Anda di halaman 1dari 12

PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Makalah ditujukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah

Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu

Zeni Murtafiati Mizani, M.Pd. I

Kelompok IV

RAHMA DHIYAUL IMAROH 211317082

JIHANNITA 211317088

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

MARET 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan
ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan
secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku dan dijadikan pedoman
dalam proses pembelajaran bagi pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik
untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan Pengembangan kurikulum adalah
istilah yang komprehensif, yang mana di dalamnya mencakup beberapa hal di
antaranya adalah: perencanaan, penerapan dan evaluasi.
Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait
langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak
orang, seperti di dalam mengembangkan sebuah kurikulum juga harus menganut
beberapa prinsip dan melakukan pendekatan terlebih dahulu, sehingga di dalam
penerapannya sebuah kurikulum dapat mencapai sebuah tujuan seperti yang di
harapkan. Maka dari itu, kami bermaksud untuk membuat dan membahas singkat
makalah yang berjudul tentang “Prinsip Pengembangan Kurikulum.”

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang kami paparkan di atas, maka permasalahan
yang akan dibahas adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep dasar pada prinsip pengembangan kurikulum ?
2. Bagaimana pengertian prinsip-prinsip dari pengembangan kurikulum?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan konsep dasar prinsip pengembangan kurikulum.
2. Mendeskripsikan pengertian prinsip-prinsip dari pengembangan kurikulum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Prinsip Pengembangan Kurikulum


Secara gramatikal prinsip berarti asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Dari
pengertian ini tersirat makna bahwa kata prinsip menunjukkan pada suatu hal
yang sangat penting, mendasar, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan
mengarahkan. Prinsip pengembangaan kurikulum menunjukkan pada suatu
pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan
berbagai hal yang terkait dengan pengembangan kurikulum.1
Hakikat kurikulum adalah suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan
untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum pada dasarnya
ditujukan untuk mengantarkan anak didik pada tingkatan pendidikan, perilaku,
dan intelektual yang diharapkan membawa mereka pada sosok anggota
masyarakat yang berguna bagi bangsanya.
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan pengembangan
komponen-komponen kurikulum yang membentuk sistem kurikulum itu sendiri,
yaitu komponen: tujuan, bahan, metode, peserta didik, pendidik, media,
lingkungan, sumber belajar, dan lain-lain. Komponen-komponen kurikulum
tersebut harus dikembangkan, agar tujuan pendidikan dapat dicapai sebagaimana
mestinya.
Dalam proses pengembangan kurikulum, suatu hal yang tidak dapat diabaikan
adalah pentingnya memahami prinsip-prinsip dan pendekatan yang digunakan.
Penjelasan lebih lanjut tentang prinsip dan pendekatan apa saja yang perlu
digunakan tersebut, dijelaskan pada uraian tersebut.

1 Toto Ruhimat dkk, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013),
64.

3
B. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
1. Prinsip Berorientasi pada Tujuan
Pertanyaan yang pertama kali muncul pada prinsip ini adalah “tujuan apa yang
ingin dicapai, atau pengetahuan ketrampilan dan sikap apakah yang diharapkan
dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan kurikulum ?”.2 Untuk menjawab
pertanyaan ini, perlu diketahui bahwa prinsip berorientasi pada tujuan berarti
sebelum bahan ditentukan, langkah yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik
adalah menentukan tujuan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar semua jam dan
aktivitas pengajaran yang dilaksanakan oleh pendidik maupun anak didik dapat
betul-betul terarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
(Subandijah,1993: 54). Sehingga diharapkan dengan waktu belajar di sekolah
yang terbatas dapat mencapai hasil semaksimal mungkin untuk membina
kemampuan, pengetahuan sikap, dan keterampilan siswa, agar tujuan tersebut
tercapai hendaknya kegiatan yang dilakukan di sekolah hanyalah kegiatan-
kegiatan yang tak dapat dilakukan anak di luar sekolah.
Kalau kita melihat kenyataan bahan-bahan pelajaran semakin bertambah
kompleks sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan
masyarakat. Megingat hal ini, maka pemilihan bahan dan kegiatan belajar
mengajar harus mempunyai kriteria-kriteria tertentu agar hasil yang dicapai cukup
efektif. Kriteria yang dimaksud adalah berorientasi pada tujuan. Karena itu, tujuan
pengajaran harus dirumuskan lebih dahulu sebelum kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
Perumusan tujuan hendaknya meliputi aspek pengetahuan sikap dan
keterampilan, mengingat sekolah merupakan tempat paling strategis untuk
membina, membekali, dan mempersiapkan anak agar berguna bagi masyarakat,
bangsa, dan negara. Dengan demikian setiap jam kegiatan pelajaran yang
dilakukan guru dan murid benar-benar terarah pada tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan.
Perumusan tujuan bersumber pada :

2 M. Ahmad, PENGEMBANGAN KURIKULUM, (Bandung : CV PUSAKA SETIA, 1998), 74.

4
a. Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam
dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi
pembangunan termasuk didalamnya pendidikan.
b. Survei mengenai persepsi orang tua atau masyarakat tentang kebutuhan
mereka yang dapat dikirimkan melalui angket atau wawancara.
c. Survei tentang pandangan ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun
melalui wawancara, observasi, maupun dari berbagai media massa.
d. Survei tentang manpower.
e. Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama
f. Penelitian.3
2. Prinsip Relevansi (kesesuaian)
Relevansi dalam dunia pendidikan mempunyai arti sebagai kesesuaian atau
keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan yang ada dalam lingkungan
masyarakat. Dengan kata lain sistem pendidikan dikatakan relevan jika para
lulusan/ hasil pendidikan yang dihasilkan sekolah berguna secara fungsional bagi
kehidupan masyarakat.4
Soetopo & Soemanto (1993:49-50) dan Subandijah (1993:49-50)
mengungkapkan relevansi sebagai berikut : Pertama, relevansi pendidikan
lingkungan dengan anak didik. Relevansi ini memiliki arti bahwa dalam
pengembangan kurikulum, termasuk dalam menentukan bahan pengajaran
(subject matters), hendaknya dipertimbangkan/disesuaikan dengan kehidupan
nyata anak didik. Sebagai contoh, sekolah yang ada di perkotaan anak didiknya
ditawarkan hal yang aktual, seperti polusi pabrik, arus perdagangan yang ramai,
kemacetan lalu lintas, dan lain-lan. Sebaliknya, sekolah yang berada di daerah
pedesaan tentu saja anak didiknya ditawarkan dengan hal-hal yang relevan.
Misalnya, memperkenalkan pertanian kepada anak didik, karena daerahnya
merupakan daerah pedesaan yang subur akan pertanian. Begitu juga dengan
daerah pedesaan lain yang kaya akan perikanan, persawahan, kerajinan, dan lain-
lain.

3 Nana Syaodih Sukmadinata, PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori dan Praktek, (Bandung : PT


REMAJA ROSDAKARYA, 2009), 153.
4 M. Ahmad, PENGEMBANGAN KURIKULUM, (Bandung : CV PUSAKA SETIA, 1998), 67.

5
Kedua, relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan datang. Materi atau
bahan yang akan diajarkan kepada anak didik hendaklah memberi manfaat untuk
persiapan masa depan anak didik. Misalnya, cara yang dipergunaan untuk
berhitung angka, kalau dulu masih menggunakan lidi atau jari, setelah adanya
kalkulator atau komputer, maka segala perhitungan yang rumit dapat dihitung
dengan kalkulator atau komputer. Karenanya, keberadaan kurikulum di sini
bersifat antisipasi dan memiliki nilai prediksi secara tajam dan perhitungan.
Ketiga, relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Semua orang tua mengharapkan
anaknya dapat bekerja sesuai dengan pengalaman pendidikan yang dimilikinya.
Begitu juga halnya dengan anak didik, ia berharap agar dapat mandiri dan
memiliki sumber daya ekonomi yang pantas dengan modal ilmu pengetahuannya.
Karenanya, kurikulum dan proses pendidikan tersebut sedapat mungkin
diorientasikan ke dunia kerja, tentunya menurut jenis pendidikan, sehingga
nantinya pengetahuan teoretik dari bangku sekolah dapat diaplikasikan dengan
baik.
Keempat, relevansi pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kemajuan pendidikan juga membuat maju ilmu pengetahuan dan
teknologi. Banyak negara tadinya miskin menjadi kaya, seperti Jepang, Korea
Selatan, Singapura, dan lain-lain. Semua ini disebabkan kemajuan ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Program pendidikan (kurikulum) hendaknya mampu
memberi peluang pada anak didik untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, selalu mengembangkannya dan tidak cepat berpuas diri, serta selau siap
menajdi pelopor dalam penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.5
Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi, dan sistem
penyampaiannya harus relevan atau harus sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
suatu masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, serta serasi
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.6
3. Prinsip Efektivitas

5 Abdullah Idi, Safarina HD, PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori dan Praktik, (Jakarta : PT
RAJAGAVINDO PERSADA, 2014), 144.
6 Oemar Hamalik, KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN, (Jakarta : PT BUMI AKSARA, 2001), 31.

6
Prinsip efektivitas yang dimaksud adalah sejauh mana perencanaan kurikulum
dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan. Dalam sebuah
proses pendidikan efektivitasnya dapat dilihat dari dua sisi, yakni:
a. Efektivitas mengajar pendidik, berkaitan dengan sejauh mana kegiatan belajar
mengajar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
b. Efektivitas belajar anak didik, berkaitan dengan sejauh mana tujuan-tujuan
pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang
telah dilaksanakan.
Efektivitas belajar mengajar dalam dunia pendidikan mempunyai keterkaitan
erat antara pendidik dan anak didik. Kepincangan salah satunya akan membuat
terhambatnya pencapaian tujuan pendidikan, atau efektifitas belajar mengajar
tidak tercapai. Faktor pendidik dan anak didik, serta perangkat-perangkat lainnya
yang bersifat operasional, sangat penting dalam hal efektifitas proses pendidikan
atau pengembangan kurikulum (Derajat, 1996:126).
4. Prinsip Efisiensi
Prinsip efisiensi sering kali dikonotasikan dengan prinsip ekonomi, yang
berbunyi : dengan modal atau biaya, tenaga dan waktu yang sekecil-kecilnya
akan dicapai hasil yang memuaskan. Efisiensi proses belajar mengajar akan
tercipta, apabila usaha, biaya, waktu, dan tenaga yang digunakan untuk
menyelesaikan program pengajaran tersebut sangat optimal dan hasilnya bisa
seoptimal mungkin, tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar.7
Salah satu kriterianya adalah bersifat murah atau tidak mahal. Hal ini
mengingat sumber daya pendidikan, personel-dana-pendidikan keberadaannya
terbatas. Murah disini merujuk pada pengertian bahwa kurikulum harus
dikembangkan secara efisien, tidak boros dan sesuai dengan tingkat kemampuan
yang dimiliki. Dengan demikian, akan terdapat keberagaman tingkat kemampuan
di berbagai daerah dan sekolah penyelenggara pendidikan yang sifatnya relatif.
Prinsip ini ada kaitannya dengan prinsip-prinsip lainnya.8

7 Abdullah Idi, Safarina HD, PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori dan Praktik, (Jakarta : PT

RAJAGAVINDO PERSADA, 2014),145.


8 Toto Ruhimat dkk, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013),

69.

7
Dalam pengembangan kurikulum, harus diperhatikan efisiensi baik yang terkait
dengan waktu, tenaga, peralatan, maupun biaya. Efisiensi waktu perlu
diperhatikan karena berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik, agar tidak
banyak membuang waktu di sekolah. Efisiensi penggunaan tenaga dan peralatan
perlu ditetapkan karena berhubungan dengan jumlah minimal murid yang harus
dipenuhi oleh lembaga pendidikan dan cara menentukan jumlah pendidik yang
dibutuhkan. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila
dengan sarana, biaya dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang
maksimal. Kurikulum dirancang untuk dapat digunakan dalam segala
keterbatasan.9
5. Prinsip Kesinambungan (Kontinuitas)
Kesinambungan mempunyai makna kelanjutan program-program dari mulai
tingkat terendah sampai tingkat tertinggi, hal ini berarti adanya hubungan secara
hierarkis fungsional. Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum
menunjukkan adanya saling terkait antara tingkat pendidikan, jenis program
pendidikan, dan bidang studi.
a. Kesinambungan di antara berbagai tingkat sekolah :
1) Bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat
pendidikan yang lebih tinggi hendaknya sudah diajarkan pada tingkat
pendidikan sebelumnya atau di bawahnya.
2) Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan yang lebih
rendah tidak harus diajarkan lagi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi,
kecuali atas dasar pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dengan demikian,
dapat dihindari adanya duplikasi dan pengulangan materi pelajaran yang
dapat mengakibatkan kejenuhan, dan juga terhindar dari tumpang tindih
dalam pengaturan bahan dalam proses belajar mengajar.10
b. Kesinambungan di antara berbagai bidang studi :

9 Wina Sanjaya, KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN TEORI DAN PRAKTIK PENGEMBANGAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP), (Jakarta : KENCANA, 2009), 42.


10 Zainal Arifin, KONSEP DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM, ( Bandung : PT REMAJA

ROSDAKARYA , 2011), 77.

8
1) Kesinambungan di antara berbagai bidang studi menunjukkan bahwa dalam
pengembangan kurikulum harus memerhatikan hubungan antara bidang
studi yang satu dengan yang lainnya. Misalnya untuk mengubah angka
temperatur dari Skala Celcius ke Fahrenheit dalam IPA diperlukan
keterampilan dalam pengalian pecahan. Karenanya, pelajaran mengenai
bilangan pecahan tersebut hendaknya sudah diberikan sebelum anak didik
mempelajari cara mengubah temperatur itu (Abdullah Idi, 2007:126).
6. Prinsip Fleksibilitas (Keluwesan)
Fleksibilitas berarti tidak kaku, artinya ada semacam ruang gerak yang
memberikan kebebasan dan kelonggaran dalam bertindak.11 Di dalam kurikulum,
fleksibilitas dapat dibagi menjadi dua macam, yakni :
a. Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan.
Fleksibilitas di sini maksudnya adalah bentuk pengadaan program-program
pilihan yang dapat berbentuk jurusan, program spesialisasi, ataupun program-
program pendidikan keterampilan yang dapat dipilih murid atas dasar
kemampuan dan minatnya.
b. Fleksibilitas dalam pengembangan program pengajaran.
Fleksbilitas di sini maksudnya adalah dalam bentuk memberikan
kesempatan kepada para pendidik dalam mengembangkan sendiri program-
program pengajaran dengan berpatok pada tujuan dan bahan pegajaran di
dalam kurikulum yang masih bersifat umum (Ibid, : 27).12
7. Prinsip Sinkronisasi
Yang dimaksud dengan prinsip sinkronisasi yaitu adanya sifat yang searah
seirama dan setujuan pada semua kegiatan yang disarankan oleh kurikulum.
Kegiatan-kegiatan kurikulum tersebut antara yang satu dan yang lain harus saling
menunjang demi tercapainya kurikuler yang dimaksudkan.
Kurikulum merupakan sebuah sistem, sebagai suatu sistem komponen-
komponen kurikuum harus bersifat terpadu dan membentuk suatu kesatuan yang
utuh. Kurikulum mempunyai sifat keterampilan/ keterpaduan jika semua kegiatan

11
Ibid, 78.
12
Abdullah Idi, Safarina HD, PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori dan Praktik, (Jakarta : PT
RAJAGAVINDO PERSADA, 2014), 146.

9
yang dikerahkan satu dengan yang lain tidak bertentangan. Kurikulum yang
bersifat sinkron, pada gilirannya akan memungkinkan tercapainya tujuan
pendidikan yang diharapkan.

8. Prinsip Demokrasi
Dalam mengembangkan kurikulum perlu memperhatikan nilai-nilai
demokratis, yang bertujuan untuk menjadikan sekolah sebagai pusat kehidupan
demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis. Pengembangan
kurikulum harus dilandasi nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap
kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan
memperhatikan keberagaman dari peserta didik.
Pengembangan kurikulum hendaknya memposisikan peserta didik sebagai
insan yang dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk
mengembangkan potensinya. Dalam proses pengembangan kurikulum perlu
adanya suasana yang terbuka, akrab, dan saling menghargai. Sebaliknya, guru
harus menghindari suasana pembelajaran yang kaku, penuh dengan ketegangan
yang membuat peserta didik menjadi pasif, dan cepat mengalami kelelahan. Perlu
dipertimbangkan agar manajemen kurikulum dan pembelajaran serta
keterlibatanlingkungan dapat dilakukan sesuai dengan prinsip atau asas
demokrasi.13

13 Zainal Arifin, KONSEP DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM, ( Bandung : PT REMAJA

ROSDAKARYA , 2011), 36.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konsep dasar kurikulum merupakan pengembangan komponen-komponen
kurikulum yang membentuk sistem kurikulum itu sendiri, yaitu komponen:
tujuan, bahan, metode, peserta didik, pendidik, media, lingkungan, sumber
belajar, dan lain-lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut harus
dikembangkan, agar tujuan pendidikan dapat dicapai sebagaimana mestinya.

Prinsip dan pendekatan yang peru digunakan dalam pengembangan kurikulum


di antaranya:

1. Prinsip berorientasi pada tujuan 5. Prisip kesinambungan


2. Prinsip relevansi 6. Prinsip fleksibilitas
3. Prinsip efektivitas 7. Prinsip sinkronisasi
4. Prinsip efisiensi 8. Prinsip demokrasi

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H.M, dkk. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung : CV PUSAKA


SETIA.

Arifin, Zainal. 2011. KONSEP DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM.


Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.

Hamalik, Oemar. 2001. KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN. Jakarta : PT


BUMI AKSARA.

Idi, Abdullah dan HD Safarina. 2014. PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori


dan Praktik. Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Idi, Abdullah. 2010. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta : AR-RUZZ


MEDIA.

Mandalika, J. dan Usman Mulyadi. 1995. Dasar-Dasar Kurikulum. Surabaya :


SIC.

Ruhimat, Toto, dkk. Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran.


2013. Kurikulum dan Pengembangan. Jakarta : PT RAJAGRAFINDO
PERSADA.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori dan


Praktek. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.

12

Anda mungkin juga menyukai