Anda di halaman 1dari 4

Segitiga-segitiga di area leher

Drainase aliran
limfe

Kelompok kelenjar limfe leher


Segitiga posterior dibatasi oleh otot trapezius, klavikula, serta sternokleidomastoid. Segitiga
anterior dibatasi oleh m. sternohioid, digastrikus, dan sternokleidomastoid.
Segitiga-segitiga tersebut kemudian terbagi lagi menjadi segitiga-segitiga yang lebih kecil.
dalam segitiga posterior terdapat segitiga supraklavikular dan segitiga oksipital. Segitiga
anterior terbagi atas submandibula, karotid, dan segitiga muscular
KLASIFIKASI
I. Kelenjar di segitiga submental dan submandibula
II. Kelenjar-kelenjar yang terletak di 1/3 atas, termasuk kelenjar limfe jugular superior,
kelenjar digastrik dan kelenjar limfe servikal postero superior.
III. Kelenjar limfe jugularis antara bifurkasio karotis dan persilangan m.omohioid dengan m.
sternokleidomastoid dan batas posterior m.sternokleidomastoid.
IV. Kelompok kelenjar daerah jugularis inferior dan supraklavikula
V. Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal.

Klasifikasi tersebut merupakan modifikasi dari Memorial Sloan Kettering Cancer Center
yang mengacu pada lokasi topografi tertentu daerah leher sesuai pola konsisten kelenjar limfe
yang ada. Pembagian ini mengakibatkan acuan kelenjar limfe adalah sesuai levelnya dan
bukan kelenjar limfe tertentu. Contohnya kelompok kelenjar limfe juguler inferior terletak di
area IV sementara kelenjar jugulodigastrik berada di level II. Menurut klasifikasi ini, daerah
leher dibagi atas 6 level yaitu level I hingga VI dan tiap-tiapnya menaungi kelompok kelenjar
limfe spesifik. Level I akan dibagi menjadi level I A dan IB, level II menjadi IIA dan II B,
dan level V menjadi level VA dan VB,lebih jelasnya sebagai sebagai berikut:

- Level IA merupakan tempat kelenjar limfe submental dan submandibula.


- Level II A dan II B berlokasi di anteromedial saraf spinal assessorius sementara level II B
berlokasi di bagian posteromedialnya.
- Level III dan level IV terletak sepanjang rantai jugular tengah dan bawah
- Level V membatasi kelompok kelenjar di segitiga posterior. Level V A dan V B dipisah
oleh garis horizontal yang terletak di inferior kartilago krikoid.
- Level VI merupakan kompartemen sentral yangberisi kelenjar paratrakea, retrosternal,
prekrikoid, dan pretiroid.

TES GARPU TALA


Tes garpu tala adalah suatu tes untuk mengevaluasi fungsi pendengaran individu secara
kualitatif dengan menggunakan alat berupa seperangkat garpu tala frekuensi rendah sampai
tinggi 128 HZ-2048 Hz.
Satu perangkat garpu tala memberikan skala pendengaran dari frekuensi rendah hingga tinggi
akan memudahkan survei kepekaan pendengaran. Cara menggunakan garpu tala yaitu garpu
tala di pegang pada tangkainya, dan salah satu tangan garpu tala dipukul pada permukaan
yang berpegas seperti punggung tangan atau siku.
Ada berbagai macam tes garpu tala , diantaranya:
1. Tes Rinne
3. Tes Weber
4. Tes Schwabach

TES RINNE
Tujuan : membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada telinga yang diperiksa.
Cara Pemeriksaan :
Bunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, letakkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid
penderita (posterior dari MAE) sampai penderita tak mendengar, kemudian cepat pindahkan
ke depan MAE penderita. Apabila penderita masih mendengar garpu tala di depan MAE
disebut Rinne positif. Bila tidak mendengar disebut Rinne negatif.
Interpretasi :
- Normal : Rinne positif
- Tuli konduksi : Rinne negatif
- Tuli sensori neural : Rinne positif

TES WEBER
Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita
Cara Pemeriksaan :
Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus di garis
median, biasanya di dahi (dapat pula pada vertex, dagu atau pada gigi insisivus) dengan
kedua kaki pada garis horisontal. Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang
tidak mendengar atau mendengar lebih keras . Bila mendengar pada satu telinga disebut
laterisasi ke sisi telinga tersebut. Bila kedua telinga tak mendengar atau sama-sama
mendengar berarti tak ada laterisasi.
Interpretasi :
- Normal : Tidak ada lateralisasi
- Tuli konduksi : Mendengar lebih keras di telinga yang sakit
- Tuli sensorineural : Mendengar lebih keras pada telinga yang sehat

TES SCHWABACH
Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dengan pemeriksa yang
pendengarannya normal
Cara pemeriksaan :
garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus pada
planum mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya garpu tala
dipindahkan ke mastoid penderita. Bila penderita masih mendengar maka schwabach
memanjang, tetapi bila penderita tidak mendengar, terdapat 2 kemungkinan yaitu Schwabah
memendek atau normal.
Untuk membedakan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu tes pada penderita dulu
baru ke pemeriksa.
Garpu tala 512 dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita, bila
penderita sudah tidak mendengar maka secepatnya garpu tala dipindahkan pada mastoid
pemeriksa, bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama normal, bila pemeriksa masih
masih mendengar berarti schwabach penderita memendek.
Interpretasi :
- Normal : Schwabach sama dengan pemeriksa
- Tuli konduksi : Schwabach memanjang
- Tuli sensorineural : Schwabach memendek
T0: tidak ada pembesaran pada tonsil atau tonsil hilang karena sudah pernah di
operasi
T1: tonsil sedikit keluar dimana ukuran tonsil <25% dari diameter orofaring yang di
ukur dari plika anterior kiri dan kanan.
T2: ukuran tonsil >25% s/d <50% dari diameter orofaring yang di ukur dari plika
anterior kiri dan kanan.
T3: ukuran tonsil >50% s/d <75% dari diameter orofaring yang di ukur dari plika
anterior kiri dan kanan.
T4: ukuran tonsil >75% dari diameter orofaring yang di ukur

Anda mungkin juga menyukai