Anda di halaman 1dari 7

2.4.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diare

2.4.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan termasuk urutan pertama dalam proses
keperawatan yang berisi pengumpulan data tentang gejala dan
gangguan akatual dari klien. Pengkajian keperawatan tidak sama denga
pengkajian medis. Pengkajian medis difokuskan pada keadaan
patologis, sedangkan pengkajian keperawatan ditujukan pada respon
klien terhadap berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia, misalnya kien melakukan
aktivitas sehari-hari atau tidak, sehingga fokus pengkajian klien adalah
respon klien yang nyata maupun potesial terhadap berbagai masalah
aktvitas harian (Nadia Evania, 2013).

1. Keluhan utama
BAB lebih dari 3 kali sehari yang tidak normal dengan perubahan
konsistensi tinja menjadi lembek atau cair, dengan air atau tanpa
darah/lendir dalam tinja (Yosef Wijoyo, 2013).

2. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami cengeng, gelisah, suhu
badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, dan kemungkinan timbul diare. Tinja makin cair, mungkin
disertai lendir atau darah, warna tinja berubah menjadi
kehijauan karena bercampur empedu, anus dan daerah sekitar
timbul lecat karena sering defekasi dan sifatnya makin lama
makin asam, gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
diare, apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan
elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
Gejala diare yang dapat terjadi secara mendadak yang
terjadi karena infeksi atau faktor lain, lamanya diare akut 3-5
hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan diare akut > 14 hari
(Lidia Paramita, 2017).
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi pengkajian riwayat prenatal dan postnatal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh kembang, status gizi (lebih, baik, kurang,
buruk), psikososial, dan interaksi
a. Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutama pada
kehamilan semester pertama, penyakit selama kehamilan
yang menyertai seperti TORCH (Toksoplasma Rubella
Cytomegalovirus Herpes). DM, Hipertiroid yang
dapatmempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim.

b. Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang
dapat mempengaruhi dan maturasi organ vital.
c. Postnatal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi
atau hiperbilirubinemia. Berat badan dan panjang badan
untuk mengikuti perkembangan pada anak usia
sekelompoknya. Pemberian ASI terhadap perkembangan
daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan yang dapat
mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga terutama
penyakit genetik dan penyakit menular lainnya (Dinarrti dkk,
2009).
4) Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi lengkap (0-12 bulan) untuk melindungi
tubuh anak dari penyakit-penyakit yang berbahaya (Anik
Maryunani, 2010).
5) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan
yang penting karena setiap individu mempunyai ciri-ciri
strukutur dan fungsi yang berbda, sehingga pendekatan
pengkajian fisik dan tindakan harus disesuaikan dengan
perumbuhan dan perkembangan
6) Riwayat Psikologi
Pada usia permulaan ibu dianggap sebagian dari dirinya yang
dapat memberikan kepuasan. Antara ibu dan anak terjadi
hubungan simbiotik, yang satu sama lain saling membutuhkan.
Ibu merasa mendapat kepuasan emosional dapat menyusui
bayinya, demikian juga bayi atau anak selain mendapat
kebutuhan untuk perkembangan fisiknya ia mendapat pula
suatu kebutuhan emosional dari ibunya (Anik Maryunani,
2010).

7) Data Biologis
a. Pola Aktivitas Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan
gizi/nutrisi dengan akibat terjadinya penurunan berat
badan dalam waktu yang singkat. Makanan yang
diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
lebih baik karena adanya hiperperistaltik. Dietik pada
anak dapat diberikan < 1 tahun atau> 1 tahun dengan
berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI atau susu
formula dengan rendah laktosa, umur > 1 tahun dengan
BB> 7 kg dapat diberikan makanan padat atau makanan
cair (Anik Maryunani, 2010).
b) Pola Eliminasi
BAB (frekuensi, warna, dan bau) biasanya pada pasien
diare frekuensi BAB > dari 3 kali sehari, dengan warna
berubah menjadi kehijauan karena bercampur dengan
empedu. BAK (frekuensi, warna, dan bau) biasanya
pada pasien diare frekuensi BAK jarang atau sedikit-
sedikit.
c) Pola Istirahat
Pada pasien dengan diare biasanya pola istirahat
terganngu karena frekuensi BAB yang berlebihan
sehingga bayi/anak menjadi gelisah dan rewel
d) Pola Aktivitas
Klien tampak, lemah, gelisah, rewel. Sehingga dalam
pemenuhan kebutuhan dan aktivitas klien perlu dibantu.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi/ anak
dilakukan dengan head to toe (dari kepala sampai kaki)
meliputi tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ektermitas dan genitalia. Penyesuaian rangkaian
pemeriksaan pada anak berdasarkan penggunaan usia
perkembangan anak dan kronologisnya sebagai kriteria
utama (Anik Maryunani, 2010).
a) Keadaan umum
Perhatikan status kesadaran anak
Composmentis: (dalam keadaan baik dan sadar dalam
diare pasien tanpa dehidrasi)
Apatis : (pasien tampak gelisah dan rewel dalam diare
pasien dengan dehidrasi ringan atau sedang)
Somnnolen : (pasien tampak lesu, lunglai, tampak
mengantuk, selalu ingin tidur, tidak merespon dalam
rangsangan ringan, namun masih merespon terhadap
rangsangan yang kuat dalam diare pasien dengan
dehidrasi berat) (Anik Maryunani, 2010).
b) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Pengkajian tanda-tanda vital meliputi tekanan darah,
nadi, suhu, dan pernapasan yang dilakukan saat
pengkajian
c) Pemeriksaan wajah
 Kepala: anak berusia dibawah 2 tahun yang
mengalami dehidrsi, ubun-ubunnya biasanya
cekung.
 Mata: anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi,
bentuk kelopak matanya normal. Apabila
mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak
matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila
mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya
sangat cekung.
 Hidung: biasanya tidak ada kelainan dan gangguan
pada hidung, tidak ada sianosis, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
 Telinga: biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
 Mulut dan bibir: terdapat lesi dan bibir pecah-
pecah, amati gigi dan lidah apakah ada caries dan
sianosis
 Leher: tidak ada pembengkakan pada leher , tidak
ada kelainan pada kelenjar tyroid (Lidia Paramita,
2017).
d) Sistem integumen
Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan
hingga berat tugor kulit biasanya kembali sangat
lambat. Karena tidak adekuatnya kebutuhan cairan dan
elektrolit pada jaringan tubuh anak sehingga
kelembaban kulit pun menjadi berkurang (Lidia
Paramita, 2017).
e) Sistem Kardiovaskuler
 Subjektif: badan terasa panas tetapi bagian tangan
terasa dingin.
 Inspeksi: pada anak biasanya iktus kordis tampak
terlihat
 Auskultasi: pada diare tanpa dehidrasi denyut
jantung norma, diare dehidrasi ringan atau sedang
denyut jantung pasien normal hingga meningkat,
diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien
mengalami takikardi dan bradikardi (Lidia
Paramita, 2017).
f) Sistem Pernapasan
 Subjektif: sesak atau tidak
 Inspeksi: diare tanpa dehidrasi biasanya
pernapasan normal, diare dehidrasi ringan atau
sedang pernapasan normal hingga melemah, diare
dengan dehidrasi berat pernapasannya dalam (Lidia
Paramita, 2017).
g) Sistem Pencernaan
 Subjektif : kelaparan, haus.
 Inspeksi : BAB konsistensi (cairan, padat,
lembek) frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari,
adakah bau, disertai lendir atau darah. Kontur
permukaan kulit menurun.
 Palpasi: tugor kulit pada pasien diare tanpa
dehidrasi baik, pada pasien dehidrasi ringan
kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat > 2
detik.
 Auskutasi: biasanya anak yang mengalami diare
bising ususnya meeningkat (Lidia Paramita, 2017).
h) Sistem Perkemihan
 Subjektif : BAK sedikit dari biasanya.
 Inspeksi : testis positif pada jenis kelamin
laki-laki, libia mayora menutupi libia minora,
pembesaran scrotum (-), rambut (-), BAK
frekuensi, warna dan bau serta cara peengeluaran
kencing spontan atau menggunakan alat, observasi
output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
 Palpasi: adakah pembesaran scrotum, infeksi testis
atau femosis.
i) Sistem Muskuloskletal
 Subjektif: lemah
 Inspeksi: klien tampak lemah, aktivitas menurun
 Palpasi: hipotoni, kulit kering, elastisitas menurun
kemudian dianjurkan dengan pengukuran berat
badan dan tinggi badan, kekuatan otot.

3. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum
biasanya penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L,
kalium > 5 mEql.
b. Pemeriksaan urin, diperiksa berat janis dan albumin urin,
elektrolit urin yag diperiksa adalah Na+ K+ DAN Cl.
Asetonuri menunjukkan adanya ketosis.
c. Pemeriksaan tinja, biasanya tinja pasien diare ini
mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
d. Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa biasanya pada
pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar leukosit dalam
feses atau darah makroskopik. pH menurun disebabkan
akumulasi asam atau kehilangan basa (Lidia Paramita,
2017).

Anda mungkin juga menyukai