Anda di halaman 1dari 10

Hubungan antara Tingkat Vitamin D dan Hasil Pneumonia pada Anak

ABSTRAK

LATAR BELAKANG: Pneumonia, infeksi anak yang umum di Indonesia Anak-anak Nigeria
dengan sejumlah komplikasi yang melemahkan seperti empyema thoracis, telah dikaitkan
dengan kekurangan vitamin D karena kemampuannya untuk memodulasi limfosit T dari
kekebalan tubuh sistem.

TUJUAN: Untuk menentukan hubungan antara vitamin D dan hasil pneumonia pada anak-anak

METODE: Ini adalah studi kasus-kontrol yang melibatkan 24 anak dirawat karena pneumonia
sebagai subjek dan 10 anak tanpa pneumonia sebagai kontrol. Kuesioner yang telah diformat
sebelumnya digunakan untuk memperoleh informasi latar belakang, pengukuran antropometrik
dibuat untuk menentukan status gizi dan estimasi 25- hydroxy cholecalciferol (25OHD)
dilakukan untuk semua yang diteliti.

HASIL: Konsentrasi 25OHD serum (SD) rata-rata adalah 104 (59) nmol / L dan 130 (107) nmol
/ L untuk subjek dan kontrol masing-masing. Di antara subyek 15 (54%) memiliki serum 25OHD
kurang dari 70nmol / L dan 11 (46%) serum 25OHD lebih besar than70nmol / L. Hipokalsemia
hadir di 15 (54%) dari subjek. Analisis lebih lanjut dari hipokalsemia berkaitan dengan
konsentrasi serum 25OHD menunjukkan bahwa 2 (13%) memiliki kadar di bawah 40nmol / L,
10 (67%) memiliki kadar di bawah 70nmol / L dan 3 (20%) di atas 70nmol / L. Hipokalsemia
lebih sering terjadi dengan 25OHD di bawah 70nmol / L dibandingkan dengan mereka di atas
70nmol / L, (p = 0,01). Empyema thoracis dan kematian terjadi di antara dua subjek dengan
25OHD antara 27,5 dan 40nmol / L. Anemia lebih sering terjadi pada subjek dengan 25OHD di
bawah ini 70nmol / L dibandingkan dengan yang di atas70nmol / L (p = 0,03).
KESIMPULAN: Penelitian menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D, mungkin memiliki
peran penting dalam sistem kekebalan tubuh dan hemopoetik. Karena itu dapat mempengaruhi
respons seorang anak terhadap infeksi terutama pneumonia.

Kata kunci : Vitamin D, Anak anak, Pneumonia

PENGANTAR

Data Anak-anak PBB (UNICEF) pada laporan 2008 menyatakan bahwa 32% dari
Anak-anak di bawah 5 tahun di Nigeria menderita pneumonia, yang menjadi penyebab kematian
dan morbiditas pada anak-anak, faktor-faktor berikut ini diketahui meningkatkan risiko
pneumonia, dan komplikasinya menyebabkan kematian. faktor-faktor lingkungan seperti asap
polutan yang timbul akibat memasak dengan kayu bakar, atau asap rokok; peningkatan transmisi
patogen karena kepadatan dan ventilasi yang buruk di dalam rumah; kesalahan pengasuhan anak
seperti mengurangi jarak antara pengenalan anak dalam kepadatan, fasilitas penitipan anak yang
buruk yang menyebabkan kekurangan gizi dari berbagai penyebab seperti kekurangan kalori,
protein, zat gizi mikro dan vitamin.
Penyebab umum dari rakhitis di Nigeria adalah kekurangan kalsium dan Kekurangan
vitamin D. Asupan makanan yang memadai dan berkualitas akan memperbaiki kekurangan ini.
Untuk diagnosis defisiensi vitamin D pada anak-anak dan remaja, secara luas nilai cut-off yang
digunakan adalah serum 25 (OH)2D sebesar 27.50nmol / L atau kurang. Nilai untuk orang
dewasa saat ini 70 nmol / L atau kurang, ini lebih tinggi dari apa yg digunakan dalam literatur
sebelumnya di mana Ketidak cukupan vitamin D didefinisikan sebagai 50nmol atau kurang.
ketidakcukupan Vitamin D, telah terbukti memiliki efek buruk pada kesehatan tulang orang
dewasa dan mungkin juga pada anak-anak dan remaja dengan efek gangguan pertumbuhan.
Sayangnya, pertumbuhan hanya bisa didiagnosis dengan hasil laboratorium karena tidak ada
gambaran klinis yang diketahui secara karakteristik.
Studi kasus kontrol ini dilakukan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara
vitamin D defisiensi atau insufisiensi D adalah merupakan predisposisi pada anak pneumonia
dan apakah kadar serum vitamin D yang sangat rendah meningkatkan prevalensi komplikasi
pneumonia.

SUBYEK, BAHAN, DAN METODE

Penelitian ini adalah studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan Januari dan
pertengahan Februari (6 minggu) selama musim kemarau dengan sedikit curah hujan di Nigeria.
Tempat penelitian adalah di tiga rumah sakit (Lagos Rumah Sakit Pendidikan Universitas
(LUTH), Rumah Sakit Pengajaran Universitas Negeri Lagos (LASUTH) dan Rumah Sakit Anak
Massey Lagos). Tiga rumah sakit yang dipilih terletak di tiga tempat berbeda dengan daerah
padat penduduk yakni di Lagos metropolis. Lagos adalah pelabuhan conurbation terpadat kedua
di Nigeria dan kota terpadat kedua di Afrika. Kota ini dipisahkan oleh anak sungai, seperti
Lagos Pulau, yang berbatasan dengan barat daya Lagos Lagoon, bersebrangan dengan Samudera
Atlantik dengan adanya pasir panjang sebagai Pantai Bar yang membentang hingga 100 km di
timur dan barat.

Sampel

Anak-anak berusia antara dua bulan dan lima tahun yang berada di tiga rumah sakit dalam waktu
enam minggu dari Januari hingga pertengahan Februari dengan diagnosa pneumonia bronkial.
Anak yang akan diteliti harus memenuhi kriteria inklusi berikut ini.

Kriteria Inklusi

Anak harus memiliki gejala klinis sebelum diagnosis pneumonia ditegakkan, gejala nya yaitu :.
takipnea (laju pernapasan> 50 siklus / menit untuk anak-anak 2–11 bulan atau> 40 siklus / menit
untuk anak-anak berusia 1-5 tahun). Pada auskultasi paru terdapat bunyi crackles (mengetup”)
dan pada hasil rontgen terdapat alveolar infiltrat atau bronkogram udara. Selain dari gejala di
atas juga harus berusia antara dua bulan hingga 60 bulan dan berada di bangsal anak. Subjek juga
harus diobati dengan antibiotik yang sama ( ampisilin dan cloxacillin) dan diberikan dosis sesuai
dengan berat badan. Harus mendapatkan persetujuan dari orang tua untuk dimasukkan ke dalam
penelitian. Anak harus mempunyai hasil radiologis negatif dan terdapat bukti bekas luka dari
imunisasi BCG untuk menghilangkan infeksi TBC.

Kriteria Ekslusi

Vitamin D dan alkali fosfatase adalah dua parameter yang penting dalam penelitian,
keduanya memiliki metabolisme yang terjadi di hati. Karena itu setiap anak dengan riwayat
penyakit kuning dikeluarkan, Juga anak dengan riwayat asma, croup, masalah toraks akut
terlepas dari pneumonia, diare kronis, penyakit jantung bawaan atau obat yang berhubungan
dengan rakhitis seperti fenobarbiton.

Kontrol Pendaftaran Subjek

Pada kelompok kontrol adalah anak-anak yang dirawat selama periode yang sama tanpa
pneumonia atau pengecualian kriteria apa pun.

Metode

Parameter laboratorium diukur dalam Deartment of Laboratorium di Rumah Sakit


Pendidikan Universitas Lagos menggunakan metode standar laboratorium dan jaminan kualitas:
Serum alkaline fosfatase, kalsium, dan fosfat. Indeks hematologis dilakukan menggunakan
metode standar.
Estimasi vitamin D dilakukan di laboratorium patologi kimia rumah sakit Gunung
Sinai Toronto Kanada yang bekerja sama dengan Vieth R, menggunakan radioimmunoassay
(Dia-Sorin, Stillwater, MN.
Kuesioner yang telah dibuat untuk memperoleh informasi tentang diet, obat-obatan,
menyusui, status sosial ekonomi, lama paparan sinar matahari setiap hari, riwayat patah tulang
baik trauma spontan atau trauma berikutnya dan frekuensi gejala akut infeksi pernapasan seperti
batuk, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, napas cepat, nyeri dada dengan atau tanpa demam.
Diagnosis pneumonia dibuat dengan menggunakan kriteria inklusi secara ketat.
Pengukuran antropometrik termasuk berat dan tinggi (atau panjang tergantung pada
usia subjek) dilakukan dengan menggunakan pengukuran standar, peralatan dan metode
dilakukan oleh staf yang terlatih di rumah sakit. Pengukuran antropometri dikumpulkan pada
grafik pertumbuhan CDC 19 untuk menentukan status gizi.
Informed consent diperoleh dari orang tua anak, darah yang diambil di analisis
biokimia atau penerapan kuesioner diterapkan. Semua anak-anak yang terdiagnosis pneumonia
diperlakukan dengan manajemen yang tepat tanpa prasangka atau sebaliknya.
Studi ini disetujui oleh the komite etik Lagos Rumah Sakit Pendidikan Universitas
(LUTH) dan Pengajaran Universitas Negeri Lagos Rumah Sakit (LASUT).
Analisis statistik dilakukan menggunakan uji t-test dan fisher exact test yang tepat.
Interval kepercayaan ditetapkan pada 95% dan tingkat signifikansi ditetapkan pada p kurang atau
sama dengan 0,05, menggunakan microsft perangkat lunak excel 2007.

HASIL

Ada 522 anak yang diterima oleh tiga rumah sakit selama periode penelitian dan 463
(87%) anak adalah usia 2 bulan hingga5 tahun. Gejala pneumonia didiagnosis sebanyak 32 (7%)
menggunakan kriteria inklusi, tetapi hanya 24 (75%) yang memenuhi syarat untuk analisis. Lima
dari subyek itu dikecualikan untuk sampel darah. Persetujuan dibatalkan untuk dua inisial setelah
perjanjian dan dengan demikian dikeluarkan, karena memiliki hemoglobinopati SS.
10 anak yang orang tuanya menyetujui dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
adalah Mereka yang berusia antara 2 bulan hingga5 tahun. Delapan adalah dirawat karena
demam malaria dan dua pernah meningitis.

Distribusi Subjek per Partisipasi Fasilitas kesehatan

Rumah Sakit Pendidikan Universitas Lagos menyumbang 11 dari 32 diagnosis dengan


pneumonia sedangkan delapan datang dari Rumah Sakit Anak Massey dan 13 dari Universitas
Negeri Lagos Rumah Sakit Pendidikan.
Karakteristik Subjek dan Kontrol

Tabel 1 menunjukkan dasar karakteristik subyek dan kontrol. Tidak ada perbedaan
yang signifikan antara kelompok subyek dan kontrol pada kriteria berat atau tinggi badan.
Lamanya waktu terpapar sinar matahari di kedua kelompok yaitu tiga jam pada kelompok subjek
dan empat jam dalam kelompok kontrol, masing-masing secara signifikan berbeda. Untuk
periode pemberian ASI eksklusif adalah sama di kedua kelompok (tiga bulan).
Enam puluh persen subjek dan kontrol antara usia enam dan 12 bulan yang
mengkonsumsi makanan juga menambahkan susu formula empat hingga enam sedok makan satu
hari. Subjek yang lebih tua dari Usia 12 bulan biasanya memiliki 2-3 sendok makan susu yang
ditambahkan ke pap mereka atau teh per hari. Terlepas dari usia, 14 (60%) dan 8 (80%) dari
subjek dan kontrol masing-masing berada di berbagai jenis multivitamin dengan konsentrasi
vitamin D bervariasi antara 50IU hingga 200IU per lima ml. Ibu rata-rata memberi 5 ml sekali
sehari, tetapi tidak ada yang Mengonsumsi suplemen kalsium. Beberapa ibu [20 (60%)] memiliki
sampel suplemen vitamin yang terverifikasi.

Profil Vitamin D serum

Pada kelompok Subjek serum 25 hydroxyvitamin D (25OHD) adalah 104 (59) nmol / L
sedangkan pada kelompok kontrol adalah 130 (107) nmol / L, dengan hasil p = .0, 50 yang
artimya tidak signifikan. Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada subjek yang memiliki serum
25OHD kurang dari 27,5nmol / L, tetapi dua (8%) memiliki 25OHD kurang dari 40nmol / L
(Keduanya tidak menggunakan multivitamin tonik). Total 13 (54%) subjek memiliki serum
25OHD kurang dari 70nmol / L, sementara 11 (46%) memiliki kadar serum 25OHD yang lebih
besar dari 70nmol / L (Tabel 3). Di antara kelompok kontrol, tiga (30%) memiliki 25OHD
kurang dari 70nmol / L yang dimiliki 25OHD kurang dari 27,5nmol / L dan enam (60%)
memiliki 25OHD lebih besar dari 70nmol / L (Tabel 3).
Profil Vitamin D dan Kalsium

Konsentrasi kalsium serum rata-rata tidak berbeda secara signifikan antara kedua
kelompok, p = 0,43 (Tabel 3). Di antara subyek dengan pneumonia, 13 (54%) memiliki
hipokalsemia. Dari tiga belas subjek dengan hipokalsemia 77% subjek memiliki serum 25OHD
kurang dari 70nmol / L. Pada waktu yang lalu bahwa kedua subjek dengan serum 25OHD kurang
dari 40nmol / L menderita hipokalsemia. Tiga sisanya (23%) subjek dengan hipokalsemia adalah
mereka dengan serum 25OHD lebih besar dari 70nmol / L. Membandingkan proporsi subyek
dengan 25OHD kurang dari 70nmol / L dengan yang 25OHD lebih besar than70nmol / L
menunjukkan statistik signifikansi (p = 0,01).

Profil Vitamin D serum dan Komplikasi

Serum 25OHD dari kedua pasien dengan thoracis empyema kurang dari 40 nmol / L,
demikian juga pasien dengan pneumonia yang meninggal. Anemia (hemoglobin <10gs / dl)
ditemukan pada 15 (62,5%) anak-anak dengan pneumonia. Sebelas (84%) dari 15 anak ini
memiliki serum 25OHD kurang dari 70nmol / L. Terdapat catatan bahwa kedua anak dengan
serum 25OHD kurang dari 40nmol / L seperti sebelumnya dicatat dapat menimbulkan
komplikasi lain spt anemia, sementara hanya empat yang anemia di antara mereka yang memiliki
25OHD lebih besar dari 70nmol / L. Membandingkan proporsi subyek dengan serum 25OHD
kurang dari 70nmol / L dan mereka dengan serum 25OHD lebih besar dari 70nmol / L secara
statistik terdapat perbedaan yang signifikan pada 95% CI (p = 0,03) (Tabel 4).

DISKUSI

Kekurangan vitamin D sering terjadi pada banyak bagian dunia dan sekarang sedang
diamati di beberapa tempat, tempat itu sebelumnya jarang dilakukan penelitian. Kekurangan
vitamin D didiagnosis ketika serum 25OHD kurang dari 27,5nmol / l, dan menyajikan dengan
jelas secara klinis sebagai rakhitis atau osteomalacia yang tergantung pada usia.
Namun, kekurangan vitamin D, yaitu 25OHD kurang dari 70nmol / L, memiliki gejala
klinis yang tidak jelas dan efeknya pada kesehatan biasanya tidak dirasakan. Meskipun efek
kekurangan vitamin D telah dirasakan oleh orang dewasa tidak demikian pada anak-anak. Nutrisi
vitamin D telah ditemukan berpengaruh untuk kesehatan tulang. Ini dilakukan melalui
mekanisme yang dimediasi secara lokal dengan sirkulasi 25OHD. Banyak manfaat memiliki 1,
25 dihydroxyvitamin- 1 alfa hidroksilase (1,25 (OH)2D – 1OH ) enzim atau reseptor untuk 1,25
(OH)2D. Yg termasuk adalah kulit, pankreas, otak, medula adrenal, prostat, payudara dan usus
besar. Melalui banyaknya penelitian telah terdapat korelasi antara kekurangan vitamin D dan
pneumonia, TBC, diabetes, kanker (prostat dan payudara), multipel sklerosis dan hipertensi.
Di sel hemopoetik sum-sum tulang, 1,25 (OH)2D mengatakan diferensiasi promonosit
menjadi monosit, megalosit dan akhirnya menjadi osteoklas. interferon diproduksi oleh
Tlymphocytes yang diaktifkan yg memediasi produksi 1,25 (OH)2D 1OH -, berunding tentang
hal ini sel menghasilkan kemampuan yg terbatas 1,25 (OH)2D. Ini menunjukkan keterlibatan
1,25 (OH)2D dalam diferensiasi sel di sumsum tulang, sistem kekebalan tubuh dan epidermis.
Meski masih diselidiki, defisiensi vitamin D ringan mungkin memiliki dampak besar pada
kematian dan morbiditas anak yang sedang tumbuh, terutama di negara berkembang di mana
Kekurangan gizi masih memiliki peran besar. Kekurangan vitamin D adalah salah satu
kekurangan nutrisi yang mudah diperbaiki. Konsumsi harian atau paparan sinar matahari yang
memadai pada waktu yang tepat Setidaknya 15-30 menit per hari seharusnya mencegah
kekurangan vitamin D sehingga tidak tentu kekurangan.
Penelitian yang dilakukan di Nigeria telah menunjukkan bahwa kekurangan kalsium
dan bukan Kekurangan vitamin D adalah penyebab umum nutrisi rakhitis. karena itu Suplemen
vitamin D tidak dapat dibenarkan sebagai tambahan wajib untuk kebijakan nasional kesehatan
seperti yang dilakukan di Indonesia Eropa, Kanada, dan Amerika. Dapat diasumsikan bahwa itu
benar karena kita hidup di daerah tropis, paparan yang memadai untuk sinar matahari oleh anak-
anak seharusnya cukup untuk mencegah defisiensi vitamin D. Asumsi ini bahkan didukung oleh
penelitian sebagai kekurangan vitamin D terlihat hanya pada 20% pasien. Penting untuk
mengetahui hampir 75% dari orang tua yang melakukan pemberian multivitamin di rumah
(meskipun hanya 60% bisa diverifikasi) dan terdapat fakta bahwa, mereka yang Kekurangan
vitamin D adalah mereka yang tidak menggunakan multivitamin. Harus di catat bahwa,
meskipun anak-anak memiliki waktu yang memadai untuk dilakukannya pemaparan sinar
matahari, tetapi berkurangnya area kulit yang terpapar karena pakaian dan waktu pemaparan
mungkin menjelaskan tingginya prevalensi kekurangan vitamin D di antara kelompok kontrol
(33%). Meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada komplikasi
pneumonia seperti empyema thoracis dan kematian, faktanya, bahwa ini diamati pada mereka
yang Tingkat 25OHD kurang dari 40nmol / L yg menunjukkan bahwa vitamin D mungkin
berperan melalui sistem kekebalan tubuh. Juga, hipokalsemia dan prevalensi anemia tinggi di
antara anak-anak dengan pneumonia dan dengan serum 25OHD lebih sedikit dari 70nmol / l
(yaitu vitamin D ketidak cukupan). Bandingkan parameter ini pada mereka dengan kekurangan
vitamin dengan mereka yang memiliki vitamin D yg cukup secara statistik penting. Pengamatan
yang dilakukan adalah konsisten dengan hipotesis kami bahwa kekurangan vitamin D memiliki
peran penting di sistem imun dan hemopoetik dan karenanya mempengaruhi respons seorang
anak untuk infeksi.

PENGAKUAN

Kami mengakui besarnya kontribusi Prof R. Vieth dari Departemen Patologi dan Laboratorium
Kedokteran, Rumah Sakit Mount Sinai, Toronto Kanada.

Anda mungkin juga menyukai