Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan industri seperti industri makanan, minuman, gas alam, tekstil,
dan farmasi di Indonesia semakin pesat, hal ini memberikan dampak positif sebagai
penggerak pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun,
kemajuan industri menimbulkan permasalahan yaitu meningkatnya resiko pencemaran
lingkungan akibat limbah industri yang dihasilkan seperti penurunan kualitas air, bau
tidak sedap pada industri obat dan makanan, gas berbahaya, serta kontaminasi zat
warna dalam limbah cair. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dapat menggunakan
beberapa metode, salah satunya adalah metode adsorpsi (Worch, 2012). Adsorpsi
dilakukan dengan menggunakan adsorben.
Adsroben adalah zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu
fase fluida. Karbon aktif adalah adsorben yang paling potensial untuk digunakan.
Karbon aktif merupakan suatu padatan berpori dengan kandungan karbon 85-95%,
yang dibuat dengan bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada
suhu tinggi (Mifbakhuddin et al., 2016). Karbon aktif memiliki kelebihan yaitu luas
permukaan dan volume pori yang besar, memiliki kapasitas adsorpsi yang tinggi,
sederhana, murah, serta mudah diaplikasikan (Mahmoodi et al., 2018). Luas
permukaan dan pori karbon aktif berkisar antara 300-3500 m2/gram (Arauzo et al.,
2018). Selain itu, karbon aktif yang berbahan dasar limbah biomassa memiliki harga
yang murah dan ramah lingkungan (Haura et al., 2017), mudah didapat
(Hastutiningrum et al., 2016), serta dapat diperbarui (Gunawan et al., 2016).
Karbon aktif juga dapat digunakan untuk aplikasi lainnya diluar penghilangan
polutan, misalnya untuk penyimpanan gas hidrogen dan metana (Arami dkk, 2012),
pemurnian cairan dan gas (Azis dkk, 2016), pemisahan campuran (Liang et al., 2017),
dan sebagai pengemban katalis logam karena mempunyai luas permukaan yang besar
dengan aktivitas katalitik intrinsiknya yang rendah (Tsoncheva et al., 2017).
Seiring dengan perkembangan industri, kebutuhan karbon aktif di Indonesia
semakin meningkat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik impor karbon aktif
Indonesia pada tahun 2015-2016 berturut-turut sebanyak 8673,537 ton per tahun dan
9175,792 ton per tahun (Badan Pusat Statistik, 2016). Data tersebut meunjukkan bahwa
Indonesia masih membutuhkan karbon aktif karena impornya yang masih tinggi pada
3 tahun terakhir.
Karbon aktif dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbon atau bahan yang
mengandung lignoseluosa dengan presentase kandungan inorganik yang rendah
(Arena, 2016). Beberapa biomassa yang umum dibuat sebagai karbon aktif antara lain
kulit jeruk keprok untuk adsorpsi Remazol Brilliant Blue (Erprihana et al., 2014),
cangkang buah karet (Arifin et al., 2018), kulit pisang kapok (Viena et al., 2018),
tongkol jagung untuk adsorpsi nitrit dan nitrat (Amin et al., 2016), ampas teh,
tempurung kelapa (Jamilatun et al., 2014), kulit salak sebagai adsorben logam Cr (VI)
(Kristianto et al., 2016), sekam padi sebagai adsorben methylene blue ( Dwidiani et al.,
2018), serta tandan kosong kelapa sawit (Mustika et al., 2016),
Diperlukan bahan baku yang memiliki ketersediaan melimpah dan mudah
didapat, antara lain tongkol jagung, sekam padi, dan tandan kosong kelapa sawit
(TKKS). Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan biomassa yang berpotensi
untuk dijadikan sebagai prekusor karbon aktif. Hal ini karena tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) memiliki kandungan lignoselulosa yang tinggi (Shinoj et al., 2011).
Selain itu, menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik pada 2012, produksi
kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 22.508.011 ton. Laju produksi
kelapa sawit yang tinggi ini mengakibatkan pabrik kelapa sawit memiliki banyak
limbah, baik dalam bentuk cair maupun padat. Pada tahun 2011, jumlah limbah tandan
kosong kelapa sawit (TKKS) mencapai 5.176.842 ton (Indriyati, 2012). Tingginya
kandungan lignoselulosa dan ketersediannya yang melimpah ini menjadikan tandan
kosong kelapa sawit (TKKS) berpotensi dijadikan sebagai bahan baku pembuatan
karbon aktif.
Tandan kosong kelapa sawit memiliki kandungan lignoselulosa yang lebih
tinggi dari biomassa yang lain. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Perbandingan Kandungan Lignoselulosa pada Tandan Kosong
Kelapa Sawit, Sekam Padi, dan Tongkol Jagung
Kandungan TKKS (a) Sekam Padi (b) Tongkol Jagung (c)
Lignin (%) 5,97 19,50 6,00
Selulosa (%) 56,05 45,00 41,00
Hemiselulosa (%) 17,63 19,00 36,00
Silika (%) - 15,00 -
Lain-lain (%) 20,35 1,50 7,00
(Agus et al., 2015 (a), Srisuwan et al., 2018(b), Winarsih, 2016 (c))
Berdasarkan data pada tabel 1.1, pendirian pabrik karbon aktif dari tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) memiliki prospek yang bagus untuk didirikan di Indonesia untuk
memenuhi permintaan dalam negeri, mendukung berkembangnya pabrik kimia lain
yang menggunakan karbon aktif sebagai bahan baku, serta membuka lapangan kerja
baru agar mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Selain itu, juga menambah
nilai guna dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk diolah menjadi bahan yang
lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis.

1.4 Tinjauan Pustaka


1.4.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak kelapa sawit (CPO-Crude
palm oil). Inti kelapa sawit merupakan salah satu primadona tanaman
perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non-migas bagi Indonesia
(Nasrul, 2009). Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) memegang peran
penting dalam industri pangan nasional dalam pembuatan minyak sawit. Menurut data
yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik pada 2012, produksi kelapa sawit di Indonesia
pada tahun 2011 mencapai 22.508.011 ton yang meningkat tiap tahunnya. Pengolahan
kelapa sawit menjadi minyak sawit menghasilkan beberapa limbah padat diantaranya
cangkang, serat mesocarp, dan tandan kosong kelapa sawit (Yuninanova et al, 2013).
Basis satu ton tandan buah segar kelapa sawit dalam industri akan
menghasilkan minyak sawit kasar sebanyak 0,21 ton (21%), minyak inti sawit
sebanyak 0,05 ton (0,5%) dan sisanya merupakan limbah dalam bentuk tandan kosong,
serat, dan cangkang biji yang masing-masing sebanyak 0,23 ton (23%), 0,135 ton
(13,5%) dan 0,055 ton (5,5%) (Darnoko, 1992).
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah yang keberadaannya
melimpah di Indonesia dan memiliki kandungan lignoselulosa yang tinggi (Shinoj et
al., 2011). Selama ini, pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) di industri
pengolahan kelapa sawit masih sangat terbatas yaitu dibakar dalam incinerator,
ditimbun (open dumping), dijadikan mulsa di perkebunan kelapa sawit, atau diolah
menjadi kompos (Aryfatta, 2008).
Kandungan selulosa, hemiselulosa, serta lignin pada tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) yang sangat tinggi menyebabkan tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif.
Kandungan lignoselulosa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat dilihat pada Tabel
1.13 berikut.
Tabel 1.13 Data Kandungan Lignoselulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit
No. Komponen Kandungan (%)
1. Lignin 5,97
2. Selulosa 56,05
3. Hemiselulosa 17,63
4. Silika -
5. Komponen lain 20,35
(Agus et al., 2015)
1.4.2 Karbon Aktif
Karbon aktif adalah salah satu adsorben yang paling sering digunakan dalam
industri yang menggunakan adsorpsi dan purifikasi sebagai prosesnya. Hal ini
disebabkan karbon aktif memiliki luas permukaan dan daya adsorpsi yang lebih baik
dibandingkan dengan adsorben lainnya (Walas, 1990). Karbon aktif memiliki luas
permukaan berkisar antara 300 - 3500 m2/g serta tersusun oleh atom C yang terikat
kovalen dalam kisi heksagonal datar dengan satu atom C pada setiap sudutnya
(Jamilatun et al., 2014). Karbon aktif mengandung karbon sebanyak 85% - 95%.
Karbon aktif memiliki daya jerap yang besar, yaitu 25 - 1000% terhadap berat karbon
aktif (Po et al., 2014). Karbon aktif dapat dihasilkan dari bahan yang mengandung
sumber karbon seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, dan pektin (Mulyati et al., 2017).
Karbon aktif yang baik adalah karbon aktif yang memiliki area permukaan yang besar
sehingga daya adsorpsinya juga besar (Arami dkk, 2012).
Karbon aktif dapat dibuat dari berbagai macam bahan dasar yang mengandung
karbon, misalnya batu bara, tempurung kelapa sawit, petrol coke, limbah pinus dan
kayu. Bahan dasar yang digunakan memberikan pengaruh terhadap struktur permukaan
dari karbon aktif. Ada 3 kriteria bahan dasar yang dapat dibuat sebagai karbon aktif,
yaitu:

a. Bahan dasar harus mengandung karbon


b. Pengotor pada bahan dasar harus dijaga seminimal mungkin
c. Bahan dasar harus memiliki kualitas yang konstan

Karbon aktif memiliki struktur pori dan struktur fisika seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.4 dan 1.5.

Gambar 1.4 Struktur pori Karbon aktif

Gambar 1.5 Struktur karbon aktif


(Imammuddin et al., 2018)

Terdapat 3 jenis pori-pori karbon aktif, yaitu:


a. Mikropori dengan ukuran di bawah 2 nm.
b. Mesopori dengan ukuran 2-50 nm.
c. Makropori dengan ukuran di atas 50 nm
(Bilakey et al., 2016).
Berdasarkan ukurannya, karbon aktif dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Karbon aktif serbuk
Ukuran partikel dari karbon aktif serbuk bernilai di bawah 100 mm dengan
diameter antara 15-25 µm. Karena ukurannya yang sangat halus karbon aktif
serbuk ini sangat mudah terbang, sehingga biasanya dicampur dengan air
sekitar 30 - 50%. Karbon aktif ini biasanya digunakan untuk menghilangkan
bau, rasa, warna, dan kontaminan organik lainnya.
b. Karbon aktif granula
Karbon aktif ini berbentuk butiran atau kepingan (flake) dengan ukuran partikel
lebih besar dari karbon aktif serbuk dan sering digunakan pada industri (Gamal
et al., 2018). Karbon aktif dalam bentuk ini dapat digunakan pada pengolahan
limbah cair maupun gas.

Karbon aktif harus memenuhi syarat dan standar kualitas yang telah ditetapkan.
Standar kualitas karbon aktif granula berdasarkan SNI 06-3730-1995 di Indonesia
ditunjukkan pada Tabel 1.14.
Tabel 1.14. Mutu Karbon Aktif Granula Teknis Berdasarkan SNI 06-3730-1995

Karakteristik Karbon Aktif Syarat


Kadar bagian hilang pada pemanasan 950 0C (%
15
Maks)
Kadar air (% Maks) 4,4
Kadar abu (% Maks) 2,5
Daya serap I2 (mg/g Min) 750
Daya serap benzena (% Min) 25
Daya serap methylene blue (mg/g Min) 60
Bagian tidak menjadi arang Tidak Nyata
Karbon aktif murni (% Min) 80
Kerapatan jenis curah (g/mL) 0,45 – 0,55
Lolos ukuran mesh 325 % (% Min) -
Jarak mesh (%) 90
Kekerasan (%) 80
(SNI, 1995)
1.7 Tinjauan Termodinamika
Parameter termodinamika berupa perubahan entalpi (ΔH) yang dapat dihitung
dengan persamaan-persamaan termodinamika. Entalpi merupakan jumlah energi dari
suatu sistem termodinamika. Penentuan jenis reaksi bersifat eksotermis atau
endotermis pada reaksi karbonisasi dapat dihitung dengan perhitungan entalpi reaksi
(ΔHR) pada kondisi P = 1 atm dan T= 500oC. Sedangkan pada reaksi aktivasi dapat
dihitung dengan perhitungan entalpi reaksi (ΔHR) reaksi di rotary kiln pada kondisi P
= 1 atm dan T= 700oC. Data ΔHR masing-masing komponen pada suhu 500oC dan
700oC ditunjukkan pada Tabel 1.17 dan 1.18.
𝐵𝑇 2 𝐶𝑇 3 𝐷𝑇 4 𝐸 0
𝐻𝑅 = 𝐴𝑇 + + + − 𝑇 + 𝐹 − 𝐻 + 𝐻𝑓298.15 (1.20)
2 3 4

Tabel 1.17 Data ΔHR masing-masing komponen pada reaksi karbonisasi


Komponen HR 500oC
CH3COOH -446,019
C2H4O -178,466
CH3COCH3 -234,995
CH2O -122,866
CH3OH -214,281
C2H5OH -251,775
C9H10O2 -316,345
C6H6O -110,192
C3H4O2 -346,593
C2H4 41,217
CO -110,721
CO2 -394,133
CH4 -86,651
H2O -224,863
C6H6O3 147,688
C6H10O5 -645,417
C5H8O4 -568,921
C15H14O4 -324,618
C 726,559
C2H2O2 -212,000
H2 13,907

Tabel 1.18 Data ΔHR masing-masing komponen pada reaksi aktivasi


Komponen HR 500oC
NaOH -367,969
C 730,711
Na 22,649
H2 19,870
Na2CO3 -1.027,651
SiO2 -867,350
Na2SiO3 -1.462,381
H2O -216,931
HR1 = ∆HR produk-∆HR reaktan

= 6,65 ∆HR C+0,95 ∆HR C2 H4 O2 +0,25 ∆HR C2 H2 O2 +0,2 ∆HR C2 H4 O+0,2 ∆HR C3 H6 O

+0,25∆HR H6 O3 +0,2∆HR CO2 +0,15∆HR CO+0,1∆HR CH4 +5,9∆HR H2 O

- (2∆HR C6 H10 O5 )

= 4,169 kJ
HR2 = ∆HR produk-∆HR reaktan
=7,05 ∆HR C+0,35 ∆HR C15 H14 O4 +0,1 ∆HR C9 H10O2 +0,08 ∆HR C6 H6O+1,49∆HR H2
=+1,32 ∆HR CH2 O+1∆HR H2 O- (∆HR C15 H14 O4 )
= 4,929 kJ
HR3 = ∆HR produk-∆HR reaktan
= 7,05 ∆HR C+0,35 ∆HR C3 H4 O2 +0,3 ∆HR C9 H10 O2 +0,2 ∆HR C6 H6 O+1,32 ∆HR CH2 O
+0,25∆HR C2 H4 +0,25∆HR CH4 +0,5∆HR CO+1,2∆HR H2 +0,7∆HR H2 O
-(∆HR C15 H14 O4 )
= 4,839 kJ
HR4 = ∆HR produk-∆HR reaktan
=(4 ∆HR C + 2 ∆HR CH2 O + 0,25∆HR C2 H6 O + 0,5∆HR CH4 O + 2∆HR CO2 +
∆HR CO + 4∆HR H2 + 5∆HR H2 O) − (∆HR C5 H8 O4 )
= 2,103 kJ
Nilai entalpi reaksi karbonisasi pada 500oC bernilai positif. Hal ini menunjukkan
bahwa reaksi karbonisasi bersifat endotermis.

HR5 = ∆HR produk-∆HR reaktan


=(2 ∆HR Na + 3 ∆HR H2 + 2 ∆HR Na2 CO3 − (6 ∆HR NaOH + 2 ∆HR C))
= -1,204 kJ
HR5 = ∆HR produk-∆HR reaktan
=(∆HR H2 O + ∆HR Na2 SiO3 − (2 ∆HR NaOH + ∆HR SiO2 ))
= -0,076 kJ
HR5 = ∆HR produk-∆HR reaktan
=(2 ∆HR NaOH + ∆HR H2 − (2 ∆HR Na + 2 ∆HR H2 O))
= -0,544 kJ
Nilai entalpi reaksi aktivasi pada 700oC bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
reaksi aktivasi bersifat eksotermis.
1.8 Spesifikasi Bahan

1.8.1 Spesifikasi Bahan Baku

Spesifikasi bahan baku dan produk yang terdapat di pabrik karbon katif ini adalah
sebagai berikut:
a. Tandan Kosong Kelapa Sawit
Bentuk : Padatan
Lignin : 5,97%
Selulosa : 56,05%
Hemiselulosa : 17,63%
Silika :-
Komponen lain : 20,35%
(Agus et al., 2015)
b. KOH
Bentuk : Padatan
Bau : Tidak berbau
Warna : Putih
Titik leleh : 380oC
Titik didih : 1324oC
Densitas : 2,04 g/cm3
Kelarutan dalam air : 121 g/ 100g air pada 25oC
(Science lab , 2013)

1.8.1 Spesifikasi Produk

a. Karbon aktif
Bentuk : granular
Warna : hitam
Ukuran partikel : 90 mesh
Densitas : 0,45 – 0.55 g/mL
Ash content : 2,5%
Water content : 4,4%
Kemurnian : 80%
(SNI , 1995)

Anda mungkin juga menyukai