Anda di halaman 1dari 4

2.1.

2 Otot Instrinsik Bola Mata


1. M.ciliaris :3
- Fungsi : mengatur kecembungan lensa.
- Inervasi : Serabut parasimpatis N.III melalui ganglion ciliare.

2. Otot-otot iris:3
- M.sphincter pupillae :
 Mengecilkan ukuran pupil
 Inervasi oleh sistem parasimpatis melalui nn.ciliares breves.
- M.dilator pupilae:3
 Melebarkan pupil
 Inervasi oleh sistem simpatis

Gambar 1. Otot bola mata luar (diunduh dari : http://4sinaps.blogspot.co.id/2013/01/anatomi-dan-


fisiologi-mata.html, tanggal 18 Oktober 2019)
BAB III

STRABISMUS

3.1 Definisi

Strasbismus adalah suatu ketidak seimbangan (imbalance) dalam kedudukan bola mata
atau suatu keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak ke satu arah. Satu mata bisa
terfokus pada satu objek sedangkan mata yang lain dapat bergulir ke dalam, ke luar, ke atas,
atau ke bawah. Keadaan ini bisa menetap (selalu tampak) atau dapat pula hilang timbul yang
muncul dalam keadaan tertentu saja seperti saat sakit atau stres.4

Pada kondisi penglihatan binokular normal, bayangan suatu benda jatuh secara
bersamaan di fovea masing-masing mata (fiksasi bifovea) dan meridian vertikal kedua retina
tegak lurus. Salah satu mata dapat tidak sejajar dengan mata yang lain, sehingga pada satu
waktu hanya satu mata yang melihat benda bersangkutan. Setiap penyimpangan dari
penjajaran okular yang sempurna itu di sebut strabismus.

 Fusi: pembentukan satu bayangan dari dua bayangan yang terlihat secara simultan oleh
kedua mata. Fusi memiliki dua aspek:
 Fusi motorik: penyesuaian dibuat oleh otak pada persarafan otot-otot ekstraokular
untuk membawa kedua mata ke dalam penjajaran bifovea dan torsional.
 Fusi sensorik: integrasi bayangan yang dilihat oleh kedua mata di daerah
penglihatan sensorik di otak menjadi satu gambaran.4
3.2 Klasifikasi
 Heteroforia (foria) ( Strabismus Laten ):4,5
 Esoforia: kecenderungan salah satu mata berputar ke arah dalam.
 Eksoforia: kecenderungan salah satu mata berputar ke arah luar.
 Hiperforia: kecenderungan salah satu mata menyimpang ke arah atas.
 Hipoforia: kecenderungan salah satu mata menyimpang ke arah bawah.1
 Heterotropia (tropia) ( Strabismus Manifes ):4,5
 Strabismus: penyimpangan mata yang bermanifestasi dan tidak dapat dikontrol oleh
penglihatan binokular.
 Esotropia: deviasi konvergen yang bemanifestasi ("crossed-eyes").
 Eksotropia: deviasi divergen yang bermanifestasi ("wall-eyes").
 Hipertropia: deviasi salah satu mata ke atas yang bermanifestasi.
 Hipotropia: deviasi salah satu mata ke bawah yang bermanifestasi.
Berdasarkan perjanjian, tanpa adanya penyebab spesifik mengapa posisi salah satu
mata lebih rendah, deviasi vertikal ditentukan oleh mata yang lebih tinggi (misalnya
hipertropia kanan, bukan hipotropia kiri, apabila mata kanan lebih tinggi).
3.3 Etiologi
Strabismus dapat disebabkan oleh masalah dengan otot mata, saraf yang mengirimkan
informasi ke otot-otot, atau pusat kendali di otak yang mengarahkan gerakan mata. Hal ini
juga dapat berkembang karena kondisi kesehatan umum lainnya atau cedera mata.6
Faktor risiko untuk terjadinya strabismus meliputi:6
1. Kelumpuhan pada 1 atau beberapa otot penggerak mata (strabismus paralitik).
Kelumpuhan pada otot mata bisa disebabkan oleh kerusakan saraf.
2. Tarikan yang tidak sama pada 1 atau beberapa otot yang menggerakan mata (strabismus
non-paralitik). Strabismus non-paralitik biasanya disebabkan oleh suatu kelainan di otak.

3.4 Patofisiologi

Bila terdapat satu / lebih otot mata yang tidak dapat mengimbangi gerak otot-otot lainnya
maka akan terjadi gangguan keseimbangan gerak kedua mata, sumbu penglihatan akan
menyilang, mata menjadi strabismus & penglihatan menjadi ganda (diplopia)4

3.4.1. Gangguan gerakan mata :


a) Tonus yang berlebihan.
b) Paretik / paralytik.
c) Hambatan mekanik.
Contoh : parese / paralyse rectus lateralis mata kanan, maka akan terjadi esotropi
mata kanan. 4
3.4.2 Gangguan Faal Otot Penggerak Bola Mata4,7,8

Kedua bola mata digerakkan oleh otot-otot mata luar sedemikian rupa
sehingga bayangan benda yang menjadi perhatian akan selalu jatuh tepat di kedua
fovea sentralis. Otot penggerak kedua bola mata, yang berjumlah dua belas akan
selalu bergerak secara teratur; gerakan otot yang satu akan mendapatkan
keseimbangan gerak dari otot-otot lainnya. Keseimbangan yang ideal seluruh otot
penggerak bola mata ini menyebabkan kita dapat selalu melihat secara binokular.

Apabila terdapat satu atau lebih otot penggerak bola mata yang tidak dapat
mengimbangi gerak otot-otot lainnya, maka terjadilah gangguan keseimbangan
gerak antara kedua mata, sehingga sumbu penglihatan menyilang pada tempat diluar
letak benda yang menjadi perhatiannya dan disebut “juling‟ (crossed Eyes).
Gangguan keseimbangan gerak bola mata (muscle imbalance) bisa disebabkan oleh
hal-hal berikut:

 Pertama apabila aktivitas dan tonus satu atau lebih otot penggerak menjadi
berlebihan; dalam hal ini otot bersangkutan akan menarik bola mata dari
kedudukan normal. Apabila otot yang hiperaktif adalah otot yang berfungsi untuk
kovergensi terjadilah juling yang konvergen (esotropia).
 Kedua, adalah kebalikan dari pertama, apabila satu atau lebih dari otot penggerak
bolamata aktivitas atau tonusnya menjadi melemah atau paretik. Bila hal ini terjadi
pada otot yang dipakai untuk konvergensi, maka terjadilah juling divergen
(ekstropia).

Anda mungkin juga menyukai