Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KADAR LEMAK

A. Tujuan
Peserta diklat dapat mempertunjukkan analisis lemak dengan disediakan lembar kerja,
peralatan dan bahan sesuai dengan prosedur analisis.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menerapkan prinsip dan konsep dasar analisis kadar lemak
2. Menerapkan teknik/metode analisis kadar lemak
3. Menyiapkan sampel (Preparasi sampel)
4. Melaksanakan analisis kadar lemak
5. Mengolah data hasil analisis kadar lemak

C. Uraian Materi
1. Menerapkan Prinsip dan Konsep Dasar Analisis Kadar Lemak
Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya larutnya dalam pelarut
organik (misalnya ether, benzene, khloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut
air. Lipid dikelompokkan berdasarkan kemiripan sifat fisiknya, sedangkan rumus kimia, fungsi,
struktur, dan gugus dikelompokkan fungsinya yang beraneka ragam. Senyawa yang tergolong
lipid antara lain trigliserida (lemak dan minyak), fosfolispid dan steroid. Karena struktur
molekulnya yang kaya akan rantai unsur karbon(-CH2-CH2-CH2-), maka lemak mempunyai sifat
hydrophob. Oleh karena itu lemak sulit untuk larut di dalam air. Lemak dapat larut hanya di larutan
yang bersifat nonpolar atau organik seperti: eter, Chloroform, atau benzol,
Sifat-sifat minyak/lemak dibagi ke sifat fisik dan kimia. Sifat fisik dari lemak dan minyak sangat
penting bagi industri pangan ditinjau dari seberapa mudah lemak/minyak mengkristal (sifat
kristalisasi), seperti minyak goreng yang baik yaitu tidak mudah membentuk kristal saat disimpan
pada suhu dingin dan seberapa mudah meleleh (titik leleh), seperti produk cokelat mengandung
lemak yang tidak cepat meleleh pada suhu ruang.

Kelompok lipida dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkan struktur kimia
tertentu, yaitu :
a) Kelompok trigliserida (lemak, minyak, asam lemak)
b) Kelompok turunan asam lemak (lilin, aldehid asam lemak dll.)
c) Fosfolipida dan serebrosida (termasuk glikolipida)
d) Sterol-sterol dan steroida
e) Karotenoida
f) Kelompok lipida lain.
Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida dalam kondisi suhu ruang berada dalam
keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair.
Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak. Pada
umumnya trigliserida alam mengandung lebih dari satu jenis asam lemak. Trigliserida jika
dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol.
Reaksi hidrolisis trigliserida adalah sebagai berikut:

2. Menerapkan teknik/metode analisis lemak


Karakteristik fisikokimia utama dari lemak yang digunakan untuk membedakan lemak dari
komponen lain dalam bahan atau sampel adalah kelarutannya dalam pelarut organik, tidak dapat
larut dengan air, dan karakteristik fisik (densitas yang rendah dan sifat spektroskopik).

Metode analisis lemak berdasarkan ketiga karakter tersebut diklasifikasikan menjadi : Ekstraksi
solven, Ekstraksi non-solven, Metode instrumental.
a. Metode Ekstraksi Solven (pelarut)
Fakta bahwa lemak larut dalam pelarut organik, tapi tidak larut dalam air, membuat pemisahan
lemak dari komponen makanan lain yang larut air seperti protein, karbohidrat dan mineral,
menjadi mudah. Teknik ekstraksi solven merupakan metode yang sering digunakan untuk isolasi
lemak dan menentukan kandungan lemak dalam bahan atau sampel.
Macam-macam Ekstraksi Solven :
a) Batch Solvent Extraction
Metode ini dilakukan dengan mencampur sampel dan solven dalam wadah yang sesuai
(misalnya corong pisah). Wadah dikocok kuat, solven organik dan fase air dipisahkan (oleh
gravitasi atau dengan sentrifugasi). Fase air dihilangkan, dan konsentrasi lemak ditentukan
dengan menguapkan solven dan mengukur massa lemak yang tersisa.
% lemak = 100 x (berat lemak / berat sampel)
Prosedur ini harus diulang beberapa kali untuk meningkatkan efisiensi proses ekstraksi. Fase
air diekstraksi kembali dengan solven baru, kemudian semua fraksi solven dikumpulkan dan
kadar lemak ditentukan dengan penimbangan setelah solven diuapkan.

b) Semi-Continuous Solvent Extraction


Alat yang paling sering digunakan dalam metode ini adalah soxhlet, dimana efisiensi
ekstraksi lebih baik dari pada metode Batch Solvent Extraction. Sampel dikeringkan,
dihaluskan dan diletakkan dalam thimble berpori. Thimble diletakkan dalam alat soxhlet yang
dihubungkan dengan kondensor. Labu soxhlet dipanaskan, solven menguap, terkondensasi
dan masuk ke bejana ekstraksi yang berisi sampel, dan mengesktraksi sampel. Lemak
tertinggal di labu karena perbedaan titik didih. Pada akhir ekstraksi, solven diuapkan dan
massa lemak yang tersisa ditimbang.

c) Continuous Solvent Extraction


Metode Goldfish merupakan metode yang mirip dengan metode Soxhlet kecuali labu
ekstraksinya dirancang sehingga solven hanya melewati sampel, bukan merendam sampel.
Hal ini mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi, tapi dengan kerugian bisa terjadi
“saluran solven” dimana solven akan melewati jalur tertentu dalam sampel sehingga
ekstraksi menjadi tidak efisien. Masalah ini tidak terjadi pada metode Soxhlet, karena sampel
terendam dalam solven.
d) Accelerated Solvent Extraction
Efisiensi ekstraksi solven dapat ditingkatkan dengan melakukannya pada suhu dan tekanan
tinggi. Efektivitas solven untuk ekstraksi lemak dari sampel makanan meningkat dengan
peningkatan temperatur, namun tekanan juga harus ditingkatkan untuk menjaga solven tetap
dalam keadaan cair. Hal ini akan mengurangi jumlah pelarut yang dibutuhkan sehingga
menguntungkan dari sisi lingkungan. Sudah tersedia instrumen untuk ekstraksi lemak pada
suhu dan tekanan tinggi.

e) Supercritical Fluid Extraction


Ekstraksi solven dapat dilakukan dengan alat khusus menggunakan CO2 superkritik sebagai
pelarut, yang sangat ramah lingkungan karena tidak menggunakan pelarut organik. Bila CO2
ditekan dan dipanaskan di atas temperatur kritis tertentu, akan menjadi cairan superkritik,
yang mempunyai karakteristik gas maupun cairan. Karena CO2 berbentuk gas maka mudah
menembus ke dalam sampel dan mengekstraksi lemak, dan karena juga berbentuk cair
maka CO2 dapat melarutkan sejumlah besar lemak (terutama pada tekanan tinggi). Prinsip
dari alat ini adalah, sampel makanan dipanaskan dalam bejana bertekanan tinggi kemudian
dicampur dengan cairan CO2 superkritik. CO2 mengekstraksi lemak dan membentuk lapisan
solven terpisah dari komponen air. Tekanan dan suhu solven kemudian diturunkan
menyebabkan CO2 berubah menjadi gas, sehingga menyisakan fraksi lemak. Kandungan
lemak dalam makanan dihitung dengan menimbang lemak yang terekstraksi, dibandingkan
dengan berat sampel.

b. Metode Ekstraksi Cair Non solven


Sejumlah ekstraksi cair tidak menggunakan pelarut organik untuk memisahkan lemak dari
suatu bahan, contohnya dengan metode Babcock, Gerber dan Deterjen, misalnya yang
sering digunakan untuk menentukan kadar lemak dalam susu dan produk olahan (dairy
product).

a) Metode Babcock
Sebagai contoh sejumlah sampel susu dipipet secara akurat ke dalam botol Babcock.
Asam sulfat dicampur dengan susu, yang akan mendigesti protein yang akan
menghasilkan panas dan merusak lapisan yang mengelilingi droplet lemak, sehingga
akan melepaskan lemak. Sampel kemudian disentrifuse saat masih panas (55-60oC) dan
akan menyebabkan lemak cair naik ke leher botol. Leher botol dilengkapi skala yang
menunjukkan persen lemak. Metode ini membutuhkan waktu 45 menit, dengan presisi
hingga 0,1%. Metode ini tidak menentukan kadar fosfolipid dalam susu, karena berada di
fase air atau di antara fase lemak dan air.
b) Metode Gerber
Metode gerber mirip dengan metode Babcock, tapi menggunakan asam sulfat dan isoamil
alkohol, dengan bentuk botol yang sedikit berbeda. Metode Gerber lebih cepat dan
sederhana dibanding metode Babcock.metode gerber tidak menentukan posfolipid.
Metode Gerber merupakan salah satu dari dua metode ekstraksi basah tanpa pelarut.
Prinsip asam sulfat dan amil alkohol ditambahkan pada susu yang diketahui jumlahnya
dalam botol gerber. Asam sulfat akan menghancurkan/memisahkan protein,
menghasilkan panas dan membebaskan lemak. Sentrifugasi dan penambahan air panas
akan memisahkan lemak yang terakumulasi secara perlahan pada botol gerber. Lemak
dianalisis secara volumetri dan hasilnya dinyatakan sebagi persen lemak/berat contoh.
Metode Gerber dilakukan untuk analisis lemak dalam susu. Kandungan lemak terbaca
langsung melalui butyrometer yang dikalibrasi khusus.
c) Metode Deterjen
Sampel dicampur dengan kombinasi surfaktan dalam botol Babcock. Surfaktan akan
menggantikan membran yang menyelubungi droplet emulsi dalam sampel susu,
menyebabkan lemak terpisah. Sampel disentrifugasi sehingga lemak akan berada di leher
botol sehingga kadar lemak bisa ditentukan.

c. Metode Instrumentasi
Banyak metode instrumen untuk penentuan kadar lemak total dalam bahan atau sampel.
Berdasarkan prinsip fisikokimianya, metode-metode ini dikategorikan berdasarkan 3
prinsip yaitu :
a. penentuan sifat fisik,
b. pengukuran kemampuan absorpsi radiasi gelombang elektromagnetik.
c. pengukuran kemampuan memantulkan radiasi gelombang elektromagnetik.
Masing-masing metode mempunyai keuntungan dan kerugian, serta kelompok sampel atau
bahan yang memungkinkan untuk diuji.

3. Menyiapkan sampel (Preparasi sampel)


Preparasi Sampel untuk ektraksi solven biasanya meliputi beberapa tahap:
1) Pengeringan sampel.
Sampel perlu dikeringkan sebelum ekstraksi solven, karena beberapa pelarut organik tidak
bisa menembus dengan baik bila ada air dalam sampel makanan, sehingga ekstraksi
menjadi tidak efisien.
2) Pengecilan ukuran partikel.
Sampel kering biasanya perlu dihaluskan sebelum ekstraksi solven untuk menghasilkan
sampel yang homogen dan meningkatkan luas permukaan lemak.
3) Penghalusan sering dilakukan pada suhu rendah untuk mengurangi oksidasi lemak.
4) Hidrolisis asam.
5) Beberapa jenis makanan mengandung lemak yang membentuk kompleks dengan protein
(lipoprotein) atau polisakarida (glikolipid). Untuk menentukan kadar senyawa ini, perlu
dilakukan pemutusan ikatan antara lemak dan komponen non-lemak sebelum ekstraksi
solven. Hidrolisis asam umumnya dilakukan untuk melepaskan lemak terikat sehingga lebih
mudah terekstraks, misalnya dengan mendigesti sampel selama 1 jam dengan HCl 3N.
6) Pemilihan solven
Solven ideal untuk ekstraksi lemak harus mampu secara sempurna mengesktraksi semua
komponen lemak dari makanan, dan meninggalkan komponen selain lemak. Efisiensi solven
tergantung polaritas lemak yang ada. Lemak polar (seperti glikolipid atau fosfolipid) lebih
mudah larut dalam solven yang lebih polar (alkohol) dari pada dalam solven non-polar
(seperti heksan). Sebaliknya lemak nonpolar (seperti triasilgliserol) lebih mudah larut dalam
solven non-polar dibanding dalam solven polar. Fakta bahwa lemak yang berbeda
mempunyai polaritas yang berbeda menyebabkan tidak mungkin menggunakan pelarut
organik tunggal untuk mengesktraksi semuanya. Sehingga penentuan kandungan lemak
total menggunakan ekstraksi solven tergantung pada pelarut organik yang digunakan untuk
ekstraksi. Selain pertimbangan di atas, solven atau pelarut juga harus murah, mempunyai
titik didih rendah (sehingga mudah dipisahkan dengan evaporasi), non-toksik dan tidak
mudah terbakar. Pelarut yang biasa digunakan untuk penentuan kadar lemak total adalah
etil eter, petroleum eter, pentana dan heksan.

4. Melaksanakan Analisis Kadar Lemak

Analisis lemak dan minyak lebih mudah dianalisis karena molekul lemak dan minyak relatif lebih
kecil dan kurang kompleks dibandingkan dengan molekul karbohidrat dan protein.
Analisis lemak dan minyak umum yang dilakukan pada bahan atau sampel digolongkan dalam 3
kelompok tujuan :
1) Penentuan kadar lemak atau minyak yang terdapat dalam bahan atau sampel
2) Penentuan kualitas minyak murni sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses
ekstraksinya atau ada tidaknya pemurnian lanjutan seperti penjernihan (refining),
penghilangan bau (deodorizing), penghilangan warna (bleaching) dan lain-lain
3) Penentuan sifat fisis atau kimia khas yang mencirikan sifat minyak tertentu.

Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar lemak dalam suatu bahan.
Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak pada umumnya tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut organik. Pelarut yang umum digunakan untuk ekstraksi lemak adalah heksan, ether
atau khloroform. Pemilihan pelarut yang paling sesuai adalah dengan menentukan derajat
polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama
polaritasnya. Karena polaritas lemak berbeda-beda maka tidak ada bahan pelarut umum
(universal) untuk semua macam lemak. Contoh dibawah ini menunjukkan beberapa jenis bahan
pelarut yang sesuai untuk ekstraksi lemak tertentu :
a. Senyawa trigliserida yang bersifat nonpolar akan mudah diektraksi dengan pelarut-pelarut
nonpolar, misalnya heksan atau petroleum ether.
b. Glikolipida yang polar akan mudah diekstraksi dengan alkohol yang polar.
c. Lesitin akan mudah larut dalam pelarut yang sedikit asam misalnya alkohol.
d. Fosfolipida yang bersifat polar dan asam akan mudah larut dalam khloroform yang sedikit
polar dan basa. Senyawa ini tidak larut dalam alkohol.
Sebagian lemak terdapat dalam keadaan terikat (secara tidak erat) dengan protein atau bahan-
bahan lain, sehingga ekstraksi dengan pelarut tidak akan dapat melarutkannya. Salah satu tingkat
persiapan penentuan jumlah lemak secara kuantitatif adalah pemecahan ikatan lipida dengan
protein tersebut misalnya dengan asam.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis lemak adalah :
1) Pemilihan dan Persiapan Sampel
Validitas hasil analisis tergantung sampling yang baik dan persiapan sampel sebelum dilakukan
analisis. Idealnya komposisi sampel yang dianalisis harus mendekati sama dengan kondisi bahan
atau sampel pada saat sampel tersebut diambil. Preparasi sampel pada analisis lemak
tergantung pada jenis bahan/sampel yang dianalisis, sifat komponen lemak (seperti volatilitas,
peluang oksidasi, kondisi fisik) dan jenis prosedur analisis yang digunakan (seperti ekstraksi
solven, ekstraksi non-solven, instrumentasi).

Untuk menentukan prosedur preparasi sampel, perlu diketahui struktur fisik dan lokasi lemak
penting dalam bahan atau sampel. Umumnya preparasi sampel harus dilakukan dalam
lingkungan yang meminimalkan perubahan spesifik terhadap lemak. Jika oksidasi menjadi
masalah, penting untuk melakukan preparasi sampel dalam atmosfer nitrogen, temperatur
rendah, tidak banyak kena cahaya atau dengan penambahan antioksidan. Bila kandungan lemak
padat atau struktur kristal penting, perlu dilakukan kontrol suhu dan penanganan sampel secara
khusus.

2) Pemilihan Alat dan Bahan untuk Analisis Kadar Lemak


Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan alat ekstraktor Soxhlet.
Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang
digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam karena jika masih basah selain memperlambat
proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan
(Ketaren, 1986:36).
a) Alat
Alat-alat yang dipersiapkan untuk analisis lemak diantaranya : Peralatan Ekstraksi Goldfisch,
Beaker Glass, Kondensor, Oven Vakum, Neraca Analitis, dan Labu Lemak

b) Bahan
(1) Petroleum ether atau Heksan.
Petroleum ether atau heksan adalah bahan pelarut lemak nonpolar yang paling banyak
digunakan karena harganya relatif murah, kurang berbahaya terhadap risiko kebakaran
dan ledakan, serta lebih selektif untuk lemak nonpolar.
(2) Phenolptalein (PP), adalah larutan indikator.
(3) NaOH atau KOH, jenis bahan kimia bersifat basa.
(4) HCl, jenis bahan kimia bersifat asam kuat.
(5) Na2S2O3 (tiosulfat).

D. Aktivitas Pembelajaran
Penentuan Kadar Lemak
(1) Analisis Lemak dengan Pelarut
Analisis lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak
bebas, karotenoid dan pigmen yang lain. Karena itu hasil analisisnya disebut lemak
kasar (crude fat).
Ada dua cara analisis kadar lemak berdasarkan jenis bahan yang akan ditentukan :
(a) Bahan Kering
Untuk penentuan lemak dari bahan kering, bahan dibungkus atau ditempatkan dalam
thimble lalu dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Pemanasan dilakukan
secepatnya dan dihindari suhu yang terlalu tinggi. Air yang terlalu tinggi akan
menyebabkan pelarut sukar masuk ke dalam jaringan/sel dan pelarut menjadi jenuh
dengan air sehingga ekstraksi lemak kurang efisien.
Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dilakukan secara terputus-putus atau
berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dilakukan dengan alat soxhlet atau alat
ekstraksi ASTM (American Society testing Material). Sedangkan secara
berkesinambungan dengan alat Goldfisch atau ASTM yang telah dimodifikasi.
(b) Bahan Cair
Penentuan lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock atau dengan
Mojonnier. Sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam botol Babcock, kemudian
ditambah asam sulfat pekat (95%) untuk merusak emulsi lemak sehingga lemak akan
terkumpul menjadi satu pada bagian atas cairan. Rusaknya emulsi lemak dapat merusak
lapisan film yang menyelimuti globula lemak, biasanya terdiri dari senyawa protein.
Dengan rusaknya protein (denaturasi atau koagulasi) maka memungkinkan globula
lemak yang satu akan bergabung dengan globula lemak yang lain dan akhirnya menjadi
kumpulan lemak yang lebih besar dan akan mengapung di atas cairan. Setelah
disentrifugasi lemak akan semakin terpisah dengan cairannya dan agar dapat dibaca
banyaknya lemak maka ke dalam botol ditambahkan aquadest panas sampai lemak
tepat pada skala yang terdapat pada leher botol Babcock. Dengan demikian banyaknya
lemak dapat langsung diketahui.

Pada analisis lemak dengan Mojonnier, sampel dimasukkan ke dalam tabung Mojonnier
dan ditambahkan ethanol, ammonium hidroksida, kemudian diektraksi menggunakan
campuran ethil-ether dan petroleum ether (1:1). Ammonium hidroksida akan
menetralkan asam-asam dan menghilangkan lapisan film sekeliling lemak sehingga
lemak mudah terekstraksi. Ethanol merupakan medium yang menyebabkan ether dapat
mudah mengadakan kontak dengan lemak secara lebih baik sehingga ekstraksi bisa
lebih cepat. Petroleum ether mempunyai kemampuan mengurangi kelarutan air dalam
ethil-ether, dengan demikian adanya petroleum ether akan memperkecil zat-zat yang
dapat larut dalam air terikut dalam minyak. Hasil ekstraksi kemudian diuapkan
pelarutnya dan dikeringkan dalam oven sampai diperoleh berat konstan. Berat residu
dinyatakan sebagai berat lemak/minyak dalam bahan.

1) Analisis kadar Lemak Metode Ekstraksi Langsung


 Acuan Acuan : SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Minuman.
 Prinsip : Ekstaksi lemak bebas dengan pelarut non polar.
 Alat dan Bahan.
Alat : Bahan :
 Kertas  Pemanas listrik  n-Heksana
saring  Oven  Kapas bebas
 Labu  Neraca analitik lemak
lemak
 Alat
soxhlet
 Prosedur :
(a) Timbang dengan seksama 1 –2 gram sampel masukan ke dalam selongsong kertas
yang dialasi kapas.
(b) Sumbat selongsong kertas berisi contoh tersebut dengan kapas.
(c) Keringkan pada oven pada suhu 80oC selama kurang lebih 1 jam, kemudian
masukan ke dalam alat soxhlet yang dihubungkan dengan labu lemak yang telah
dikeringkan dan diketahui bobotnya.
(d) Ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama kurang lebih 6 jam
(e) Suling heksana dan keringkan ekstrak lemak dalam oven pengering pada suhu
105oC
(f) Dinginkan dalam eksikator dan timbang.
(g) Ulangi hingga tercapai berat konstan.

 Perhitungan :

Wi - Wo
Kadar lemak = x 100%
Ws

Keterangan :

Ws = Bobot contoh (gram)


Wi = Bobot labu + lemak setelah ekstraksi (gram)
Wo = Bobot labu lemak kosong (gram)

2) Analisis Kadar Lemak dengan Metode : Weibull


 Acuan : SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Minuman

 Prinsip : Analisis lemak dengan metode webull, prinsipnya adalah dilakukan


ekstraksi lemak dengan pelarut non polar setelah contoh dihidrolisis dalam
suasana asam untuk membebaskan lemak yang terikat.
 Alat dan Bahan

Alat : Bahan:
 Kertas saring  Oven  n-heksana
 Labu lemak  Neraca analitik  HCl 25%
 Alat soxhlet  Gelas piala  Kapas bebas lemak
 Pemanas listrik
 Prosedur :
1. Timbang dengan seksama 1 – 2 gram contoh ke dalam gelas piala.
2. Tambahkan 30 ml HCl 25% dan 20 ml air serta beberapa batu didih.
3. Tutup gelas piala dengan kaca arloji dan didihkan selama 15 menit.
4. Saring dalam keadaan panas dan cuci dengan air panas hingga tidak
bereaksi asam lagi.
5. Keringkan kertas saring berikut isinya pada suhu 100 – 105oC.
6. Masukan ke dalam selongsong kertas yang dialasi kapas.
7. Sumbat selongsong kertas berisi contoh tersebut dengan kapas.
8. Masukan ke dalam alat soxhlet yang dihubungkan dengan labu lemak yang
telah dikeringkan dan diketahui bobotnya.
9. Ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama kurang lebih 2 -
3 jam.
10. Suling heksana dan keringkan ekstrak lemak dalam oven pengering pada
suhu 105oC.
11. Dinginkan dalam eksikator dan timbang.
12. Ulangi hingga tercapai berat konstan.
 Perhitungan :

Wi - Wo
Kadar lemak = x 100%
Ws

Keterangan :
Ws = Bobot contoh (gram)
Wi = Bobot labu + lemak setelah ekstraksi (gram)
Wo = Bobot labu lemak sebelum ekstraksi (gram)
E. Rangkuman
1. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipida. Salah satu sifat
yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya larutnya dalam pelarut organik
(misalnya ether, benzene, khloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut
air.Lemak adalah trigliserida dari gliserol dan asam lemak.
2. Berdasarkan bentuk strukturnya trigliserida dapat dipandang sebagai hasil kondensasi
ester dari satu molekul gliseril dengan tiga molekul asam lemak, sehingga senyawa ini
sering juga disebut sebagai triasilgliserol.
3. Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok
berdasarkan tujuan analisis, yaitu : penentuan sifat fisik dan kimia lemak, penentuan
kualitas minyak, dan penentuan kuantitatif lemak.
4. Dalam melakukan analisis lemak yang harus diperhatikan adalah jenis bahan atau sampel
yang akan dianalisis, preparasi sampel, jenis alat dan bahan kimia yang digunakan untuk
analisis lemak, prinsip dan metode analisis, prosedur analisis, perhitungan dan interpretasi
data hasil analisis.

Anda mungkin juga menyukai