Anda di halaman 1dari 4

1.

PENDAHULUAN

Abdominoperineal resection (APR) menghilangkan usus besar bagian distal, rektum, dan
sfingter anal menggunakan dua sayatan pada perut dan perineum anterior, dan membuat
kolostomi permanen. Dikembangkan lebih dari 100 tahun yang lalu, tetap menjadi cara
yang penting dalam pengobatan kanker rektum meskipun ada kemajuan dalam prosedur
sphincter-sparing. Perry wb

Reseksi abdominoperineal menghasilkan skor nyeri rata-rata yang lebih tinggi daripada
operasi abdominal (regenbogen). Nyeri setelah operasi Abdominoperineal Resection
dapat menjadi masalah yang signifikan. Rasa nyeri mungkin hasil dari kerusakan saraf
selama operasi. Nyeri adalah suatu gejala penyakit yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan perasaan penderita baik secara fisik maupun mental sehingga
menimbulkan ketegangan/ stress berkepanjangan.

Manajemen nyeri diperlukan ntuk membantu pasien dalam mengontrol nyeri ataupun
mengatur nyeri secara optimal. Cara untuk mengurangi nyeri adalah dengan terapi
nonfarmakologi seperti teknik relaksasi nafas dalam, stimulasi kulit. terapi pengalihan,
hypnosis, terapi bermain. Terapi farmakologi untuk nyeri yang sangat berat dengan
pemberian obat anti nyeri atau analgetik. http://yankes.kemkes.go.id/read-manajemen-
nyeri-4944.html 2018

2. PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Nyeri Paska Operasi Abominoperineal Resection

Manajemen nyeri penting agar rasa sakit terkontrol dan sebebas mungki bisa bergerak,
napas dalam-dalam, rileks, tidur nyenyak, makan dan minum. Dokter anestesi akan
mengendalikan rasa sakit setelah operasi. PCA yang merupakan pompa analgesia yang
dikontrol oleh pasien. Ini memungkinkan untuk memberikan pereda nyeri sesuai
kebutuhan, dengan menekan tombol, obat nyeri diberikan dari pompa PCA memiliki
mekanisme penguncian yang mencegah terlalu banyak mengunakan obat. Adalah penting
bahwa Anda menggunakan ini sebagai dan ketika Anda membutuhkannya secara
berurutan agar tetap nyaman dalam periode pasca operasi. Alternatif lain adalah infus di
punggung (epidural) yang akan memberikan obat penghilang rasa sakit dengan
mematikan rasa mati di lokasi bedah. Tablet penghilang rasa sakit akan diberikan secara
teratur dan jika perlu dapat diberikan suntikan penghilang rasa sakit.

2.2 Indikasi dan Kontraidikasi dari Pemberian Morfin pada Pasien

Indikasi: nyeri sedang dan berat (akut dan kronis); infark miokard, edema paru akut;
tambahan selama operasi besar dan analgesia pasca operasi.

Kontraindikasi: depresi pernapasan akut, alkoholisme akut, risiko ileus paralitik; tekanan
intrakranial yang meningkat atau cedera kepala (memengaruhi pupil, respon pupil penting
untuk penilaian neurologis); hindari injeksi pada phaeochromocytoma.

Kewaspadaan: gangguan ginjal dan gangguan hati; kurangi dosis atau hindari di usia yang
lebih tua dan pasien yang lemah; hipotiroidisme; gangguan kejang; distress pernapasan
dan asma akut; hipotensi; hipertrofi prostat, kehamilan dan menyusui. Gejala penarikan
parah dapat terjadi jika ditarik secara tiba-tiba.

3. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Perry, W. B., & Connaughton, J. C. (2007). Abdominoperineal resection: how is it done and
what are the results?. Clinics in colon and rectal surgery, 20(3), 213–220. doi:10.1055/s-2007-
984865

Regenbogen, S. E., Mullard, A. J., Peters, N., Brooks, S., Englesbe, M. J., Campbell, D. A., Jr,
& Hendren, S. (2016). Hospital Analgesia Practices and Patient-reported Pain After Colorectal
Resection. Annals of surgery, 264(6), 1044–1050. doi:10.1097/SLA.0000000000001541

Anda mungkin juga menyukai