Modul Bioetik Mahasiswa
Modul Bioetik Mahasiswa
BIOETIK, MEDIKOLEGAL
DAN HAM
Penyusun
Anwar Wardy W
Modul Tutorial dan Manual Field Skill ini untuk dipergunakan oleh Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
KATA PENGANTAR
Buku Modul Tutorial dan Manual Field Skill Bioetika, Medikolegal dan
Medikolegal dan HAM” serta manual field skill atau daftar tilik ketrampilan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Anwar Wardy W
DAFTAR ISI
KETERANGAN:
TUTORIAL I MODUL I KEL A DAN B MENGERJAKAN KASUS 1
TUTORIAL I MODUL II KEL A DAN B MENGERJAKAN KASUS 2
Tata tertib ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam tata tertib ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana semestinya.
Sebelum pelatihan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang
bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang
akan dilakukan.
Pada saat pelatihan
1. Datang 10 menit sebelum CSL dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi
yang telah ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapih pada
setiap kegiatan CSL. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus
dimasukkan ke bagian dalam jas laboratorium.
5. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang
korek api, dan sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah
yang telah tercemar (sampah medis), misalnya kapas lidi yang telah
dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah medis yang
mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi, dan sampah
tajam dimasukan pada tempat sampah tajam.
6. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan.
7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian
tubuh manusia.
8. Bekerja dengan hati-hati.
9. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam
tanpa ijin setiap alat dan bahan yang ada pada ruang CSL.
10. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapihkan kembali
alat dan bahan yang telah digunakan.
11. Pengulangan CSL dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Membuat surat permohonan pengulangan CSL ke bagian
pendidikan tembusan ke bagian CSL dengan melampirkan materi
yang akan diulang dan jumlah peserta yang akan ikut paling
lambat 3 hari sebelum hari pelaksanaan.
b. Pengulangan CSL dilaksanakan pada saat tidak ada jadwal
perkuliahan dengan atau tanpa pendamping dari instruktur.
c. Pengulangan CSL dilaksanakan sampai maksimal pukul 21.00
WIB.
1. Bagi mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib umum tidak dapat
mengikuti setiap kegiatan akademik.
2. Bagi mahasiswa yang terlambat melakukan registrasi tidak berhak
memperoleh pelayanan akademik.
3. Bagi mahasiswa yang tidak mengajukan/merencanakan program
studinya (mengisi KRS) pada waktu yang telah ditentukan sesuai
kalender akademik tidak boleh mengikuti segala aktifitas perkuliahan.
4. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir, tidak dapat mengikuti setiap
kegiatan.
10
11
MODUL
BIOETIKA, MEDIKOLEGAL
DAN HAK AZASI MANUSIA
Penyusun
Anwar Wardy
12
13
PENDAHULUAN
Penyusun
Anwar Wardy W
14
MODUL
BIOETIKA, MEDIKOLEGAL DAN HAM
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sasaran Pembelajaran:
1. Menunjukkan sikap profesional
Diharapkan mahasiswa mampu”
1.1. Menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Dokter Indonesia
1.2. Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan pasien
1.3. Menunjukkan kepercayaan dan saling menghormati dalam hubungan
dokter pasien
1.4. Menunjukkan rasa empati dengan pendekatan yang menyeluruh,
1.5. Mempertimbangkan masalah pembiayaan dan hambatan lain dalam
memberikan pelayanan kesehatan serta dampaknya
1.6. Mempertimbangkan aspek etis dalam penanganan pasien sesuai
standar profesi
1.7. Mengenal alternatif dalam menghadapi pilihan etik yang sulit
1.8. Menganalisis secara sistematik dan mempertahankan pilihan etik
dalam pengobatan setiap individu pasien
17
KASUS
Tutorial Bioetika
Kasus 1: Bioetika
Mohon bantuan Mahasiswa--> untuk menganalisa kasus di bawah ini serta
menunjukkan dalam kalimat-kalimat manakah dalam kasus di bawah ini yang
mencerminkan masing-masing Kaidah Dasar Moral dan serta mohon diberikan
alasannya. Untuk tiap Kaidah Dasar Moral setidak-tidaknya dua kalimat/situasi.
19
18 September 2012
Dr. Dewa Ayu dan dua dokter lainnya yakni dr Hendry Simanjuntak dan dr Hendy
Siagian akhirnya masuk daftar pencarian orang (DPO).
11 Februari 2013
Keberatan atas keputusan tersebut, PB POGI melayangkan surat ke Mahkamah
Agung dan dinyatakan akan diajukan upaya Peninjauan Kembali (PK).
Dalam surat keberatan tersebut, POGI menyatakan bahwa putusan PN Manado
menyebutkan ketiga terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan kalau ketiga
dokter tidak bersalah melakukan tindak pidana. Sementara itu, Majelis Kehormatan
dan Etika Profesi Kedokteran (MKEK) menyatakan tidak ditemukan adanya
kesalahan atau kelalaian para terdakwa dalam melakukan operasi pada pasien.
20
8 November 2013
Dr Dewa Ayu Sasiary Prawan (38), satu diantara terpidana kasus malapraktik
akhirnya diputuskan bersalah oleh Mahkamah Agung dengan putusan 10 bulan
penjara. Ia diciduk di tempat praktiknya di Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Hati,
Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) oleh tim dari Kejaksaan Agung (Kejagung)
dan Kejari Manado sekitar pukul 11.04 Wita.
“Padahal anak saya harus dioperasi karena air ketuban sudah pecah dan kondisinya
sudah lemah,” terangnya.
Hingga malam hari sekitar pukul 20.00 WITA, tindakan melakukan operasi baru
dilakukan dr Ayu dan dua rekannya. Keluarga pun bolak-balik ruang operasi dan
apotek untuk membeli obat. Dengan kondisi tidak membawa uang cukup, tawar-
menawar obat dan peralatan terjadi.
“Bahkan saya coba menjamin kalung emas yang saya pakai, sambil menunggu uang
yang masih dalam perjalanan, tapi tetap tidak dihiraukan. Operasi pun akhirnya
mengalami penundaan,” beber Yulin.
Lanjutnya, pada pukul 22.00 WITA, uang dari adiknya pun tiba. Jumlahnya pun tidak
mencukupi seperti permintaan pihak rumah sakit. Setelah bermohon berulang kali,
operasi kemudian dilaksanakan. 15 menit kemudian, dokter keluar membawa bayi dan
memberi kabar anaknya dalam keadaan sehat. Tapi hanya berselang 20 sampai 30
menit kemudian, dokter bawa kabar lagi kalau anaknya sudah meninggal dunia.
“Kami kecewa terjadi pembiaran selama 15 jam terhadap anak saya. Kenapa tindakan
operasi baru dilakukan setelah kondisi anak saya sudah menderita dan tidak berdaya?”
tandasnya.
“Ini jelas ada kesalahan yang dilakukan dokter, itu makanya kami keluarga
melaporkan ke polisi,” tambah Yulin.
Menurutnya, kejadian itu sudah beberapa kali diceritakannya ke berbagai pihak untuk
membuktikan adanya pembiaran yang dilakukan para dokter yang menangani
anaknya.
21
“Makanya saya menangis saat dengar, putusan bebas Pengadilan Negeri Manado.
Tapi Tuhan dengar doa kami, karena kasasi kami dan Kejaksaan diterima Mahkamah
Agung dan mengabulkan tuntutan 10 bulan penjara,” tutupnya.
Kasus 2 : Bioetika
Seorang perempuan usia 50 tahun dating dengan keluhan kanker payudara
stadium 3 yang mempunyai harapan hidupsangat kecil. Dokter memberikan terapi
melebihi dosis minimal sebagai peringan rasa sakit yang diderita oleh pasien. Pasien
mengaku tidak sanggup lagi menerima rasa sakit. Dokter meningkatkan dosisnya agar
dapat meninggal lebih tenang.
22
Kasus 1 : HAM
Kasus Prita
seorang ibu rumah tangga bernama Prita Mulyasari yang dipenjara Prita
Mulyasari, ibu dengan dua anak, ditahan sejak 13 Mei 2009 di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Tangerang sebagai tersangka kasus pencemaran nama baik
Rumah Sakit Internasional Omni, Alam Sutera, Serpong, Tangerang Selatan.
Prita, warga Vila Melati Mas Residence, Serpong, itu divonis terbukti melanggar
Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, yang isinya, “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik.”
Kenapa dia dianggap mencemarkan nama baik?
Kasus ini bermula dari surat elektronik Prita pada 7 Agustus 2008. Email itu
berisi keluhannya ketika dirawat di Omni. (isi lengkap emailnya bisa liat disini ) Surat
yang semula hanya ditujukan ke beberapa temannya itu ternyata beredar ke pelbagai
milis dan forum di Internet, dan diketahui oleh manajemen Rumah Sakit Omni.
PT Sarana Mediatama Internasional, pengelola rumah sakit itu, lalu merespons
dengan mengirim jawaban atas keluhan Prita ke milis dan memasang iklan di harian
nasional. Belakangan, PT Sarana juga menggugat Prita, baik secara perdata maupun
pidana, dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Pengadilan Negeri Tangerang memutuskan perkara gugatan perdata nomor
300/PDG/6/2008/PN-TNG
, ibu beranak dua ini dibidik oleh jaksa penuntut umum dengan tiga dakwaan
alternatif. Pertama, penuntut umum menjerat dengan Pasal 45 ayat (1) jo Pasal 27 ayat
(3) UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Sementara
dakwaan kedua dan ketiga, penuntut umum menjerat dengan Pasal 310 ayat (2) dan
pasal 311 ayat (1). Sebagaimana diketahui, ketiga pasal tersebut dirancang untuk
menjerat bagi pelaku yang diduga melakukan pencemaran nama baik dan
penghinaan.
beranak dua ini dituntut oleh penuntut umum yang diketuai oleh jaksa Riyadi
selama enam bulan penjara. Dalam tuntutannya, terdapat hal yang memberatkan.
Bahwa perbuatan Prita dengan mengirimkan surat elektronik (email) kepada 20
alamat dinilai tidak akan hilang terkecuali dihapus oleh penerima. Alasan kedua,
bahwa tidak terjadi kesepakatan untuk berdamai di dalam persidangan meskipun ada
upaya dari pihak Walikota Tangerang Selatan HM Sholeh dengan manajemen RS
Omni.
hakim melihat unsur dalam dakwaan pertama. Untuk unsur setiap orang, dinilai
majelis terpenuhi karena Prita diajukan ke persidangan dalam keadaan sehat. Lalu,
unsur dengan sengaja, majelis berpendapat, perbuatan Prita dengan mengirimkan
email berbunyi ” Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM juga. Saya tidak
23
mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter
ini” adalah perbuatan yang dikehendaki. Sehingga, majelis berpendapat perbuatan
Prita telah tercapai alias terpenuhi.
Dengan demikian, menurut pendapat hakim, perbuatan dr Grace dapat dikatakan tidak
profesional. Bahkan tidak menghargai hak seorang pasien yang berharap sembuh dari
penyakit. Berdasarkan uraian unsur ketiga, majelis berpendapat bahwa email
terdakwa Prita Mulya Sari tidak bermuatan penghinaan atau pun pencemaran nama
baik. “Dalam kalimat tersebut adalah kritik dan demi kepentingan umum agar
masyarakat terhindar dari praktek-praktek dari rumah sakit dan dokter yang tidak
memberikan pelayanan medis yang baik,” ujarnya.
Sedangkan pada dakwaan kedua dan ketiga, yakni Pasal 310 ayat (2) dan Pasal 311
ayat (1) KUHP, dalam pertimbangan majelis pada pokoknya sama yakni tindak
pidana menyerang kehormatan orang lain dengan tulisan. Sedangkan Dalam Pasal 310
ayat (2) menyerang kehormatan dengan tulisan dan gambar. Dalam Pasal 310 ayat (3),
sambung Arthur, menyebutkan “Tidak termasuk pencemaran atau pencemaran
tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa
untuk membela diri”.
24
Sari tidak secara sah dan meyakinkan sebagaimana dakwaan kedua dan ketiga. “Oleh
karena itu terdakwa harus dibebaskan dari kedua dakwaan tersebut,” ujarnya.
Dan akhirnya, Prita Mulyasari terdakwa dalam kasus pencemaran nama baik terhadap
Rumah Sakit Omni Internasional, Alam Sutera Tangerang, dapat menghirup udara
bebas. Tetes air mata mengalir dari pipinya saat mendengar majelis hakim yang
dipimpin Arthur Hangewa membacakan amar putusan. Duduk di kursi pesakitan, Prita
mendengarkan dengan seksama ketika Arthur membacakan putusan. “Menyatakan
terdakwa Prita Mulyasari tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak
pidana pencemaran nama baik. Membebaskan terdakwa Prita Mulyasari dari
dakwaan,” ujar Arthur, di Pengadilan Negeri (PN) Tangerang, Selasa (29/12).
sumber
1. http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b3ac59e39184/pn-tangerang-vonis-
bebas-prita-buka-perdamaian-dengan-rs-omni
2.http://suarapembaca.detik.com/read/2008/08/30/111736/997265/283/rs-omni-
dapatkan-pasien-dari-hasil-lab-fiktif
Kasus 2: HAM
Wanita datang ke dokter puskesmas mengatakan dirinya telah diperkosa dan tidak
mau melapor pada polisi dan hanya meminta pemeriksaan dokter. 3 hari kemudian
polisi datang dan meminta visum pada dokter berdasarkan pemeriksaan yang lalu
dokter memberikan hasil pemeriksaan yang dibutuhkan.
25
TUGAS MAHASISWA
1. Setelah memahami dengan teliti skenario di atas, mahasiswa harus
mengidentifikasi hal-hal penting yang patut didiskusikan dalam skenario di
atas.
2. Sebagai patron mahasiswa berpatokan pada TIU dan TIK namun tidak
menutup kemungkinan dapat memperluas bahan diskusi dengan hal-hal yang
relevan.
3. Anda dapat membuat kata-kata kunci untuk mengarahkan diskusi.
4. Sebelum melakukan diskusi kelompok, mahasiswa terlebih dahulu harus
mempelajari modul ini dan sumber-sumber yang berkaitan dengan hal-hal
yang akan didiskusikan dengan sungguh-sungguh agar diskusi kelompok lebih
“hidup” dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
5. Setelah menyelesaikan seluruh proses diskusi kelompok, mahasiswa
diwajibkan membuat makalah mengenai hal – hal yang telah didiskusikan
secara berkelompok (1 makalah untuk 1 kelompok) untuk dipresentasikan
dalam pleno. (Format makalah dan bahan presentasi akan dijelaskan pada
bagian terpisah).
PROSES PEMBELAJARAN
- Bioetik terintegrasi dalam setiap bidang keilmuan dan diajarkan secara kontinu
- Metode dapat dilakukan dengan teaching, role play, games, home stay, studi
kasus, tutorial, video
- Etik sebagai pembelajaran harus melibatkan seluruh system yang ada termasuk
dosen sebagai role model
- Diterapkan sebagai aturan normatiif dan praktis dalam kegiatan pendidikan sehari-
hari (pengalaman pembelajaran, metode pengajaran, sarana-prasarana
pembelajaran, alat bantu pengajaran)
26
27
28
DAFTAR TILIK
KAIDAH DASAR BIOETIKA I (ALTRUISME DALAM BERPRAKTEK)
BENEFICENCE
NONMALEFICENCE
AUTONOMI
Kriteria Ada Tidak Ada
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai
martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat
keputusan ( pada kondisi elektif )
3. Berterus terang
4. Menghargai privacy
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melakukan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil
keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi
pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam
membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri
30
JUSTICE
QUALITY`OF LIFE
No PERTANYAAN ETIK ANALISA
1 Bagaimana prospek, dengan atau tanpa pengobatan untuk
kembali ke kehidupan normal?
2 Apakah gangguan fisik, mental dan social yang pasien alami
bila pengobatannya berhasil?
3 Apakah ada prasangka yang mungkin menimbulkan
kecurigaan terhadap evaluasi pemberi pelayanan terhadap
kualitas hidup pasien?
4 Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan, apakah
kehidupan pasien selanjutnya dapat dinilai seperti yang
diharapkan?
5 Apakah ada rencana alasan rasional untuk pengobatan
selanjutnya.
6 Apakah ada rencana untuk kie2nyamanan dan perawatan
paliatif?
PATIENT PREFERRENCES
No PERTANYAAN ETIK ANALISA
1 Apakah secara mental pasien mampu dan kompeten secara
legal? Apakah ada keadaan yang menimbulkan
ketidakmampuan?
2 Bila berkompeten apa yang pasien katakan mengenai pilihan
pengobatannya??
3 Apakah pasien telah diinformasikan mengenai keuntgungan
dan risikonya, mengerfti atau tidak terhadap informasi yang
diberikan dan memberikan persetujuan?
4 Apakah pasien tersebut telah menunjukan sesuatu yang lebih
disukainya?
5 Bila`tidak kompeten siapa yang pantas
menggantikannnya?apakah yang gantikan gunakan standart
yang sesuai dalam penagmbilan keputusannya?
6 Apakah pasien tidak berkeinginan/tidak mampu untuk bekerja
sama dengan pengobatan yang diberikan? Kalau ya, kenapa?
7 Sebagai tambahan, apakah hak pasien untuk memilih untuk
dihormati tanpa memandang etnis dan agama?
CONTEXTUAL FEATURES
No PERTANYAAN ETIK ANALISA
1 Aapakh ada masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi
pengambilan keputusan pengobatan?
2 Apaqkah ada masalah sumber data (klinisi dan perawat) yang
mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan?
3 Apakah ada masalah factor keuangan?
4 Apakah ada factor religius dan budaya?
32
33
JADWAL KEGIATAN
34
Catatan :
Laporan penyajian kelompok serta semua laporan hasil diskusi kelompok
serta laporan kasus masing-masing mahasiswa diserahkan satu rangkap
ke koordinator PBL MEU melalui ketua kelompok.
Semua laporan akan diperiksa dan dinilai oleh pakarnya masing-masing,
dan dikembalikan ke mahasiswa melalui koordinator untuk perbaikan.
Setelah diperbaiki, dua rangkap masing-masing laporan diserahkan ke
koordinator PBL MEU
Semua mahasiswa wajib menyalin laporan dari kelompok dan mahasiswa lain
untuk dipakai sebagai salah satu bahan ujian.
TIME TABLE
I II III IV V VI
Pertemuan I Tutorial I Mandiri Tutorial II Kuliah Diskusi panel
(Penjelasan) Mencari (Laporan kosultasi Tanya pakar
(Brain tambahan informasi
Stroming informasi baru
KlassifikasiAnal KlassifikasiA
isa & sintese) nalisa &
sintese)
STRATEGI BELAJAR :
1. Diskusi kelompok difasilitasi oleh tutor
2. Diskusi kelompok tanpa tutor
3. FSL : Keterampilan menyuluh
4. Role play
5. Konsultasi pada pakar
6. Kuliah khusus dalam kelas
7. Aktivitas pembelajaran individual diperpustakaan dengan menggunakan buku ajar
Majalah,slide, tape atau video dan internet
35
II. EVALUASI
1. Penilaian pelaksanaan
1.1. Monitoring perkuliahan, tutorial/diskusi dan CSL
1.2. Evaluasi mahasiswa terhadap pelaksanaan
PENILAIAN KOMPETENSI
STRATEGI
PENGETAHUAN KETERAMPILAN PERILAKU
Kuliah Ya Tidak Baik
Tutorial Ya Ya
CSL Ya Ya Sedang
Penugasan Ya Ya
BOBOT 100 100 Kurang
METODE MCQ DAFTAR TILIK OBSERVASI
Kompetensi Pengetahuan
36
37
Semua nilai dicantumkan dalam Loog book, dan diharapkan untuk mahasiswa
dengan perilaku sedang atau kurang harus menjadi perhatian dari fasilitator blok
berikutnya untuk usaha untuk memperbaiki perilaku yang bersangkutan.
STRATEGI PENILAIAN
Knowledge
◦ Essay
◦ MCQ
◦ Oral examination
◦ SOCA
◦ Portofolio
Skills
◦ OSCE
◦ Observasi oleh instruktur
Behavior
◦ Observasi oleh instruktur
◦ Observasi oleh peer group
◦ Interdisciplinary team observasI
◦ Self and peer assessment
38
39