Anda di halaman 1dari 70

MAKALAH TUTORIAL

BLOK FUNGSI NORMAL SISTEM DIGESTI DAN METABOLIK ENDOKRIN

SKENARIO 1 “Ingin Langsing Malah Sakit.......“

OLEH : KELOMPOK 1

DOSEN TUTOR : dr. Inna Mulyana

dr. rahmiati, M.kes, sp.MK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2020
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. M. Nizar Antoni 1910911310032

2. Nur Ayu Aprilian 1610911320038

3. Rizky Nabila Febriani 1910911120007

4. Fitriah Nur Azizah Imran 1910911120003

5. Fuad Fajar Akhlis 1910911110019

6. Shameer Mohamed Aljabar 1910911110013

7. Aysca Fakhira Amalia 1910911120006

8. Asti Afrida Yanti 1910911120001

9. Intan Nur 'Azizah 1910911120005

10. Elsa Oliviana 1910911120004

11. Ananda Dwi Latifah 1910911120002

12. Muhammad Baqi Mussyadad 1910911110008

13. Tashya Mutiara Annisa Putri 1910911220035

14. Raditya 1910911310010


SKENARIO

Ingin langsing malah sakit..........

Lala usia 17 tahun ingin sekali menjadi model yang memiliki tubuh langsing. Saat ini berat
badan Lala 60 kg dengan tinggi badan 160 cm. Sebelumnya ia gemar sekali makan mie
goreng, cemilan gorengan dan fast food. Ia ingin menurunkan berat badannya, sehingga ia
melakukan pembatasan diet tanpa konsultasi dengan ahlinya. Setiap hari ia hanya makan telur
rebus 2 butir, minum air putih dan sedikit sekali makan sayur dan buah karena ia tidak suka.
Setelah hampir 2 minggu ia menjalani hal ini, ia mengalami nyeri di ulu hati dan muntah
pada pagi hari. Cairan yang dimuntahkan berwarna kekuningan dengan rasa pahit. Tubuhnya
lemah dan ia juga mengeluh kalau buang air besarnya susah dan fesesnya keras
LANGKAH 1. IDENTIFIKASI DAN KLARIFIKASI ISTILAH

1. fast food : Fast foot merupakan istilah untuk makanan yang dapat disiapkan dan
dilayankan dengan cepat.

2. Diet : diet bermakna sebuah usaha untuk menurunkan berat badan dengan mengatur
pola makan dan mengatur asupan nutrisi tertentu.

3. Konsultasi : perundingan antara pemberi dan penerima layanan kesehatan yang


bertujuan mencari penyebab timbulnya penyakit dan menentukan cara
pengobatannya.

4. Nyeri : suatu kondisi dimana seseorang merasakan perasaan yang tidak nyaman atau
tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang telah rusak atau
yang berpotensi untuk rusak.

5. Muntah : kondisi ketika isi lambung keluar secara paksa melalui mulut.

6. Feses : bagian normal sebagai hasil akhir dari proses pencernaan. Feses mengandung
zat-zat yang tidak berguna di dalam tubuh, termasuk partikel makanan yang tidak
dicerna, bakteri, garam, dan zat lainnya
LANGKAH 2. MEMBUAT DAFTAR MASALAH

1. Mengapa bisa menjadi muntah?


2. Jenis muntah pada anak ?

LANGKAH 3. ANALISIS MASALAH

1. Mengapa bisa menjadi muntah?

Muntah adalah suatu aktivitas yang tidak menyenangkan akibat dari ekspulsi isi

lambung lewat mulut. Muntah dapat terjadi secara regurgitasi dari isi lambung sebagai akibat

refluks gastroesofageal atau dengan menimbulkan reflek emetic yang menyebabkan mual,

kontraksi dari diafragma, interkostal dan otot abdomen anterior serta ekspulsi dengan

kekuatan isi lambung. Secara klinis terdapat dua tipe muntah yaitu yang akut dan

kronis/berulang. Belum ada batasan yang jelas untuk muntah kronis walaupun analog dengan

batasan mengenai diare kronik, orang cenderung member batas 2 minggu untuk mengatakan

kronik. Problema di klinik lebih banyak mengenai muntah yang kronis/berulang atau muntah
yang akut apabila menimbulkan komplikasi. Muntah dalam hal yang menguntungkan

merupakan proteksi tubuh terhadap ingesti bahan toksik yang segera dimuntahkan. Muntah

sebenarnya merupakan kejadian yang sangat komplek pada manusia, yang terdiri dari tiga

aktivitas yang saling terkait, nausea, retching, dan pengeluaran isi lambung (expulsion).

Aktifitas muntah ditandai adanya siklus retching yang diikuti ekpulsi kuat isi lambung

keluar melalui mulut. Diafragma turun, kontraksi otot pernafasan (intercostals respiratory

muscle) dan glottis tertutup. Esofagus dilatasi sebagai respon terhadap tekanan intratorakal

yang menurun. Lambung sementara tetap atoni yang terisi material refluk dari usus halus.

Otot abdomen mulai kontraksi menekan lambung dan memeras isi lambung kefundus dan

bagian bawah esophagus. Pada fase ini fundus dapat herniasi kedalam kavum torak sehingga

dapat menghilangkan mekanisme barier anti refluk yang dihasilkan oleh tekanan abdominal

pada LES. Dengan relaksasi kontraksi abdomen dan berhentinya kontraksi otot pernafasan

dan esophagus mengosongkan isinya kembali kedalam lambung. Beberapa siklus retching

terjadi, menjadi lebih pendek lebih ritmis dengan kekuatan tinggi sehingga esophagus tidak

sempat lagi mengosongkan isi kembali kelambung. Terakhir kontraksi abdomen dalam siklus

tersebut memicu keluarnya isi lambung, kejadian ini sudah terjadi dimana esophagus masih

penuh dan terkait dengan elevasi diafragma yang membuat tekanan positif di kavum torak

dan abdomen. Kejadian ini diikuti fleksi spinal, mulut terbuka lebar, elevasi palatum mole,

relaksasi spingter esophagus atas dan menyemprotnya isi lambung.

Didapatkan dua region anatomi di medulla yang mengontrol muntah: Chemoreceptor

Trigger Zone (CTZ) dan Central Vomiting Centre (CVC). CTZ terletak diarea postrema pada

dasar ujung kaudal Ventrikel IV diluar sawar otak (blood brain barrier). Reseptor didaerah ini

diaktivasi oleh bahan-bahan proemetic yang terdapat disirkulasi darah atau dalam cairan

serebrospinal. Efferent dari CTZ akan menuju ke CVC, dari tempat ini serentetan kegiatan

motorik muntah dimulai melalui vagal dan splanchnic sympathetic efferent.


Kegiatan motorik gastrointestinal yang terkait dengan muntah dimulai dari eferen vagal

dan simphatetik dari pembangkit pola sentral yang juga mengkoordinasikan aktif itas

autonomic, hipersalivasi, meningkatnya frekuensi pernafasan, takhikardia, dilatasi pupil.

Cholecystokinin (CCK) merupakan mediator lokal aktifitas motorik gastrointestinal yang

terkait proses muntah. Penyakit-penyakit atau keadaan yang dapat memberikan gejala

muntah antara lain: insufisiensi adrenal, kelainan metabolisme, kelainan CNS dengan tekanan

intrakranial yang meningkat, kelainan hepatobilier, penyakit ginjal. Asidosis, muntah dan

failure to thrive merupakan gejala kemungkinan penyakit metabolik atau endokrin misalnya

diabetik ketoasidosis, insufisiensi adrenal, androgenital syndrome, aminoaciduria,

galactosemia, glycogen storage disease, intoleransi fruktosa. Infeksi akut yang dapat memberi

gejala muntah misalnya gastroenteritis, otitis media akut, ISK, infeksi saluran nafas, sepsis.

Problem crying in infancy. Alergi susu, makanan. Muntah dibedakan mejadi dua kategori:

bilous dan nonbilous. Muntah bilous terjadi apabila muntahan berwarna kehijauan disertai

seluruh isi lambung. Meskipun beberapa isi usus halus mengalami refluks ke dalam lambung

adalah umum terjadi pada semua kasus muntah, pada muntah nonbilous, aliran usus

antegrade dapat terjadi, dan mayoritas aliran empedu ke bagian distal usus. Apabila terjadi

obstruksi, muntah nonbilous mengindikasikan obstruksi terjadi proksimal dari ampula Vateri.

2. Jenis muntah pada anak

1. Muntah bewarna kehijauan : menandakan mengandung cairan empedu.


Menandakan adanya kemungkinan sumbatan pada saluran cerna
2. Muntah merah ke hitaman menandakan pendarahan pada saluran cerna
3. Muntah berwarna kekuningam gejala awal peradangan saluran cerna
LANGKAH 4. POHON MASALAH

LALA, 17 TAHUN , 60 KG, 160 CM

GEJALA KEBUTUHAN
YANG
DIET GIZI
TIMBUL

SISTEM DIGESTIVUS

ANATOMI HISTOLOGI BIOKIMIA FISIOLOGI EMBRIOLOGI

TRACTUS DIGESTIVUS ENZIM MEKANISME


GLANDULA DIGGESTORIA HORMON
NUTRISI
LANGKAH 5. SASARAN BELAJAR

1. Anatomi sistem digestivus

2. Histologi jaringan sistem digestivus

3. Fisiologi sistem digestivus

4. Biokimia sistem digestivus

5. Embriologi organ-organ sistem digestivus

LANGKAH 6. BELAJAR MANDIRI


LANGKAH 7. SINTESIS DAN UJI DIRI

ANATOMI SISTEM DIGESTIVUS

CAVITAS ORIS

1. Terdiri atas: Vestibulum oris danCavitas oris propria


2. Isthmus oropharyngealis dibatasi: Arcus palatoglossus, Palatum molle (uvula),
Dorsum linguae
3. Dinding Cavitas Oris : Labium oris, Bucca, Gingiva dan arcus alveolaris,
Palatum: durum et molle, dan Dasar mulut (diaphragma oris)

Anatomi regional
Regiones abdominales/perut/abdomen adalah bagian batang badan di sebelah inferior
terhadap thorax. Dindingnya terdiri dari jaringan musculo membranosum yang mengelilingi
suatu cavitas besar (cavitas abdominalis), yang di superiornya dibatasi oleh diaphragm dan
inferiornya oleh pelvic inlet/pintu masuk pelvis. Cavitas abdominalis dapat meluas ke
superior setinggi spatium intercostale 4, dan berlanjut ke inferior sampai cavitas pelvis.
Cavitas abdominalis berisi cavitas peritonealis dan viscera abdomen.
TOPOGRAFI PERMUKAAN
Divisi topografis abdomen digunakan untuk menggambarkan lokasi organ-organ abdomen
dan rasa nyeri yang terkait dengan keluhan di abdomen. Dua skema yang paling sering
digunakan adalah:
1. Pola empat (4) kuadran, dan
2. Pola sembilan (9) regio.

Pola 4 kuadran
Suatu bidang horizontalis transumbilicalis melewati umbilicus dan discus intervertebralis di
antara vertebrae LIII dan LIV dan memotong bidang verticalis median, membagi abdomen
menjadi 4 kuadran—kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah.

Pola 9 regio
Pola sembilan-regio didasarkan pada dua bidang horizontalis dan dua bidang verticalis.
1. Bidang horizontalis superior (planum subcostale) berada tepat di inferior arcus
costafis, yang terletak di batas bawah cartilago costalislis 10 dan melewati corpus
vertebrae LIII. (Catatan, namun, terkadang yang dipakai patokan adalah planum
transpyloricum, di pertengahan antara incisura jugularis dan symphysis pubica atau
pertengahan antara umbilicus dan ujung bawah corpus sterni, di sebelah posterior
melewati batas bawah vertebra LI dan memotong arcus costalis di ujung cartilago
costalis 9).
2. Bidang horizontalis inferior (planum intertuberculare) menghubungkan tuberculum
crista iliaca, yang merupakan struktur yang dapat dipalpasi, 5 cm posterior dari SIAS,
dan melewati bagian atas corpus vertebra LV.
3. Bidang verticalis melintas dari titik tengah clavicula disebelah inferior menuju titik
pertengahan antara SIAS dan symphysis pubica. Keempat bidang ini membentuk
divisi topografis pengelompokan 9 (sembilan) regio. Penamaan berikut digunakan
untuk setiap regio: bagian superior adalah hypochondrium dextra, epigastrium dan
hypochondrium sinistra; bagian inferior adalah inguinalis dextra, pubicum, inguinalis
sinistra; di tengah-tengah adalah lateralis dextra, umbilicalis, lateralis sinistra.

DINDING ABDOMEN
Dinding abdomen menutupi area yang luas. Di bagian superior dibatasi oleh processus
xiphoideus dan arcus costalis, di posterior oleh columna vertebralis, dan di inferior oleh
bagian superior tulang pelvis. Lapisan-lapisannya terdiri dari kulit, fascia superficialis
(jaringan subcutaneus), musculi dan fascia profundusnya, fasciaextraperitonealis, dan
peritoneum parietale.
Fascia superficialis
Fascia superficialis dinding abdomen (jaringan subcutaneusabdomen) adalah lapisan jaringan
penyambung, berlemak. Biasanya merupakan satu lapisan yang mirip, dan bersinambungan
dengan, fascia superficialis di seluruh regio tubuh lainnya. Namun, pada daerah bawah
bagian anterior dinding abdomen, di bawah umbilicus, lapisan ini membentuk dua lapisan:
lapisan superficialis berlemak dan lapisan profundus membranosum.

Lapisan superficialis
Lapisan superficialis berlemak (fascia Camper) berisi lemak dan ketebalannya bervariasi.
Lapisan ini berlanjut di atas ligamentum inguinale dengan fascia superficialis paha dan
dengan lapisan serupa di perineum. Pada pria, lapisan superficialis ini berlanjut di atas penis
dan, setelah lemaknya hilang dan menyatu dengan lapisan profundus fascia superficialis,
berlanjut ke dalam scrotum dengan membentuk lapisan fascia khusus berisi sabut-sabut otot
polos (fascia dartos). Pada wanita, lapisan superficialis ini tetap mengandung lemak dan
merupakan komponen labium majus
Pudenda

Lapisan profundus
Lapisan profundus membranosum fascia superficialis (fascia Scarpa) tipis dan bersifat
membran serta berisi sedikit atau tanpa lemak. Di inferior, lapisan ini berlanjut ke
paha/region femoralis, namun, tepat di bawah ligamentum inguinale, lapisan ini menyatu
dengan fascia profundus regio femoralis (fascia lata;). Pada garis tengah, lapisan ini melekat
erat dengan linea alba dan symphysis pubica. Lapisan ini berlanjut ke bagian anterior
perineum untuk melekat erat dengan rami ischiopubicus dan dengan margo posterior
membran perinealis. Di sini, lapisan ini disebut dengan fascia perinealis superficialis (fascia
Colles). Pada pria, lapisan profundus membranosum fascia superficialis ini menyatu dengan
lapisan superficialisnya- -superficialis ini menyatu dengan lapisan superficialisnya saat
struktur ini lewat di atas penis, membentuk fascia superficialis penis, sebelum berlanjut ke
dalam scrotum dan membentuk fascia dartos. juga pada pria, perluasan lapisan profundus
membranosum fascia superficialis ini melekat pada symphysis pubica dan melintas di inferior
sampai pada dorsum dan sisi-sisi penis untuk membentuk ligamentum fundiforme penis.
Pada wanita, lapisan profundus membranosum fascia superficialis ini berlanjut ke dalam
labium majus pudendi dan bagian anterior perineum.

Musculi anterolateralis
Terdapat lima musculi di kelompok anterolateralis dinding abdomen :
1. Tiga musculi pipih yang sabut-sabutnya dimulai di posterolateral, lewat ke anterior,
dan digantikan dengan aponeurosis saat musculi ini berlanjut ke garis tengah tubuh—
obliquus externus abdominis, obliquus internus abdominis, dan transversus
abdominis;
2. Dua musculi verticalis, dekat dengan garis tengah tubuh, yang tertutup pembungkus
tendinum dari aponeurosis musculi pipih rectus abdominis dan pyramidalis. Masing-
masing dari kelima musculus ini memiliki kerja khusus, namun bersama-sama
musculi ini berperan penting:
1. untuk mempertahankan beberapa fungsi fisiologis,
2. untuk membantu mempertahankan posisi viscera saat posisi berdiri melawan
gravitasi.
3. untuk menjaga viscera abdomen tetap di dalam cavitas abdominalis,
4. untuk melindungi viscera dari trauma, dan Kontraksi musculi ini membantu
ekspirasi tenang dan paksaan dengan menekan viscera ke atas (yang membantu
menekan diaphragma yang relaksasi jauh ke dalam cavitas thoracica) dan saat
batuk dan muntah. Semua musculi ini juga terlibat dalam semua aksi untuk
meningkatkan tekanan intraabdominale, termasuk waktu mengejan saat
melahirkan, berkemih, dan defekasi (ekspulsi feces dari rectum).
Musculi pipih
Obliquus externus abdominis

Yang paling superficial dari ketiga musculi pipih di kelompok anterolateralis dinding
abdomen adalah obliquus externus abdominis, yang berada tepat di sebelah dalam terhadap
fascia Superficialis. Sisi lateral terletak sabutsabut otot yang berarah inferomedial, sedangkan
aponeurosisnya yang lebar menutupi bagian anterior dinding abdomen sampai garis tengah
tubuh. Mendekati garis tengah tubuh, aponeurosisnya saling terjalin, membentuk linea alba,
yang terbentang dari processus xiphoideus sampai symphysis pubica.
Ligamenta terkait
Batas bawah aponeurosis musculus obliquus externus abdominis membentuk ligamentum
inguinale dextra dan sinistra. Tepi bebas aponeurosis musculus obliquus externus abdominis
yang menebal dan kuat ini membentang dari SIAS di lateral sampai ke tuberculum pubicum
di medial. Ligamentum ini melipat di bawahnya sendiri dan membentuk suatu saluran, yang
berperan penting dalam pembentukan canalis inguinalis. Beberapa ligamenta lain juga
terbentuk dari perluasan sabut-sabut di ujung medial ligamentum inguinale:
Ligamentum lacunare yang berbentuk bulan sabit merupakan terusan sabut-sabut
ligamentum inguinale di ujung medial dan berjalan ke belakang untuk melekat di pecten
pubis pada ramus superior tulang pubicum. Sabut-sabut tambahan yang terbentang dari
ligamentum lacunare sepanjang pecten pubis di labium pelvis untuk membentuk ligamentum
pectineale (Cooper).

Obliquus internus abdominis


Sebelah dalam dari musculus obliquus externus abdominis terdapat musculus obliquus
internus abdominis, yang merupakan musculus kedua di kelompok musculi pipih. Musculus
ini lebih kecil dan lebih tipis dibandingkan obliquus externus abdominis, dengan kebanyakan
sabutnya berarah superomedial. Komponen musculorumnya terletak di lateral dan berakhir di
anterior sebagai aponeurosis yang bercampur menjadi linea alba di garis tengah tubuh.

Transversus abdominis
Sebelah dalam dari obliquus internus abdominis adalah musculus transversus abdominis,
yang dinamakan sesuai dengan arah sebagian besar sabutnya. Sabut musculusnya berakhir di
anterior sebagai aponeurosis, yang bercampur membentuk linea alba di garis tengah tubuh.

Fascia transversalis
Setiap musculus pipih tertutup suatu lapisan fascia profundus di facies anterior dan
posteriornya (investing fascia). Secara umum, lapisan-lapisan ini tidak nampak jelas kecuali
lapisan di sebelah dalam musculus transversus abdominis (fascia transversalis), yang
berkembang lebih baik. Fascia transversalis merupakan lapis berkelanjutan fascia profundus
yang memagari cavitas abdominalis dan berlanjut ke dalam cavitas pelvis. Fascia
transversalis menyilang garis tengah di anterior, dan berhubungan dengan fascia transversalis
di sisi lainnya, dan bersinambungan dengan fascia di facies inferior diaphragma. Di posterior
fascia ini bersinambungan dengan fascia profundus yang menutupi musculi di dinding
posterior abdomen dan melekat ke fascia thoracolumbalis. Setelah melekat di crista iliaca,
fascia transversalis bercampur dengan fascia yang menutupi musculi yang terkait dengan di
region atas tulang pelvis dan dengan fascia serupa yang menutupi musculi di cavitas pelvis.
Di titik ini, fascia ini disebut sebagai fascia parietalis pelvis (atau endopelvica). Dengan
demikian terdapat suatu lapisan bersinambungan fascia profundus yang mengelilingi cavitas
abdominalis yang tebal di beberapa tempat, tipis di tempat lain, melekat atau bebas, dan
berpartisipasi dalam pembentukan struktur-struktur khusus.

Musculi verticalis
Dua musculi verticalis di kelompok anterolateralis dinding abdomen adalah rectus abdominis
yang besar dan pyramidalis yang kecil.

Rectus abdominis
Rectus abdominis merupakan musculus yang pipih, panjang dan terbentang di sepanjang
dinding anterior abdomen. Musculus ini berpasangan, terpisah di garis tengah oleh linea alba,
dan melebar
dan menipis saat naik dari symphysis pubica menuju ke arcus costalis. Di sepanjang
perjalanannya, musculus ini disilang oleh 3-4 pita fibrosum transversus, intersectiones
tendineae. Struktur ini mudah dilihat pada individu dengan rectus abdominis yang
berkembang dengan baik.
Pyramidalis
Musculus verticalis kedua adalah pyramidalis. Musculus ini kecil, berbentuk segitiga, yang
mungkin tidak ada, berada di anterior rectus abdominis, memiliki dasar di pubis, dan apex
yang melekat di superior dan medial linea alba.

Vagina musculi recti abdominis


Musculi rectus abdominis dan pyramidalis terbungkus di dalam sarung aponeurosis tendinum
(vagina musculi recti abdominis) yang terbentuk oleh suatu lapisan unik aponeurosis
musculi obliquus externus abdominis dan internus, dan transversus abdominis. Vagina
musculi recti abdominis membungkus sempurna 3/4 bagian atas rectus abdominis dan
menutupi facies anterior 1 /4 bawahnya. Karena tidak ada sarung menutupi 1/ 4 bagian bawah
facies posterior--rectus abdominis, di sini musculus ini berkontak langsung dengan fascia
transversalis. Pembentukan vagina musculi recti abdominalis yang mengelilingi 3/4 bagian
atas rectus abdominalis memiliki pola sebagai berikut:
1. Dinding anterior terdiri dari aponeurosis musculus obliquus externus abdominis dan
separuh aponeurosis musculus obliquus internus abdominis, yang membelah di margo
lateralis rectus abdominis.
2. Dinding posterior vagina musculi recti abdominis terdiri dari separuh sisa aponeurosis
musculus obliquus internus abdominis dan aponeurosis musculus transversus
abdominis. Pada titik tengah antara umbilicus dan symphysis pubica, sesuai dengan
permulaan 1/4 bawah musculus rectus abdominis, semua aponeurosis berada di sisi
anterior musculi recti. Tidak ada dinding posterior vagina musculi recti abdominis dan
dinding anteriornya terdiri dari aponeurosis musculus obliquus externus abdominis,
obliquus internus abdominis, dan transversus abdominis. Dari titik ini ke arah inferior,
musculus rectus abdominis berkontak langsung dengan fascia transversalis. Penanda
titik transisi ini adalah sebuah lengkung serabut-serabut (Iinea arcuata;).
Fascia extraperitonealis
Di sebelah dalam dari fascia transversalis ada suatu lapisan jaringan ikat, fascia
extraperitonealis, yang memisahkan fascia-transversalis dari peritoneum. Terdiri dari
sejumlah lemak, lapisan ini tidak hanya melapisi cavitas abdominalis tetapi juga
bersinambungan dengan lapisan serupa yang melapisi cavitas pelvis. Fascia ini banyak
terdapat pada dinding posterior abdomen, khususnya di sekitar ren, berlanjut di atas organ-
organ yang terbungkus refleksi peritoneum, dan karena sistem sirkulasi berada di dalam
lapisan ini, fascia ini membentang sampai ke dalam mesenterium dengan pembuluh-
pembuluh darahnya. Viscera di dalam fascia extraperitonealis disebut sebagai
retroperitoneale.

Peritoneum
Sebelah dalam dari fascia extraperitonealis ada peritoneum. Struktur ini adalah suatu
membrana serosa tipis yang melapisi dinding cavitas abdominalis dan, di beberapa titik,
berefleksi ke viscera abdomen, memberikan penutup sempurna atau sebagian. Peritoneum
yang melapisi dinding adalah peritoneum parietale; peritoneum yang melapisi viscera adalah
peritoneum viscerale. Pelapisan bersinambungan dinding abdomen oleh peritoneum parietale
membentuk suatu saccus. Saccus ini tertutup pada pria, tetapi memiliki dua lubang pada
wanita, tempat tuba uterine berjalan keluar. Saccus tertutup pada pria dan saccus semi-
tertutup pada wanita ini disebut sebagai cavitas peritonealis.

Persarafan
Kulit, musculi, dan peritoneum parietale dinding anterolateral abdomen disuplai oleh nervi
spinales T7-T12 dan Ll. Rami anteriores nervi spinales ini berjalan mengelilingi tubuh, dari
posterior ke anterior, dengan arah inferomedial. Saat struktur ini melintas, struktur ini
mengeluarkan rami cutanei laterales dan berakhir sebagai rami cutanei anteriores. Nervi
intercostales (T7-T11) meninggalkan spatium intercostale, melintas di sebelah dalam
cartilago costalis, dan berlanjut ke dinding anterolateral abdomen, di antara-musculus
obliquus internus abdominis dan musculus transversus abdominis.. Saat nervi ini mencapai
ujung lateral vagina musculi recti abdominis, struktur ini masuk ke dalamnya dan berjalan di
posterior aspectus lateralis musculi recti abdominis. Mendekati garis tengah tubuh, ramus
cutaneus anterior menembus musculus rectus abdominis dan dinding anterior vagina musculi
recti abdominis untuk menyuplai kulit. Nervus spinalis T12 (nervus subcostalis) mengikuti
rute yang serupa dengan nervi intercostales. Cabang-cabang L1 (nervus iliohypogastricus
dan nervus ilioinguinalis), yang berasal dari plexus lumbalis, awalnya berjalan dalam rute
yang serupa pula, namun melenceng saat mendekati tujuan akhirnya. Di sepanjang
perjalanannya, nervi spinales T7-T12 dan L1 menyuplai cabang-cabang untuk musculi
dinding anterolateral abdomen dan peritoneum parietale di bawahnya. Semua berakhir
dengan menyuplai kulit regio ini:
1. Nervi T7-T9 menyuplai kulit dari processus xiphoideus sampai daerah tepat di atas
umbilicus.
2. T10 menyuplai kulit di sekeliling umbilicus.
3. T11, T12, dan L1 menyuplai kulit tepat di bawa umbilicus sampai,dan termasuk, regio
pubica.
4. Lebih lanjut, nervus ilioinguinalis (cabang L1) menyuplai facies anterior scrotum atau
labium majus pudendi, dan memberikan satu cabang cutaneus kecil untuk region
femoralis.
Suplai arterial dan drainase vena
Sejumlah besar vasa menyuplai dinding anterolateral abdomen. Di superficial:
1. Bagian superior dinding disuplai oleh cabang-cabang arteria musculophrenica, yang
merupakan cabang terminal arteria thoracica interna.
2. Bagian inferior dinding disuplai oleh arteria epigastrica superficialis di medial dan
arteria circumflexa iliaca superficialis di lateral, keduanya merupakan cabang
arteria femoralis.
Pada level yang lebih dalam:
1. Bagian superior dinding disuplai oleh arteria epigastrica superior, cabang terminal
arteria thoracica interna Bagian lateral dinding disuplai oleh rami arteria
intercostalis 10 dan 11 dan arteria subcostalis.

2. Bagian inferior dinding disuplai oleh arteria epigastrica inferior di medial dan
arteria circumflexa iliaca profunda di lateral, keduanya adalah cabang dari arteria
iliaca externa.
Arteria epigastrica superior dan arteria epigastrica inferior keduanya memasuki vagina
musculi recti abdominis. Struktur ini di posterior musculus rectus abdominis di sepanjang
perjalanannya, dan beranastomosis satu dengan yang lain. Venaenya bernama serupa dengan
arteriaenya dan bertanggung jawab untuk drainase vena.
Drainase Iymphatici
Drainase lymphatici dinding anterolateral abdomen mengikuti prinsip-prinsip dasar drainase
lymphatici:
1. Lymphaticus superficialis di atas umbilicus melintas ke jurusan superior menuju nodi
axillares, sedangkan drainase di bawah umbilicus melintas ke jurusan inferior menuju
nodi inguinales superficiales.
2. Lymphaticus profundus mengikuti arteriae bagian dalam kembali menuju nodi
parasternaless di sekitar perjalanan arteria thoracica interna, nodi lumbales di sekitar
perjalanan aorta abdominalis, dan nodi iliaci externi di sekitar perjalanan aretria iliaca
externa.

Peritoneum
Suatu membrana tipis (peritoneum) melapisi dinding cavitas abdominalis dan melingkupi
sebagian besar viscera. Peritoneum parietale melapisi dinding-dinding cavitas dan
peritoneum viscerale melingkupi viscera. Di antara peritoneum parietale dan viscerale
terdapat suatu ruang potensial (cavitas peritonealis). Viscera abdomen dapat tergantung di
dalam cavitas peritonealis oleh lipatan-lipatan peritoneum (mesenterium) atau berada di luar
cavitas peritonealis. Organ-organ yang tertahan di dalam cavitas disebut sebagai
intraperitoneale; organ-organ di luar cavitas peritonealis, dengan hanya satu permukaan atau
sebagian saja yang tertutup oleh peritoneum, adalah retroperitoneale.

Cavitas peritonealis
Cavitas peritonealis terbagi menjadi saccus major dan saccus minor (bursa omentalis;).
1. Saccus major menempati sebagian besar ruang di cavitas peritonealis, dimulai di
superior pada diaphragma dan berlanjut di inferior sampai ke dalam cavitas pelvis.
Saccus ini dimasuki ketika peritoneum parietale telah ditembus.
2. Bursa omentalis adalah subdivisi yang lebih kecil pada cavitas peritonealis, di
posterior dari gaster dan hepar dan berhubungan dengan saccus major melalui suatu
lubang, foramen omentale
(epiploicum). Beberapa struktur yang dilapisi peritoneum mengelilingi foramen omentale
(epiploicum) . Struktur-struktur ini termasuk vena portae hepatis, arteria hepatica propria,
dan ductus choledochus (biliaris) di anterior; vena cava inferior di posterior; lobus caudatus
hepatis di superior; dan bagian pertama duodenum di inferior.

Omentum
Omentum terdiri dari dua lapisan peritoneum, yang berjalan dari gaster dan bagian pertama
duodenum menuju viscera lain. Ada dua jenis:
1. Omentum majus yang berasal dari mesenterium dorsalis, dan
2. Omentum minus yang berasal dari mesenterium ventralis
OMENTUM MAJUS
Omentum majus adalah suatu lipatan peritoneum yang luas, seperti apron, dan melekat ke
curvatura gastrica/ventriculi major dan bagian pertama duodenum (pars superior). Struktur ini
menggantung ke inferior di atas colon transversum dan gelunggelung jejunum dan ileum.
Berbalik ke posterior, omentum ini naik untuk berhubungan dengan, dan melekat pada,
peritoneum pada permukaan superior colon transversum dan lapisan anterior mesocolon
transversum sebelum tiba pada dinding posterior abdomen. naik untuk berhubungan dengan,
dan melekat pada, peritoneum pada permukaan superior colon transversum dan lapisan
anterior mesocolon transversum sebelum tiba pada dinding posterior abdomen. Biasanya
membrana tipis, omentum majus selalu berisi akumulasi lemak, yang dapat membesar pada
individu-individu tertentu. Lebih lanjut, terdapat dua arteriae dan venae yang menyertainya,
vasa gastroomentalis (epiploica) dextra dan vasa gastroomentalis (epiploica) sinistra, di
antara dua lapisan apron peritoneum tepat di inferior curvatura gastrica/ ventriculi major.
OMENTUM MINUS
Dua lapis omentum peritoneum lainnya adalah omentum minus. Omentum ini terbentang
dari curvatura gastrica/ ventriculi minor dan bagian pertama duodenum (pars superior)
menuju facies inferior hepar. Omentum ini adalah suatu membrana tipis yang
bersinambungan dengan penutup peritoneum permukaan anterior dan posterior gaster dan
bagian pertama duodenum, dan terbagi menjadi:
1. ligamentum hepatogastricum di medial, yang melintas di antara gaster dan hepar,
dan
2. ligamentum hepatoduodenale di lateral, yang melintas di antara duodenum dan
hepar.
Ligamentum hepatoduodenale berakhir di sebelah lateral sebagai tepi bebas dan berperan
sebagai batas anterior foramen omentale. Terbungkus dalam tepi bebas ini ada arteria
hepatica propria, ductus choledochus, dan vena portae hepatis. Lebih lanjut, vasa gastrica
dextra dan sinistra berada di antara lapisan omentum minus dekat dengan curvatura
gastrica/ventriculi minor.

Mesenterium
Mesenterium merupakan lipatan peritoneum yang melekatkan viscera ke dinding posterior
abdomen. Mesenterium memungkinkan adanya pergerakan dan menyediakan tempat untuk
lewatnya vasa, nervi, dan lymphaticus untuk mencapai viscera dan termasuk dalam struktur
ini adalah:
1. Mesenterium—berhubungan dengan sebagian intestinum tenue,
2. Mesocolon transversum—berhubungan dengan colon transversum, dan
3. Mesocolon sigmoideum—berhubungan dengan Semua struktur tersebut merupakan
turunan dari mesenterium dorsalis.
Mesenterium
Mesenterium adalah suatu lipatan ganda peritoneum yang luas,
dan berbentuk kipas, yang menghubungkan jejunum dan ileum dengan dinding posterior
abdomen. Perlekatannya di sebelah superior adalah di pertemuan duodenojejunalis, tepat di
sebelah kiri bagian atas lumbal columna vertebralis. Mesenterium melintas serong ke bawah
dan kanan, berakhir pada pertemuan ileocecalis, dekat dengan tepi atas sendi sacroiliaca
dextra. Pada lemak di antara dua lapisan peritoneum mesenterium terdapat arteriae, venae,
nervi, dan nodi lymphatici yang menyuplai jejunum dan ileum.

Mesocolon transversum
Mesocolon transversum adalah suatu lipatan peritoneum yang menghubungkan colon
transversum dengan dinding posterior abdomen. Lapisan ganda peritoneum struktur ini
meninggalkan dinding posterior abdomen dan melintasi permukaan anterior caput dan corpus
pancreatis dan berjalan keluar untuk mengelilingi colon transversum. Di antara lapisan-
lapisan mesocolon transversum ini terdapat arteriae, venae, nervi, dan nodi lymphatici yang
berhubungan dengan colon Semua struktur tersebut merupakan turunan dari mesenterium
dorsalis.

Mesocolon sigmoideum
Mesocolon sigmoideum adalah suatu struktur lipatan peritoneum berbentuk huruf V terbalik,
yang melekatkan colon sigmoideum pada dinding abdomen (Gambar 4.38). Apex huruf V
nya dekat dengan percabangan arteria iliaca communis sinistra menjadi cabang-cabang
interna dan externa nya, dengan kaki kiri huruf V nya yang descendens berada di sepanjang
tepi medial, musculus psoas major dan kaki kanan descendensnya di dalam pelvis sampai
berakhir setinggi vertebra SIII. Vasa sigmoideae dan vasa rectalis superior, bersama dengan
nervi dan lymphatici yang terkait dengan colon sigmoideum, melewati lipatan peritoneum ini.

Ligamenta
Ligamenta peritoneum terdiri dari dua lapis peritoneum yang menghubungkan dua organ satu
dengan yang lain atau melekatkan organ pada dinding tubuh, dan dapat membentuk bagian
dari omentum. Biasanya ligamenta ini dinamakan sesuai dengan struktur yang
dihubungkannya. Sebagai contoh, ligamentum splenorenale menghubungkan ren sinistra
dengan lien dan ligamentum gastrophrenicum menghubungkan gaster dengan diaphragma.

Organ-organ
Esophagus pars abdominalis
Esophagus pars abdominalis mewakili bagian distal esophagus yang pendek, yang berada di
cavitas. abdominalis. Struktur ini berawal dari crus dextrum diaphragma, biasanya pada level
vertebra TX, esophagus pars abdominalis berjalan dari hiatus esophageus sampai ke ostium
cardiacum gaster, tepat di kiri dari garis tengah tubuh. Struktur-struktur yang terkait dengan
esophagus, ketika memasuki cavitas abdominalis, adalah truncus vagalis anteriordan
posterior:
1. Truncus vagalis anterior terdiri dari beberapa trunci kecil yang
serabut-serabutnya terutama berasal dari nervus vagus sinistra; rotasi tractus gastrointestinalis
selama masa perkembangan menyebabkan truncus ini berpindah ke permukaan anterior
esophagus;
2. Begitu pula truncus vagalis posterior yang terdiri dari
satu truncus yang serabut-serabutnya terutama berasal dari nervus vagus dextra, perubahan
rotasi selama masa perkembangan menyebabkan truncus ini berpindah ke permukaan
posterior esophagus.
Suplai arterial esophagus pars abdominalismeliputi:

1. rami esophageales dari arteria gastrica sinistra (dari truncus coeliacus), dan

2. rami esophageales dari arteria phrenica inferior sinistra (dari aorta abdominalis).

Gaster
Gaster adalah bagian tractus gastrointestinalis yang paling berdilatasi dan memiliki bentuk
seperti huruf J. Terletak di antara esophagus pars abdominalis dan intestinum tenue, gaster
berada di regio epigastrium, umbilicalis, dan hypochondriacum sinistra abdomen. Gaster
dibagi menjadi 4 regio:
1. Pars cardiaca, yang mengelilingi lubang esophagus ke dalam gaster;
2. Fundus gastricus, yang merupakan area di atas ostium cardiacum;
3. Corpus gastricum, yang merupakan daerah terluas dari gaster; dan
4. Pars pylorica, yang terbagi menjadi antrum pyloricum dan canalis pykericus dan
merupakan ujung distal dari gaster. Bagian paling distal dari pars pylorica gaster
adalah pylorus. Pylorus terlihat pada permukaan gaster dengan adanya konstriksi
pyloricus yang berisi suatu cincin musculorum gaster yang menebal, sphincter
pyloricum, yang mengelilingi lubang distal gaster, ostium pyioricum. Ostium
pyloricum berada tepat di sisi kanan garis tengah pada suatu bidang yang melewati
tepi bawah vertebra LI (planum transpyloricum).
Ciri-ciri lain dari gaster meliputi:
1. Curvatura gastrica/ventriculi major, yang merupakan suatu tempat perlekatan
ligatnentum gastrosplenicum/gastrolienale dan omentum majus:
2. Curvatura gastrica/ventriculi minor, yang merupakan suatu tempat perlekatan
untuk omentum minus:
3. Incisura cardiaca, yang membentuk sudut superior saat esophagus memasuki gaster;
dan
Incisura angularis, merupakan takik pada curvatura gastrica/ ventriculi minor. Suplai
arterial gaster meliputi:
1. arteria gastrica sinistra dari truncus coeliacus.
2. arteria gastrica dextra dari arteria hepatica propria.
3. Arteria gastro-omentalis (epiploica) dextra dari arteria gastroduodenalis.
4. Arteria gastro-omentalis (epiploica) sinistra dari arteria splenica (lienalis), dan
5. Arteria gastrica posterior dari arteria splenica (lienalis) yang tidak selalu dapat
ditemukan.

Intestinum tenue
Intestinum tenue merupakan bagian terpanjang dari tractus gastrointestinalis dan
terbentang dari ostium pyloricum gaster sampai plica ileocaecale. Struktur berupa
tabung ini panjangnya sekitar 6-7 meter dengan diameter yang menyempit dari
permulaan sampai ujung akhir, yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum.

Duodenum
Bagian pertama dari intestinum tenue adalah duodenum. Struktur ini berbentuk seperti
huruf C. bersebelahan dengan caput pancreas, panjangnya sekitar 20-25 cm dan
berada di atas umbilicus: lumennya adalah yang terlebar dibandingkan bagian
intestinum tenue yang lain. Struktur ini terletak retroperitoneale kecuali bagian
awalnya, yang dihubungkan dengan hepar oleh suatu ligamenturn hepatoduodenale,
yang merupakan bagian dari omentum minus. Duodeni terbagi menjadi 4 bagian.
1. Pars superior (bagian pertama) terbentang dari ostium pyloricum gaster sampai
collum vesicae fellea, berada tepat di sisi kanan corpus vertebrae LI, dan berjalan
di anterior ductus choledochus, arteria gastroduodenalis, vena portae hepatis, dan
vena cava inferior. Secara klinis, permulaan bagian ini disebut sebagai ampulia
atau duodenal cap, dan ulcus duodenalis paling sering ditemui.
2. Pars descendens (bagian kedua) duodeni berada tepat di sisi kanan garis tengah
tubuh dan terbentang dari collum vesica fellea sampai ke tepi bawah vertebra LIII.
Permukaan anteriornya disilang oleh colon transversum, diposteriornya terdapat
ren dextra, dan di medialnya terdapat caput pancreas. Bagian duodeni ini berisi
papilla duodeni major, yang merupakan pintu masuk bersama bagi ductus
choledochus dan ductus pancreaticus, dan papilla duodeni mijor, yang
merupakan pintu masuk bagi ductus pancreaticus accessorius, dan pertemuan dari
pre-enteron dan mesenteron tepat di bawah papilla duodeni major.
3. Pars inferior/horizontalis (bagian ketiga) duodeni adalah bagian yang
terpanjang, menyilang vena cava inferior, aorta, dan columna vertebralis. Bagian
ini disilang di anteriornya oleh arteria dan vena mesenterica superior.
4. Pars ascendens (bagian keempat) duodeni berjalan naik pada, atau di sisi kiri
dari, aorta sampai kira-kira di tepi atas vertebra LII dan berakhir sebagai flexura
duodenojejunalis.
Flexura duodenojejunalis ini dikelilingi oleh suatu lipatan peritoneurn yang berisi sabut-sabut
musculus yang disebut sebagai musculus suspensorius duodeni (ligamentum duodenum
dari Treitz).
Suplai arterial untuk duodenum meliputi:
1. Cabang-Cabang arteria gastroduodenalis.
2. Arteria supraduodenalis dari arteria gastroduodenalis,
3. Rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis superior anterior (dari arteria
gastroduodenalis),
4. Rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis superior posterior (dari arteria
gastroduodenalts).
5. Rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis inferior anterior (dari arteria
pancreaticoduodenalis inferior sebuah cabang dari arteria mesenterica superior).
6. Rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis inferior posterior (dari arteria
pancreaticoduodenalis infertor—sebuah cabang dari arteria mesenterica superior). dan
7. Cabang pertama arteriae jejunales dari arteria mesenterica superior.

Jejunum
Jejunum dan ileum merupakan dua bagian akhir intestinum tenue. Jejunum merupakan 2/5
bagian proximal. Sebagian besar jejunum berada di kuadran kiri atas abdomen dan lebih
besar diameternya serta memiliki dinding yang lebih tebal dibandingkan ileum. Lapisan
bagian dalam mukosa jejunum ditandai dengan adanya banyak lipatan menonjol yang
mengelilingi lumennya (plicae circulares). Karakteristik unik jejunum lainnya adalah adanya
arcade arteriae yang kurang jelas dan vasa recta (arteri-arteri lurus) yang lebih panjang
dibandingkan dengan yang ada di ileum. Suplai arterial jejunum termasuk arteriae jejunales
dari arteria mesenterica superior.
Ileum
Ileum menyusun tiga perlima bagian distal intestinum tenue dan sebagian besar berada di
kuadran kanan bawah. Dibandingkan dengan jejunum, ileum memiliki dinding yang lebih
tipis, lipatanlipatan mucosa (plicae circulares) yang lebih sedikit dan kurang menonjol, vasa
recta yang lebih pendek, lemak mesenterium lebih banyak, dan lebih banyak arcade arteriae.
Ileum bermuara ke dalam intestinum crassum, tempat caecum dan colon ascendens bertemu.
Daerah pertemuan ini dikelilingi oleh dua lipatan yang menonjol ke dalam lumen intestinum
crassum (plica ileocaecale). Lipatan-lipatan plica ileocaecale ini bertemu pada ujung-
ujungnya dan membentuk peninggian. Musculature ileum berlanjut sampai di setiap lipatan,
membentuk suatu sphincter. Fungsi plica ileocaecale termasuk mencegah refluks/kembalinya
isi lumen dari caecum ke dalam ileum, dan mengatur jalannya isi lumen ileum menuju
caecum.
Suplai arterial untuk ileum (Gambar 4.47) berasal dari:
1. Arteriae ileales dari arteria mesenterica superior, dan
2. suatu cabang dari arteria ileocolica (dari arteria mesenterica superior

Intestinum crassum
Intestinum crassum terbentang dari ujung distal ileum hingga anus, panjangnya sekitar 1.5
meter pada orang dewasa. Intestinum crassum mengabsorbsi cairan dan garam-garam dariisi
lumen intestinum, dengan demikian membentuk fcces, dan terdiri dari caccum, appendix
vermiformis, colon, rectum, dan canalis analis. Tepat di bawah hepar, intestinum crassum
membelok ke kiri, membentuk flexura coli dextra (flexura hepatica), dan menyeberangi
abdomen sebagai colon transversum menuju regio hypochondrium sinistra. Pada posisi ini.
tepat di bawah lien, intestinum crassum membelok ke bawah, membentuk flexura coli
sinistra (flexura lienalis), dan berlanjut sebagai colon descendens yang melewati regio
Lateralis sinistra menuju regio inguinalis sinistra. Intestinum crassum memasuki bagian atas
cavitas pelvis sebagai colon sigmoideum, dan berlanjut pada dinding posterior cavitas pelvis
sebagai rectum, dan berakhir sebagai canalis analis. Karakteristik umum sebagian besar
intestinum crissum adalah:
1. memiliki diameter lumen yang lebih besar dibandingkan diameter lumen intestinum
tenue;
2. peritoneum colon tertutupi akumulasi lemak
(appendices epiploicae/ appendices omentales):
1. pemisahan musculus longitudinalis pada dindingnya menjadi 3 pita sempit (taeniae
coli), yang mula-mula terdapat di caecumdan colon dan kurang terlihat pada rectum:
dan
2. terdapat sacculasi pada colon (haustra coli).

Caecum dan appendix vermiformis


Caecum merupakan bagian pertama dari intestinum crassum. Caecum berada di inferior
ostium ileocaecale dan pada fossa iliaca dextra. Caecum adalah struktur intraperitoneale
karena mobilitasnya bukan karena perlekatannya oleh mesenterium. Caecum berlanjut
sebagai colon ascendens pada tempat pertemuannya dengan ileum dan biasanya berkontak
dengan dinding anterior abdomen. Caecum dapat menyilang aperture pelvis untuk kemudian
terletak di dalam pelvis minor. Appendix vermiformis melekat pada dinding posteromedial
caecum, tepat di inferior dari ujung ileum.

Appendix vermiformis adalah struktur tabung sempit, berongga, berujung buntu dan
berhubungan dengan caecum di ujung yang lain. Dinding appendix vermiformis memiliki
agregasi jaringan lymphaticum yang luas. dan menggantung pada ileum terminal oleh
mesoappendix, yang berisi vasa appendicularis. Titik perlekatnya dengan caecum konsisten
dengan alur taeniae coli libera yang tampak jelas mengarah ke basis appendix vermiformis,
tetapi lokasi bagian appendix vermiformis yang lain sangat bervariasi. Bagian appendix
vermiformis yang lain dapat berada di:
1. posterior dari caecum atau bagian bawah colon ascendens, atau keduanya, dengan
posisi retrocaecalis atau retrocolicae:
2. menggantung dia atas apertura pelvis, di dalam pelvis atau dalam posisi descendens.
3. di bawah caecum pada lokasi subcaecale: atau
4. anterior dari ileum terminal. kemungkinan berhubungan dengan dinding tubuh, pada
posisi pre-ileale atau posterior dari ileum terminal pada posisi post-ileale.
Proyeksi permukaan basis appendix vermiformis terletak pada pertemuan antara 1/3 lateral
dan 1/3 tengah garis dari SIAS sampai umbilicus (titik McBurney). Pasien dengan masalah
appendix vermiformis dapat menjelaskan adanya rasa nyeri pada daerah dekat lokasi ini.
Suplai arterial untuk caecum dan appendix vermiformis berasal dari:
1. arteria caecalls anterior dari arteria ileocolica (dari arteria mesenterica superior).
2. arteria caecalis posterior dari arteria ileocolica (dari arteria mesenterica superior), dan
3. arteria appendicularis dari arteria ileocolica (dari arteria mesenterica superior).
Colon
Colon terbentang di superior caecum dan terdiri dari colon ascendens, colon transversum,
colon descendens, dan colonsigmoideum. Segmen ascendens dan segmen descendens colon
terletak retroperitoneale (sekunder) dan segmen transversum dan segmen sigmoideumnya
terletak intraperitoneale. Pada daerah pertemuan colon ascendens dan colon transversum ada
flexura coli dextra, yang terletak tepat di inferior lobus dexter hepatis. Serupa, namun
membelok lebih tajam (flexura coli sinistra) terletak di pertemuan antara colon transversum
dan colon descendens. Belokan ini tepat di inferior lien, lebih tinggi dan lebih posterior
dibandingkan flexura coli dextra. dan melekat ke diaphragma oleh ligamentum
phrenicocolicum. Tepat di lateral dari colon ascendens dan colon descendens terdapat sulci
paracolici dextra dan sinistra. Sulci ini terbentuk di antara tepi lateral colon ascendens dan
colon descendens dan dinding posterolateral abdomen dan melalui saluran ini bahan-bahan
dapat lewat dari satu regio cavitas peritonealis ke regio yang lain. Oleh karena vasa dan
lymphaticus utama berada di sisi medial atau posteromedial colon ascendens dan colon
descendens, mobilisasi colon ascendens dan colon descendens yang relatif bebas dari
perdarahan dapat dimungkinkan dengan memotong peritoneurn di sepanjang sulci paracolici
lateral ini. Segmen akhir dari colon (colon sigmoideum) dimulai di atas apertura pelvis
superior sampai ke level vertebra SIII, di sini struktur ini bersinambungan dengan rectum
Colonsigmoideum berbentuk seperti huruf S, dapat bergerak kecuali pada bagian awalnya,
yang bersambung dengan colon descendens, dan pada ujung akhirnya, yang bersambung ke
rectum. Di antara kedua bagian tersebut, colon sigmoideum digantungkan oleh mesocolon
sigmoideum.
Suplai arterial untuk colon ascendens berasal dari:
1. ramus colicus dari arteria tleocolica (dari arteria mesenterica
superior).
2. arteria caecalis anterior dari arteriaieocolica (dari arteria
mesenterica superior).
3. arteria caecalis posterior dari arteria deocolica (dari arteria
mesenterica superior), dan
4. arteria colica dextra dari arteria mesenterica superior.
Suplai arterial untuk colon transversum berasal dari :
1. arteria colica dextra dari arteria mesenterica superior,
2. arteria colica media dari arteria mesenterica superior, dan
3. arteria colica sinistra dari arteria mesenterica inferior.
Suplai arterial untuk colon descendens meliputi arteria colica sinistra dari arteria mesenterica
inferior.

Rectum dan canalis analis


Bagian setelah colon sigmoideum adalah rectum. Biasanya pertemuan rectosigmoideum
berada pada level vertebra SIII atau pada ujung mesocolon sigmoideum, karena rectum
adalah struktur retroperitoneale. Canalis analis merupakan kelanjutan dari intestinum crassum
di inferior rectum.
Suplai arterial untuk rectum dan canalis analis meliputi:
1. arteria rectalis superior dari arteria mesenterica inferior,
2. arteria rectalis media dari arteria iliaca interna, dan
3. arteria rectafis inferior dari arteria pudenda interna (dari arteria
iliaca interna)

Hepar
Hepar merupakan organ viscera terbesar pada tubuh manusia dan terutama terletak di regio
hypochondrium dextra dan epigastrium, meluas ke dalam regio hypochondrium sinistra (atau
di dalam kuadran kanan atas, terbentang hingga kuadran kiri atas).
Facies hepar meliputi:
1. facies diaphragmatica ke arah anterior, superior, dan posterior, dan
2. facies visceralis ke arah inferior.
Facies diaphragmatica
Facies diaphragmatica hepar, yang halus dan berbentuk kubah, terletak berhadapan dengan
facies inferior diaphragma. Facies ini berhubungan dengan recessus subphrenici dan
Hepatorenalis:
1. Recessus subphrenici memisahkan facies diaphragmatica hepar dari diaphragma dan
dibagi menjadi pars dextra dan sinistra oleh ligamentum falciforme, suatu struktur
yang berasal dari mesenterium ventralis pada embryo.
2. Recessus hepatorenalis adalah bagian cavitas peritonealis pada sisi kanan antara hepar
dan ren dextra dan glandula suprarenalis/adrenalis dextra. Recessus subphrenici dan
hepatorenalis bersambungan di bagian anterior.
Facies visceralis
Facies visceralis hepar tertutup peritoneum viscerale, kecuali pada fossa vesicae
billiaris/felleae dan pada porta hepatis (pintu gerbang menuju hepar), Strukturstruktur yang
berhubungan dengan facies ini meliputi yang berikut:
1. esophagus,
2. pars anterior bagian kanan gaster.
3. pars superior duodeni,
4. omentum minus,
5. vesica fellea (biliaris).
6. flexura coli dextrae,
7. sisi kanan colon transversum,
8. ren dexter, dan
9. glandula suprarenalis dextra.
Porta hepatis berperan sebagai titik masuk ke dalam hepar bagi arteriae hepatica dan vena
portae hepatis, dan titik keluar bagi ductus hepaticus,
Ligamenta terkait
Hepar melekat pada dinding anterior abdomen oleh suatu ligamentum falciforme dan, kecuali
pada sebagian kecil hepar yang berhadapan langsung dengan diaphragma (area nuda/ bare
area), hepar hampir seluruhnya dikelilingi oleh peritoneum viscerale. menghubungkan hepar
menuju gaster (ligamentum hepatogastricum), duodenum (ligamentum hepatoduodenale),
dan diaphragma (ligamenta triangulare dextrum dan sinistrum dan ligamentum
coronarium anterior dan posterior). Area nuda hepar merupakan bagian hepar yang terletak
pada facies diaphragmatica, yang tidak dilapisi oleh peritoneum di antara hepar dan
diaphragm:
1. Batas anterior area nuda diindikasikan oleh suatu refleksi peritoneum--ligamentum
coronarium anterior;
2. Batas posterior area nuda diindikasikan oleh suatu refleksi peritoneum--ligamentum
coronarium posterior;
3. Tempat ligamentum coronarium menyatu di bagian lateral. membentuk suatu
ligamentum triangulare dextrum dan ligamentum triangulare sinistrum.

Lobi hepatis
Hepar dibagi menjadi lobus dexter hepatis dan sinister oleh fossae vesicaebiliaris dan vena
cava inferior. Lobus dexter hepatis adalah yang lebih besar, sedangkan lobus sinister hepatis
yang lebih kecil. Lobus caudatus dan lobus quadratus terletak di lobus dexter hepatis, tetapi
secara fungsi berbeda.
1. Lobus quadratus terlihat di pars anterior facies visceralis hepar dan dibatasi disisi
kiri oleh suatu fissura ligament teretis dan pada sisi kanan oleh suatu fossa vesicae
biliaris. Fungsinya berhubungan dengan lobus sinister hepatis.
2. Lobus caudatus terlihat pada pars posterior facies visceralis hepar. Struktur ini
dibatasi di sisi kiri oleh suatu fissure ligamenti venosi dan di sisi kanan oleh sulcus
vena cavae (inferior). Fungsinya, berbeda dengan Lobus dexter hepatis dan lobus
sinister hepatis.
Suplai arterial hepar berasal dari:
1. arteria hepatica dextra dari arteria hepatica propria (cabang dari arteria hepatica
communis dari truncus coeliacus), dan
2. arteria hepatica sinistra dari arteria hepatica propria (sebuah cabang dari arteria
hepatica communis dari truncus coeliacus).

Vesica biliaris (fellea)


Vesica biliaris (fellea) adalah suatu kantung berbentuk buah pir yang terletak pada facies
visceralis lobus dexter hepatis di dalam suatu fossa di antara lobus dexter hepatis dan lobus
quadratus. Struktur ini memiliki:
1. suatu ujung yang membulat (fundus vesicae yang terletak pada margo inferior hepar:
2. suatu bagian besar di dalam fossa (corpus vesicae biliaris). yang dapat terletak di
depan colon transversum dan pars superior duodeni dan
3. suatu bagian yang sempit (collum vesicae biliaris) dengan tunica mucosa vesicae
biliaris yang membentuk lipatan spiral. Suplai arterial untuk vesica biliaris) adalah
arteria cystica cabang dari arteria hepatica dextra (ramus dexter arteria hepatica
propria). Vesica biliaris menerima, mengkonsentrasikan, dan menyirnpan empedu
dari hepar.
4.

Pancreas
Umumnya pancreas terletak di posterior gaster. Pancreas terbentang di sepanjang dinding
posterior abdomen dari duodenum, di sisi kanan, sampai lien, di sisi kiri. Pancreas terletak
retroperitoneale kecuali sebagian kecil cauda pancreatis, dan terdiri dari caput pancreatis,
processus uncinatus, coilum pancreatis, corpus pancreatis, dan cauda pancreatis.
1. Caput pancreatis terletak di dalam suatu cekungan berbentuk huruf C duodenum.
2. Processus uncinatus terbentang dari bagian bawah caput pancreatis, yang melintas di
posterior dari vasa mesenterica superior.
3. Collum pancreatis terletak anterior vasa mesenterica superior. Di posterior collum
pancreatis, venae mesenterica superior dan lienalis bergabung membentuk vena portae
hepatis.
4. Corpus pancreatis memanjang dan terbentang dari collum hingga cauda pancreatis.
5. Cauda pancreatis melintas di antara lapisan-lapisan ligamentum splenorenale.
Ductus pancreaticus dimulai dari cauda pancreatic. Ductus ini melintas ke kanan
melewati corpus pancreatis dan, setelah memasuki caput pancreatis, berbelok ke
inferior. Pada bagian bawah caput pancreatis, ductus pancreaticus bergabung dengan
ductus choledochus. Gabungan dari kedua struktur ini membentuk ampulla
hepatopancreatica (ampulla Vaterii), yang musuk ke pars descendens duodeni pada
papilla duodeni major. Di sekeliling ampulla terdapat sphincter ampulla (sphincter
Oddit), yang merupakan kumpulan otot polos. Ductus pancreaticus accessorius
bermuara ke duodenum tepat di atas papilla duodeni major yaitu pada papilla duodeni
minor, Bila ductus pancreaticus accessorius diikuti dari papilla duodeni minor sampai
caput pancreatis, suatu titik percabangan dapat ditemukan:
1. Satu cabang berlanjut ke kiri, melewati caput pancreatis, dan dapat berhubungan
dengan ductus pancreaticus di titik yang strukturnya berbelok ke inferior.
2. Suatu cabang kedua turun menuju ke bagian bawah caput pancreatis. di anterior dart
ductus pancreaticus, dan berakhir di processus uncinatus.
Ductus pancreaticus major dan ductus pancreaticus accessories biasanya saling berhubungan.
Keberadaan kedua ductus ini mencerminkan asal embryologis pancreas dari kuncup-kuncup
dorsal dan ventral dari pre-enteron. Suplai arterial untuk pancreas berasal dari:
1. arteria gastroduodenalis dari arteria hepatica communis (cabang dari truncus
coeliacus),
2. arteria pancreaticoduodenalis superior anterior dari arteria gastroduodenalis,
3. arteria pancreaticoduodenalis superior posterior dari arteria gastroduodenalis,
4. arteria pancreatica dorsalis cabang dari arteria pancreatica inferior (cabang arteria
lienalis/splenica)
5. arteria pancreatica magna dari arteria pancreatica inferior (cabang arteria
lienalis/spienica),
6. arteriae pancreatica dorsatis dan pancreatica magna (cabang-cabang arteria
lienalis/splenica).
7. arteria pancreaticoduodenalis inferior anterior dari arteria pancreaticoduodenalis
inferior (cabang arteria mesenterica superior),dan
8. arteria pancreaticoduodenalis inferior posterior dari arteria pancreaticoduodenalis
inferior (cabang arteria mesenterica superior).

Suplai arterial untuk tractus gastrointestinalis


Aorta abdominalis berawal di hiatus aorticus diaphragma, di anterior terhadap batas bawah
vertebra TXII (Gambar 4.80) Aorta ini turun menuju abdomen, di anterior corpus vertebrae,
dan pada saat berakhirnya di level vertebra LIV akan berada sedikit di sisi kiri garis tengah
tubuh. Cabang-cabang terminal aorta abdominalis adalah dua
arteria iliaca communis.
Cabang-cabang anterior aorta abdominalis
Aorta abdominalis meiniliki cabang-cabang anterior, lateral, dan posterior saat memasuki
cavitas abdominalis. Ketiga cabang anterior tersebut menyuplai viscera gastrointestinalis:
truncus coeliacus dan arteriae mesenterica superior serta mesenterica inferior.
Tabung/saluran enteron primitif dapat dibagi menjadi region pre-enteron/foregut.
mesenteron/midgut. dan metenteron (serta proetodeum)/hindgut. Batas dari regio-regio ini
terkait langsung dengan area distribusi tiga cabang anterior aorta abdominalis.
1. Pre-enteron berawal dari esophagus abdominalis dan berakhir tepat di inferior papilla
duodeni major, di separuh perjalanan pars descendens duodeni. Bagian ini termasuk
esophagus pars abdominalis, gaster, duodenum (superior dari papilla duodeni major),
hepar, pancreas, dan vesica biliaris/fellea. Perkembangan lien juga terkait dengan
regio pre-enteron. Pre-enteron disuplai oleh truncus coeliacus.
2. Metenteron dimulai tepat di inferior papilla duodeni major, pada pars descendens
duodeni, dan berakhir pada pertemuan antara 2/ 3 bagian proximal dan 1/ 3 bagian
distal colon transversum. Bagian ini termasuk duodenum (inferior dari papill duodeni
major), jejunum, ileum, caecum, appendix vermiformis, colon ascendens, dan 2/3
bagian kanan colon transversum. Mesenteron disuplai oleh arteria mesenterica
superior.
3. Metenteron (dan proctodeum) dimulai tepat sebelum flexura coli sinistra (pertemuan
antara 2/3 bagian proximal dan 1/3 bagian distal colon transversum) dan berakhir
pada separuh perjalanan menuju canalis analis. Bagian ini termasuk 1/3 kiri colon
transversum, colon descendens, colon sigmoideum, rectum, dan bagian atas canalis
analis. Metenteron disuplai oleh arteria mesenterica inferior.

HISTOLOGI SISTEM DIGESTIVUS

Saluran pencernaan (gastrointestinal) adalah suatu lubang berongga panjang yang berjalan
dari esofagus sampai ke rektum. Salurannini mencakup esofagus, lambung, usus halus
(duodenum, jejenum, ileum), usus besar (kolon), dan rektum.
Dinding saluran pencernaan terdiri atas empat lapisan yang memperlihatkan organisasi
histologik dasar. Lapisan-lapisan tersebut adalah mukosa, submukosa, muskularis eksterna,
dan serosa atau adventisia.

Karena fungsi organ pencernaan dalam proses pencernaan berbeda-beda, morfologi lapisan
ini juga memperlihatkan variasi.

Mukosa (tunica mucosa) adalah lapisan paling dalam saluran pencernaan. Lapisan ini terdiri
dari epitel sebagai penutup dan kelenjar yang meluas ke lapisan jaringan ikat longgar di
bawahnya yang disebut lamina propria. Batas luar mukosa adalah muskularis mukosa (lamina
muscularis mucosae) yang berupa lapisan otot polos sirkular di sebelah dalam dan
longitudinal di sebelah luar.

Submukosa (tela submucosa) terletak di bawah mukosa. Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat
padat tidak teratur dengan banyak pembuluh darah dan limfe serta pleksus saraf submukosa
(Meissner). Pleksus saraf ini mengandung neuron-neuron parasimpatis pascaganglionik.
Neuron dan akson pleksus saraf submukosa mengontrol motilitas mukosa dan aktivitas
sekretorik kelenjar mukosa terkait. Di bagian awal usus halus, duodenum, submukosa
mengandung banyak kelenjar mukosa yang bercabang-cabang.

Muskularis eksterna (tunica muscularis) adalah lapisan otot polos yang tebal yang yang
terletak inferior dari submukosa. Kecuali di usus besar, lapisan ini terdiri dari lapisan otot
polos sirkular (tunica muscularis stratum circulare) di sebelah dalam dan lapisan otot polos
longitudinal (tunica muscularis stratum longitudinale) di sebelah luar. Di antara kedua
lapisan otot polos muskularis eksterna terdapat jaringan ikat dan pleksus saraf lain yang
disebut pleksus saraf mienterikus (Auerbach). Pleksus ini juga mengandung beberapa neuron
parasimpatis pascaganglionik dan mengontrol motilitas otot polos di muskularis eksterna.

Serosa (tunica serosa) adalah lapisan tipis jaringan ikat longgar yang membungkus organ
viseral. Organ viseral mungkin atau tidak dibungkus oleh selapis tipis epitel gepeng yang
disebut mesotelium (mesothelium). Jika suatu organ dilapisi oleh mesotelium, organ tersebut
berada di dalam rongga abdomen atau pelvis (intraperitoneal) dan lapisan luarnya disebut
serosa. Serosa menutupi luar bagian abdominal di esogafus, lambung, dan usus halus.
Lapisan ini juga menutupi bagian kolon (kolon asendens dan desendens) hanya dipermukaan
anterior dan lateral karena permukaan posterior terikat pada dinding posterior abdomen dan
tidak dilapisi oleh mesotelium.

Jika saluran pencernaan tidak dilapisi oleh mesotelium, saluran tersebut terletak di luar
rongga peritoneal dan disebut retroperitoneal. Dalam hal ini, lapisan terluar melekat pada
dinding tubuh dan hanya berupa suatu lapisan jaringan ikat yang disebut adventisia (tubica
adventitia).

1. Oesophagus
Esofagus (oesophagus) adalah suatu saluran lunak dengan panjang kira-kira 10 inci yang
berjalan dari faring sampai ke lambung. Saluran ini terletak di belakang trakea dan di
mediastinum rongga toraks.

Setelah turun di rongga toraks, esofagus menembus diafragma muskular. Bagian esofagus
yang pendek terdapat di rongga abdomen sebelum berakhir di lambung. Di rongga toraks,
esofagus hanya dikelilingi oleh jaringan ikat, yang disebut adventisia. Di rongga abdomen,
dinding terluar segmen pendek esofagus dilapisi oleh mesotelium (epitel selapis gepeng)
untuk membentuk serosa.

Di sebelah dalam, lumen esofagus dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
(epithelium stratificatum squamosum non cornificatum) yang basah. Jika esofagus kosong,
lumennya memperlihatkan banyak lipatan longitudinal temporer di mukosa. Di lamina
propria esofagus dekat lambung terdapat kelenjar kardia esofagus (glandula cardialis
oesophagi). Di submukosa terdapat kelenjar esofagus kecil. Kedua kelenjar mengeluarkan
mukus untuk melindungi mukosa dan mempermudah lewatnya bahan makanan melalui
esofagus. Dinding luar esofagus, muskularis eksterna, mengandung campuran berbagai jenis
serat otot. Di sepertiga atas esofagus, muskularis eksterna mengandung baik serat otot
rangka. Di sepertiga atas esofagus, muskularis eksterna mengandung baik serat otot rangka
maupun otot polos, sementara sepertiga bawah esofagus terutama terdiri dari serat otot polos.
2. Lambung (gaster)
Lambung (gaster) adalah organ berongga luas yang terletak di antara esofagus dan usus halus.
Pada taut esofagus-lambung, terdapat prubahan mendadak dari epitel berlapis gepeng
esofagus menjadi epitel selapis silindris lambung. Pada permukaan luminal lambung terlihat
banyak lubang kecil yang disebut foveola gatrica (gastric pit). Lubang ini dibentuk oleh epitel
luminal yang berinvaginasi ke lamina propria jaringan ikat mukosa di bawahnya. Kelenjar
gastrika (glandula gastrica) tubular terletak di bawah epitel luminal dan langsung bermuara
ke foveola gastrica untuk mengalirkan isinya ke lumen lambung. Kelenjar gastrika turun
melalui lamina propria ke muskularis mukosa.
Submukosa jaringan ikat padat yang terdapat di bawah mukosa lambung, mengandung
banyak pembuluh darah dan saraf. Dinding otot tebal lambung, yaitu muskularis eksterna,
terdiri atas tiga lapisan, bukan dua lapisan seperti yang terlihat di esofagus dan usus halus.
Lapisan luar lambung dilapisi oleh serosa atau peritoneum viscerale. Secara anatomis,
lambung dibagi menjadi bagian kardia (cardia) yang sempit, tempat berakhirnya esofagus,
bagian atas yang berbentuk kubah yaitu fundus, Korpus (corpus), dan bagian terminal
bentukcorong yaitu pylorus.

Fundus dan korpus membentuk sekitar dua pertiga lambung dan memiliki histologi yang
identik. Akibatnya, lambung hanya mempunyai tiga daerah histologis yang berbeda. Fundus
dan korpus membentuk bagian utama lambung. Mukosanya terdiri atas berbagai jenis sel dan
kelenjar gastrika (terletak di dalam) yang menghasilkan sebagian besar getah atau sekresi
lambung untuk pencernaan. Seluruh bagian lambung memperlihatkan rugae, yaitu lipatan
longitudinal mukosa dan submukosa. Lipatan ini hanya terdapat sementara dan menghilang
pada saat lambung teregang oleh cairan atau bahan padat.

3. Usus halus (intestinum tenue)


Usus halus (intestinum tenue) adalah saluran panjang berkelok-kelok dengan panjang kira-
kira 5-7 meter, ini adalah bagian saluran penceraan terpajang. Usus halus terbentang dari
pertautan dengan lambung untuk menyatu dengan usus besar atau kolon (intestinum
crassum). Untuk keperluan deskriptif, usus halus dibagi menjadi tiga bagian: duodenum,
jejunum, dan ileum.
Fungsi utama usus halus adalah mencerna isi lambung dan absorpsi nutrien ke dalam kapiler
darah dan lakteal limfe.

Mukosa usus halus menunjukkan modifikasi struktural khusus yang meningkatkan luas
permukaan sel untuk absorpsi nutrien dan cairan. Modifikasi ini mencakup plika sirkularis,
vili, dan mikrovili.

Berbeda dari rugae lambung, plica circulares adalah lipatan atau peninggian mukosa (dengan
inti submukosa) permanen yang berpilin dan terjulur ke dalam lumen usus. Plica circulares
paling menonjol di bagian proksimal usus halus, tempat absorpsi paling sering terjadi plika
sirkularis makin mengecil ke arah ileum.
Vili adalah tonjolan permanen lamina propria mukosa mirip-jari yang terjulur ke dalam
lumen usus. Vili dilapisi oleh epithelium simplex columnare dan juga lebih menonjol di
bagian proksimal usus halus. Tinggi vili berkurang ke arah ileum usus halus. Bagian tengah
jaringan ikat masing-masing vilus mengandung kapiler limfe yang disebut lakteal (vas
lymphati um centrale), kapiler darah, dan berkas otot polos.

Setiap vilus memiliki bagian tengah yaitu lamina propria yang biasanya berisi pembuluh
darah, kapiler limfe, saraf, otot polos, dan jaringan ikat longgar tidak teratur. Selain itu,
lamina propria adalah tempat penyimpanan sel imun misalnya limfosit, sel plasma, eosinofil
jaringan, makrofag dan sel mast.
Serat otot polos dari muskularis mukosa meluas ke bagian tengah vili dan berperan dalam
pergerakan vili. Efek ini meningkatkan kontak vili dengan produk makanan di usus.

Mirovili (microvilli) adalah juluran sitoplasma yang melapisi apeks sel absorptif usus.
Mikrovili tampak di bawah mikroskop cahaya berupa limbus striatus (striated [brush]
border). Mikrovilli dilapisi oleh suatu selubung glikoprotein glikokaliks, yang mengandung
enzim limbus striatus misalnya laktase, peptidase, sukrase, lipase, dan enzim lain yang
penting untuk pencernaan.

Regional di usus halus, yaitu:


Duodenum adalah segmen terpendek usus halus. Vili di bagian ini tampak lebar, tinggi, dan
banyak, dengan sedikit sel goblet di epitel. Kelenjar duodenal bercabang (Brunner) dengan
sel penghasil-mukus di submukosa merupakan ciri bagian ini.

Jejunum memperlihatkan vili yang lebih pendek, lebih sempit, dan lebih sedikit daripada
duodenum. Sel goblet di epitel lebih banyak.

Ileum mengandung sedikit vili yang sempit dan pendek. Selain itu, epitel mengandung lebih
banyak
sel goblet dibandingkan dengan duodenum dan jejunum. Nodulus limfoid berukuran besar
dan banyak di ileum, tempat nodulus limfoid membentuk agregasi di lamina propria dan
submukosa untuk membentuk nodulus lymphoideus aggregatus submucosus (Peyer's patch).
FISIOLOGI SISTEM DIGESTIVUS

 Gerakan Saluran Cerna


Terjadi dua jenis gerakan di dalam tractus gastrointestinal yaitu gerakan propulsif dan
gerakan mencampur. Gerakan propulsif menyebabkan makanan bergerak maju sepanjang
saluran dengan kecepatan yang sesuai untuk membantu terjadinya pencernaan dan
absorpsi. Gerakan mencampur yang menjaga agar isi usus sungguh-sungguh tercampur
setiap waktu. Gerakan propulsif (mendorong) dasar pada tractus gastroimtestinal adalah
peristaltik. Gerakan mencampur berbeda pada berbagai bagian saluran pencernaan. Pada
beberapa tempat, kontraksi peristaltik sendiri menyebabkan sebagian besar pencampuran.
Hal ini khususnya terjadi bila pergerakan maju isi usus dihambat oleh sebuah sfingter,
sehingga gelombang peristaltik kemudian hanya dapat mengaduk isi usus, dan bukan
mendorongnya kedepan.

 Mastikasi (Mengunyah)
Mastikasi merupakan proses pencernaan mekanik yang ada di mulut. Dens incisivus
menyediakan kerja memotong yang kuat, dens caninus mencabik makanan yang masuk,
serta dens molar bekerja untuk menggiling. Mengunyah bersifat penting untuk
pencernaan semua makanan, terutama sekali untuk sebagian besar buah dan sayur-
sayuran mentah karena zat ini memiliki membrane selulosa yang tidak mudah dicerna.
Selain itu, mengunyah akan membantu pencernaan kimiawi makanan karena enzim-
enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel makanan, maka dari itu
kecepatan pencernaan seluruhnya bergantung pada total area permukaan yang terpapar
dengan sekresi pencernaan.

 Deglutisi (Menelan)
Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring membantu fungsi
pernapasan dan menelan. Pada umumnya menelan dapat dibagi menjadi tahap volunteer,
tahap faringeal, dan tahap esophageal. Tahap volunteer yaitu bila makanan sudah siap
untuk ditelan, “secara sadar” makanan akan ditekan atau digulung ke arah posterior ke
dalam faring oleh tekanan lidah ke atas dan ke belakang terhadap palatum.Tahap
faringeal, sewaktu bolus makanan memasuki bagian posterior mulut dan faring, bolus
merangsang daerah epitel reseptor menelan di sekeliling pintu faring, khususnya pada
tiang-tiang tonsil dan sinyal-sinyal dari sini berjalan ke batang otak untuk mencetuskan
serangkaian kontraksi otot faringeal secara otomatis. Tahap esophageal yaitu gerakan
esophagus berupa peristaltik primer dan sekunder. Peristaltik primer hanya merupakan
kelanjutan dari gelombang peristaltik yang dimulai di faring dan menyebar ke esophagus
selama tahap faringeal dari proses menelan. Jika gelombang peristaltik primer gagal
mendorong semua makanan yang telah masuk esophagus ke dalam lambung, terjadi
gerakan peristaltik sekunder yang dihasilkan oleh peregangan esophagus oleh makanan
yang tertahan, gelombang ini terus berlanjut sampai semua makanan dikosongkan ke
dalam lambung. Terjadi relaksasi reseptif dari lambung bila gelombang peristaltik
esophagus mendekat kea rah lambung, timbul suatu gelombang relaksasi, yang
dihantarkan melalui neuron penghambat mienterikus, mendahului peristaltik.

 Fungsi Motorik Lambung


Fungsi motorik lambung ada tiga, yaitu penyimpanan sejumlah besar makanan sampai
makanan dapat diproses selanjutnya, pencampuran makanan dengan sekresi lambung
menghasilkan kimus, dan pengosongan kimus dengan lambat dari lambung ke usus halus.
Sewaktu makanan masuk ke dalam lambung, makanan membentuk lingkaran konsentris
di bagian oral lambung. Normalnya, bila makanan meregangkan lambung, “reflex
vasovagal” dari lambung ke batang otak dan kemudian kembali ke lambung akan
mengurangi tonus di dalam dinding otot korpus lambung sehingga dinding menonjol
keluar secara progresif. Getah pencernaan dari lambung disekresikan oleh kelenjar
gastric. Selama lambung berisi makanan, gelombang konstriktor peristaltik yang lemah,
diseburt juga gelombang pencampur, mulai timbul di bagian tengah sampai ke bagian
yang lebih atas dari dinding lambung dan bergerak kea rah antrum sekitar satu kali setiap
15 sampai 20 detik. Gelombang ini ditimbulkan oleh irama listrik dasar dinding lambung.
Sesudah makanan dalam lambung telah seluruhnya bercampur dengan sekresi lambung,
hasil campuran yang berjalan ke usus disebut kimus. Kontraksi peristaltik yang kuat di
dalam antrum lambung akan menimbulkan pengosongan lambung. Pengosongan lambung
diatur oleh sinyal dari lambung dan duodenum. Akan tetapi, duodenum member sinyal
yang lebih kuat, mengontrol pengosongan kimus ke dalam duodenum pada kecepatan
yang tidak melebihi kecepatan kimus dicerna dan diabsorpsi dalam usus halus.

 Pergerakan usus halus


Pergerakan usus halus juga dibagi menjadi kontraksi pencampuran dan kontraksi
propulsif. Kontraksi pencampuran (segmentasi) bila bagian tertentu usus halus teregang
oleh kimus, peregangan dinding usus menimbulkan kontraksi konsentris local dengan
jarak interval tertentu sepanjang usus dan berlangsung sesaat dalam semenit. Kontraksi
ini menimbulkan segmentasi pada usus halus, artinya kontraksi membagi usus menjadi
segmen-segmen ruang yang mempunyai bentuk rantai sosis. Bila satu rangkaian kontraksi
segmentasi berelaksasi, sering timbul satu rangkaian baru, tetapi kontraksi kali ini terjadi
terutama pada titik baru di antara kontraksi-kontraksi sebelumnya. Kimus didorong oleh
usus halus oleh gelombang peristaltik. Gelombang peristaltik tersebut sangat lemah dan
lambat.

 Gerakan colon
Fungsi utama colon antara lain : absorpsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk
feses yang padat; dan penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Gerakan
mencampur colon yaitu kontraksi gabungan dari pita otot sirkular dan longtitudinal
sehingga menyebabkan bagian usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar
memberikan bentuk serupa kantong yang disebut haustrasi. Gerakan mendorong colon
disebut juga pergerakan massa. Banyak dorongan di dalam caecum dan colon ascendens
dihasilkan oleh kontraksi haustrae yang kambat tetapi berlangsung persisten. Dari caecum
sampai sigmoid, pergerakan massa apat mengambil alih peran pendorongan untuk
beberapa menit dalam satu waktu. Pergerakan massa adalah jenis peristaltik yang
dimodifikasi dan ditandai oleh rangkaian proses. Timbulnya pergerakan massa sesudah
makan dipermudah oleh refleks gastrokolik dan duodenokolik. Refleks ini disebabkan
oleh distensi lambung dan duodenum.

 Defekasi
Bila pergerakan massa mendorong feses masuk ke dalam rectum, segera timbul keinginan
untuk defekasi, termasuk refleks kontraksi rectum dan relaksasi sfingter anus.
Pendorongan massa feses yang terus-menerus melalui anus dicegah oleh kontraksi tonik
dari sfingter ani internus, yaitu penebalan otot polos sirkular sepanjang beberapa
centimeter yang terletak tepat di sebelah dalam anus; dan sfingter ani externus, yang
terdiri dari otot lurik volunteer yang mengelilingi sfingter sfingter internus dan meluas ke
sebelah distal. Sfingter externus diatur oleh nervus pudendus yang merupakan saraf
somatis dank arena itu dibawah pengaruh volunteer, dalam keadaan sadar atau setidaknya
bawah sadar, secara bawah sadar, sfingter external biasanya terus-menerus mengalami
konstriksi kecuali bila ada impuls kesadaran yang mengahambat konstriksi. Biasanya
defekasi menimbulkan refleks defekasi. Satu dari refleks-refleks defekasi ini adalah
refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam dinding
rectum. Bila feses memasuki rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal-sinyal
aferen yang menyebar melalui plexus myentericus untuk menimbulkan gelombang
peristaltik di dalam colon descendens, sigmoid dan rectum, mendorong feses ke arah
anus. Sewaktu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi
oleh sinyal-sinyal penghambat dari plexus myentericus; jika sfingter ani externus dalam
keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunteer pada waktu yang bersamaan, terjadilah
defekasi.
Motilitas dan sekresi pencernaan diatur secara cermat untuk memaksimalkan pencernaan dan

penyerapan makanan yang masuk. Empat faktor berperan dalam mengatur fungsi sistem

pencernaan: (1) fungsi oronom otot polos, (2) pleksus saraf intrinsik, (3) saraf ekstrinsik, dan

(4) hormon pencernaan.

FUNGSI OTONOM OTOT POLOS

Seperti sel-sel otot jantung yangyang dapat tereksitasi sendiri, sebagian dari sel-sel otot polos

adalah sel pemacu yang memperlihatkan variasi ritmik spontan potensial membran. Jenis

utama aktivitas listrik spontan di otot polos pencernaan adalah (potensial gelombang lambat)

(lihat h. 315), yang juga dinamai basic elecnical rhythm (BER, irama listrik dasar) saluran

cerna. Sel-sel mirip sel otot tetapi tidak berkontraksi yang dikenal sebagai sel interstisium

Cajal adalah sel pemacu yang memicu aktivitas gelombang lambat siklik. Sel-sel pemacu ini

terletak di batas antara lapisan otot polos longitudinal dan sirkular. Gelombang lambat bukan

potensial'aksi dan tidak secara langsung memicu kontraksi otot; gelombang ini adalah
fluktuasi potensial aksi ritmik beralun yang secara siklis memba#a membran mendekati atau

menjauhi potensial ambang. Alunan gelombang iambat ini dipercayai disebabkan oleh variasi

siklik pelepasan Ca2- dari retikulum endoplasma dan penyerapan Ca2* oleh mitokondria sel

pemacu. Jika gelombang ini mencapai ambang di puncak depolarisasi maka di setiap puncak

terpicu potensial aksi sehingga terjadi siklus-siklus kontraksi otot yang berirama. Seperti otot

jantung, lembaran-lembaran sel otot polos tersebut dihubungkan oleh taut celah yang dapat

dialiri oleh ion-ion bermuatan listrik. Dengan cara ini, aktivitas listrik yang dimulai di sel

pemacu saluran cerna menyebar ke sei-sel otot polos kontraktil di sampingnya. Selain itu,

bukti baru mengisyaratkan bahwa aktivitas listrik ini juga dapat menyebar melalui sistem

saraf enterik, yang akan segera dijelaskan. Karena itu, keseluruhan lembaran oror berperilaku

seperti suatu sinsitium fungsional, mengalami eksitasi dan kontraksi sebagai satu kesatuan

saat ambang tercapai. Jika ambang tidak tercapai maka aktivitas listrik gelombang lambat

terus menyapu ke seluruh lembaran otot tanpa disertai oleh aktivitas kontraksi. Apakah

ambang tercapai arau ridak bergantung pada efek berbagai faktor mekanis, saraf, dan hormon

yang mempengaruhi titik awal osilasi irama gelombang lambat tersebut. Jika titik awal

berada dekat dengan tingkat ambang, seperti ketika terdapat makanan di saluran cerna, maka

puncak gelombang lambat depolarisasi akan mencapai ambang sehingga frekuensi potensial

aksi dan aktivitas kontraktil yang menyertainya meningkat. Sebaliknya, jika titik awal jauh

dari ambang, seperti ketika tidak terdapat makanan, maka kecil kemungkinannya tercapai

ambang sehingga frekuensi potensial aksi dan aktivitas kontraksi berkurang. Kecepatan

(frekuensi) aktivitas kontraktil ritmik spontan saluran cerna, misalnya peristalsis di lambung,

segmentasi di usus halus, dan kontraksi haustra di usus besaq bergantung pada laju inheren

yang diciptakan oleh sel-sel pemacu yang terlibat. (Perincian spesifik mengenai kontraksi

ritmik ini akan dibahas ketika kita membicarakan organ-organ yang bersangkutan). Intensitas

(kekuatan) kontraksi bergantung pada jumlah potensial aksi yang terjadi ketika potensial
gelombang lambat mencapai ambang, yang selanjutnya bergantung pada seberapa lama

ambang dipertahankan. Di ambang, terjadi pengaktifan saluran Ca2- bergerbang voltase yang

menyebabkan influks Ca't ke dalam sel otot polos. Masuknya Ca2. ini menimbuikan dua efek

(1) Hal ini berperan dalam fase naik potensial aksi, dengan fase turun ditimbulkan seperti

biasanya oleh efluks K-; dan (2) Hal ini memicu respons kontraksi. Semakin besar jumlah

potensial aksi, semakin tinggi konsentrasi Ca2* sitosol, semakin besar aktivitas jembatan

silang, dan semakin kuat. kontraksi. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas kontraksi juga

melakukannya dengan mengubah konsentrasi Ca2. sitosol. Karena itu, tin$kat kontraktilitas

dapat berkisardari tonus rendah hingga gerakan mencampur dan mendorong yang kuat

dengan mengubah-ubah konsentrasi Ca2- sitosol.

PLEKSUS SARAF INTRINSIK

Pleksus saraf intrinsik adalah dua anyaman urama serat saraf-pleksus submukosa dan pleksus

mienterikus-yang seluruhnya berada di dalam dinding saluran cerna dan berjalan di sepanjang

saluran cerna. Dengan demikian, tidak seperti sistem tubuh yang lain, saluran cerna memiliki

sistem saraf intramuralnya ("di dalam dinding") sendiri, yang mengandung neuron sebanyak

di medula spinalis dan memberi saluran ini tingkat regulasi diri yang cukup besar. Bersama-

sama, kedua pleksus ini sering disebut sistem saraf enterik. Pleksus intrinsik mempengaruhi

semua aspek aktivitas saluran cerna. Pleksus intrinsik mengandung berbagai jenis neuron.

Sebagian adalah neuron sensorik, yang memiliki reseptor yang berespons terhadap

rangsangan lokal tertentu di saluran cerna. Neuron lokal lain menyarafi sel otot polos serta

kelenjar eksokrin dan endokrin saluran cerna untuk secara langsung mempengaruhi motilitas

saluran cerna, sekresi getah pencernaan, dan sekresi hormon pencernaan. Seperti susunan

saraf pusat, neuron-neuron sistem saraf enterik dihubungkan oleh anrarneuron. Sebagian dari

neuron motorik bersifat eksitatorik dan sebagian inhibitorik. Sebagai contoh, neuron yang

mengeluarkan asetilkolin sebagai neurotransmiter mendorong kontraksi otot polos saluran


cerna, sementara neurotransmiter nitrat obsida dan uasoactiue intestinal peptide (peptida usus

vasoaktif) bekerja bersama untuk menyebabkan relaksasi. Aryaman saraf intrinsik ini

rerutama mengoordinasikan aktivitas lokal di dalam saluran cerna. Sebagai gambaran, jika

sepotong besar makanan terganjal di esofagus maka pleksus-pleksus intrinsik

mengoordinasikan respons lokal untuk mendorong maju makanan. Aktivitas saraf intrinsik

selanjutnya dapat dipengaruhi oleh saraf ekstrinsik.

SARAF EKSTRINSIK

Saraf ekstrinsik adalah serat-serar saraf dari kedua cabang sistem sarafotonom yang berasal

dari luar saluran cerna dan menyarafi berbagai organ pencernaan. Saraf otonom

mempengaruhi motilitas dan sekresi saluran cerna dengan memodifikasi aktivitas yang

sedang berlangsung di pleksus intrinsik, mengubah tingkat sekresi hormon pencernaan, arau,

pada beberapa kasus, bekerja langsung pada otot polos dan kelenjar. Ingatlah bahwa, secara

umum, saraf simpatis dan parasimpatis yang menuju ke suatu jaringan menimbulkan efek

berlawanan di jaringan tersebut. Sistem simpatis, yang mendominasi pada situasi "lawan-

ataulari", cenderung menghambat atau memperlambat kontraksi dan sekresi saluran cerna.

Efek ini sesuai jika dilihat bahwa proses pencernaan bukan prioritas tertinggi ketika tubuh

menghadapi suatu kedaruratan. Sistem saraf parasimpatis, sebaliknya, mendominasi pada

situasi tenang "istirahat-dan-cerna", saat berbagai aktivitas pemeliharaan umum misalnya

pencernaan dapat berlangsung optimal. Karena itu, serat saraf parasimparis yang menyarafi

saluran cerna, yang datang terutama melalui saraf vagus, cenderung meningkatkan motilitas

otot polos dan mendorong sekresi enzim dan hormon pencernaan. Yang khas untuk saraf

parasimpatis ke saluran cerna adalah bahwa serat saraf pascaganglionnya sebenarnya adalah

bagian dari pleksus sarafintrinsik. Serat-serat ini adalah neuron keluaran penghasil asetilkolin

di dalam pleksus. Karena itu, asetilkolin dilepaskan sebagai respons terhadap refleks lokal
yang seluruhnya dikoordinasikan oleh pleksus intrinsik serta terhadap reflefts vagus, yang

bekerja melalui pleksus intrinsik. Selain diaktifkan selama lepas muatan simpatis atau

parasimpatis generalisata, saraf otonom, khususnya saraf vagus, dapat secara tersendiri

diaktifkan untuk hanya memodifikasi aktivitas pencernaan. Salah satu tujuan utama

pengaktifan spesifik persarafan ekstrinsik adalah untuk memadukan aktivitas antar berbagai

bagian saluran cerna. Sebagai contoh, tindakan mengunyah makanan secara reflek

meningkatkan tidak saja sekresi liur tetapi juga sekresi lambung, pankreas, dan hati melalui

refleks vagus sebagai antisipasi kedatangan makanan.

HORMON PENCERNAAN

Di dalam mukosa bagian-bagian tertenru saluran cerna terdapat sel-sel kelenjar endokrin

yang, pada stimulasi yang sesuai, mengeluarkan hormon ke dalam darah. Hormon-hormon

pencernaan ini dibawa oleh darah ke bagian-bagian lain saluran cerna, tempar hormon-

hormon tersebut menimbulkan efek eksitatorik atau inhibitorik pada otot polos dan kelenjar

eksokrin. Yang menarik, banyak dari hormon yang sama ini dibebaskan dari neuron di otak,

rempamya bekerja sebagai neurotransmiter dan neuromodulator. Selama perkembangan masa

mudigah, sel-sel tertenru di jaringan saraf yang sedang berkembang bermigrasi ke sistem

pencernaan, tempat sel-sel tersebut menjadi sel endokrin. Dinding saluran cerna mengandung

tiga jenis reseptor sensorik yang berespons terhadap perubahan lokal di saluran cerna (l)

kemoreseptor yatg peka terhadap komponen kimiawi di dalam lumen, (2) mekanoreseptor

(reseptor tekanan) yang peka terhadap peregangan atau tegangan di dinding, dan (3)

osmoreseptoryang peka terhadap osmolaritas isi lumen. Perangsangan terhadap reseptor-

reseptor ini memicu refleks saraf atau sekresi hormon, di mana keduanya mengubah tingkat

aktivitas di sel efektor sisrem pencernaan. Sel-sel efektor ini mencakup sel otot polos (untuk
memodifikasi modlitas), sel kelenjar eksokrin (untuk mengontrol sekresi getah pencernaan),

dan sel kelenjar endokrin (untuk mengubah sekresi hormon pencernaan). Pengaktifan

reseptor dapat menimbulkan dua jenis refleks saraf refleks pendek dan refleks panjang.

Ketika jaringan saraf intrinsik mempengaruhi motilitas lokal atau sekresi sebagai respons

terhadap stimulasi lokal spesifik maka semua elemen refleks terletak di dalam dinding

saluran cerna iru sendiri sehingga terjadilah reflefts pendek. Aktivitas saraf otonom ekstrinsik

dapat berjalan di atas kontrol lokal untuk memodifikasi respons otot polos dan kelenjar, baik

untuk menghubungkan aktivitas antara berbagai bagian saluran cerna atau untuk

memodifikasi aktivitas sistem pencernaan sebagai respons terhadap pengaruh eksternal.

Karena refleks otonom mencakup jalur-jalur panjang antara susunan sarafpusat dan sistem

pencernaan maka refleks-refleks tersebut dikenal sebagai refleks panjang. Selain reflek-

refleks sarafini, aktivitas sistem pencernaan juga dikoordinasikan oleh hormon pencernaan,

yang dirangsang langsung oleh perubahan lokal di saluran cerna atau oleh refleks pendek atau

panjang. Selain reseptor sensorik di dalam dinding saluran cerna yang memantau isi lumen

dan tegangan dinding, membran plasma sel efektor sistem pencernaan juga memiliki protein

reseptor yang berikatan dengan dan berespons terhadap hormon pencernaan, neurotransmiter,

dan mediator kimiawi lokal.

HORMON PENCERNAAN

GASTRIN Protein di lambung merangsang pelepasan gastrin, yang melakukan fungsi-fungsi

berikut: 1. Bekerja melalui beragam cara untuk meningkatkan sekresi HCI dan pepsinogen.

Kedua bahan ini, selanjutnya, adalah faktor utama yang memulai pencernaan protein yang

memicu sekresinya. 2. Meningkatkan moriliias lambung, merangsang motilitas ileum,

melemaskan sfingter ileosekum, dan memicu gerakan massa di kolon - fungsi-fungsi yang

semuanya ditujukan untuk menjaga isi usus tetap bergerak maju sewaktu kedangan makanan

baru. 3. Bersifat trofik tidak saja untuk mukosa lambung tetapi juga untuk mukosa usus halus,
membanru memelihara lapisan dalam saluran cerna agar tetap berfungsi optimal. Dapatlah

diperkirakan bahwa sekresi gastrin dihambat oleh akumulasi asam di lambung dan oleh

adanya asam dan konstituen lain di lumen duodenum yang mengharuskan perlambatan

sekresi lambung.

SEKRETIN Sewaktu lambung mengosongkan isinya ke dalam duodenum, adanya asam di

duodenum merangsang pelepasan sekretin, yang melakukan fungsi-fungsi terkait berikut

ini:1. Menghambat pengosongan lambung untuk mencegah masuknya lebih banyak asam ke

dalam duodenum sampai asam yangada telah dinetralkan. 2. Menghambat sekresi lambung

untuk mengurangi jumlah asam yang diproduksi. 3. Merangsang sel-sel duktus pankreatikus

untuk menambah volume sekresi encer NaHCO yang mengalir ke dalam duodenum untuk

menetralkan asam. 4. Merangsang sekresi empedu kaya NaHCO, oleh hati yang juga

dialirkan ke duodenum untuk membantu proses netralisasi. Netralisasi kimus yang asam di

duodenum membantu mencegah kerusakan dinding duodenum dan membentuk lingkungan

yang sesuai untuk fungsi optimal enzim-enzim pencernaan pankreas yang dihambat oleh

asam. 5. Bersama CCK, sekretin bersifat trofik bagi pankreas eksokrin. ccK Sewaktu terjadi

pengosongan lambung, lemak dan nutrien lain masuk ke duodenum. Nutrien ini, khususnya

lemak dan, dengan tingkat yang lebih rendah, produk protein, menyebabkan pelepasan CCK,

yang melakukan fungsi-fungsi terkait berikut: 1. Menghambat moriliras dan sekresi lambung,

sehingga waktu untuk pencernaan dan penyerapan nutrien yang sudah ada di duodenum

cukup. 2. Merangsang sel asinus pankreas untuk meningkatkan sekresi enzim pankreas, yang

melanjutkan pencernaan nurrien-nutrien ini di duodenum (efek ini sangat penting untuk

pencernaan lemak, karena lipase pankreas adalah satu-satunya enzim yang mencerna lemak).

3. Menyebabkan kontraksi kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi sehingga empedu

dialirkan ke dalam duodenum untuk mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak. Efek

deterjen garam empedu sangar penring bagi kemampuan lipase pancreas dalam
melaftsanakan tugasnya. Berbagai efek CCK ini beradaptasi baik dengan penanganan lemak

dan nurrien lain yang keberadaannya di duodenum memicu pelepasan hormon ini. 4. Selain

itu, sekretin dan CCK, yang sama-sama memiliki efek stimulatorik kuat pada pankreas

eksokrin, bersifat trofik bagi jaringan ini. 5. CCK juga diperkirakan berperan dalam

perubahan adaptifjangka panjang dalam proporsi enzim pankreas yang diproduksi sebagai

respons terhadap perubahan diet yang berkepanjangan. 6. Selain mempermudah pencernaan

nutrien yang tertelan, CCK adalah regulator penting asupan makanan. Hormon ini berperan

kunci dalam rasa kenyang, yaitu sensasi bahwa tubuh sudah cukup makan. GIP Hormon yang

baru ditemukan dikeluarkan oleh duodenumini, GIP, membantu mendorong pemrosesan

metabolik nutrien setelah nutrien tersebut terserap. Hormon ini semula dinamai gastric

inhibitory peptide (GIP) atas perkiraan perannya sebagai suatu enterogastron. Bahan ini

semula dipercaya menghambat motilitas dan sekresi lambung, serupa dengan sekretin dan

CCK. Saat ini kontribusi GIP dalam hal tersebut dianggap minimal. Hormon ini malah

merangsang pelepasan insulin oleh pankreas sehingga sekarang dinamai glucose-dqtendent

insulinonophic peptidc (juga GIP). Hormon ini kembali memperlihatkan sifat adaptif yang

sangat baik. Segera setelah makanan diserap, tubuh perlu mengubah proses metaboliknya

untuk menggunakan dan menyimpan nutrien yang baru datang tersebut. Aktivitas metabolik

fase absorptif ini umumnya berada di bawah kontrol insulin. GIP, yang dirangsang oleh

keberadaan makanan di saluran cerna, memicu pelepasan insulin sebagai antisipasi untuk

penyerapan makanan, melalui mekanisme umpan. Insulin sangat penting dalam mendorong

penyerapan dan penyimpanan glukosa. Karena itu, glukosa di duodenum meningkatkan

sekresi GIP Muntah, atau emesis/vomitus, ekspulsi paksa isi lambung keluar melalui mulut,

tidak terjadi karena peristalsis terbalik di lambung, seperri yang mungkin diperkirakan.

Sebenarnya lambung itu sendiri tidak secara aktif berperan dalam muntah. Lambung,

esofagus, dan sfingter- sfingter terkaitnya semua meiemas sewaktu muntah. Gaya utama
penyebab ekspulsi, yang mengejutkan, berasal dari kontraksi otot-otot pernapasan-yaitu

diafragma (otot inspirasi utama) dan otot abdomen (otot ekspirasi aktif). Tindakan kompleks

muntah dikoordinasikan oleh pusat muntah di medula batang otak. Muntah dimulai dengan

inspirasi dalam dan penurupan glotis. Kontraksi diafragma menekan ke bawah ke lambung

sementara secara bersamaan kontraksi otor-otot perut menekan rongga abdomen,

meningkatkan tekanan intraabdomen dan memaksa visera abdomen bergerak ke atas.

Sewaktu lambung yang melemas terperas antara diafragma di atas dan rongga abdomen yang

mengecil di bawah, isi lambung terdorong ke atas melalui sfingter-sfingter yang melemas dan

esofagus serta keluar melalui mulut. Glotis tertutup, sehingga bahan muntah tidak masuk ke

saluran napas. Uvula juga terangkar untuk menutup saluran hidung. Siklus muntah dapat

berulang beberapa kali sampai lambung kosong. Muntah biasanya didahului oleh pengeluaran

liur berlebihan, berkeringat, peningkatan denyut jantung, dan sensasi mual, yang semuanya

khas untuk lepas muatan generalisata sistem saraf otonom.

BIOKIMIA SISTEM DIGESTIVUS

PENCERNAAN MAKANAN

1. Pencernaan dalam rongga mulut

Proses pencernaan dimulai dari dalam rongga mulut yang mengandung saliva atau air liur.

Saliva disekresikan oleh glandula salivarius (kelenjar liur) dan mengandung sebagian besar

air (99,5%), sisanya merupakan molekul-molekul padat. Saliva mengandung suatu

glikoprotein yaitu musin yang berfungsi sebagai pelicin pada saat mengunyah dan menelan.

Disamping itu saliva berfungsi sebagai tempat ekskresi ion-ion anorganik seperti K+, Ca2+,
HCO3-, HCO3-, tiosianat (SCN-), iodium dan imunoglobulin A (IgA). Pada umumnya saliva

memiliki pH yang berkisar antara 6-8 (netral). Selain musin, saliva mengandung enzim

amilase (ptialin) yang berfungsi menghidrolisis amilum atau glikogen menjadi maltosa. Akan

tetapi, jumlahnya tidak begitu berarti bagi tubuh sebab waktunya yang singkat bereaksi

dengan makanan di dalam rongga mulut. Saliva juga mengandung enzim lipase, namun

tidak mempunyai arti bermakna bagi manusia.

2. Pencernaan di dalam lambung

Lapisan mukosa lambung menghasilkan getah lambung. Getah lambung merupakan cairan

bening berwarna kuning pucat yang mengandung asam lambung (HCl) dengan pH lebih

kurang 1. Getah lambung juga mengandung air (97-99%), sisanya berupa musin, garam

anorganik, dan enzim pencernaan pepsin, renin dan lipase.

*) Asam lambung (HCl)

Sumber utama asam lambung adalah sel parietal yang menutupi korpus lambung. Sumber

H+ berasal dari H2CO3 yang dikatalisis oleh enzim karbonat anhidrase. Bila sel parietal

terangsang untuk mensekresikan asam, maka H+/K+ ATP-ase menjadi aktif dan pompa Cl-

meningkat pula aktifitasnya, sehingga H+ dan Cl- disekresikan bersama-sama. Pengganti ion

Cl- yang memasuki sel dari plasma adalah HCO3- yang mengalir dari plasma ke sel parietal

ke dalam plasma. ATP yang digunakan pada pertukaran H+ dengan K+ berasal dari

mitonondria sel parietal (Gambar 2.1).


Gambar 2.1 Proses produksi HCl oleh sel parietal lambung

Akibat kontak dengan HCl lambung, protein mengalami denaturasi yaitu struktur protein

tersier hilang akibat penghancuran ikatan hidrogen. Proses ini memungkinkan terbukanya

lipatan rantai polipeptida sehingga menjadi lebih mudah dijangkau oleh kerja enzim

protease. Nilai pH yang rendah juga berperan dalam menghancurkan sebagian besar

mikroorganisme yang memasuki saluran cerna.

Sel-sel parietal lambung juga menyekresikan faktor intrinsik, suatu glikoprotein yang

memfasilitasi absorpsi vitamin B12 di ileum.

*)Enzim pencernaan dalam lambung

A. Pepsin

Pencernaan protein dimulai dalam lambung dan enzim yang berperan utama dalam hal ini

adalah pepsin. Pepsin dihasilkan oleh sel utama (Chief cell) dalam bentuk pepsinogen.

Pepsinogen akan menjadi pepsin dengan bantuan H+, selanjutnya pepsin yang terbentuk

akan mengaktifkan pepsinogen (autokatalisis). Pepsin termasuk enzim endopeptidase dan

spesifik untuk ikatan peptida yang dibentuk oleh asam-asam amino aromatik atau asam

amino dikarboksilat.

B. Rennin
Enzim rennin berfungsi untuk koagulasi susu, penting pada proses pencernaan bayi karena

mencegah lewatnya susu secara cepat melalui lambung. Dengan adanya kalsium, maka

rennin akan mengubah kasein susu menjadi parakasein secara irreversibel. Selanjutnya

parakasein akan dipecah oleh pepsin.

C. Lipase

Di dalam lambung terdapat lipase lambung dan lipase saliva yang dapat melanjutkan

aktifitasnya pada pH yang lebih rendah, karena adanya waktu retensi 2-4 jam. Nilai optimal

pH memiliki kisaran cukup luas 3,0-6,0. Substrat utama enzim ini adalah lemak susu yang

mengandung asam lemak rantai pendek. Asam lemak rantai pendek diserap oleh lambung

dan selajutnya masuk ke dalam vena porta.

3. Pencernaan dalam duodenum

Isi lambung atau kimus (chyme) selama proses pencernaan masuk ke dalam duodenum.

Sementara itu, getah pankreas dan empedu juga disekresikan ke dalam duodenum. Oleh

karena itu, kimus yang asam akan berubah menjadi alkalis. Perubahan pH ini penting untuk

aktifitas enzim yang terdapat di dalam getah pankreas dan usus halus.

*) Empedu

Empedu diproduksi oleh hepar dan disimpan dalam kantung empedu. Komposisi empedu

terdiri atas:

a) Air

b) Garam anorganik

c) Asam empedu

d) Lesitin

e) kolesterol

f) Pigmen empedu (antara lain bilirubin)

g) Protein (misalnya musin)

h) Senyawa hasil metabolisme (misalnya obat-obatan)

Empedu mempunyai fungsi :


1. Emulsifikasi : garam empedu mempunyai kesanggupan menurunkan tegangan

permukaan. Keadaan ini membuat getah empedu mampu mengemulsi lemak dalam

usus dan melarutkan asam-asam lemak. Adanya empedu dalam usus merupakan

faktor yang penting untuk pencernaan dan penyerapan lemak dan penyerapan

vitamin yang larut dalam lemak seperti A, D, E dan K. Bila pencernaan lemak

terganggu, maka bahan makanan akan gagal dicerna karena lemak akan menutupi

partikel makanan tersebut sehingga enzim tidak dapat bekerja. Dalam hal ini, terjadi

peningkatan aktifitas bekteri usus berupa pembusukan dan pembentukan gas.

2. Netralisasi asam : empedu mempunyai pH sedikit di atas 7, sehingga dapat

menetralkan kimus yang asam dan mempersiapkannya untuk proses pencernaan

dalam usus

3. Ekskresi : empedu merupakan media ekskresi asam/garam empedu, kolesterol,

obat, racun, pigmen, dan bahan-bahan anorganik seperti tembaga, seng dan raksa.

*)Getah pankreas

Getah pankreas merupakan cairan tidak kental dengan pH yang alkalis (7,5-8).

Getah pankreas mengandung enzim tertentu, senyawa organik dan enzim-enzim

pencernaan.

Enzim-enzim pencernaan yang terdapat dalam getah pankreas itu adalah

A. Tripsin, kimotripsin dan elastase. Ketiga enzim ini seluruhnya disekresikan sebagai

zimogen oleh asinar pankreas. Tripsinogen diaktifkan oleh enteropeptidase menjadi

tripsin. Tripsin yang terbentuk akan menyerang molekul-molekul tambahan

tripsinogen tetapi juga zimogen lainnya dalam getah pankreas dengan

membebaskan kimotripsin dan elastase. Ketiga enzim ini termasuk endopeptidase.

Tripsin merupakan enzim spesifik untuk ikatan peptida pada asam amino dasar dan

kimotripsin spesifik untuk ikatan peptida yang mengandung residu asam amino yang

tak bermuatan, misalnya asam amino aromatik. Elastase mempunyai spesifitas yang

agak luas dalam menyerang ikatan sesudah residu asam amino yang kecil seperti

lisin, alanin, dan serin.


B. Karboksipeptidase

Karboksipeptidase berasal dari zimogen prokarboksipeptidase yang diaktifkan

dengan bantuan tripsin. Enzim ini suatu eksopeptidase yang memecah ujung

terminal ikatan peptida dengan membebaskan asam amino tunggal

C. Amilase pankreas (α-amilase)

Enzim ini memecah ikatan 1,4 glikosida pada amilum dan glikogen sehingga

menghasilkan maltosa, maltotriosa, oligosakarida bercabang (α-limit desktrin),

glikosakarida tidak bercabang dan glukosa.

D. Lipase pankreas

Enzim bekerja spesifik pada ikatan ester primer posisi 1 dan 3 triasilgliserol

E. Kolesterol esterase

Enzim ini mengkatalisis senyawa ester kolesterol karena penyerapan pada usus

dalam bentuk bebas

F. Rnase dan Dnase

Enzim ini memecah asam nukleat menjadi mononukleotida

G. Fosforilase A2

Enzim ini menghidrolisis ikatan ester pada posisi 2 gliserofosfolipid yang berasal dari

empedu

4. Pencernaan dalam usus halus

Usus halus mensekresikan getah usus yang mengandung enzim-enzim pencernaan, yakni :

a) Aminopeptidase yaitu suatu eksopepeptidase yang memecah ikatan peptida di

sebelah N asam amino terminal dari polipeptida dan oligopeptida

b) Dipeptidase akan mencerna dipeptida menjadi asam amino bebas

c) Disakaridase dan oligosakaridase, yaitu:

α-glikosida (maltase) yang mengeluarkan residu glukosa tunggal dari disakarida

dan oligosakarida yang berikatan α(1-4)

d) isomaltase (α-dekstrinase) akan menghidrolisis ikatan 1-6 pada α limit dekstrin

e) β-galaktosidase (laktase) memisahkan galaktosa dan laktosa


f) sukrase untuk menghidrolisis sukrosa

g) trekalase untuk menghidrolisis trekalosa

h) fosfatase memisahkan fosfat dari beberapa fosfat organik seperti koksofosfat dan

gliserofosfat

i) polinukleotidase akan memecah asam nukleat menjadi nukleotida

j) nukleosidase (nukleosida fosforilase) akan mengkatalisis fosforilisis nukleosida

dan menghasilkan basa nitrogen dan pentosa fosfat

k) fosfolipase akan memecah fosfolipid dan menghasilkan gliserol, asam lemak,

asam fosfat, dan basa seperti kolin

l) enterokinase (enteropeptidase) akan mengkatalisis tripsinogen menjadi tripsin

Hasil akhir dari kerja enzim pencernaan adalah mereduksi bahan makanan di dalam diet

menjadi bentuk yang dapat diserap serta diasimilasikan. Produk akhir proses pencernaan ini

adalah monosakarida (terutama glukosa) untuk karbohidrat; asam amino untuk protein;

asam lemak, gliserol serta monoasilgliserol untuk triasilgliserol; dan nukleobasa, nukleosida

dan pentosa untuk asam nukleat. Polisakarida dari dinding sel tanaman dan lignin tidak

dapat dicerna oleh enzim mamalia merupakan serat diet dan menyusun massa residu dari

pencernaan.

5. Penyerapan

Di dalam lambung hanya terjadi sedikit absorpsi, kecuali asam lemak rantai pendek serta

sedang dan etanol. Usus halus merupakan organ absorpsi utama. Sekitar 90% bahan

makanan yang diingesti diserap sewaktu berjalan melintasi usus halus, demikian pula air.

Setelah residu bahan makanan melintas ke usus besar, jumlah air yang diserap menjadi

lebih banyak sehingga isi usus yang sebelumnya berbentuk cair di dalam usus halus

berangsur-angsur menjadi lebih padat di dalam kolon.

Transpor bahan yang diserap oleh usus terjadi melalui dua lintasan yakni sistem portal

hepatik, yang berjalan langsung menuju hati dan mengangkut nutrien larut air, serta
pembuluh limfe, yang menuju darah melalui duktus torasikus dan mengangkut nutrien yang

larut dalam lemak.

*) Penyerapan karbohidrat

Berbagai produk pencernaan karbohidrat diserap dari jejunum ke dalam darah sistem vena

porta dalam bentuk monosakarida, terutama sebagai heksosa (glukosa, fruktosa, manosa

serta galaktosa) dan sebagai gula pentosa (ribosa).

Ada dua mekanisme yang bertanggung jawab atas absorpsi monosakarida yakni transpor

aktif melawan gradien konsentrasi dan transpor fasilitatif mengikuti gradien konsentrasi.

Fruktosa diserap lebih lambat dari glukosa dan galaktosa. Absorpsinya berlangsung melalui

proses difusi mengikuti gradien konsentrasi dengan bantuan suatu transporter fasilitatif

bergantung natrium (GLUT5).

Absorpsi aktif glukosa digerakkan oleh pompa natrium. Sebuah transporter glukosa

bergantung natrium (SGLT1) mengikat glukosa sekaligus Na+ pada tapak-tapak terpisah,

dan mengangkut keduanya melalui membran plasma sel usus. Energi bebas yang

diperlukan bagi transpor aktif ini diperoleh dari hidrolisis ATP yang terhubung dengan

sebuah pompa natrium yang melepas Na+ dari sel, bertukar dengan K+. Selain itu terdapat

juga trasnporter glukosa yang tidak bergantung natrium, GLUT2 yang memfasilitasi transpor

gula keluar sel.

*)Penyerapan Lemak

Senyawa 2-monoasilgliserol, asam lemak, dan sejumlah kecil senyawa 1-monoasilgliserol

meninggalkan fase minyak pada emulsi lipid dan berdifusi ke dalam misel yang bercampur

dengan liposom yang terdiri atas garam empedu, fosfatidil kolin, dan kolesterol, dilapisi oleh

getah empedu. Oleh karena bersifat larut air, misel memungkinkan akueosa lumen usus

menuju brush border sel mukosa, tempat produk tersebut diserap ke dalam epitel usus

Di dalam dinding usus, senyawa 1-monoasilgliserol lebih lanjut dihidrolisis hingga

menghasilkan gliserol bebas dan asam lemak; proses hidrolisis ini dilaksanakan oleh lipase

yang berbeda dari lipase pankreas. Senyawa 2-monoasilgliserol akan diubah kembali

menjadi triasilgliserol melalui lintasan monoasilgliserol. Penggunaan asam lemak untuk


resintesis triasilgliserol pertama-tama membutuhkan konversi asam lemak menjadi asil KoA

oleh enzim asil-KoA sintetase.

Triasilgliserol setelah diresintesis di dalam mukosa usus, sedikitpun tidak diangkut ke dalam

darah vena porta melainkan bersama-sama dengan fosfolipid, ester kolesteril, kolesterol dan

vitamin larut lemak akan membangun kilomikron yang dikumpulkan oleh pembuluh limfe

regio abdomen. Selanjutnya akan dilewatkan ke dalam darah sistemik melalui duktus

torasikus. Gliserol bebas yang dilepas di dalam lumen usus langsung melintas ke vena

porta.

*)Penyerapan Protein

Pada orang dewasa, sejumlah kecil protein diserap utuh melalui sel usus dengan proses

pinositosis. Salah satu contoh pada penyerapan suatu molekul protein yang besar adalah

penyerapan vitamin B12, dan faktor intrinsik pada ileum terminal. Faktor intrinsik adalah

suatu glikoprotein dengan berat molekul antara 45.000 dan 50.000 yang disekresikan oleh

sel oksintik lambung. Faktor intrinsik bergabung dengan vitamin B12 dari makanan.

Kompleks antara vitamin B12 dan faktor intrinsik diserap utuh ke dalam sel epitel dan

vitamin kemudian dipindahkan ke pembawa lain di dalam plasma.

Sejumlah besar protein endogen dicerna setiap hari, dan diserap sebagai asam amino dan

polipeptida. Ada tiga sumber protein endogen:

a) lebih kurang 10 gram protein enzim disekresikan ke dalam saluran cerna setiap

hari. Sebagian besar akan dicerna dan diserap tetapi beberapa enzim pankreas

ditemukan di dalam tinja.

b) Adanya pergantian yang sangat cepat sel epitel saluran gastrointestinal,

keseluruhan mukosa diganti dalam tiga hari. Ini berarti bahwa antara 100 dan 250

gram sel mukosa tertumpah ke dalam lumen usus setiap hari. Jumlah ini sama

dengan 10 gram atau lebih protein yang harus dicerna dan diserap.

c) Pada keadaan normal, sejumlah kecil protein plasma tertumpah ke dalam saluran

cerna setiap hari. Jumlah albumin yang hilang akan melalui jalan ini lebih kurang
1-4 g setiap hari. Protein plasma akan dicerna bersamaan dengan protein lain,

hasil pencernaan asam amino kembali ke hati untuk digunakan sebagai resintesa

protein plasma. Pada kehilangan protein yang berat dengan kesanggupan sintesis

oleh hati tidak sanggup dalam mempertahankan kadar protein plasma yang

normal, sehingga akibatnya kadar albumin plasma sangat menurun

Dalam 15 menit sesudah protein dikosongkan dari lambung, sebanyak 30-50% dipecah

menjadi peptida kecil dan asam amino. Walaupun hidrolisis di dalam lumen terjadi cepat,

tetapi pencernaan sempurna 50 gram protein terjadi 4-6 jam sepanjang usus halus. Hidrolisa

protein sempurna tidak perlu untuk penyerapannya, karena polipeptida kecil seperti asam

amino tunggal, diserap oleh sel pada puncak vili usus. Polipeptida mengandung 2 atau 3

asam amino diserap lebih cepat dari asam amino bebasnya. Penyerapan dipeptida dan

tripeptida tidak membutuhkan Na+. Beberapa polipeptida dihidrolisis menjadi asam amino

oleh peptidase pada brush border dan selanjutnya asam amino bebas ditranspor ke dalam

sel. Polipeptida yang lain memasuki sel dalam keadaan utuh, dan kemudian dihidrolisis oleh

peptidase di dalam sitosol.

Asam amino bebas diserap paling sedikit dengan 3 sistem pengangkutan aktif :

a) Asam amino netral diserap oleh suatu sistem pengangkutan, akibatnya asam

amino tersebut saling bersaing satu sama lain

b) Asam amino basa dibawa oleh sistem kedua dengan kecepatan lebih lambat

c) Sistem pengangkutan ketiga untuk prolin dan hidroksiprolin

Sistem pengangkutan asam amino membutuhkan adanya Na+ di dalam lumen dan cara

pengangkutannya mungkin sama dengan glukosa dan galaktosa. Pada keadaan normal

beberapa senyawa nitrogen dapat mencapai kolon, selanjutnya bereaksi dengan bakteri

kolon. Amonia yang dibebaskan secara deaminasi akan diserap secara difusi ke dalam

darah portal, akhirnya sampai di hati untuk digunakan pada sintesa urea. Pada pasien

penyakit hati, amonia yang diserap tidak dapat dipisahkan secara cepat oleh hati, sehingga

amonia darah meningkat yang dapat menimbulkan encephalopathy.


6. Putrefaksi dan Fermentasi

Residu makanan yang ada di dalam kolon, berangsur-angsur berubah bentuk menjadi lebih

padat. Selama periode ini, terjadi aktivitas bakteri usus (flora normal) yang cukup tinggi.

Melalui fermentasi dan putrefaksi, bakteri menghasilkan berbagai jenis gas, seperti CO 2,

metana, hidrogen, nitrogen, dan hidrogen sulfida, disamping asam asetat, laktat, propionat

serta butirat.

Penguraian fosfatidilkolin oleh bakteri dapat menghasilkan kolin dan senyawa amin toksik

terkait seperti neurin. Banyak asam amino mengalami dekarboksilasi akibat kerja bakteri

usus memproduksi amin toksik (ptomain). Reaksi dekarboksilasi asam amino menghasilkan

kadaverin dari lisin, agmatin dari arginin, tiramin dari tirosin, putresin dari ornitin, dan

histamin dari histidin. Banyak di antara amin ini merupakan vasopresor kuat. Asam amino

triptofan mengalami serangkaian reaksi membentuk indol dan metilindol (skatol), substansi

yang terutama menjadi penyebab bau pada feses. Asam amino sistein mengandung sulfur

akan terkena serangkaian proses transformasi sehingga membentuk merkaptan, misalnya

etil dan metil merkaptan, serta H2S.

KARBOHIDRAT

Karbohidrat merupakan makanan pokok bagi semua mahluk sebab 50% - 60% dari

makanan total terdiri atas karbohidrat. Disamping sebagai sumber utama enegi yang

digunakan untuk aktifitas fisiologis, karbohidrat juga berperan sebagai penyusun berbagai

senyawa maupun komponen biomolekul yang nantinya berperan sebagai komponen dari sel

maupun berbagai jaringan tubuh. Bila ditelah dari sumber alaminya dapat dikatakan semua

senyawa dengan kerangka karbon (C) berasal dari karbohidrat melalui berbagai jalur

metabolisme. Bukti yang paling jelas dari keadaan tersebut dapat diamati pada mahluk

berkloroplas, misalnya tumbuh-tumbuhan. Dengan energi foton (energi elektromagnetik dari

cahaya khususnya cahaya matahari CO2 diubah melalui proses fotosintesa menjadi

karbohidrat (glukosa) dan selanjutnya dari turunan glukosa disintesa berbagai senyawa

yang lain. Pada makhluk yang tidak mempunyai kloroplas, sumber karbohidrat dan juga
berbagai senyawa lain berasal dari tumbuhan (kelompok herbivora) dan atau hewan lain

(kelompok omnivore dan karnivora).

Di dalam tubuh manusia, karbohidrat yang berasal dari makanan diedarkan ke

seluruh tubuh dan disetiap jaringan karbohidrat mengalami proses yang disebut

metabolisme untuk memenuhi kebutuhan jaringan yang bersangkutan, misalnya mengalami

oksidasi untuk menghasilkan energi atau untuk dikonversi ke senyawa lain misalnya asam

amino, digunakan untuk sumber berbagai senyawa fungsional misalnya bifosfogliserat (=

BPG) di sel darah merah, alfaketoglutarat di dalam sel otak, atau ditimbun sebagai trigliserol

di jaringan lemak dan sebagainya. Dengan demikian juga terlihat bahwa metabolisme

karbohidrat terkait dengan metabolisme senyawa lain.

PROTEIN

Protein merupakan nutrien ke-3 yang utama bagi manusia, dan sangat erat kaitannya

dengan asam amino karena asam amino adalah unit terkecil dari molekul protein. Oleh

karenanya, metabolisme protein erat kaitannya dengan metabolisme asam amino di dalam

tubuh manusia.

Pertukaran protein, yaitu katabolisme dan resintesis semua protein sel yang

berlangsung terus-menerus, merupakan proses fisiologis yang penting dalam semua bentuk

kehidupan. Meskipun proses pertukaran tersebut melibatkan baik sintesis maupun

katabolisme protein. Sintesis protein tidak dibahas pada bab ini sedangkan katabolisme

protein meliputi penguraian protein, pelepasan nitrogen dari asam amino:

transaminasi/deaminasi untuk melepaskan amonia dan asam keto, Siklus urea, Metabolisme

asam keto melalui siklus asam sitrat.

Nitrogen dari asam amino akan diubah menjadi urea. Kelainan yang berkaitan dengan

biosintesis urea jarang terjadi. Pada orang dewasa normal, masukan nitrogen sama dengan

pengeluaran nitrogen dari tubuh. Keseimbangan nitrogen positif terjadi jika asupan nitrogen

melebihi pengeluaran contohnya pada saat pertumbuhan dan ibu hamil. Keseimbangan
nitrogen negatif terjadi jika pengeluaran nitrogen lebih banyak dibandingkan dengan

asupannya, seperti pada keadaan sakit, kanker, kwashiorkor dan marasmus.

Amonia yang berasal dari deaminasi nitrogen –amino pada asam-asam amino,

merupakan senyawa yang toksik bagi semua hewan dan manusia. Jaringan tubuh manusia

mula-mula akan melakukan detoksikasi amonia dengan mengkonversinya menjadi glutamin

untuk diangkut ke hati. Deaminasi glutamin di hati akan melepaskan amonia yang kemudian

secara efisien akan dikonversi menjadi senyawa non toksik yang kaya nitrogen, yaitu urea.

Asam amino non esensiel dapat disintesis dari produk metabolisme karbohidrat dan

lipid, sedangkan asam amino lain diperlukan dari makanan. Ada 20 macam asam amino 

yang membentuk protein dan essensial untuk kesehatan. Ada 12 asam amino secara nutrisi

non essensial dan 8 asam amino essensial . Manusia dapat mensintesis 12 dari 20 asam

amino tersebut dari senyawa anfibolik glikolisis dan siklus asam sitrat. Sembilan asam

amino disintesis dari senyawa amfibolik dan 3 (sistein, tirosin dan hidroksilisin) dari asam

amino essensial.

Asam amino dalam tubuh tidak hanya berasal dari makanan tetapi juga dari

penguraian protein endogen. Penggunaan asam amino untuk sintesis protein dan konstituen

nitrogen lain menyebabkan penurunan kadar asam amino dalam tubuh. Asam amino yang

berlebih dari yang diperlukan tubuh akan dioksidasi menjadi prekursor glukosa

(glukoneogenesis) dan lipid kemudian membentuk ATP. Kerangka karbon asam amino akan

diproses melalui jalur yang unik dan membentuk asetil-KoA dan bermacam-macam senyawa

antara dalam siklus asam sitrat.

Produk penting yang diturunkan dari asam amino termasuk hem, purin, pirimidin,

hormone, neurotransmitter dan peptide aktif biologis. Histamin berperan pada beberapa

reaksi alergi. Neurotransmiter turunan asam amino termasuk -aminobutirat, 5-

hidroksitriptamin (serotonin), dopamine, norepinefrin dan epinefrin.

Asam amino sangat diperlukan untuk sintesis protein. Sebagian asam amino harus

dipasok dari makanan sehari-hari (asam amino esensial) karena jaringan tubuh tidak
mampu mensintesis asam amino tersebut. Jenis asam amino lain, atau asam amino

nonesensial, juga dipasok dari dalam makanan, tetapi jenis ini dapat dibentuk dari

intermediat melalui proses transaminasi dengan menggunakan nitrogen amino dari

kelebihan asam amino lain. Setelah deaminasi, nitrogen amino yang berlebih akan

dikeluarkan menjadi urea dan kerangka karbon tersisa setelah proses transaminasi akan (1)

mengalami oksidasi menjadi CO2 melalui siklus asam sitrat, (2) membentuk glukosa

(glukoneogenesis), atau (3) membentuk badan keton.

Disamping diperlukan untuk sintesis protein, asam amino juga merupakan prekursor

banyak senyawa penting lain misal, purin,pirimidin,kreatin, heme dan sejumlah hormon

seperti epinefrin dan tiroksin.

Kebanyakan penyakit yang disebabkan oleh cacat metabolisme asam amino

merupakan penyakit yang jarang. Lazim ditemukan adalah asiduria amino, yang ditandai

dengan banyak sekali asam amino yang dibuang dalam kemih. Salah satu contoh asiduria

amino ialah fenilketonuria, yang dijumpai pada 1 dari 10.000 bayi.

Penyakit metabolik yang berkaitan dengan metabolisme asam amino antara lain

hiperoksaluria primer. Pada penderita hiperoksaluria primer terjadi gangguan aktivitas enzim

oksidatif dekarboksilase yang mengokidasi glioksilat menjadi oksalat. Phenilketouria

disebabkan gangguan pada enzim fenilalanin hidroksilase yang tidak dapat mengubah

fenilalanin menjadi tirosin ,tetapi yang dihasilkan adalah asam fenilpiruvat. Kelaianan pada

metabolisme tirosin adalah tirosinosis. Kelainan ini disebabkan tidak disintesisnya enzim

oksidase, yang mengkatalisis perubahan p-hidroksi-fenilpiruvat ke dalam homogentisat,

akibatnya urin penderita banyak mengandung p-hidroksi-fenilpiruvat. Selain itu ada

Alkaptonuria yang disebabkan defek pada enzim homogentisat oksidase. Enzim ini

mengkatalisis perubahan homogentisat menjadi maleylasetoasetat.

EMBRIOLOGI ORGAN-ORGAN SISTEM DIGESTIVUS


Pembentukan Usus
• Mulai pembentukan: mudigah 7 somit (22 hari)
• akibat pelipatan mudigah ke arah cephalo caudal dan lateral  rongga yg dibatasi
endoderm sebagian tercakup ke dalam mudigah, membentuk usus sederhana
• Pada bagian kepala dan ekor mudigah, usus sederhana membentuk tabung buntu, berupa:
– Usus sederhana depan (fore gut) – usus sederhana tengah (mid gut), yg sementara tetap
berhubungan dengan kandung kuning telur – Usus sederhana belakang (hind gut).
A. Usus sederhana depan (fore gut)

1. Oesophagus

Umur mudigah ± 4 minggu  muncul diverticulum di dinding ventral usus


sederhana depan (diverticulum tracheo – bronchiale) – Diverticulum ini
berangsur-angsur dipisahkan dari bagian dorsal fore gut melalui septum
oesopago–tracheale. Dengan cara ini usus sederhana depan terbagi atas :
• Bagian ventral : primordium pernafasan
• Bagian dorsal : oesopagus
• Mulanya oesopagus sangat pendek memanjang dengan cepat (akibat gerak
turun jantung dan paru-paru)
• 2/3 bagian atas otot - berstruktur otot serat lintang yang berasal dari
mesenchim sekitarnya - Innervasi: N.X
• 1/3 bagian bawah otot - berstruktur otot polos - Innervasi: plexus splanchnicus.
2. Lambung

• Mulai minggu ke-4  berupa pelebaran usus depan yang berbentuk kumparan
• Minggu berikutnya  kedudukan sangat berubah, karena: - perbedaan
kecepatan pertumbuhan pada berbagai dindingnya - perubahan kedudukan
alat-alat di sekitarnya
• Perubahan kedudukan lambung karena ia berputar sekitar sumbu memanjang
dan sumbu antero posterior. • Di sekitar sumbu memanjang, lambung
melakukan putaran 90o searah jarum jam.
• Akibatnya : – Sisi kiri menghadap ke depan – Sisi kanan menghadap ke
belakang – N.X kiri yang semula mensarafi kiri menuju depan – N.X kanan
yang semula mensafari kanan menuju belakang
• Selama perputaran  bagian dinding posterior lambung tumbuh lebih cepat
dari bagian depannya. Hal ini mengakibatkan terbentuknya : – curvatura
mayor – curvatura minor
• Ujung cephalic dan kaudal lambung pada mulanya terletak di garis depan.
Selama pertumbuhan: - bagian kaudal (pilorus)  bergerak ke kanan dan ke
atas - bagian cephalic (kardia)  ke kiri dan ke bawah sumbu panjang
lambung berjalan dari kiri dan kanan bawahPada tingkat perkembangan ini,
lambung terikat di dinding dorsal dan ventral tubuh melalui mesogastrium
dorsal dan ventral
• Perputaran di sekitar sumbu memanjang menarik mesogastrium dorsal ke kiri
 membantu pembentukan bursa omentalis (kantong peritonium posterior
lambung).
B. Usus sederhana tengah (mid gut)

Duodenum
• Terbentuk dari bagian akhir fore gut dan bagian atas mid gut (daerah distal tunas
hati).
• Sementara lambung berputar, duodenum mengambil bentuk lengkung seperti huruf
“C” dan akhirnya terletak retroperitoneal.
Cepat memanjangnya usus dan mesenteriumnya, terbentuk jerat usus primer
• Pada puncaknya, jerat ini tetap berhubungan dengan kandung telur melalui ductus
vitellinus yang sempit
• Bagian cranial jerat usus akan membentuk: – Bagian distal duodenum – Jejenum –
Ileum (sebahagian)
• Bagian caudal jerat usus akan membentuk: – Bagian bawah illeum – Caecum –
Appendix – Colon ascenden – 2/3 proximal colon transversum
Perputaran Usus tengah
• pertumbuhan memanjang usus sederhana  berputar 270o di sekitar poros yang
dibentuk oleh A. Mesenterica superior
• Perputaran terjadi 270o , yang terdiri atas: – 90% selama herniasi – 180o selama
jerat usus kembali ke rongga perut – Perputaran ini berlawanan dengan arah jam
• Usus besar juga cukup bertambah panjang • Jejenum dan ileum selain bertambah
panjang juga akan membentuk jerat-jerat bergelung selama perputaran
Retraksi Jerat yang mengalami Herniasi
• Akhir bulan ke-3, jerat usus yang mengalami herniasi mulai kembali ke dalam
rongga perut.
• Mungkin disebabkan: – Menghilangnya mesonephros – Berkurangnya
pertumbuhan hati – Bertambah luasnya rongga perut
• Bagian proximal jejenum merupakan bagian pertama yang masuk dan mengambil
tempat di sisi kiri
• Jerat yang masuk berikutnya makin lama makin menetap di sisi kanan
• Gelembung caecum yang merupakan bagian caudal jerat usus sederhana terakhir
masuk ke rongga perut  untuk sementara terletak langsung di bawah lobus kanan
hati.
• Dari sini gelembung caecum bergerak turun ke dalam fossa iliaca kanan, sambil
membentuk: – Colon ascenden – Flexura hepatica
• Ujung distal gelembung caecum membentuk sebuah diverticulum yang sempit 
Appendix sederhana
• Appendix berkembang selama penurunan colon, sehingga kedudukan terakhir
terdapat: – di belakang caecum – di belakang colon
C. Usus sederhana belakang (hind gut)
Usus sederhana belakang membentuk:
1. 1/3 distal colon transversum
2. Colon ascendens
3. Colon Sigmoid
4. Rectum
5. Bagian atas canalis analis
• Usus ini bermuara ke dalam cloaka (suatu rongga yang di lapisi endoderm yang
berhubungan langsung dengan entoderm permukaan)
• Pada pertemuan antara endoderm dan ektoderm terbentuk membrana cloacalis
• Pada perkembangan selanjutnya tumbuh septum urorectal pada sudut antara
alantois dan usus belakang
• Sekat ini berlanjut tumbuh ke caudal sambil membagi cloaka menjadi : –Sinus
urogenitalis sederhana (anterior) – Canalis anorectalis (posterior)
Mudigah umur 7 minggu, septum urorectal mencapai membran cloacalis, yang akan
terbagi menjadi :
– Membran analis (posterior)
– Membran urogentalis (anterior)
• Membran analis dikelilingi oleh tonjolan-tonjolan mesenchim. Pada minggu ke 8
selaput ini ditemukan pada dasar lekukan ektoderm yang akan menjadi lubang
anus atau proktodium.
• Dalam minggu ke 9, membran analis koyak dan terbentuklah jalan terbuka
antara rektum dan dunia luar.
• Bagian atas canalis analis berasal dari endoderm dan divaskularisasi oleh
A.mesenterica inferior
• Bagian inferior (1/3 bawah) berasal dari ektoderm dan divaskularisasi oleh
A.pudenda interna
• Pertemuan keduanya disebut linea dentata atau linea pertinatum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cummings DE, Joost O, Gastrointestinal regulation of food intake. Journal of Clinical

Investigation 2007: (117); 13-23.

2. Hardjasasmita P. Ikhtisar Biokimia Dasar, Jakarta: Penerbit FK UI, 1997; Hal: 58-73

3. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi 25.

Terjemahan oleh Andry Hartono. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003.

4. Palmer T. Understanding Enzymes, 3 edition, New York: Ellis Horwood;1991, Hal:

20-25.

5. Wilbraham A. Kimia Organik dan Hayati, Tanpa tahun. Terjemahan oleh Suminar

Achmadi. Bandung: Penerbit ITB; 1992, Hal: 242-250.

6. Soeparto P, Djupri LS, Subijanto MS, Ranuh R. Sindroma Gangguan Motilitas


Saluran Cerna. Surabaya : GRAMIK FK UNAIR; 32-118 2
7. Lindley KJ, Andrew PL, 2005; Pathogenesis and treatment of cyclical vomiting. J
Pediatr Gastroenterol and Nutr; 41:S38-S40 8. Ravelli AM, Tobanelli P, Volpi S,
Ugazio AG, 2001; Vomiting and gastric motility in infants with cow’s milk allergy. J
Pediatr Gastroenterol and Nutr; 32:59-64.
8. Sondheimer JM, 2004; Vomiting. In Walker, Goulet, Kleinman, Sherman, Shneider,
Sanderson. Pediatric Gastrointestinal Disease. Pathophysiology, Diagnosis,
Management. BC Decker fourth ed. p 203-209.
9. .Eroschenko, V. 2016. Atlas Histologi difiore. Ed-12. Jakarta : EGC
10. T W Sadler. Langman's Medical Embryology 12th Edition. Philadelphia: Wolters
Kluwer Health;2012
11. GuytonAC,HallJE.Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran. Ed12.
Diterjemahkan oleh: Siagian M.Singapura: Elsevier; 2011. Hal 325-45.
12. Langman. 2016. Embriologi Kedokteran. Ed-12. Jakarta : EGC
13. Sherwood, L. 2016 Fisiologi Manusia. Ed-8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai