Oleh :
Kelompok : V (Lima)
Nama : 1. Mar’atus Sholikhah NIM 171411019
2. Mentari Salma F NIM 171411020
3. Nanda Liant NIM 171411021
4. Regina Taskia A. NIM 171411022
Kelas : 3A – D3 Teknik Kimia
Distilasi adalah suatu metoda pemisahan campuran cair-cair didasarkan atas perbedaan
titik didih dari masing-masing komponen cairan yang bercampur, jadi pemisahannya terjadi
secara fisika. Selain itu juga bergantung pada konsentrasi komponen yang ada. Campuran
liquid akan memiliki karakteristik titik didih yang berbeda. Oleh karena itu, proses destilasi
bergantung pada tekanan uap campuran liquid. Tekanan uap suatu liquid pada temperatur
tertentu adalah tekanan keseimbangan yang dikeluarkan oleh molekul-molekul yang keluar
dan masuk pada permukaan liquid. Tekanan uap cairan tersebut tergantung pada suhu.
Semakin besar suhu cairan, artinya semakin besar energi yang diberikan, semakin cepat dan
banyak molekul yang meninggalkan permukaan cairan, maka semakin besar tekanan uapnya.
Selama tekanan uap cairan lebih kecil dari tekanan udara lingkungan, hanya molekul-
molekul dipermukaan saja yang berubah menjadi uap. Keadaan ini dinamakan menguap.
Tetapi apabila suhu cairan kemudian dinaikkan atau tekanan udara lingkungan diturunkan,
dimana tekanan uap cairan akan sama besar dengan tekanan udara lingkungan, maka
penguapan akan terjadi di seluruh bagian cairan. Di dalam cairan akan terbentuk gelembung-
gelembung uap, cairan akan bergolak dan terjadi penguapan cairan per satuan waktu yang
cukup banyak. Keadaan ini dinamakan mendidih. Dan apabila suatu cairan murni dipanaskan
dan telah mencapai suhu didih, maka cairan tersebut akan berubah menjadi uap tanpa adanya
kenaikan suhu lebih lanjut. Selama penguapan tersebut (untuk melawan gaya tarik antar
molekul) diperlukan energi panas. Energi panas ini dinamakan kalor penguapan.
Tekanan uap suatu campuran biner (2 komponen) yang mendidih, besarnya sama
dengan jumlah tekanan uap dari masing-masing komponen. Berdasarkan keadaan suhu
didihnya, campuran cairan biner ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis campuran
sebagai berikut:
Secara umum, proses distilasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: distilasi batch
dan distilasi kontinyu.
Distilasi batch ini banyak digunakan di bidang seperti, farmasi, minyak esensial dan
beberapa produk minyak bumi. Pada kolom distilasi batch, umpan mula-mula dituangkan
kedalam ketel dan tak ada lagi bahan yang ditambahkan sampai berakhirnya proses.
Perbedaan pokok dari kedua proses distilasi ini adalah bahan untuk distilasi kontinu, umpan
di alirkan masuk ke dalam kolom secara terus-menerus dan sehingga membuat proses dalam
kondisi steady state. Untuk proses batch, komponen dengan titik didih lebih tinggi makin
lama makin meningkat.
Gambar 2.1 Distilasi Batch
Distilasi kontinyu digunakan secara luas dalam industri kimia proses di mana sejumlah
besar cairan harus disuling. Industri tersebut adalah pengolahan gas bumi, produksi
petrokimia , pengolahan batubara, produksi minuman keras, pencairan gas alam, produksi
pelarut hidrokarbon dan industri sejenis. Aplikasi yang terluas dari distilasi kontinyu terjadi
di kilang minyak bumi . Kelompok senyawa dalam minyak bumi mempunyai titik didih
dengan kisaran perbedaan yang relatif kecil dan biasa disebut “fraksi”. Fraksi adalah asal
dari istilah distilasi fraksional atau fraksinasi. Pemisahan minyak bumi menjadi berbagai
jenis fraksi disesuaikan dengan kegunaan dan nilai ekonominya. Sering terjadi, pemisahan
komponen-komponen dalam setiap fraksi lebih lanjut menjadi tidak berharga berdasarkan
persyaratan produk dan ekonomi.
Gambar 2.2 Tipikal diagram McCabe–Thiele untuk distilasi dengan umpan biner
Dalam distilasi kontinyu dengan reflux ratio yang bervariasi, fraksi mol dari komponen
ringan di bagian pucak (teratas) dari kolom distilasi akan berkurang jika reflux ratio
berkurang. Setiap perubahan reflux ratio akan mengubah kemiringan garis operasi di
rectifying section.
Gambar 2.3. Tipikal bubble cap trays yang digunakan dalam kolom distilasi pilot plant
Persamaan (12) jarang digunakan dalam praktek karena melibatkan besaran L dan
V yaitu laju alir cairan dan uap yang mengalir di dalam kolom. Dengan mendefinisikan
nisbah refluks, R, sebagian R = L/D, maka persamaan (12) dapat diubah menjadi :
𝑅 𝑥𝐷,𝑖
𝑦𝑡 = 𝑥𝑡 +
𝑅+1 𝑅+1
Mulai
Mengaktifan Kontrol
Panel
Memanaskan umpan
dengan preheater
Mengalirkan umpan ke
dalam tangki penampung
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Menyalakan stopwatch
Menyalakan pompa P3
Mengambil data dari pembacaan pada TR23, TI25 dan TR 26 setelah interval 3
menit
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0 20 15 90 40 35 35 20 35
3 20 19 90 43 35 40 26 35
6 21 20 95 44 35 39 45 35
9 58 20 92 45 104 42 50 49
12 60 20 90 69 115 62 70 63
15 58 19 90 79 116 75 80 76
18 56 19 91 88 116 89 92 80
21 70 20 92 92 116 91 95 82
0 97 20 75 92 110 91 95 77
3 35 18 82 91 114 92 95 85
6 23 20 92 94 119 93 95 88
9 21 21 93 94 119 94 95 88
12 21 21 94 95 119 94 95 85
15 21 21 95 95 117 94 95 86
18 21 21 93 93 119 94 95 88
21 21 21 95 95 119 94 95 85
24 21 21 88 95 116 96 95 82
27 21 21 85 94 118 95 95 80
30 21 21 88 94 110 98 95 71
33 21 21 75 94 108 98 95 60
4.1.3 Reflux
Laju kondensat = 0,7 kg/menit
Tabel 4.1.3.1 Data pengamatan reflux
Waktu TR1 TRC3 TRI3 TR21 TR23 TR26 TI22 T kondensat
(menit) 0C 0C 0C 0C 0C 0C 0C 0C
0 21 19 65 93 111 92 70 95
3 21 20 95 95 116 95 85 95
6 21 20 95 95 116 95 85 95
9 21 20 95 96 116 95 86 98
12 21 20 96 96 116 95 87 98
15 20 20 96 96 118 95 88 98
18 21 20 96 96 118 96 89 99
21 21 20 96 96 119 96 89 100
27 21 21 96 96 119 96 87 100
30 21 20 96 96 119 96 89 99
Keterangan:
TR1 = suhu masuk air kondensat
TRC3 = suhu air keluaran kondensat
TR13 = suhu keluar preheater
TR21 = suhu keluaran sumbtank
TR23 = suhu steam masuk
TR26 = suhu uap sumb tank
TI21 = suhu kondensor
TI22 = suhu steam keluar
4.2 Pembahasan
4.2.1. Mar’atus Sholikhah (171411019)
Pada praktikum ini dilakukan distilasi secara kontinu dan batch dengan
menggunakan campuran etanol-air. Pada campuran etanol-air, ethanol memiliki tekanan
uap besar daripada air sehingga disebut cairan yang volatile dan memiliki suhu didih
yang rendah. Oleh karena itu saat campuran akan mendidih, fasa uap etanol akan lebih
banyak daripada fasa uap air. Hal ini terjadi karena perbedaan komposisi antara fase cair
dan fase uap agar proses pemisahan campuran dapat dilakukan. Proses distilasi kontinu
pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Umpan disirkulasikan melalui jalur pipa yang terdapat pada bagian bawah labu
dan di alirkan kembali dengan bantuan pompa (P2) untuk masuk kembali pada labu.
Sirkulasi dimaksudkan agar terjadi proses sehingga umpan menjadi homogen.
Campuran etanol-air lalu dialirkan ke sump tank sampai batas untuk dinyalakan
preheater. Umpan kemudian melewati preheater untuk menaikkan suhu campuran dan
mengalir masuk melewati tray. Pengaliran umpan ke preheater dimaksudkan agar terjadi
pemanasan awal terhaadap umpan. Pada tray terjadi kontak antara campuran dari
preheater dengan uap panas dari steam. campuran dan uap akan melewati tray dengan
alat bantu kontak buble cap tray yang dipasang secara horizontal didalam kolom
distilasi. Buble cap berfungsi sebagai penghalang antara liquid dan uap yang dipasang
di setiap tray, bentuknya seperti topi yang di pinggirnya terdapat slot untuk mengatur
besar kecilnya gas yang keluar keatas.
Berdasarkan pratikum, data yang diperoleh untuk distilasi kontinu menghasilkan
komposisi etanol pada produk atas sebesar 0,12 pada menit kelima dan 0,1 pada menit
ke dua puluh. Sedangkan komposisi etanol produk bawah sebesar 0,041 pada menit
kelima dan 0,044 pada menit ke dua puluh. Hal ini sesuai dengan literature dimana
komposisi etanol pada hasil distilasi (distilat) akan menghasilkan komposisi etaanol
yang lebih dominan daripada air. Namun pada proses kontinu, terjadi penurunan
komposisi setelah 20 menit berjalan, hal ini dapat terjadi karena perubahan laju alir
steam meskipun temperature pada steam cenderung mengalami kenaikan dan masih
adanya sisa distilat yang masih tertinggal didalam tangki distilat saat praktikum
sebelumnya sehingga terjadi akumulasi terhadap produk atas.
Berdasarkan hasil indeks bia dan komposisi yang diperoleh maka dapat dikatakan
bahwa kestabilan atau temperatur sangat mempengaruhi proses distilasi karena prinsip
kerja dari distilasi menggunakan konsep volativitas yang menekankan pada perbedaan
titik didih dari dua zat yang ada pada umpan. Jika dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh pada distilasi secara kontinu (indeks bias dan komposisi) maka dapat
dikatakan bahwa proses distilasi secara kontinyu lebih menguntungkan karena hasil
destilat yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan dengan distilasi secara batch
yang hanya menghasilkan komposisi etanol pada produk atas sebesar 0,065 selama 33
menit proses berjalan.
Pada praktikum ini, diperoleh nilai reflux ratio sebesar 1,5. nilai refluk ratio
tersebut menyatakan perbandingan antara jumlah uap yang terkondensasi dan yang
dikembalikan sebagai cairan yang masuk lagi ke dalam kolom dengan cairan yang
diambil sebagai distilat, semakin besar perbandingan refluk berarti cairan yang
dikembalikan akan semakin banyak. Cairan itu akan mengalami kontak ulang lebih
lanjut dengan fasa uap menuju puncak kolom. Namun, hasil komposisi etanol yang
diperoleh saat reflux adalaha sebesar 0,09 saat menit ke limabelas dan 0,03 saat menit
ke tigapuluh. Nilai ini mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil produk atas
yang diperoleh dari proses distilasi secara kontinu dimana seharusnya komposisi yang
dihasilkan saat reflux yang dialirkan ke kolom distilasi akan menghasilkan komposisi
etanol yang lebih tinggi daripada hasil distilat yang telah diperoleh. Hal ini dapat terjadi
oleh beberapa faktor sepeti steam yang dihasilkan lebih sedikit dan terjadi penurunan
temperatur secaara sigifikan pada steam yang dihasilkan.
Rata-rata Komposisi
Ethanol (%)
Proses
Produk Produk
atas bawah
Kontinyu 11 4,25
Batch 6,5 -
Kontinyu dengan 6 4
refluks
DAFTAR PUSTAKA
Adam, F. (2013). Distilasi batch. In Laporan Praktikum Operasi Industri Kimia. Bandung:
Universitas Padjajaran.
Nur, A. (n.d.). Laporan Praktikum Distilasi Batch. http://asepmusa.blog.undip.ac.id/files/3.-
Pemilihan-Tipe-Kolom-Pemisah.pdf. (diakses pada 16 Oktober 2019)
Samsudin, A. M. (n.d.). Pemilihan Kolom Pemisah. http://asepmusa.blog.undip.ac.id/files/3.-
Pemilihan-Tipe-Kolom-Pemisah.pdf. (diakses pada 16 Oktober 2019).
LAMPIRAN
90
80
Persen Volume Etanol
70
60
50
40
30
20
10
0
1,330 1,335 1,340 1,345 1,350 1,355 1,360 1,365
indeks Bias