luka atau
sumbatan pada salah satu arteri
diatas maka suplai dari darah
masih dapat di penuhi atau di
cover oleh arteri yang lain. Hal
ini secara spesifik dapat di nilai
hanya dengan pemeriksaan klinis
yg di sebut allen test yaitu dengan
menekan arteri radialis atau
ulnaris masing-masing selama 7
menit dan kemudian dilihat
apakah muncul kepucatan pada
tangan. jika muncul berarti sisi yg
tidak ditekan mengalami
penyumbatan.Hal ini juga berlaku
sebaliknya.

 Klaudikasio Waktu
 Untuk menilai nyeri secara
obyektif saat latihan
(klaudikasio intermiten).
 Tes yang umum digunakan
adalah pasien dengan berjalan
lambat, kecepatan ditentukan
di treadmill tingkat (1 sampai
2 mph). Waktu yang pasien
dapat tempuh selama berjalan
sebelum timbulnya rasa sakit
atau nyeri dicatat (sebelum
pasien disuruh berhenti).
Pengukuran ini harus
dilakukan untuk menentukan
dasar toleransi latihan
sebelum memulai program
untuk meningkatkan toleransi
latihan.
 Pengukuran Sirkumferensia
Pengukuran sirkumferensia
pada ektremitas yang
terganggu dan yang tidak
terganggu untuk menentukan
keberadaan dan tingkat edema.
Pengukuran dilakukan pada
titik anatomi atau yang telah
ditentukan. (misalnya, 8 atau
10 cm)

 Kompetensi Vena saphena


Magna
(Tes Perkusi)
 Untuk mengevaluasi katup
vena saphena pada pasien
yang memiliki gejala
varises.
 Prosedur. Minta pasien
untuk berdiri sampai terjadi
pengisian pada pembuluh
darah di kaki. Sambil
mempalpasi bagian dari
vena saphena dibawah lutut,
ketuklah dengan kuat pada
vena di bagian atas lutut.
Jika katup tidak berfungsi
secara memadai, pemeriksa
merasa denyutan di bagian
bawah jari yang
mempalpasi tersebut.
 Tes Brodie Trendelenburg
 Untuk menentukan
kompetensi katup-katup
vena superfisial dan vv.
komunikantes digunakan
tes Brodie Trendelenburg.
 Vena-vena dikosongkan
dengan mengangkat tungkai
beberapa waktu, lalu muara
vena safena magna ditekan
dengan kuat atau dipasang
torniket pada paha bagian
atas. Pasien diminta berdiri,
lalu tiba-tiba penekanan
dilepas. Bila vena terisi
dengan segera, berarti katup
inkompeten.
 Kemudian tes dicoba untuk
kedua kalinya tanpa
melepas penekanan. Bila
selama kira-kira 20-30 detik
vena-vena terisi, maka
berarti katup vena
komunikantes tidak
kompeten lagi.

 Tes Homan’s Sign


 Tes ini untuk mengetahui
adanya trombosis.
 Prosedur.
 Pasien tidur terlentang dan
lutut ekstensi. Berikan
dorsofleksi pasif pada sendi
pergelangan kaki sambil tetap
meremas otot betis. Jika rasa
sakit terjadi di betis, maka
menunjukkan adanya tanda
Homans’ positif serta
kemungkinan adanya DVT.
Meskipun demikian tes ini
bukan tes pasti karena tanda
Homan ditemukan positif
pada lebih dari 50% dari
subyek yang tidak memiliki
DVT.
Hasil Data Pemeriksaan Pasien :
1. Denyut nadi arteri radialis : 78/Menit
2. Denyut nadi arteri ulnaris : 80/Menit
3. Denyut nadi arteri brachialis : 84/menit
4. Denyut nadi arteri Femoralis : 64/Menit
5. Denyut nadi arteri Poplitea : 60/Menit
6. Denyut nadi arteri dorsum pedis : 70/Menit
7. Denyut nadi arteri Tibialis Posterior : 58/Menit
8. Suhu kulit : Normal
9. Uji Rubor ketergantungan - Hiperemia Reaktif :
 Fase Pucat : 4 Menit 13 Detik
 Fase Kembali Normal : 17 Detik
10. Hiperemia Reaktif (Alternatif Prosedur)
 Fase Pucat : 1 Menit 7 Detik
 Fase Kembali Normal : 6 Detik
11. Allent Test : Negatif
12. Klaudikasio Waktu : 473 Meter
13. Pengukuran Sirkumferensia :
37
 Sinistra : 3 = 12,33 (Besar Otot 29)
37
 Dextra : 3 = 12,33 (Besar Otot 29)
14. Tes Perkusi : Negatif
15. Tes Brodie Trendelenburg : Negatif
16. Homan Sign : Negatif

Anda mungkin juga menyukai