Anda di halaman 1dari 19

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

BLOK 6.6

LEMAH DAN LESU

Penyusun:
dr. Tisna Sendy Pratama, M.Si
dr. Viva Ratih Bening Ati, M.Si
dr. Wiwiek F, M.Sc

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan YME, salah satu modul
penunjang blok 6.6 telah disusun. Modul ini digunakan sebagai panduan kegiatan
skill lab materi lemah lesu. Blok 6.6 merupakan blok terakhir pada semester enam
atau pada tahun ketiga pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal
soedirman Purwokerto.
Dengan modul ini, diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan klinik untuk menentukan diagnosis dan
penatalaksanaan lemah lesu secara terstruktur dan komprehensif. Setelah belajar
skill lab materi lemah lesu, diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi
ataupun tatalaksana yang tepat pada berbagai kasus dengan keluhan utama lemah
lesu.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan dalam penyusunan modul ini. Modul ini masih jauh dari sempurna
sehingga saran dan kritik yang membangun kami harapkan dari semua pihak.

Penyusun
DAFRTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................2


DAFRTAR ISI ...................................................................................................................3
1. TUJUAN PEMBELAJARAN ....................................................................................4
A. Tujuan Umum ........................................................................................................4
B. Tujuan Khusus .......................................................................................................4
2. PENDAHULUAN .....................................................................................................4
3. DASAR TEORI .........................................................................................................5
a. ANAMNESIS ........................................................................................................5
b. PEMERIKSAAN FISIK.........................................................................................8
c. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIUSULKAN .....................................16
4. CONTOH KASUS ...................................................................................................17
a. ANAMNESIS ......................................................................................................17
b. PEMERIKSAAN FISIK.......................................................................................17
c. PEMERIKSAAN LABORATORIUM .................................................................17
d. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING .....................................................17
e. PENATALAKSANAAN .....................................................................................18
i. Farmakologi .........................................................................................................18
ii. Nonfarmakologi ...................................................................................................18
REFERENSI ....................................................................................................................19
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
klinik untuk menentukan diagnosis dan penatalaksanaan keluhan lemah
lesu secara terstruktur dan komprehensif .

B. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
klinik untuk menentukan diagnosis dan penatalaksanaan kasus secara
terstruktur dan komprehensif, yang meliputi :
1) Penyakit infeksi
2) Penyakit non infeksi

2. PENDAHULUAN
Perasaan rasa lemah dan lesu atau dalam istilah medis disebut
dengan malaise adalah istilah untuk yang mencakup kondisi umum tidak
bertenaga, tidak nyaman, kurang sehat atau merasa sedang sakit. Malaise
merupakan gejala yang tidak spesifik dan bersifat subyektif. Derajat
keparahannya seseorang tidak dapat diukur. Dengan penyakit yang sama,
seseorang dapat merasakan gejala malaise namun pada orang lain belum
tentu merasakannya. Gejala tersebut seringkali merupakan penanda
subjektif dari proses penyakit yang akan atau sedang berlangsung sehingga
penting untuk dilakukan penelusuran sumber penyebab timbulnya malaise.
Secara umum malaise pernah dirasakan semua orang khususnya
jika sedang menderita penyakit. Gejala tersebut dapat dirasakan secara
fisik maupun psikis. Namun sebagian dapat timbul karena adanya
gangguan psikis. Beberapa contoh penyakit yang dapat menyebabkan
timbulnya lemah dan lesu, yaitu:
 Penyakit infeksi akut, seperti : influenza, pneumonia,
sindroma infeksi virus akut, infeksi bakteri akut, dan
sebagainya.
 Penyakit infeksi kronis, seperti : AIDS, hepatitis kronis,
TBC, dan sebagainya.
 Penyakit jantung paru Kegagalan fungsi organ, seperti :
ginjal atau hati
 Gangguan jaringan penyambung, seperti : rheumatoid
arthritis, sarcoidosis, systemic lupus erythematous (SLE)
 Gangguan metabolic dan endokrin, seperti : diabetes
mellitus, gangguan tiroid
 Kanker, seperti : leukemia, kanker usus, dan sebagainya
Kelainan darah, seperti anemia
 Gangguan psikiatri
 Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat anti-kejang,
anti-histamin, golongan beta blocker untuk mengatasi
gangguan jantung,
 dan sebagainya

3. DASAR TEORI
a. ANAMNESIS
Rasa lemah dan lesu atau malaise biasanya tidak berdiri sendiri.
Beberapa keluhan lain dapat menyertai malaise. Malaise juga dapat
menjadi keluhan penyerta untuk keluhan utama lain. Beberapa keluhan
yang dapat menyertai malaise akan berbeda jika akibat dari penyakit
fisik dibandingkan dengan diakibatkan oleh karena gangguan psikis.

Anamnesa menyeluruh perlu dilakukan dengan beberapa hal yang


sebaiknya ditanyakan , yaitu: mengenai sejak kapan timbulnya keluhan,
apakah timbul secara mendadak atau perlahan-lahan, ada tidaknya
penggunaan obat-obatan tertentu, ada tidaknya keluhan lain yang
menyertai, riwayat berpergian ke tempat lain, dan sebagainya.
Seperti prosedur evaluasi klinis pada umumnya, pada keluhan
lemah dan lesu dilakukananamnesis dengan Fundamental Four dan
Sacred Seven.Pertanyaan pada Foundamenal Four yaitu menggali :

1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


Riwayat penyakit sekarang (RPS) meliputi keluhan utama dan
anamensis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan yang membuat
pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari
pertolongan. Setelah menanyakan keluhan utama dilanjutkan dengan
anamnesis untuk menanyakan 7 hal (sacred seven), yaitu :
a. Lokasi
b. Onset/awitan dan kronologis
c. Kuantitas keluhan
d. Faktor-faktor yang memperberat keluhan
e. Faktor-faktor yang memperingan keluhan
f. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama

2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


Menanyakan kepada pasien apakah pernah sakit serupa sebelumnya.
Mencari penyakit yang relevan dengan penyakit sekarang dan
riwayat penyakit kronik.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Menanyakan untuk mencari adakah penyakit yang sekarang diderita
berkaitan dengan riwayat sakit pada keluarga, baik itu yang bersifat
diturunkan maupun ditularkan.

4. Riwayat Sosial dan Ekonomi


Menanyakan status sosial pasien seperti pendidikan, pekerjaan,
pernikahan, kebiasaan pasien, aktivitas seksual, sumber keuangan,
asuransi kesehatan dan kepercayaan.
Seringkali lemah lesu menjadi gejala prodromal dari suatu
penyakit, yaitu gejala yang muncul pada periode simtom inisial sebelum
muncul gejala lengkap suatu penyakit. Biasanya pada penyakit infeksi
lemah dan lesu muncul pada masa inkubasi. Pada beberapa kondisi juga
lemah lesu merupakan gejala yang timbul sebelum serangan akut suatu
penyakit muncul.

Keluhan-keluhan oleh karena penyakit fisik yang dapat menyertai


malaise antara lain :

 Nyeri, mual dan rasa tidak nyaman pada perut


 Nafsu makan menurun
 Pembesaran kelenjar getah bening
 Demam dan menggigil
 Nyeri sendi
 Nyeri otot
 Penurunan berat badan
 Siklus menstruasi tidak teratur
 dsb

Sedangkan keluhan lain yang menyertai malaise akibat gangguan


psikis, biasanya berupa :

 Cemas
 Perubahan mood, perilaku atau kepribadian
 Depresi
 Gangguan mengingat, berpikir, dan berbicara
 Rasa lelah letih
 Mudah tersinggung dan marah
 Kurang bersemangat atau tidak berenergi
 dsb
b. PEMERIKSAAN FISIK
Pada keluhan lemah dan lesu, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
fisik secara menyeluruh dari kepala hingga kaki. Hal tesebut perlu
dilakukan dikarenakan lemah lesu hampir menjadi gejala prodromal
sebagain besar penyakit.

i. Kepala dan leher


Pemeriksaan kepala dimulai dengan mengatur posisi pasien.
Pemeriksaan dapat dilakukan dalam posisi duduk ataupun berdiri.
Untuk dapat melihat bagian mata secara utuh pasien dapat diminta
untuk melepaskan kacamatanya. Pemeriksaan diawali dengan
inspeksi rambut dilanjutkan dengan palpasi rambut, kulit, dan tulang
kepala. Inspeksi dapat awal dapat dinilai bentuk atau juga ada
pembesaran dari struktur kepala. Dapat diketemukan kelainan pada
rambut seperti perubahan warna, kerontokan, mudah lepas, ataupun
ditemukan massa pada kulit atau struktur tulang kepala. Misalkan
pada kasus gangguan gizi seperti kurang energy protein akan
didapatkan rambut yang kusam, berwana tidak hitam (pada ras
Indonesia, dan terlihat tidak bersinar. Pemeriksaan selanjutnya
dibagi menjadi pemeriksaan mata, telinga, hidung, mulut, dan leher.
- Mata
Untuk memudahkan dan agar sistematis, pemeriksaan dapat
dilakukan dari luar ke dalam. Diawali dengan pemeriksaan alis
dan kelopak matadengan melihat adakah madarosis, ptosis,
entro/ekstropion, lesi, dan xantelasma. Sebagai contoh madarosis
dapat disebabkan salah satunya oleh Morbus Hansen. Selanjutnya
dilakukan palpasi pada tepi tulang-tulang penyusun rongga mata
maupun struktur diatasnya. Dengan palpasi, catat adanya nyeri
tekan dan keadaan benjolan kelopak mata.
Gambar 1. Madarosis
Kemudian dilanjutkan dengan pengamatan konjunctiva. Pada
kasus anemia dapat didapatkan konjunctiva yang menjadi lebih
pucat.

Gambar 1. (a) anemia berat; (b) anemia ringan; (c) normal; dan
(d) normal

Pada pengamatan sclera, perhatikan vaskularisasi, lesi / benjolan.


Selain itu perlu dicatat adanya perubahan warna (contoh: icterus
(kuning) atau biru), proses inflamasi, timbulnya pigmen, benda
asing atau kelainan lainnya.
Gambar 3. Kelainan-kelainan sklera
Dengan palpasi, catat adanya nyeri tekan dan keadaan benjolan
kelopak mata. Pada pupil dapat diamati perubahan diameter,
isokor/tidak, dan reflek pupil serta dinilai apakah terjadi
penurunan atau peningkatan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
tekanan bola mata. Untuk melengkapi pemeriksaan perlu
dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dan lapang pandang.
- Telinga
Pemeriksaan ini diawali dengan pemeriksaan daun telinga, lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan lubang telinga dan membran
timpani. Pada daun telinga dan lubang telinga bagian luar diamati
apakah terdapat lesi, serumen, dan cairan yang
keluar.Diperhatiakan juga apakah terdapat kemerahan atau abses
preauricula.
Pada kasus-kasus peradangan telinga luar dapat ditemukan nyeri
tekan tragus. Pada otitis eksterna juga dapat ditemukan furunkel
ataupun kemerahan dan pembengkakan difus pada liang telinga
luar.
Gambar 4. Otorrhea

Pada pemeriksaan terhadap membran timpani, dapat dinilai cone


of lightdan intak atau tidaknya membran. Kelainan mebran
seperti penurunan kecerahan cone of light, bulging, atau bahkan
perforasi dapat ditemukan sebagai manifestasi dari otitis media.
Pemeriksaan fungsi pendengaran meliputi Rinne, Weber, dan
Scwabach dapat berguna dalam penilaian gangguan kelainan
konduksi atau sensorik.

Gambar 5. perbandingan otitis eksterna (a) difusa, (b)


furunkulosa, dan (c) otomikosis
Gambar 6. (a) membran timpani normal; (b) bulging; (c) efusi; dan
(d) perforasi

- Hidung dan sinus


Dapat diamati ada atau tidaknnya tanda-tanda peradangan seperti
perubahan warna mukosa, timbulnya discharge/sekret, timbulnya
membran, timbulnya massa dan perdarahan.

Gambar 7. Rhinitis viral (superinfeksi bacterial)


Pada kasus sinusitits dapat didapatkan nyeri pada perkusi dan
palpasi bagian-bagian rongga sinus, yaitu: sinus frontalis,
sfenoidalis, etmoidalis, dan maxilaris. Pemeriksaan khusus yang
dapat dilakukan adalah transiluminasi sinus.

Gambar 8. Transiluminasi sinus maxilaris dan frontalis


- Mulut
Pada mulut diamatai keadaan bibir dan mukosa mulut. Pada kasus
kasus emesis dan gastroenteritis dapat mengakibatkan perubahan
akibat dehidrasi seperti bibir mongering, lidah dan mukosa
menjadi tidak basah.

Gambar 9. Bibir kering


Pada kasus-kasus infeksi pada faring maupun tonsil,akan terlihat
mukosa menjadi hiperemis atau pembesaran tonsils serta adanya
dedritus.

Gambar 10. Pembesaran tonsil disertai pelebaran kripta (kiri) dan


hiperemis pada faring serta palatum molle (kanan)
- Leher
ii. Leher
Pada pemeriksaan leher dapat difokuskan pada pemriksaan kelenjar
tiroid, trachea, tekanan vena jugularis, dan arteri karotis. Selain itu
juga diperiksa apakah teraba masa khususnya dari pembesaran
kelenjar limfe yang terkait.

Gambar 11. Limfadenopati cervical


iii. Thoraks
Beberapa tanda khusus dari suatu penyuakit bisa didapatkan pada
pemeriksaan thoraks.
- Paru
Beberapa penyakit dapat menimbulkan tanda pada pemeriksaan
fisik paru. Beberapa bentuk kelainan seperti barrel chest, pectus
excavatum, pectus carinatum, dan dada kifoskoliosis. Biasanya
pada palpasi, daerah yang tertinggal merupakan daerah yang
terdapat lesi. Pada perabaan vocal fremitus akan didapatkan
mengeras jika terdapat infiltrate atau atelektase tekanan
(kompresi). Sedangkan vocal fremitus melemah dapat
ditemukan pada emfisema, eksudat, schwarte, atelektase masif.
Deviasi trakhe dapat disebabkan oleh beberapa hal. Trakea yang
tertarik dapat ditemukan pada fibrosis paru, schwarte, dan
atelektase masif. Sebaliknya, trakea terdorong dapat
dikarenakan eksudat,pneumothorak, ataupun tumor.
Perkusi menjadi redup menandakan adanya infiltrat,
atelektasemasif atau tekanan, tumor, eksudat, fibrosis, paru,
efusi, schwarte.
Perkusi hipersonor bisa dikarenakan emfisema, pneumothorak.
Pemeriksaan auskultasi dapat ditemukan bronkofoni pada
infiltrate. Suara bronkial pada infiltrate dan atelektase tekanan.
Vesikuler melemah padaemfisema, pneumothorak, atelektasi
masif, efusi, Schwarte dan fibrosis. Amforik terdengar pada
caverne. Ronkhi basah pada infiltrat, rhonchi kering pada
bronchitis.
iv. Abdomen
Beberapa tanda-tanda penyakit dapat dilihat dari pemeriksaan
abdomen. Pada inspeksi dapat didapatkan kelainan seperti perubahan
bentuk perut (mencembung, penonjolan masa, perubahan warna
kulit, maupun munculnya tanda khusus). Pada pencembungan bentuk
abdomen seringkali dipengaruhi oleh penambahan volume yang
mungkin dikarenakan adanya cairan ataupun massa. Pencembungan
karena cairan (ascites) adapat timbul karena gagal jantung (dan atau
ginjal), hipoalbumin (karena kelainan hati), ataupun kurang protein.
Munculnya tanda khusus seperti spider naevy (nevus araneus) pada
perut lebih sering dikarenakan sirosis hepatis, walaupun dapat juga
muncul ditempat lain dengan etiologi lainnya.

Gambar 12. Spider naevy


Pada auskultasi dapat dinilai suara bising usus (normal, meningkat,
atau menurun). Peningkatan suara bising usus sering disebabkan oleh
infeksi intestinal. Penurunan bising usus dapat disebabkan ileus
paralisis, sedangkan metallic sound ditemukan pada ileus obstruktif.
Dengan perkusi dapat dinilai pembesaran hepar, lien, maupun
adanya massa intra abdomen. Pada kasus hepatitis akut bisa
didapatkan terbabanya hepar dengan tepi tajam, konsistensi kenyal,
permukaan halus, dan nyeri tekan. Lain halnya dengan hepatitis
kronis yang akan didapatkan pembesaran hepar dengan tepi yang
tumpul. Pada perabaan hepar dengan konsistensi kenyal dan
permukaan yang bernodul dapat mengindikasikan hepatoma.
Beberapa pembesaran hepar dapat ditemukan pada kasus-kasus
infeksi seperti demam tifoid, malaria, dll. Murphy sign merupakan
tanda spesifik untuk kolelitiasis.
Pada pembesaran lien seringkali disebabkan oleh karena
hiperaktivitas sistem retikuloentolial. Beberapa penyakit yang
mengakibatkan hemolysis akan mengakibatkan pembesaran lien
seperti: thalassemia, malaria, dll.
Pada kasus apendiksitis dapat ditemukan nyeri pada titik mac
burney. Sedangkan nyeri tekan pada region suprapubis lebih sering
dikarenakan cystitis.
v. Genitoanal
Seringkali duh pada saluran kencing merupakan tanda dari infesksi
saluran kencing. Timbulnya ulkus durum, ulkus molle, kondiloma
akuminatum HPV, dan vesikel pada alat kelamin merupakan
pertanda dari infeksi menular seksual. Pada anal maupun perianal
perlu diperiksa untuk melihat kelainan pada region tersebut seperti
hemoroid interna, hemoroid eksterna, abses, atuapun fistula.
vi. Ektremitas
Pemeriksaan ekstremitas dapat dilakukan sesuai dengan kecurigaan
terhadap suatu penyakit. Seperti jari tabuh yang muncul akibat

c. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIUSULKAN


Pemeriksaan penunjang sebaiknya sesuai dengan diagnosis kerja yang
didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Luasnya
kemungkinan penyakit dari keluhan lemah dan lesu membuat seorang
dokter harus jeli untuk menginvestigasi melalui anamnesis, pemerisaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.

4. CONTOH KASUS
a. ANAMNESIS
Serang perempuan berusia 35 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan lemah dan lesu sejak satu bulan ini. Keluhan disertai
dengan cepat lelah, berdebar-debar, dan keluar darah saat BAB.
Pasien juga sering mengeluhkan mata berkunang-kunang dan nyeri
kepala. Selain itu seringkali timbul daging dari anusnya terutama
saat konsistensi BAB keras, namun dapat masuk kembali setelah
BAB. Daging yang muncul dari anus tersebut mulai muncul ketika
kehamilan pertama10 tahun yang lalu dan memberat sejak hamil
anak kedia 2 tahun yang lalu.

b. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik payudara didapatkan keadaan umum
tampak sakit ringan serta pucat, tekanan darah 100/70 mmHg, suhu
36,7oC, frekuensi napas 24x/menit, denyut nadi 100x/menit,
konjunctiva pucat, pemeriksaan thoraks tidak didapatkan kelainan,
dan pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan
anus terlihat adanya kelainan. Pada pemeriksaan colok dubur
ampula tidak kolaps, tidak didapatkan benjolan/nyeri tekan,
permukaan mukosa halus, dan sarung tangan darah (+).

c. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemoglobin : 5 g/dL
Hematokrit : 20%
Leukosit : 10.000 sel/mm3
Hitung trombosit : 150.000 sel/mm3
Laju endap darah (LED) : 14 mm/jam pertama
d. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Kerja: Anemia gravis et causa hemoroid interna grade II
Diagnosis Banding: Anemia defisiensi besi

e. PENATALAKSANAAN
i. Farmakologi
 Asam tranexamat tablet 3 x 500 mg per oral

ii. Nonfarmakologi
 Edukasi
 Rujuk ke internis pro skleroterapi
REFERENSI
Betty S. 2012. Pemeriksaan Abdomen dan Hernia. Universitas Negeri Sebelas
Maret. Solo.

DeGowin RL, Donald D Brown.2000.Diagnostic Examination. McGraw-


Hill.USA.

Goldberg C.2001.Examinationof Abdomen A Practical Guide to Clinical


Medicine. University of Colorado.

Isselbacher, dkk. 1999. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.


Volume 1. EGC.Jakarta.

R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I.
Penerbit bukukedokteran EGC. Jakarta.

Rathe R.2000.Examination of the Abdomen. University of Florida.

Anda mungkin juga menyukai