Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk
memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dari ibunya.
Perubahan biologis besar yang terjadi saat bayi lahir memungkinkan transisi dari
lingkungan intrauterine ke ekstrauterin. Perubahan ini menjadi dasar
pertumbuhan dan perkembangan di kemudian hari.
Perawat memainkan peran yang vital selama periode transisi ini. Mereka
membantu bayi baru lahir dalam menjalani transisi yang aman ke kehidupan
ekstrauterin dan membantu ibu serta orang terdekat lain melalui masa transisi
untuk menjadi orang tua. Perawat melakukan pengkajian awal pada bayi baru
lahir, mengupayakan kondisi linkungan yang mendukung perubahan, dan
memantau keadaan bayi selama fase dini perubahan.
Bayi menjalani berbagai perubahan biologis selama dan hari pertama
setelah lahir.Walaupun kebanyakan bayi menjalani penyesuaian yang dibutuhkan
untuk hidup di luar rahim tanpa banyak kesulitan,tetapi kesehatannya tergantung
pada perawatan yang diterimanya.
Oleh karena itu kelompok kami mengambil judul “Asuhan Keperawatan
pada Bayi Baru Lahir”.
B. Tujuan
TIU:
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir
TIK:
1. Mampu menyebutkan definisi bayi baru lahir
2. Mampu mengetahui adaptasi fisiologi bayi baru lahir
3. Mampu mengetahui respon
4. Mampu mengetahui kebutuhan nutrisi pada bayi baru lahir
5. Mampu melakukan penkajian pada bayi baru lahir
6. Mampu menegakan diagnosa dan intervensi keperawatan
7. Mampu melakukan pendidikan kesehatan pada ibu terhadap bayinya

BAB II
KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR

A. Pengertian
Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang ibu
melalui jalan kelahiran normal atau dengan bantuan alat tertentu sampai usia satu
bulan.

Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrauterin. Beralih
dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi.
Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus
yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses
persalinan mempunyai peranan pentingdalam morbiditas dan mortalitas bayi.
B. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
1. Perubahan sistem pernapasan
Perkembangan paru-paru Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari
pharynx, yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk
struktur percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran
hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti
gerakan napas sepanjang trimester kedua dan ketiga (Varney’s, halaman 551).
Ketidakmatangan paru-paru terutama akan mengurangi peluang kelangsungan
hidup bayi baru lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu, yang disebabkan
oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan system kapiler paru-
paru dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan.
Awal adanya nafas Dua factor yang berperan pada rangsangan napas pertama
bayi.
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernapasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru
selama persalinan, yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru
secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan
susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan. Jadi
system-sistem harus berfungsi secara normal. Surfaktan dan upaya respirasi
untuk bernafas Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran
darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan
dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-34
minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan
membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada
akhir pernapasan Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir
setiap pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan
energi ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa.
Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan penggunaan lebih banyak
oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress pada bayi
yang sebelumnya sudah terganggu. Dari cairan menuju udara Bayi cukup
bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui jalan
lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-
paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan
keuntungan dari kompresi rongga dada ini dan dapat menderita paru-paru
basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas
pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan
sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh
pembuluh limfe dan darah. Semua alveolus paru-paru akan berkembang terisi
udara sesuai dengan perjalanan waktu. Funsi system pernapasan dalam
kaitanya dengan fungsi kardiovaskuler Oksigenasi yang memadai merupakan
factor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran
udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti tidak ada pembuluh darah
yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga
menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan, yang akan memperburuk
hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran
gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran
darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan
membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan
sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

2. Sistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan yang mencolok setelah bayi
lahir. Foramen ovale, duktus arteriosus, dan duktus venosus menutup. Arteri
umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatica menjadi ligament.

a. Bunyi dan denyut jantung


Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140x/mnt saat lahir, dengan variasi
berkisar antara 120 dan 160x/mnt.
b. Volume dan tekanan darah
Tekanan darah sistolik bayi baru lahir ialah 78 dan tekanan diastolic rata-rata
ialah 42. Tekana darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama.
Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama 1 jam
setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan tekanan darah
sistolik.
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80 sampai 110 ml/kg selama
beberapa hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama
3. Perubahan sistem termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat
bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian
masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu
dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga
mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang
kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu
tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di
seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %.
Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa
guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak
coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak
coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia,
hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas
merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu
tubuh turun dibawah 360 C. Suhu normal pada neonatus adalah 36 5 – 370 C.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebabkan oleh: 1.
Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna 2.
Permukaan tubuh bayi relative lebih luas 3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk
memproduksi dan menyimpan panas 4. Bayi belum mampu mengatur possisi
tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan. Hipotermia dapat terjadi setiap
saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu
tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6 – 12
jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang
selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi
cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan. Gejala
hipotermia:
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif,
letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
2. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
3. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung, tungkai dan lengan.
4. Muka bayi berwarna merah terang
5. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang
akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada
paru-paru, ikterus dan kematian.
Mekanisme terjadinya Hipotermia: Hipotermia pada bayi baru lahir timbul
karena penurunan suhu tubuh yang dapat terjadi melalui:
a. Radiasi : Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi yang
lebih dingin, misal : BBL diletakkan ditempat yang dingin.
b. Evaporasi : Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap,
misal : BBL tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.
c. Konduksi : Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung
kontak dengan permukaan yang lebih dingin, misal : popok/celana basah tidak
langsung diganti.
d. Konveksi : Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling
bayi, misal : BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.

4. Perubahan sistem metabolisme


Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang
bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap
baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
1. Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk
menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).
2. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)
3. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis).
Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup
akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenolisis). Hal ini hanya terjadi
jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang
sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama
bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang mengalami
hipotermia pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan
persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran. Inilah sebabnya mengapa
sangat penting menjaga semua bayi dalam keadaan hangat. Perhatikan bahwa
keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada
bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam
pertama maka otak bayi dalam keadaan beresiko. Bayi baru lahir kurang
bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim dan distress janin
merupakan resiko utama, karena simpanan energi berkurang atau digunakan
sebelum lahir. Gejala-gejala hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas
meliputi : kejang-kejang halus, sianosis, apnu, tangis lemah, letargis, lunglai
dan menolak makanan. Bidan harus selalu ingat bahwa hipoglikemia dapat
tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemia ialah
kerusakan yang meluas di seluruh sel-sel otak.

5. Perubahan sistem Gastroinstetinal


Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Refleks
gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat
lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan
lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru
lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurang dari 30
cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memeberi
ASI on demand. Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu
melindungi dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya kolon. Pada bayi baru lahir
kurang efisien dalam mempertahankan air disbanding orang dewasa, sehingga
menyebabkan diare yang lebih serius pada neonatus.

6. Perubahan sistem imunitas


Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang
matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan
alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami meliputi:
1. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa.
2. Fungsi saringan saluran napas.
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang
membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi
baru lahir sel-sel darah ini masih belum matang, artinya bayi baru lahir
tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang lahir
dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi
antibody keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan
sampai awal kehidupan anak. Salah satu tuges utama selama masa bayi dan
balita adalah pembentukan system kekebalan tubuh. Karena adanya defisiensi
kekebalan alami dan didapat ini, bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.
Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai. Oleh
karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang
aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan detekdi dini serta
pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.

C. Respon Bayi Baru Lahir Terhadap Stimulus Lingkungan

Bayi berespon terhadap lingkungan dengan berbagai cara antara lain:

1. Temperamen
Terdapat perbedaan individual model prilaku bayi selama beberapa minggu
pertama kehidupannya.Perbedaan–perbedaan ini tidak berkaitan dengan
kepribadian orang tua mereka atau dengan cara bayi dirawat.
2. Habituasi
Merupakan mekanisme proteksi. Habituasi membuat bayi terbiasa dengan
stimulus lingkungan.Habituasi ialah suatu fenomena psikologis dan fisiologis
dimana respon terhadap stimulus yang tetap atau berulang menurun.
Kemampuan berhabituasi memungkinkan bayi baru lahir menyeleksi stumulus
yang meningkatkan kemampuannya mempelajari dunia social, sehingga
menghindari beban berlebihan.
3. Menangis
Menangis pada bayi berarti berkomunikasi dan bias menunjukan rasa lapar, nyeri,
keinginan untuk di perhatikan atau rasa tidak puas. Beberapa ibu mengatakan
bahwa mereka dapat membadakan alasan bayinya menangis. Tangisan lapar
biasanya keras dan lama, tidak berhenti sampai di beri makanan. Menangis karena
nyeri, memiliki nada yang lebih tinggi dan melengking. Menangis karena merasa
tidak puas bernada lebih rendah dan memiliki intensitas yang berfariasi

D. Kebutuhan Nutrisi pada Bayi Baru Lahir


a. Energy (kalori atau kkal)
Kebutuhan enegi bayi dapat dibagi dalam 3 bagian:
a. Kebutuhan energy basal untuk membangun fungsi metabolic organ
b. Kebutuhan energy untuk aktifitas fisik dan pencernaan makanan,
c. Kebutuhan energy untuk pertumbuhan
b. Karbohidrat
Tidak ada kebutuhan karbohidrat yang absolute akan tetapi, bayi baru lahir hanya
menyimpan sejumlah kecil glikogen di hati. Karbohidrat sekurang-kurangnya
harus memenuhi 40% sampai 45% kebutuhan kalori di dalam makanan bayi baru
lahir.
Laktosa ialah karbohidrat primer di dalam susu dan juga merupakan jenis
karbohidrat yang jumlahnya paling banyak dalam diet bayi sampai usia 6 bulan.
c. Lemak
Lemak pada susu ibu lebih mudah dicerna dan diabsorpsi dari pada lemak di
dalam susu sapi. Hal ini sebagian di sebabkan oleh susunan asm aamino dalam
molekul gliserol ASI.
Energy yang diperoleh dari lemak, lemak tertentu asm lemak asensial (EFA) di
butuhkan untuk pertumbuhan dan perawatan jaringan.
d. Protein
Kebutuhan bayi baru lahir per unit berat badan lebih besar dari pada kebutuhannya
pada usia lain dalam kehidupan manusia. RDA untuk protein selama 6 bulan
pertama adalah 2,2 gr/kg.
e. Cairan
Kebutuhan cairan untuk bayi normal kira-kira 150 sampai 180 ml/kg/24 jam
(Hoekelmen, dkk. 1992). Cairan ini biasanya diperoleh dari ASI atau dari susu
formula yang dibuat dengan benar.
f. Mineral dan vitamin
Kebanyakan mineral dan vitamin yang di rekomendasikan terkandung dalam
jumlah adekuat dalam ASI dan susu formula. Sebaliknya, susu sapi yang belum di
modivikasikan lebih banyak mengandung mineral dari pada susu ibu. Ini adalah
salah satu alasan penting mangapa susu sapi tidak sesuai untuk makanan.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBL

A. Pengkajian Kasus BBL

Bayi Ny.A baru lahir 6 jam yang lalu, persalinan spontan, BBL 2750 gram dan
penjang badan 49 cm.

1. Anamnesa
Identitas
Nama bayi :
Jenis kelamin :
Nama ibu bayi :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Alamat :

a. Data Subjektif
( keterangan bayi yang dikatakan oleh ibunya)
b. Data Obyektif
1. Nilai APGAR :
Lima unsur yang dinilai antara lain:
Appearance,Yaitu warna kulit.
Bila warna kulit bayi biru pucat maka nilai 0,
Badan Badan merah, kaki dan tangan biru, nilai 1
Seluruh tubuh dan anggota gerak merah, nilai 2

Pulse Rate yaitu denyut jantung bayi.


Bila tidak berdenyut maka nilai 0
Bila denyut jantung Kurang dari 100 kali per menit, nilai 1
Bila denyut jantung lebih dari 100 kali per menit, bayi terlihat bugar, nilai 2

Grimace,yaitu respon terhadap reflex,


Bila tidak ada respon saat di stimulasi nilai 0
Bila meringis, nilai 1
Bila meringis dan batuk atau bersin saat stimulasi saluran nafas, nilai 2

Activity,yaitu kekuatan otot,


Bila lumpuh nilai 0
Bila bayi bergerak membengkokkan kaki atau lengan nilai 1
Bila bayi bergerak aktif nilai 2

Respiration,yaitu pernafasan,
Tidak bernafas nilai 0
Menangis lemah; terdengar seperti merengek atau mendengkur nilai 1
Baik, Menangis kuat nilai 2

2. Tanda-tanda vital

a. Denyut nadi dan denyut jantung

b. Suhu normal 36,5-37,2°C

c. Tekanan darah ±78/42

d. Frekuensi napas 30-60 kali/menit

3. Anteropometri :
a. Berat badan normal bayi baru lahir 2,5-4 kg
b. Panjang badan normal 45-55 cm.
c. Lingkar perut dalam cm, ukuran melaui pusat
d. Lingkar kepala 32-36,8 cm
e. Lingkar dada
2. Pemeriksaan fisik

Pengkajian fisik awal meliputi suatu tinjakan ulang system secara


singkat.untuk pengkajian awal yang singkat,perawat mengkaji hal-hal berikut.

a. Eksterna: perhatikan warna,bercak warna(staing),pengelupasan dan


distmaturitas,panjang adanya jaringan payudara,periksa potensi hidung
dengan menutup salah satu lubang hidung dan mengobserfasi pernafasan
serta warna kulit,perhatikan adanya mekonium pada tali
pusat,kulit,kuku,atau cairan amion (adanya bercak mekonium menunjukan
hipoksia janin),bau yang menyengat dapat menunjukan inveksi di dalam
rahim)
b. Dada: palpasi untuk mencari lokasi denyutan yang paling kuat dan
auskultasi untuk menghitung jumlah denyut jantung,mengetahui kualitas
bunyi jantung,dan menditeksi adanya murmur,perhatikan karasteristik
pernafasan dan adanya rales atau ronki,perhatikan bunyi nafas dari setiap
sisi dada dengan meletakan stetoskop pada setiap aksila.
c. Abdomen: verifikasi adanya abdomen yang berbentuk seperti kubah dan
adanya anomaly
d. Nerologis : periksa tonus otot dan reaksi reflex, palpasi vontanel anterior
untuk memeriksa adanya masa atau tonjolan,perhatikan keberadaan dan
ukuran vontanel serta sutura kepala dengan palpasi
e. Obserfasi lain: perhatikan malformasi struktur yang jelas dan
langsungterlihat pada bayi lahir.

3. Data Laboratorium Kalau perlu sesuai kebijakan setempat


a. Gula darah sewaktu lahir
b. Bilirubin dan golongan darah : ABO dan Rhesus faktor
c. Hb, Ht, Lekosit dan Trombosit

B. Diagnosa keperawatan

1. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan bayi dengan potensial respon


fisiologis yang merugikan
2. Suhu tubuh abnormal berhubungan dengan kelahiran abnormal, paparan suhu
lingkungan yang dingin atau panas.
3. Deficit pengetahuan (orangtua) berhubungan dengan kondisi bayi baru lahir dan
cara mempertahankan suhu tubuh bayi.

C. Intervensi

Dx1. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan bayi dengan potensial respon fisiologis
yang merugikan
Tujuan 1: Keluarga dapat memberikan suport emosional
Hasil yang diharapkan :
Keluarga menunjukkan pengertian terhadap terapi dan prognosa

Tindakan:
1. Hentikan fototherapi selama kujungan keluarga, lepaskan tutup mata bayi untuk
membantu interaksi keluarga
2. Jelaskan proses fisiologis jaundice untuk mencegah kekhawatiran keluarga dan
potensial over proteksi pada bayi
3. Yakinkan keluarga bahwa kulit akan kembali normal
4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya untuk memperpendek periode jaundice
5. Jelaskan kegunaan ASI untuk mengatasi jaundice dan penyakit lainnya

Tujuan 2: Keluarga dapat melaksanakan fototherapi dirumah


Hasil yang diharapkan:
Keluarga dapat menunjukkan kemampuan untuk melaksanakan fototherapi di rumah
(khususnya metode dan rasional)

Tindakan:
1. Kaji pengertian keluarga terhadap jaundice dan terapi yang diberikan
2. Instruksikan keluarga untuk:
a. Melindungi mata
b. Merubah posisi
c. Memberikan asupan cairan yang adekuat
d. Menghindari penggunaan minyak pada kulit
e. Mengukur suhu aksila
f. Mengobservasi bayi: warna, bentuk makanan, jumlah makanan
g. Mengobservasi bayi terhadap tanda letargi, perubahan pola tidur, perubahan pola
eliminasi
3. Menjelaskan perlunya test bilirubin bila diperlukan

Dx2.. Suhu tubuh abnormal berhubungan dengan kelahiran abnormal, paparan suhu
lingkungan yang dingin atau panas.
Tujuan 1 : Mengidentifikasi bayi dengan resiko atau aktual ketidakstabilan suhu tubuh
Tindakan :
1. Kaji faktor yang berhubungan dengan resiko fluktuasi suhu tubuh pada bayi seperti
prematuritas, sepsis dan infeksi, aspiksia atau hipoksia, trauma CNS,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, suhu lingkungan yang terlalu panas atau
dingin, trauma lahir dan riwayat penyalahgunaan obat pada ibu
2. Kaji potensial dan aktual hipotermia atau hipertermia :
a. Monitor suhu tubuh, lakukan pengukuran secara teratur
b. Monitor suhu lingkungan
c. Cegah kondisi yang menyebabkan kehilangan panas pada bayi seperti baju
basah atau bayi tidak kering, paparan uadara luar atau pendingin ruangan
d. Cek respiratory rate (takipnea), kedalaman dan polanya
e. Observasi warna kulit
f. Monitor adanya iritabilitas, tremor dan aktivitas seizure
g. Monitor adanya flushing, distress pernafasan, episode apnea, kelembaban
kulit, dan kehilangan cairan.
Dx3. Deficit pengetahuan (orangtua) berhubungan dengan kondisi bayi baru lahir dan
cara mempertahankan suhu tubuh bayi.
Tujuan : Memberikan informasi yang cukup kepada orangtua tentang kondisi bayi dan
perawatan yang diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi
Tindakan :
1. Beri informasi pada orangtua tentang :
- Penyebab fluktuasi suhu tubuh
- Kondisi bayi
- Treatment untuk menstabilkan suhu tubuh
- Perlunya membungkus/menyelimuti bayi saat menggendong dan bepergian
2. Ajari orangtua cara mengukur suhu tubuh aksila pada bayi dan minta mereka
untuk mendemontrasikannya
3. Informasikan kepada orangtua tentang perawatan saat bayi di inkubator
4. Anjurkan pasien bertanya, mengklarifikasi yang belum jelas dan menunjukkan
prilaku seperti diajarkan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang ibu
melalui jalan kelahiran normal atau dengan bantuan alat tertentu sampai usia satu
bulan.
Adaptasi fisiologi pada BBL
1. Perubahan sistem pernapasan
2. Sistem kardiovaskuler

3. Perubahan sistem termoregulasi


4. Perubahan sistem metabolisme
Perubahan sistem Gastroinstetinal
5. Perubahan sistem imunitas

Bayi berespon terhadap lingkungan dengan berbagai cara antara lain:

1. Temperamen
2. Habituasi
3. Menangis

Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir meliputi:

1. Energy (kalori atau kkal)


2. Karbohidrat
3. Lemak
4. Protein
5. Cairan

B. Saran dan Kritik


1. Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi,
bila ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.
2. Anjurkan ibu segera memberikan ASI kepada bayinya sambil membelai
bayinya.
3. Ajarkan bagaimana cara memberikan ASI yang benar dan tepat.
4. Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya
bayi baru
5. lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-
tanda
6. tersebut pada bayi.
7. Berikan asuhan bayi baru lahir seperti berikan vitamin K, antibiotic salep
mata, dan imunisasi hepatitis B.

DAFTAR PUSTAKA

Gilly Andrews, 1998, Women’s Sexual Health, Bailliere Tindall.


Gorrie, McKinney, Murray, 1998, Foundation of Maternal-Newborn Nursing, Second
edition, W.B. Saunders Company.
Lesley Ann Page, Patricia Percival, Sheila Kitzinger, 2000, The New Midwifery, Science and
Sensitivity in Practice, Churchill Livingstone, Sidney Toronto.
Lowdermilk, Perry, Bobak, 2000, Maternity Woman’s Healht Care, Seventh Edition, Mosby.
Pillitteri, 1999, Maternal & Child Health Nursing, Care of the childbearing & childbearing
family, thid edition, Lippincott. Philadelphia.
Sally B, Marcia, Patricia Ladewig, 2000, Maternal Newborn Nursing, A family and
community – based approach, Sixth edition, Upper Saddle River, New Jersey 07458.

Anda mungkin juga menyukai