Askep Kelompok 3-Resiko-Bunuh-Diri
Askep Kelompok 3-Resiko-Bunuh-Diri
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunuh diri berasal dari bahasa latin suicidium, artinya membunuh diri
sendiri yang merupakan sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian
diri sendiri. Bunuh diri seringkali dilakukan akibat putus asa, yang
penyebabnya seringkali dikaitkan dengan gangguan jiwa misalnya depresi,
gangguan bipolar, skizofrenia, ketergantungan alkohol/alkoholisme, atau
penyalahgunaan obat.
Terdapat bermacam-macam metode yang paling sering digunakan untuk
bunuh diri di berbagai negara dan sebagian terkait dengan keberadaan metode
tersebut. Metode yang umum antara lain: gantung diri, racun serangga, dan
senjata api. Sekitar 800.000 hingga satu juta orang meninggal karena bunuh
diri setiap tahun, sehingga bunuh diri menduduki posisi ke-10 sebagai
penyebab kematian terbesar di dunia. Angka bunuh diri tercatat lebih banyak
dilakukan oleh pria ketimbang wanita, dengan kemungkinan tiga sampai empat
kali lebih besar seorang pria melakukan bunuh diri dibandingkan wanita.
Tercatat ada sekitar 10 hingga 20 juta kasus percobaan bunuh diri yang gagal
setiap tahun. Percobaan bunuh diri semacam ini lebih sering dilakukan remaja
dan kaum hawa.
Secara global, WHO menyatakan ada 800.000 orang lebih di wilayah
seluruh dunia yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya, dan ada lebih
banyak orang lainnya yang melakukan percobaan bunuh diri. Ada indikasi,
sebenarnya ada lebih dari 20 orang lain yang mencoba untuk bunuh diri untuk
setiap orang dewasa yang telah meninggal akibat bunuh diri. WHO
menambahkan, sebanyak 75% kasus bunuh diri di dunia terjadi di negara-
negara yang berpendapatan ekonomi rendah dan menengah. Namun di negara
maju seperti Amerika Serikat pun kasus bunuh diri marak dijumpai.
Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat setiap
tahun, dan jumlah usaha bunuh diri diperkirakan akan 10-20 kali lebih tinggi
dari ini.Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa salah satu upaya
bunuh diri terjadi kira-kira setiap tiga detik, dan terdapat satu orang setiap
menit yang meninggal karena bunuh diri.Penyebab bunuh diri merupakan hal
1
yang kompleks.Beberapa orang tampak sangat rentan untuk bunuh diri ketika
menghadapi peristiwa kehidupan yang sulit atau kombinasi stressor. Faktor-
faktor ini termasuk adanya gangguan mental sebelumnya atau penyalahgunaan
zat, riwayat bunuh diri dalam keluarga dekat, kekerasan keluarga jenis apa pun,
dan adanya perpisahan atau perceraian.
Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup
tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005,
sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya.
Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri
per harinya. Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per 100.000
penduduk dan kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah Gunung Kidul,
Yogyakarta mencapai 9 kasus per 100.000 penduduk. Berdasarkan data
perkiraan WHO, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia pada 2012
adalah 10.000. Tren angka tersebut meningkat dibanding jumlah kematian
akibat bunuh diri di Indonesia pada 2010 yang hanya setengahnya, yakni
sebesar 5.000. Berdasarkan rata-rata statistik, dalam sehari setidaknya ada dua
hingga tiga orang yang melakukan bunuh diri di Indonesia. Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat setidaknya ada 812 kasus bunuh diri di seluruh
wilayah Indonesia pada tahun 2015. Angka tersebut adalah yang tercatat di
kepolisian. Angka riil di lapangan bisa jadi lebih tinggi.
Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia remaja
dan dewasa muda (15 – 24 tahun), untuk jenis kelamin, perempuan melakukan
percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak dari laki laki.
Cara yang populer untuk mencoba bunuh diri pada kalangan perempuan adalah
menelan pil, biasanya obat tidur, sedangkan kaum lelaki lebih letal atau
mematikan seperti menggantung diri. Kelompok yang beresiko tinggi untuk
melakukan percobaan bunuh diri adalah mahasiswa, penderita depresi, para
lansia, pecandu alcohol, orang-orang yang berpisah atau becerai dengan
pasangan hidupnya, orang-orang yang hidup sebatang kara, kaum pendatang,
para penghuni daerah kumu dan miskin, kelompok professional tetentu, seperti
dokter, pengacara, dan psikolog.
Risiko untuk terjadinya bunuh diri bagi seorang individu yang dirawat di
rumah sakit pada episode gangguan depresif mayor berat diperkirakan 15%.
2
Pada penelitian yang dilakukan Beck, dan kawan - kawan terhadap 207 pasien
rawat inap yang memiliki gagasan bunuh diri 7 % selama periode 5 - 10 tahun,
terdapat 14 pasien yang melakukan bunuh diri. Beck mengamati secara klinis
bahwa ketika pasien depresi yakin tidak ada solusi untuk masalah kehidupan
yang serius, mereka memandang bunuh diri sebagai jalan keluar dari situasi
yang tak tertahankan.Menurut formulasi Beck's, putus asa merupakan
karakteristik inti dari depresi dan berfungsi sebagai penghubung antara depresi
dan bunuh diri.
B. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian bunuh diri
2. Dapat mengetahui tingkah laku bunuh diri
3. Mengetahui faktor penyebab bunuh diri
4. Dapat mengetahui tingkatan dan jenis-jenis bunuh diri
5. Mengetahui tanda dan gejala resiko bunuh diri
6. Mengetahui penatalaksanaan resiko bunuh diri
7. Dapat mengetahui asuhan keperawatan secara umum pada pasien dengan
resiko bunuh diri
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah dapat memberikan
informasi dan pemahaman tentang bunuh diri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan
terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain,
2008).
Menurut Budi Anna Keliat, bunuh diri adalah tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului
oleh respons maladaptive. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
4
----------------------------------------------------------------------------------------------
Harapan: Putus Asa :
*Yakin *Tidak berdaya
*Percaya *Putus asa
*Inspirasi *Apatis
*Tetap Hati *Gagal dan Kehilangan
*Ragu-ragu
*Sedih
*Depesi
*Bunuh diri
5
Penyebab bunuh diri pada anak:
Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
Situasi keluarga yg kacau
Perasaan tdk disayang atau selalu dikritik
Gagal sekolah
Takut atau dihina disekolah
Kehilangan org yg dcintai
Dihukum org lain
(Hafen & Frandsen 1985, dikutip oleh Cook & Fontaine, 1987,
hlm.518)
Penyebab bunuh diri pada remaja:
Hubungan interpersonal yg tdk bermakna
Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
Perasaan tdk dimengerti org lain
Kehilangan org yg dicintai
Keadaan fisik
Masalah dgn org tua
Masalah seksual
Depresi
(Hafen & Frandsen 1985, dikutip oleh Cook & Fontaine, 1987,
hlm.518)
Penyebab bunuh diri pada mahasiswa:
Self ideal terlalu tinggi
Cemas akan tugas akademik yg banyak
Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih
sayang orang tua
Kompetisi untuk sukses
(Hendlin 1982, dikutip oleh Cool & Fontaine,1987,hlm.518)
Penyebab bunuh diri pada lansia:
Perubahan status dari mandiri ketergantung
Penyakit yg menurunkan kemampuan fungsi
Perasaan tdk berarti dimasyarakat
Kesepian & isolasi sosial
Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)
Sumber hidup berkurang
(Hendlin 1982, dikutip oleh Cool & Fontaine,1987,hlm.518)
4. Etiologi bunuh diri
Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah
sebagai berikut :
Genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat
6
menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh
diri
Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik
(orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik
(Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic
( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
dan beradaptasi dengan stressor).
Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
5. Faktor Resiko Bunuh Diri
Kegagalan untuk adaptasi, tidak dapat menghadapi stress
Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal / gagal melakukan hubungan yang berarti
Perasaan marah / bermusuhan. (dapat merupakan hukuman diri
sendiri)
Cara untuk mengakhiri keputusan
Tangisan minta tolong
Tabel faktor risiko tingkah laku bunuh diri
(Stuart dan Sundeen, 1987, hal 488)
Faktor Risiko tinggi Risiko tinggi
Umur 45 tahun dan remaja 25-45 tahun dan <12
tahun
Jenis Laki-laki Perempuan
Status kawin Cerai, pisah, janda/duda Kawin
Jabatan Profesional Pekerjaan kasar
Pengangguran Pekerja Pekerjaan
Penyakit fisik Kronik, terminal Tidak ada yang serius
Gangguan metal Depresi, halusinasi Gangguan kepribadian
Pemakaian obat dan Ketergantungan Tidak
akohol
7
a. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk prilaku destruktif.
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri.
7. Jenis-Jenis Bunuh Diri
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan
oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu
itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga
dapat menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk
melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.
8
norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan.
Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena
tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.
8. Sumber dan Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) terdapat sumber dan mekanisme
koping pada perilaku bunuh diri yaitu:
a. Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronik, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali orang ini
secara sadar memilih untuk bunuh diri. Kulaitas hidup menjadi isu yang
mengesampingkan kuantitas hidup. Dilema etik mungkin timbul bagi
perawat yang menyadari pilihan pasien untuk berperilaku merusak diri.
Tidak ada jawaban yang mudah mengenai bagaimana mengatasi konflik ini.
Perawat harus melakukannya sesuai dengan sistem keyakinannya sendiri.
b. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku
destruktif-diri tak langsung adalah : denial, mekanisme koping yang paling
menonjol, rasionalisme, intelektualisasi dan regresi
Mekanisme pertahanan diri tidak seharusnya ditantang tanpa
memberikan cara koping alternatif. Mekanisme pertahanan ini mungkin
berada diantara individu dan bunuh diri. Perilaku bunuh diri menunjukkan
mendesaknya kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping
dan mekanisme adaptif.
9. Patopsikologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang
siapmembunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan
tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk
melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:
a. Ancaman bunuh diri
9
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi
seseorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan
seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
b. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh
individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau
terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak
langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu
individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang
menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).
Peningkatan verbal/ non verbal
10
lansia. Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/
kehilangan, hidup sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan
baru dialami, faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan,
kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/
gangguan kepribadian antisosial.
12. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen
suicide sangat tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk
11
bunuh diri, namun resiko paling besar dari klien dengan tentamen suicide
adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan bunuh diri, serta jika
gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk mengulangi perbuatan
tentamen suicide.
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat
kimia atau intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare,
pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru
.inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya
meninggal.
Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan
menyebabkan syok yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan
terutama jaringan otak.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik
yang jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada
penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi
kegagalan multiple organ.
13. Pemeriksaan Diagnostik
Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan
terapi resisitasi dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan
tentamen suicide.Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan
menunjukan seberapa berat syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan
CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya perubahan jantung
dan perdarahan cerebral.
14. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar
pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah.
Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan,
kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis.
Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan
erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri.
Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat
12
dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnya gangguan
badaniah dengan gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya
untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi
dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan
psikoterapi.
a. Penatalaksanaan Medis
Pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah
orang mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak
ditemukan atau melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus
bunuh diri membutuhkan obat penenang saat mereka bertindak kekerasan
pada diri mereka atau orang lain, dan pasien juga lebih membutuhkan terapi
kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
b) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
c) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
d) Klien dapat meningkatkan harga diri
e) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan keperawatan
a) Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien
Perkenalkan diri dengan klien
Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
Bersifat hangat dan bersahabat.
Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b) Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan
(pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat
oleh perawat.
13
Awasi klien secara ketat setiap saat.
c) Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya
Dengarkan keluhan yang dirasakan.
Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan
,ketakutan dan keputusasaan.
Beridorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
Beriwaktu dan kesempatan untuk menceritakan arti
penderitaan, kematian, dan lain lain.
d) Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya
Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk
diselesaikan).
14
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah rasa ingin bunuh diri
Tindakan keperawatan
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang ingin
bunuh diri adalah :
a) Membina hubungan saling percaya
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
Bicara dengansikaptenang, rileks dan tidakmenantang.
b) Membantu pasien untuk mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
Utamakan pemberian pujian yang realitas
c) Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang dapat
digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
d) Melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
e) Memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien:
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan
alamat klien.
B. Keluhan Utama:
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah,
dan perkembangan yang dicapai.
C. Faktor Predisposis
Beberapa faktor prediposisi perilaku bunuh diri meliputi :
Diagnosa Medis Gangguan Jiwa: Diagnosa medis gangguan jiwa yang
beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan
schizophrenia. Lebih dari 90% orang dewasa mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri mengalami gangguan jiwa.
Sifat Kepribadian: Sifat kepribadian yang meningkatkan resiko bunuh diri
yaitu suka bermusuhan, impulsif, kepribadian anti sosial dan depresif.
Lingkungan Psikososial: Individu yang mengalami kehilangan dengan
proses berduka yang berkepanjangan akibat perpisahan dan bercerai,
kehilangan barang dan kehilangan dukungan sosial merupakan faktor penting
yang mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Riwayat Keluarga: Keluarga yang pernah melakukan bunuh diri dan konflik
yang terjadi dalam keluarga merupakan faktor penting untuk melakukan
bunuh diri. Menurunnya neurotransmitter serotonin, opiate dan dopamine
dapt menimbulkan perilaku destruktif-diri.
16
D. Faktor Predispitasi
Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
E. Aspek Fisik/Biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
F. Konsep Diri
Gambaran Diri: Klien biasanya merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari
dirinya.
Identitas: Tanyakan pada klien apakah dia sudah, menikah atau belom,
kalau sudah menikah apakah sudah memiliki anakn
Peran Diri: Tanyakan pada klien apakah klien seorang kepala keluarga,
ibu/ ibu rumah tangga atau sebagai anak dari berapa bersaudara
Ideal Diri: Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh
klien akan melakukan apa untuk hidupnya selanjutnya, apakah lebih
bersemangat atau membuat lembaran baru.
Harga Diri: Tanyakan apakah Klien Agresif, bermusuhan, implisif,
depresi dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
G. Hubungan Sosial
Tanyakan Menurut klien orang yang paling dekat dengannya siapa ,ataukah
teman sekamar yg satu agama. Apakah Klien adalah orang yang kurang perduli
dengan lingkungannya atau sangat peduli dengan lingkugannya, apakah klien
sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah ,apakah klien merupakan
orang yg jarang berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain,
ataukah sangat sensitive.
H. Spiritual
Nilai dan keyakinan: Tanyakan apakah pasien percayaakan adanya Tuhan
atau dia sering mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
Kegiatan ibadah: Tanyakan apakah Klien sering,selalu atau jarang
beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
I. Status Mental
Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh,
rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau, Perubahan kehilangan
fungsi, tak berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan.
Pembicaraan:
17
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan
pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata
dengan lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi blocking.
Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan
aktivitas
Interaksi selama wawancara:
Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan bicara saat
berkomunikasi.
Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.
J. Kebutuhan Persiapan Pulang
Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan
kembali.
Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum
K. Stressor Pencetus
Bunuh diri dapat terjadi karena stres yang berlebihan yang dialami individu.
Faktor pencetus seringkali berupa peristiwa kehidupan yang memalukan seperti
masalah hubungan interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan
pekerjaan, ancaman penahanan dan dapat juga pengaruh media yang
menampilkan peristiwa bunuh diri.
L. Penilaian Stressor
Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap tindakan. Oleh
karena itu, perawat harus mengkaji faktor resiko bunuh diri pada pasien
M. Sumber Koping
Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam mengatasi
masalah individu dalam memecahkan masalah seringkali membutuhkan bantuan
orang lain.
N. Mekanisme Koping
18
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri tak
langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi. Seseorang yang
melakukan tindakan bunuh diri adalah indiviidu telah gagal menggunakan
mekanisme pertahanan diri sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar
menyelesaikan masalah hidupnya.
O. Rentang Respon
Skor Intensitas
0 Tidak ada ide bunuh diri yang lalu atau sekarang
1 Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
mengancam bunuh diri
2
Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh
3 diri
19
1 Cemas Rendah Sedang Tinggi atau panic
2 Depresi Ringan Sedang Berat
3 Isolasi- Perasaan Perasaan tidak Tidak berdaya,putus
Menarik diri depresi yang berdaya, putus asa, asa, menarik diri,
samar, tidak menarik diri protes pada diri sendiri
menarik diri
4 Fungsi Umumnya Baik pada Tidak baik pda semua
sehari-hari baik pada beberapa aktivitas aktivitas
semua
aktivitas
5 Sumber Beberapa Sedikit Kurang
6 Strategi Umumnya Sebagian Sebagian besar
koping konstruktif konstruktif destruktif
7 Orang dekat Beberapa Sedikit atau hanya Tidak ada
satu
8 Pelayanan Tidak, sikap Ya, umumnya Bersikap negative
psikiatri positif memuaskan terhadap pertolongan
yang lalu
9 Pola Hidup Stabil Sedang Tidak stabil
10 Pemakai Tidak sering Sering Terus menerus
alcohol/obat
11 Percobaan Tidak atau Dari tidak sampai Dari tidak sampai
bunuh diri yang tidak dengan cara yang berbagai cara yag fatal
sebelumnya fatal agak fatal
12 Disorientasi Tidak ada Sedikit Jelas atau ada
dan
disorganisasi
13 Bermusuhan Tidak atau Beberapa Jelas atau ada
sedikit
14 Rencana Samar, Sering dipikirkan,
Bunuh diri kadang- kadang-kadang ad
kadang ada aide untuk
pikiran, tidak merencanakan
ada rencana
20
3,2 Pohon Masalah
Isolasi sosial
Subjektif Objektif
memiliki riwayat penyakit mental mengalami depresi, cemas, dan
perasaan putus asa
menyatakan pikiran, harapan, dan respon kurang dan gelisah
perencanaan bunuh diri
menyatakan bahwa sering mengalami menunjukkan sikap agresif
kehilangan secara bertubi-tubi dan
bersamaan
menderita penyakit yang prognosisnya tidak koperatif dalam menjalani
kurang baik pengobatan
menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal berbicara lamban, keletihan,
dan tidak berharga menarik diri dari lingkungan
sosial
menyatakan perasaan tertekan penurunan berat badan
21
3.5 Intervensi Keperawatan
22
o Awasi klien secara ketat setiap
saat.
mengekspresikan dirasakan.
o Bersikap empati untuk
perasaanya
meningkatkan ungkapan
keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
o Beri dorongan untuk
mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapannya.
o Beri waktu dan kesempatan
untuk menceritakan arti
penderitaan, kematian, dan
lain-lain.
o Beri dukungan pada tindakan
atau ucapan klien yang
menunjukkan keinginan untuk
4. Klien dapat
23
meningkatkan harga hidup.
diri
o Bantu untuk memahami bahwa
klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
o Kaji dan kerahkan
sumber-sumber internal
individu.
o Bantu mengidentifikasi
sumber-sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama,
yang adaptif
24
(misal : berjalan-jalan, membaca
buku favorit, menulis surat dll.).
o Bantu untuk mengenali hal-hal
yang ia cintai dan yang ia sayang,
dan
o pentingnya terhadap kehidupan
orang lain, mengesampingkan
tentang kegagalan dalam
6. Klien dapat kesehatan.
menggunakan o Beri dorongan untuk berbagi
25
menggunakan obat pelayanan kesehatan, kelompok
dengan benar dan tepat pendukung, agama yang dianut).
o Kaji sistem pendukung keyakinan
(nilai, pengalaman masa lalu,
aktivitas keagamaan, kepercayaan
agama).
o Lakukan rujukan sesuai indikasi
Keluarga:
1. Keluarga berperan (misal : konseling pemuka
serta melindungi agama).
anggota keluarga o Diskusikan tentang obat (nama,
26
pasien dengan ikut mengawasi pasien serta
resiko bunuh diri jangan pernah meninggalkan
pasien sendirian
o Menganjurkan keluarga untuk
membantu perawat menjauhi
barang-barang berbahaya disekita
pasien
o Mendiskusikan dengan keluarga
untuk tidak sering melamun
sendiri
o Menjelaskan kepada keluarga
pentingnya passion minum obat
secara teratur.
27
b. Mendiskusikan tentang tanda
dan gejala yang umumnya
muncul pada pasien beresiko
bunuh diri
Mengajarkan keluarga tentang
cara melindungi pasien dari
perilaku bunuh diri.
a. Mengajarkan keluarga tentang
cara yang dapat dilakukan
keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan
gejala bunuh diri.
b. Menjelaskan tentang cara-cara
melindungi pasien, antara lain:
28
pasien sendirian dirumah
Menjauhkan barang-barang
yang bias digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan pasien
dari barang-barang yang bias
digunakan untuk bunuh diri,
seperti tali, bahan bakar
minyak/bensin, api, pisau
atau benda tajam lainnya, zat
yang berbahaya seperti racun
nyamuk atau racun serangga.
Selalu mengadakan
pengawasan dan
meningkatkan pengawasan
apa bila ada tanda dan gejala
bunuh diri meningkat. Jangan
pernah melonggarkan
pengawasan, walaupun
pasien tidak menunjukkan
tanda dan gejala untuk bunuh
29
diri.
c. Menganjurkan keluarga untuk
malaksanakan cara tersebut
diatas.
Mengajarkan keluarga
tentang hal-hal yang dapat
dilakukan apa bila pasien
melakukan percobaan
bunuh diri, antara lain:
a. Mencari bantuan pada
tetangga sekitar atau
pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya
bunuh diri tersebut
b. Segera membawa pasien
kerumah sakit atau
puskesmas untuk
mendapatkan bantuan
medis.
Mencari keluarga mencari rujukan
30
fasilitas kesehatan yang tersedia
bagi pasien
a. Memberikan informasi
tentang nomor telpon darurat
tenaga kesehatan
b. Menganjurkan keluarga
untuk mengantarkan pasien
berobat/control secara teratur
untuk mengatasi masalah
bunuh dirinya
c. Menganjurkan keluarga
uuntuk membantu pasien
minum obat sesuai prinsip
lima benar pemberian obat.
31
3.6. Implementasi dan Evaluasi
32
NO TGL/JAM DIAGNOSA TINDAKAN EVALUASI
KEP
1. 10/4/2010 Resiko BunuhSp I Pasien S :Klien mengatakan sudah
PK.10.00 Diri 1. Membina hubungan saling percaya dengan belajar berkenalan namun mas
WIB klien untuk dilakukan
2. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat
O: Klien aktif dan memperhatik
membahayakan pasien
latihan berkenalan dengan peraw
3. Mengamankan benda-benda yang dapat
A: Klien sudah tahu cara berkena
membahayakan pasien.
4. Melakukan kontrak treatment menyebutkan nama,asal,hobi
5. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan
P: Lanjutkan berkenalan dengan
bunuh diri
Sp II Pasien
1. Mengidentisifikasi aspek positif pasien
2. Mendorong pasien untuk berfikir positif
terhadap diri sendiri
3. Mendorong pasien untuk menghargai diri
sebagai individu yang berharga
Sp III Pasien
1. Mengidentisifikasi pola koping yang biasa
diterapkan pasien
2. Menilai pola koping yng biasa dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
4. Mendorong pasien memilih pola koping yang
konstruktif
5. Menganjurkan pasien menerapkan pola
koping konstruktif dalam kegiatan harian
Sp IV Pasien
1 Membuat rencana masa depan yang realistis
bersama pasien
2 Mengidentifikasi cara mencapai rencana
masa depan yang realistis
3 Memberi dorongan pasien melakukan
kehiatan dalam rangka meraih masa depan
yang realistis
33
SP I Keluarga
1. Mediskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat klien
BAB III
PENUTUP
4.1 Simpulan
Bunuh diri bukanlah penyakit mental, namun biasanya adalah potensi
hasil dari penyakit mental yang serius, yang dapat meliputi depresi, kelainan
bipolar, stress, kegelisahan, atau gangguan post-trauma. Bunuh diri merupakan
tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.
Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Bunuh diri merupakan
kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan
menggunakan koping yang maladaptif. Faktor yang memicu seseorang ingin
bunuh diri biasanya berhubungan pula dengan kondisi kesehatan mental seperti:
Gangguan bipolar. Orang yang memiliki gangguan bipolar akan mengalami
perubahan mood yang sangat drastis. Yang tadinya merasa sangat gembira dan
bersemangat, mendadak bisa berubah menjadi sedih, tidak bersemangat, dan
bahkan depresi. Depresi berat. Ciri-ciri orang yang mengalami depresi berat
adalah merasa putus asa, suasana hati yang buruk, merasa lelah, atau kehilangan
minat dan motivasi. Pada akhirnya memicu mereka untuk lebih mungkin mencoba
untuk bunuh diri. Anoreksia nervosa. Menjauhi makanan sebisa mungkin dan
selalu berbohong bahwa mereka tidak lapar atau sudah makan. Itulah tanda-tanda
pengidap anoreksia. Kalangan ini merasa dirinya gemuk sehingga membuat
mereka terus-menerus menurunkan berat badan. Gangguan kepribadian. Tanda
utama seseorang memiliki gangguan kepribadian adalah sering menyakiti diri
sendiri.
4.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat
mengerti dan dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan asuhan
keperawatannya. Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk menjalankan tugas
sebagai perawat kejiwaan kedepannya.
34
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, EGC, Jakarta
Stuart, Gail Wiscarz dan Sandra J. Sundeen.2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT
Refrika Aditama
35
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
AGUS SUHERMAN
1216018
INA SUMINAR
1216002
SLAMET WIBUT
1216010
SUCI AFRIANI
1216025
36