Anda di halaman 1dari 12

 Pengertian konsep acara agama hindu

Acara Agama terdiri dari Acara dan Agama, dimana Acara berasal dari bahasa
Sansekerta yang memiliki arti :

a. Perbuatan / tingkah laku yang baik.

b. Adat istiadat.

c. Tradisi / kebiasaan yang merupakan tingkah laku manusia baik perseorangan maupun
kelompok yang di dasari atas kaidah-kaidah hukum yang ajeg.

Jadi acara pada prinsipnya adalah tradisi keberagamaan Hindu atau suatu kebiasaan. Tetapi tidak
berarti setiap tradisi itu acara.

Dapat di simpulkan bahwa Acara Agama Hindu adalah tradisi atau kebiasaan yang menjadi
tingkah laku manusia baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang di dasari oleh
kaidah hukum yang ajeg dan di laksanakan turun temurun, termasuk tradisi orang suci.

http://saivasidhanta.blogspot.com/2014/09/tugas-i-acara-agama-hindu.html

 Tujuan dan ruang lingkup

a. Tujuan umum diselenggarakannya tujuan ruang lingkup ialah pembentukan dan


pengembangan kepribadian serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan, dan
pemikiran mengenai berbagai gejala yang ada dan timbul dalam lingkungannya,
khususnya gejala berkenaan dengan masyarakat dengan orang lain, agar daya tanggap,
presepsi, dan penalaran berkenaan dengan lingkungan social dapat dipertajam.

b. Tujuan khusus:

1. Memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-maslah sosial


yang ada dalam masyarakat.
2. Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha-usaha
menanggulanginya.
3. Menyadari bahwa setiap masalah sosial yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat
kompleks dan hanya dapat mendekatinya (mempelajarinya).
4. Memahami jalan pikiran para ahli dalalm bidang ilmu pengetahuan lalin dan dapat
berkomunikasi dengan mereka dalalm rangka penanggulangan maslah sosial yang timbul
dalam masyarakat.

https://prabowo-womanizer.blogspot.com/2012/10/pengertian-ilmu-sosial-dasar.html
 Defenisi manusia
2.2 Pengertian Manusia
Manusia pertama menurut Hindu adalah Svambhu manu, yang artinya makhluk berpikir pertama
yang menjadikan dirinya sendiri. Jadi Svambhu bukanlah nama seseorang. Secara etimologi kata
manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi
kata “manusya”, artinya ia yang berpikir atau menggunakan pikirannya. Menurut konsep Hindu,
manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik
terus berkembang. Secara kosmologis, manusia ( yang berupa kesatuan jiwa badan jasmaninya )
yang sering disebut mikrokosmos ( bhuana alit ) yang merupakan perwujudan dari makrokosmos
( bhuana agung ). Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga
kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda dengan
makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan
perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan
perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu menolong dirinya sendiri,
mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi manusia. Dimana tidak
dimiliki oleh makhluk lain selain manusia.
http://prajanitijabar.org/berita/hakikat-manusia-hindu.html
Beberapa Pengertian Manusia menurut Para Ahli

Paula J. C. & Janet W. K.

Menurut Paula J. C. & Janet W. K. Manusia merupakan makhluk yang terbuka, bebas memilih
makna di dalam setiap situasi, mengemban tanggung jawab atas setiap keputusan, yang hidup
secara berkelanjutan, serta turut menyusun pola hubungan antar sesama dan unggul
multidimensional dengan berbagai kemungkinan.

Omar Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany

Menurut Omar Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany, pengertian manusia adalah makhluk


yang mulia. Masuia merupakan makhluk yang mampu berpikir, dan menusia merupakan
makhluk 3 dimensi (yang terdiri dari badan, ruh, dan kemampuan berpikir / akal). Manusia di
dalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor keturunan dan
faktor lingkungan.

Kees Bertens

Menurut Kees Bertens, manusia adalah setiap makhluk yang terdiri dari dua unsur yang
satuannya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk apapun.

Upanisads

Menurut Upanisads, manusia merupakan sebuah kombinasi dari beberapa unsur kehidupan
seperti roh (atman), pikiran, jiwa, dan prana (tubuh / fisik).
 Penciptaan manusia
konsep terciptanya manusia menurut agama hindu

Ada beragam kisah penciptaan alam semesta yang dituturkan secara mitologis dan
berbeda-beda dalam kitab-kitab Purana. Menurut kitab Weda, unsur dasar alam semesta
ini adalah aditi yang berarti ketiadaan atau kehampaan. Segala sesuatu yang ada
merupakan diti yang artinya terikat. Sebelum adanya alam semesta, yang ada
hanyalah Brahman, sesuatu yang sulit dilukiskan. Brahman berada di luar kehidupan dan
kematian, tak terikat oleh waktu, abadi, tak bergerak, ada dimana-mana, memenuhi
segala sesuatu.
Menurut kepercayaan Hindu, alam semesta terbentuk secara bertahap dan berevolusi.
Brahman menciptakan alam semesta dengan tapa. Dengan tapa itu, Brahman
memancarkan panas. Setelah menciptakan, Brahman menyatu ke dalam ciptaannya.
Menurut kitab Purana, pada awal proses penciptaan, terbentuklah Brahmanda. Pada awal
proses penciptaan juga terbentuk Purusa dan Prakerti. Kedua kekuatan ini bertemu
sehingga terciptalah alam semesta. Tahap ini terjadi berangsur-angsur, tidak sekaligus.
Mula-mula yang muncul adalah Citta (alam pikiran), yang sudah mulai dipengaruhi oleh
Triguna, yaitu Sattwam, Rajas dan Tamas. Tahap selanjutnya adalah terbentuknya
Triantahkarana, yang terdiri dari Buddhi (naluri); Manah (akal pikiran); Ahamkara (rasa
keakuan). Selanjutnya, munculah Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, yang disebut
pula Dasendria (sepuluh indria).
Setelah timbulnya Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, maka sepuluh indria tersebut
berevolusi menjadi Pancatanmatra, yaitu lima benih unsur alam semesta yang sangat
halus, tidak berukuran. Pancatanmatra merupakan benih saja. Pancatanmatra berevolusi
menjadi unsur-unsur benda materi yang nyata. Unsur-unsur tersebut dinamai
Pancamahabhuta, atau Lima Unsur Zat Alam. Kelima unsur tersebut
yaitu: Akasa (ether); Bayu (zat gas, udara); Teja (plasma, api, kalor); Apah (zat
cair); Pertiwi (zat padat, tanah, logam).
Pancamahabhuta berbentuk Paramānu, atau benih yang lebih halus daripada atom. Pada
saat penciptaan, Pancamahabhuta bergerak dan mulai menyusun alam semesta dan
mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda langit tersusun dari kelima unsur tersebut,
namun kadangkala ada salah satu unsur yang mendominasi. Sari-sari Pancamahabhuta
menjadi Sadrasa, yaitu enam macam rasa. Unsur-unsur tersebut dicampur
dengan Citta, Buddhi, Ahamkara, Dasendria, Pancatanmatra dan Pancamahabhuta. Dari
pencampuran tersebut, timbulah benih makhluk hidup, yaitu Swanita dan Sukla.
Pertemuan kedua benih tersebut menyebabkan terjadinya makhluk hidup.
Kehidupan dimulai dari yang paling halus sampai yang paling kasar. Sebelum manusia
diciptakan, terlabih dahulu Brahman dalam wujud sebagai Brahma, menciptakan
para gandharwa, pisaca, makhluk gaib, dan sebagainya. Setelah itu terciptalah tumbuhan
dan binatang. Manusia tercipta sesudah munculnya tumbuhan dan binatang di muka
bumi. Karena memiliki unsur-unsur yang menyusun alam semesta, maka manusia disebut
Bhuwana Alit, sedangkan jagat raya disebut Bhuwana Agung.
Menurut kepercayaan Hindu, manusia pertama adalah Swayambu Manu. Nama ini bukan
nama seseorang, melainkan nama spesies. Swayambu Manu secara harfiah berarti
"makhluk berpikir yang menjadikan dirinya sendiri".
http://sogiibnu.blogspot.com/2014/04/konsep-penciptaan-manusia-menurut-hindu.html

 Hakekat Manusia
Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani.
Jasmani adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi,
kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki tiga lapisan badan yang disebut Tri Sarira
yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. Stula Sarira atau raga
manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah,
Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau Bhuana Sarira. Proses
terbentuknya pun sama seperti proses terjadinya Bhuana Agung atau alam semesta. Sedangkan
Suksma Sarira yaitu badan halus yang terdiri tiga unsur yang disebut Tri Antahkarana terdiri dari
manas atau alam pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi dan Ahamkara atau
keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari Panca Maha Bhuta yang
disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa, Gandha membentuk berbagai
indriya (Panca Buddhindriya dan Panca Karmendriya). Sedangkan Anta Karana Sarira
merupakan unsur rohani yaitu jiwatman sendiri yang sifatnya sama seperti paramaatman, kekal
abadi.
Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir. Jadi manusia
merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu kelebihan dibandingkan mahluk lainnya.
Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan
hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda
dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan suara,
sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh manusia yang telah dibekali
sejak dilahirkan. Dengan memiliki pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka
mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu
sebelum melakukan tindakan. Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui asal,
tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka pola hidup serta cara
pandangnya terhadap kehidupan akan mampu mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap
berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan
dalam ajaran agama. Namun manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak seperti
binatang yang lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan tanpa memerlukan
bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami terlebih dahulu untuk mengetahui dan
dapat memisahkan esensi dari raga ini yang terpisah dengan atman yang sejati.
http://prajanitijabar.org/berita/hakikat-manusia-hindu.html

 Kelebihan manusia dari mahkluk lainnya

Dalam penelitiannya, para ilmuwan menyimpulkan bahwa ada 11 kelebihan manusia yang
membuatnya lebih istimewa dibandingkan dengan makhluk lainnya.

1. Akal Pikiran
Walau sama-sama masuk dalam kingdom binatang, manusia unggul karena memili akal pikiran
yang dapat berpikir. Dengan akal pikiran manusia mampu mengontrol emosinya. Itulah yang
menyebabkan manusia berbeda dengan hewan dan tumbuhan.

2. Belajar

Kelebihannya selanjutnya yaitu belajar. Manusia mampu mempelajari sesuatu hal yang benar
atau salah. Dengan belajar juga bagaimana manusia menjalankan hidupnya di bumi, belajar
bagaimana berinteraksi dengan mahluk lainnya.

3. Menggunakan Pakaian

Manusia juga satu-satunya anggota kerajaan hewan yang menggunakan pakaian. Mungkin
karena memang tubuhnya tergolong telanjang. Perkembangan pola berpakaian ini dipengaruhi
juga oleh evolusi.

4. Memiliki Rasa Malu

Manusia juga satu-satunya spesies yang bias merasa malu, tersipu-sipu. Darwin menyebutnya
sebagai perilaku paling khas dan unik disbanding ekspresi lain yang dilakukan mahluk hidup.

5. Bicara

Laring atau kotak suara kita ada di bagian terbawah tenggorokan, jauh lebih rendah letaknya
dibanding simpanse. Ini membuat kita mampu mengucapkan banyak kata dan mampu berbicara
daripada bangsa primata lain. Kita mulai memiliki kemampuan ini sejak 350.000 tahun lalu, saat
nenek moyang manusia mulai bisa berbicara dengan baik.

6. Tidak Berbulu

Dibanding kerabat kita para kera, kita ini termasuk telanjang, lho. Ya, sebab bagi bangsa
primata, bulu itu semacam pakaian alami. Walau tidak ditumbuhi bulu sama panjang dengan
bangsa monyet, justru bulu di tubuh kita jauh lebih lebat kalau dihitung rata-rata jumlah
produksinya. Untung lah bulu itu tidak sama panjang dengan bulu monyet ya!
7. Mengontrol Api

Adakah hewan atau tanaman yang mampu mengontrol api ? Tidak ada. Hanya manusia, mahluk
hidup yang dapat mengendalikan api, lalu memanfaatkannya untuk kehidupan. Mulai dari
sebagai penghangat, penerang, sampai memasak dan membuat alat.

8. Postur Tubuh Lurus

Manusia tergolong bangsa primata, namun manusia lah yang mampu berjalan tegak lurus. Ini
membuat tangan kita bebas bekerja, tak seperti primata lain yang menggunakan tangan sebagai
penopang tubuh untuk berjalan. Kita hanya memerlukan tangan untuk berjalan saat masih bayi
saja. Bayangkan kalau kita terus-terusan merangkak, pastinya agak susah menciptakan komputer
atau segala teknologi canggih saat ini kan?

9. Masa Kanak-kanak Panjang

Dibanding hewan lain atau sebangsa primata, manusia menghabiskan paling banyak waktu
bersama orang tuanya. Alasan paling masuk akal menurut ilmuwan adalah karena manusia
memerlukan lebih banyak waktu untuk mengembangkan otaknya yang sangat kompleks dan
memang lebih unggul disbanding mahluk hidup lain.

10. Hidup Lama Setelah Reproduksi

Sebagian besar hewan hidup tidak lama setelah mereka melakukan reproduksi. Tapi manusia,
khususnya yang perempuan, masih bias hidup lama setelah mereka melahirkan. Ilmuwan
menduga ini disebabkan adanya ikatan social di antara manusia, terutama keluarga besar. Kakek
dan nenek bias membantu mengasuh anak atau sekedar memberi perhatian. Itu adalah keadaan
yang tidak berlaku pada hewan.

11. Bentuk Jari

Manusia bukan satu-satunya “hewan” yang mampu memegang benda dengan tangannya melalui
bentuk jari yang ideal. Bangsa primata lain seperti kera juga mampu melakukannya. Yang
membuat manusia unik adalah bentuk jari dan ukurannya saling berbeda satu sama lain. Setiap
jari memiliki fungsi berbeda dalam melakukan suatu tugas. Ini membuat jari-jari kita bisa
menulis dengan baik, memetik gitar, dan memanfaatkan objek lainnya. Hal yang tak bisa
dilakukan bangsa primata lain sebaik kita.

https://topieks.blogspot.com/2014/03/11-kelebihan-manusia-yang-
membedakannya.html

Konsepsi Manusia Hindu


Hindu Mānawa dharmaśāstra istilah manusia/manusya secara etimologis berasal dari
bahasa sansekerta yakni kata Manu (berarti pikiran) dan sya (bentuk negative yang menyatakan
arti: milik atau sifat yang dimiliki kata benda yang dilekatinya) dengan demikian secara hafiah
kata manusia/manusya berarti ia yang memiliki pikiran atau ia yang senantiasa berfikir dan
menggunakan akal pikirannya. Menurut Ludwig Wittgenstein dalam bukunya Gallagher (dalam
Wirawan, 2007:40) menyatakana, bahwa kata/bahasa adalah logika, sehingga secara
konsepsional dapat kita pahami bahwa dalam kata manu dan manusia tersebut pada dasarnya
telah terumuskan tentang makna hakiki dari jenis mahluk hidup yang bernama manusia sebagai
subjek pengada yang berkesadaran, karena itu kepastian pertama dari eksistensi manusia menurut
Rene Descartes adalah “Cogito, ergo sum”: (Saya berfikir, maka saya ada) dan selanjutnya
dinyatakan dengan “Cogito Ergo sum cogitan” yang maksudnya, Saya berpikir, maka saya
adalah pengada yang bepikir, yaitu eksistansi dari budi, sebuah subtansi sadar.
Dalam kitab Veda disebutkan (dan selanjutnya dijelaskan dalam kitab upanisad), bahwa
manusia pertama dalam konsepsi Hindu adalam Manu atau Swayambu-Manu (Mahluk berpikir
yang menjadikan dirinya sendiri). Dari konsepsi (lingual dan filosofis) ini maka dalam sistem
kondifikasi Veda kita mengenal Manu sebagai maharsi pertama yang menuliskan (sabda
suci/wahyu yang diterima) tentang hukum Hindu (dharma) berdasarkan ingatan pikirannya
sebagai kitab hukum tersebut dikenal dengan
nama Manusmerti atau Manawadharmasastra (kitab umum Hindu dari Manu).
Dari konsep-konsep ini dapat dipahami bahwa secara dasar manusia mahluk rasional
karena berpikir dengan akal (budhi) pikirannya. Akal budi-pikiran yang dimilikinya itu
merupakan dasar yang penting dalam pengembangan Wiweka yakni kemampuan akal-pikiran
rasional untuk mempertimbangkan sesuatu secara arif. Karena itu secara konseptual manusia
Hindu adalah manusia yang mampu mengembangkan dan mengedepankan daya berpikir dan
pikiran rasional (manah) untuk menjadikan dirinya sendiri sebagai manusia swayambu-
manu) dalam tatanan hidup dan kehidupan ini.
2.2 Hakekat Manusia Hindu
Realitas manusia sebagai pribadi yang memiliki badan jasmani dan jiwa telah membuka
beberapa pemikiran dalam pandangan filsafat manusia (kaum carwaka di India), menganggap
badan jasmani lebih bernilai (penting) dari pada jiwa. Sebaliknya pandangan spiritualisme
beranggapan bahwa jiwa jauh lebih bernilai (penting) dibandingkan badan jasmani.
Akan tetapi dalam pandangan Veda (Hindu), baik badan jasmani maupun jiwa memiliki
hakikat yang sama pentingnya; jiwa-atma dapat menjadi dasar dalam pemahaman badan jasmani
(wadag) atau dapat juga sebaliknya. Ajaran Samkhya Darsana sebagai salah satu cabang filsafat
Veda yang bersifat dualistik-analisis rupanya dapat membantu menjelaskan hakikat badan jiwa
atau purusa-prakerti (pradhana) atau cetana-acetana yang selanjutnya menjadi pokok kajian bagi
bidang Mayatatawa dan purusatatwa. menurut pandangan Shamkya, mahluk hidup dalam hal ini
adalah manusia pada dasarnya terbentuk dan tersusun atas 25 tatwa (unsur), yakni:
1. Purusa : Unsur, rohani, spiritual, jiwa-atma.
2. Prakrti : Unsur badani, matri, material, jasmaniah.
3. Buddhi : Kesadaran, kecerdasan, intelektual.
4. Ahamkara : Ego, rasa aku (keakuan).
5. Manah : Pikiran, rasio.
Panca buddhi indriya (lima indria untuk mengetahui).
6. Cakswindriya : Indria pada mata.
7. Srotendriya : Indria pada telinga.
8. Granendriya : Indria pada hidung.
9. Jihvendriya : Indria pada lidah.
10. Twakindriya : Indria pada kulit.
Panca karmendriya (lima indria pelaku/penggerak).
11. Panindriya : Indria pada tangan.
12. Padendriya : Indria pada kaki.
13. Vakindriya : Indria pada mulut.
14. Abastendrya/Bhagendriya: Indria pada kelamin pria/wanita.
15. Paiwindriya : Indria pada pelepasan (anus).
Panca tan mantra (lima macam sari, benih, tak terukur).
16. Sabda yan matra : Benih suara.
17. Starsa tan matra : Benih raba.
18. Rupa tan matra : Benih warna.
19. Rasa tan matra : Benih rasa.
20. Gandha tan matra : Benih bau/penciuman.
Panca Maha Bhuta (lima unsur besar)
21. Akasa : Eter, ruang.
22. Wahyu : Udara, hawa, atmosfer.
23. Teja : Api.
24. Apah : Air.
25. Pertiwi : Tanah.
Badan jasmani akan mati tetapi jiwa hidup terus. Matinya fisik bukan akhir sebuah
kehidupan. Antara roh dan kehidupan harus seimbang, semasih fisik itu dijiwai oleh roh. Untuk
menyeimbangkan diperlukan sebuah penetralisir. Jasmani harus dijaga secara terus menerus agar
selalu dalam keadaan sehat, maka perlu dilakukan pengobatan baik melalui biomedis maupun
biokultural, sehingga keadaan jasmani tetap seimbang dengan rohani sampai menjelang jasmani
ini ditinggalkan oleh penghuninya.
2.3 Martabat Manusia Hindu
Pemahaman akan tingginya martabat manusia itu bagi manusia modern tercermin dalam
berbagai aspek seperti: 1). Tingkat pendidikan dan wawasan pengetahuan yang dimiliki, 2).
Profesi atau bidang pekerjaan dan tingkat social ekonomi, 3). Peran dan kedudukan dalam hidup
social-kemasyarakatan-kemanusiaannya, 4). Keimanan dan ketakwaan serta hidup
berkeanekaragaman.
Berdasarkan panduan Veda secara awam dikemukakan disini beberapa aspek yang
langsung dan tidak langsung dianggap mengindikasikan dan mempresentasikan tentang rumusan
hakekat-martabat manusia Hindu: 1). Jati (kelahiran), 2). Dharma (kewajiban hidup, kebenaran,
serta kedudukan dan peran social kemasyarakatan-keagamaan), 3). Warna/kasta (profesi bidang
pekerja), 4). Karma (secara luas meliputi Manacika, dan Wacika, Kayika), 5). Guna (Sattwam,
Rajas, dan Tamas), 6). Tingkat kebrahmacarian dan wawasan pengetahuan (Vedājńa,
Vedapraṅga, Śāstrājńa, dan Gunawan), 7). Tingkat keimanan dan kerohanian (Śrādham dan
Satyam). Mahāṛsī Katilya menyatakan “Apa yang gunanya terlahir dikalangan keluarga
terhormat tetapi tidak memiliki pengetahuan suci. Walaupun seorang lahir dari keluarga rendah,
tetapi ia terpelajar, memiliki pengetahuan suci, dan bijaksana patutlah dia dihormati seperti
Devā.
2.4 Tanggung Jawab Manusia Hindu
Setiap individu manusia Hindu dapat dilihat secara vertikal (dalam hubungan dengan
Brahman Sang Pencipta Alam Semesta) dan Horizontal (dalam hubungan hidup sesama insan).
Yang dirumuskan dalam Tattvam asi. Pelaksanan kedua bentuk tanggung jawab manusia Hindu
di Bali dijabarkan dalam konsep Tri Hita Karana.
Secara Vertikal terkait dengan Prahyangan, dan secara Horizontal manusia Hindu telah
dijabarkan dalam bentuk Pawongan dan Palemahan, rumusan ini sejalan dengan pandangan
Bakker (dalam Wirawan, 2007:44) yang mengatakan “Man humanizes him self in humanizing
the world around him”, yang artinya manusia akan memanusiakan drinya sendiri dalam arti akan
meningkatkan kemanusiaannya disekelilinggnya. Dalam pandangan Weda manusia tidak saja
memiki tanggung jawab memanusiakan manusia tetapi yang lebih penting adalah
“mengentaskan” (melakukan somya) sarwa bhūta yang ada di sekelilingnya dalam kehidupan
yang lebih tinggi, seperti yang dilakukan dalam Tawur Agung Kesaṅga dengan Hari Raya Nyepi.

KESIMPULAN

Kesimpulan pengertian konsep acara agama hindu ialah


 Kesimpulan Tujuan dan ruang lingkup
. Tujuan umum diselenggarakannya tujuan ruang lingkup ialah pembentukan dan pengembangan
kepribadian serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan, dan pemikiran mengenai berbagai
gejala yang ada dan timbul dalam lingkungannya, khususnya gejala berkenaan dengan
masyarakat dengan orang lain, agar daya tanggap, presepsi, dan penalaran berkenaan dengan
lingkungan social dapat dipertajam.

 Kesimpulan definisi manusia


Manusia pertama menurut Hindu adalah Svambhu manu, yang artinya makhluk berpikir
pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Jadi Svambhu bukanlah nama seseorang.
Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir,
dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang berpikir atau
menggunakan pikirannya. Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan
jasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Secara
kosmologis, manusia ( yang berupa kesatuan jiwa badan jasmaninya ) yang sering disebut
mikrokosmos ( bhuana alit ) yang merupakan perwujudan dari makrokosmos ( bhuana
agung ). Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga
kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda
dengan makhluk lainnya.

kesimpulan penciptaan manusia


Ada beragam kisah penciptaan alam semesta yang dituturkan secara mitologis dan
berbeda-beda dalam kitab-kitab Purana. Menurut kitab Weda, unsur dasar alam semesta
ini adalah aditi yang berarti ketiadaan atau kehampaan. Segala sesuatu yang ada
merupakan diti yang artinya terikat. Sebelum adanya alam semesta, yang ada
hanyalah Brahman, sesuatu yang sulit dilukiskan. Brahman berada di luar kehidupan dan
kematian, tak terikat oleh waktu, abadi, tak bergerak, ada dimana-mana, memenuhi
segala sesuatu.

Kesimpulan hakikat manusia


Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani.
Jasmani adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi,
kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki tiga lapisan badan yang disebut Tri Sarira
yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. Stula Sarira atau raga
manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah,
Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau Bhuana Sarira. Proses
terbentuknya pun sama seperti proses terjadinya Bhuana Agung atau alam semesta. Sedangkan
Suksma Sarira yaitu badan halus yang terdiri tiga unsur yang disebut Tri Antahkarana terdiri dari
manas atau alam pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi dan Ahamkara atau
keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari Panca Maha Bhuta yang
disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa, Gandha membentuk berbagai
indriya (Panca Buddhindriya dan Panca Karmendriya). Sedangkan Anta Karana Sarira
merupakan unsur rohani yaitu jiwatman sendiri yang sifatnya sama seperti paramaatman, kekal
abadi.

Kesimpulan kelebihan manusia dari makluk lainnya


1. Akal pikiran
2. Belajar
3. Menggunakan pakaian
4. Memiliki rasa malu
5. Bicara
6. Tidak berbulu
7. Mengontrol api
8. Postur tubuh lurus
9. Masa kanak-kanak panjang
10. Hidup lama setelah reproduksi
11. Bentuk jari

Kesimpulan funngsi dan tanggung jawab manusia


Setiap individu manusia Hindu dapat dilihat secara vertikal (dalam hubungan dengan
Brahman Sang Pencipta Alam Semesta) dan Horizontal (dalam hubungan hidup sesama insan).
Yang dirumuskan dalam Tattvam asi. Pelaksanan kedua bentuk tanggung jawab manusia Hindu
di Bali dijabarkan dalam konsep Tri Hita Karana.
Secara Vertikal terkait dengan Prahyangan, dan secara Horizontal manusia Hindu telah
dijabarkan dalam bentuk Pawongan dan Palemahan, rumusan ini sejalan dengan pandangan
Bakker (dalam Wirawan, 2007:44) yang mengatakan “Man humanizes him self in humanizing
the world around him”, yang artinya manusia akan memanusiakan drinya sendiri dalam arti akan
meningkatkan kemanusiaannya disekelilinggnya. Dalam pandangan Weda manusia tidak saja
memiki tanggung jawab memanusiakan manusia tetapi yang lebih penting adalah
“mengentaskan” (melakukan somya) sarwa bhūta yang ada di sekelilingnya dalam kehidupan
yang lebih tinggi, seperti yang dilakukan dalam Tawur Agung Kesaṅga dengan Hari Raya Nyepi.
 SARAN
.
Dengan kita memahami ajaran agama yang lain, kita dapat mengambil suatu manfaat
yang ada dalam ajaran agama hindu ini selagi ajaran itu tidak menyimpang dari
keyakinan kita

Anda mungkin juga menyukai