Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN HIPERTENSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Tahun Pelajaran 2017/ 2018

DISUSUN OLEH :

1. SHAFITRI AYU L. A P1337420515001


2. LAKSITA ISNA S. P1337420515005
3. VIVIANA NUR R. P1337420515006
4. PUTRI OKTAVIANI P1337420515008
5. LATIFAH NOVIA N. P1337420515026

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

2017/ 2018
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian Hipertensi
Menurut Seven Report of the Joint National Commite on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolic lebih besar dari 90 mmHg berdasarkan
rata-rata pengukuran tekanan darah yang dilakukan beberapa kali oleh
penyedia pelayanan kesehatan (Brunner & Suddarth, 2014, p.861)
Hipertensi tekanan darah tinggi ditandai dengan peningkatan tekanan
darah diastolic atau sistolik. Pada hipertensi tekanan darah yang
meningkat tajam merusak lapisan dalam pembuluh darah kecil sehingga
mengakibatkan akumulasi fibrin (protein berwarna putih) di dalam
pembuluh darah, edema local (pembengkakan), dan kemungkinan
pembuluh darah intravascular (Corwin, 2009, p.C9).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal, tekanan
sistolik lebih dari 140 mmHg sedangkan tekanan diastolic lebih dari 90
mmHg (Brunner & Suddarth, 2014, p.861; Corwin, 2009, p.C9, Triyanto,
2014, p.7).
Tabel 2,1 :
Kategori Hipertensi dan Tekanan Darah pada Orang Dewasa (18 tahun
keatas).
Kategori Sistolik (angka Diastolik (angka
tertinggi dalam terendah dalam
mmHg)
mmHg)

Normal Kurang dari 120 Kurang dari 80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat I 140-159 90-99

Hipertensi derajat II 160 atau lebih 100 atau lebih

Hipertensi diklasifikasikan menurut etiologinya menjadi hipertensi primer


dan hipertensi sekunder. Penjelasan yang lebih jelas mengenai klasifikasi
hipertensi :
a. Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial)
Hipertensi primer adalah tekanan darah tinggi yang belum diketahui
penyebabnya. Beberapa factor yang dianggap berpengaruh dalam
terjadinya hipertensi primer adalah factor genetic, stress, obesitas,
kurang olahraga, dan diet (Arumi, 2011, p.33; Wijaya & Putri, 2013,
p.52)
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang diakibatkan oleh
penyakit, seperti gagal ginjal, diabetes, hipertiroidisme, kelainan
adrenal dan pemakaian obat-obatan (Arumi, 2011, p.34; Wijaya &
Putri, 2013, p.52; Tiyanto, 2014, p.10)
2. Etiologi
Menurut Agoez, dkk (2011, p.17-19) terdapat beberapa factor yang
berperan dalam menimbulkan hipertensi :
a. Kepekaan tubuh terhadap garam (NaCl)
Sekitar 60% pengidap hipertensi esensial sensitif terhadap asupan
garam. Hal ini terjadi karena jumlah garam yang meningkat dalam
darah akan menyebabkan pengeluaran air dari sel ke darah untuk
menyeimbangkan kadar antar sel dan aliran darah sehingga tekanan
darah meningkat.
b. Peran renin
Renin merupakan enzim yang dihasilkan macula densa dan memiliki
mekanisme kerja yang berlawanan dengan aldosteron.
c. Genetic
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling kompleks
dengan pola pewarisan berdasar genetic mencapai 30%.
d. Umur
Akibat pertambahan umur dan proses penuaan, serabut kolagen di
pembuluh darah dan dinding arteriol bertambah sehingga dinding
pembuluh darah tersebut mengeras. Dengan berkurangnya elastisitas
ini daerah yang dipengaruhi tekanan sistolik akan menyempit,
sehingga tekanan darah rata-rata meningkat.
e. Kegemukan dan obesitas
Orang gemuk (penambahan berat badan karena peningkatan volume
otot, tulang, lemak dan air) dan pengidap obesitas (pertambahan berat
badan karena lemak), dapat mengalami prahipertensi.
3. Tanda dan Gejala

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi


meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa pasien yang


menderita hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran
menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:

a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.


b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas
4. Patofisiologi
Proses terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh meningkatnya
aktivitas system saraf simpatik terkait dengan disfungsi system saraf
otonom; meningkatnya penyerapan ginjal terhadap natrium, klorida dan
air yang berhubungan dengan variasi genetic dalam jalur dimana ginjal
menangani natrium; peningkatan aktivitas dari system renin-angiotensin-
aldosteron, dihasilkan oleh ekspansi volume cairan ekstraseluler dan
peningkatan resistensi sistemik pembuluh darah, penurunan vasodilatasi
dari arteriol berhubungan dengan disfungsi dari resistensi endothelium
pembuluh darah; resistensi insulin, mungkin terjadi factor umum yang
menghubungkan hipertensi dengan diabetes tipe 2, hipertigliseridemia,
obesitas dan intoleransi glukosa; aktivitas komponen bawaan dan
komponen adaptif dari respon imun yang berkontribusi dalam peradangan
ginjal dan disfungsi ginjal.
Perubahan structural dan fungsional pada hati, pembuluh darah, dan
ginjal berkontribusi untuk meningkatkan tekanan darah pada lansia.
Perubahan ini termasuk akumulasi dari plak atherosclerosis, fragmentasi
elastisitas arteri, meningkatkan deposito kolagen, gangguan vasodilatasi,
dan disfungsi ginjal hasil dari perubahan ini terjadi penurunan elastisitas
pembuluh darah dan peningkatan volume. Akibatnya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan tekanan sistolik meningkat
tanpa mengubah tekanan diastolic.
Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan merusak pembuluh
darah di seluruh tubuh, khususnya organ seperti hati, ginjal, otak dan
mata. Akibat dari tidak terkontrolnya hipertensi yang berkepanjangan
adalah infak miokard, gagal jantung, gagal ginjal, stroke dan gangguan
penglihatan. Hipertrofi dari ventrikel kirijantung dapat terjadi karena
jantung bekerja untuk memompa darah melawan tekanan tinggi (Brunner
& Suddarth, 2014 p.862-863).
5. Pathway
6. Penatalaksanaan
a. Non Farmakologis
1) Olahraga
Olahraga yang teratur akan mengurangi stress secara aktif
sehingga memperbaiki tekanan darah dan membantu mengurangi
frekuensi denyut jantung dan tekanan darah (Agoez, dkk, 2011,
p.23; Nurrahmi, 2012, p.48)
2) Menurunkan berat badan
Obesitas memicu timbuknya pernyakit coroner yang dapat
menyebabkan kematian. Semakin gemuk seseorang, semakin
tinggi tekanan darahnya. Sebaliknya, semakin besar penurunan
berat badan pada orang obesitas, semakin terkendali tekanan darah
mereka (Nurrahmi, 2012, p.40)
3) Penghentian konsumsi alcohol dan rokok
Merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi pada pasien
hipertensi sehingga perlu dihindari, sedangkan mengkonsumsi
alcohol mempunyai risiko mengalami hipertensi empat kali lebih
besar daripada orang yang tidak mengkonsumsi alcohol.
Penghentian mengkonsumsi rokok dan alcohol terbukti dapat
menurunkan tekanan darah.
4) Menghindari stress
Terapi relaksasi seperti meditasi, menghindari bunyi yang terlalu
keras dan cahaya berintensitas terang merupakan cara tambahan
untuk menurunkan tekanan darah (Agoez, dkk, 2011, p.24)

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji
hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas,
anemia.
2. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
3. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar
ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
5. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab).
9. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
10. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi.
11. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
12. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
13. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi
pada area katup, pembesaran jantung.
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama):
1. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
2. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
4. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal
tab, CAT scan.
5. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien
8. Komplikasi
Efek pada organ, otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan, kematian
sel otak: stroke), ginjal (malam banyak kencing, kerusakan sel ginjal,
gagal ginjal), jantung (membesar, sesak nafas, cepat lelah, gagal jantung).

9. Pengkajian Fokus
a. Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan

Faktor – faktor risiko sehubungan dengan kesehatan, seperti


riwayat keluarga, gaya hidup, kemiskinan. Meliputi data-data
mengenai riwayat penyakit keluarga, makanan yang disukai dan
aktivitas seharihari
Riwayat medis, riwayat perawatan di rumah sakit dan operasi,
riwayat medis keluarga.

b. Pola Metabolik-Nutrisi

Kebiasaan jumlah makanan dan makanan kecil

Tipe banyaknya makanan dan minuman

Pola makan 24 jam terakhir

Pengaruh terhadap pemilihan makanan

Kepuasan akan berat badan

Data pemeriksaan fisik yang berkaitan

c. Pola eliminasi

Kebiasaan pola buang air kecil: frekuensi, jumlah, warna, bau,


nyeri, nokturia, kemampuan mengontrol buang air besar, adanya
perubahanperubahan.

Kebiasaan pola buang air besar: frekuensi, jumlah, warna, bau,


nyeri, nokturia, kemampuan mengontrol buang air besar, adanya
perubahanperubahan.

Kemampuan perawatan diri ke kamar mandi

d. Pola Aktivitas-Latihan

Aktivitas kehidupan sehari-hari dilakukan dengan baik atau


mengalami gangguan

Aktivitas menyenangkan yang biasa dilakukan oleh klien


Data pemeriksaan fisik yang berkaitan meliputi pemeriksaan
tandatanda vital. Pola Istirahat-Tidur

Kebiasaan tidur sehari-hari: jumlah waktu tidur, jam tidur dan


bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran
setelah tidur.

Gejala dari perubahan pola tidur.

e. Pola Persepsi-Kognitif

Penggunaan alat bantu seperti, kaca mata, alat bantu dengar

Perubahan dalam pengindraan.

Persepsi akan kenyamanan

Tingkat pendidikan

Riwayat yang berhubungan dengan masalah perkembangan

f. Pola konsep diri – persepsi diri

Keadaan sosial: pekerjaan, situasi keluarga, kelompok-kelompok


sosial.

Keadaan fisik: segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik.

g. Pola Hubungan-Peran

Efek penyakit terhadap status kesehatan.

Pentingnya keluarga

h. Pola Reproduktif – Seksualitas

Masalah atau problem seksual


Data pemeriksaan fisik yang berkaitan

i. Pola Tolereransi terhadap Stres-Koping

Penyebab stress belakangan ini

Strategi mengatasi stress yang biasanya digunakan dan


efektifitasnya

j. Pola Keyakinan – Nilai

Latar belakang budaya/etnik

Status ekonomi

Pentingnya agama menurut pasien

10. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
hipertensi :
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
b. Penurunan curah jantung
c. Nyeri akut
d. Intoleransi aktivitas
e. Pola tidur tidak efektif
f. Resiko infeksi

11. Intervensi Keperawatan

Domain 12 : Kenyamanan
Kode : 00132
Diagnosa : Nyeri Akut (hal 469)
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat keruakan jaringan actual atau potendial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan ( international association for the study
of pain ) ; awitan yang tiba tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi .
Batasan karakteristik :
 Ekspresi wajah nyeri ( misal, mata kurang bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetappada satufokus, meringis )
 Focus padadiri sendiri
 Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas ( mis, anggota
keluarga, pemberian asuhan)
 Mengekspresikan perilaku ( mis, gelisah , merengek, menangis ,
waspada)
 Perubahan posisi untuk menhindari nyeri
 Perubahan selera makan

Factor yang berhubungan :


Agens cedera biologis

NIC
Manajemen Nyeri (1400) (hal 198)
 Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik ,onset/durasi, frekuensi ,kualitas,intensitas,atau beratnya
nyeri dan factor pencetus
 Gali bersama pasien factor-faktor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri
 Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan
nyeri
 Kolaborasi dengan pasien ,orang terdekat dan tenaga kesehatan lain
untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi sesuai kebutuhan
Pemberian analgesic (2210) (hal 247)
 Tentukan lokasi,karakteristtik,kualitas dan keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
 Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis dan frekuensi obat
analgesic yang diresepkan
 Cek adanya riwayat alergi obat

NOC
Kontrol Nyeri ( 1605 ) (hal 247)
160502 Mengenali kapan Nyeri terjadi dari skala 4 ( sering menunjukkan
)menjadi 2 ( jarang menunjukkan )
160505 Menggunakan analgesic yang direkomendasikan terjadi dari
skala 4 ( sering menunjukkan )menjadi 2 ( jarang menunjukkan )
160511 melaporkan nyeri yang terkontrol dari skala 4 ( sering
menunjukkan )menjadi 2 ( jarang menunjukkan )

Tingkat Nyeri ( 2102) (hal 577)


210201 nyeri yang dilaporkan dari skala 2 ( cukup berat ) menjadi 4 (
ringan )
210206 Ekspresi nyeri wajah dari skala 2 ( cukup berat ) menjadi 4 (
ringan )
210209 Fokus menyempit dari skala 2 ( cukup berat ) menjadi 4 ( ringan )
210212 Tekanan darah dari skala 2 ( cukup berat ) menjadi 4 ( ringan )
Domain 4 : Aktivitas / Istirahat
Kelas 1 : Tidur/ istirahat
Kode : 000198
Gangguan pola Tidur (hal 229)
Definisi : interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat factor eksternal

Batasan Karakteristik :
 Kesulitan jatuh tertidur
 Ketidakpuasan tidur
 Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
 Perubahan pola tidu normal

Faktor yang berhubungan :


1. Imobilisasi
2. Halangan lingkungan (bising, pencahayaan, lingkungan tidak dikenal)
NIC
Peningkatan tidur ( 1850 ) (hal 348)
 Monitor / catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur
 Anjurkan untuk tidur siang disiang hari, jika diindikasikan , untuk
memenuhi kebutuhan tidur
 Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama penyakit

NOC
Tidur ( 0004) (hal 566)
000401 jam tidur dari skala 3 ( cukup terganggu ) menjadi 5( tidak
terganggu )
000404 Kualitas Tidur dari skala 3 ( cukup terganggu ) menjadi 5( tidak
terganggu )
000418 Tidur dari awal sampai habis dimalam hari secara konsisten dari
skala 3 ( cukup terganggu ) menjadi 5( tidak terganggu )
000408 perasaan segar setelah tidur dari skala 3 ( cukup terganggu )
menjadi 5( tidak terganggu )

Domain 4 : Aktivitas / Istirahat


Kelas 4 : Respons Kardiovaskular/ Pulmonal
Kode : 00092 Intoleran aktivitas (hal 241)
Definisi : ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari0hari
yang harus atau yang ingin dilakukan

Batasan Karakteristik :
 Dispnea setelah aktvitas
 Keletihan
 Ketidaknyamanan setelah beraktivitas

Faktor yang berhubungan :


1. Gaya hidup kurang gerak
2. Imobilitas
3. Tirah baring

NIC :
Manajemen Energi ( 0180 ) (hal 177)
 Monitor intake / asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energy
yang adekuat
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi tugas/ kegiatan rumah yang bisa
dilakukan oleh keluarga dan teman dirumah untuk mencegah/
mengatasi kelelahan
 Anjurkan periode istirahat dan kegiatan secara bergantian

NOC : Toleransi terhadap aktivitas (0005 ) (hal 582)


000504 Tekanan darah sistolik ketika beraktivitas dari skala 2 ( bnyak
terganggu ) menjadi 2 ( sedikit terganggu )
000505 tekanan darah diastoli ketika beraktivitas dari skala 2 ( bnyak
terganggu ) menjadi 2 ( sedikit terganggu )
Daya tahan (0001)
000109 pemulihan enegi setelah istirahat dari skaala dari skala 2 ( bnyak
terganggu ) menjadi 2 ( sedikit terganggu )

Domain 4 : Aktivtas/ Istirahat


Kelas 4 : Respon kardiovaskuler/ pulmonal
Kode : 00204 (hal 252)
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Definisi : rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat
menganggu kesehatan.
Faktor resiko :
 Hipertensi
NIC : Monitor tekanan intracranial (2590) (hal 238)

 Monitor intake dan output


 Letakkan kepala dan leher pasien dalam posisi netral, hindari fleksi
pinggang yang berlebihan
 Berikan informasi kepada pasien atau keluarga/ orang penting
lainnya
 Beritahu dokter untuk peningkatan TIK yang tidakk bereaksi sesuai
peraturan perawatan

Manajemen edema serebral (2540) (hal 165)

 Monitor tanda-tanda vital


 Lakukan ROM pasif
 Dorong keluarga untuk bicara dengan pasien
 Berikan diuretik osmotik

NOC : Manajemen Diri : Hipertensi (3107) (hal 291)

310701 Memantau tekanan darah dari skala 3 (kadang-kadang


menunjukkan) menjadi skala 4 (sering menunjukkan)

310704 Mempertahankan target tekanan darah dari skala 2 (jarang


menunjukkan) menjadi skala 4 (sering menunjukkan)

Domain 4 : Aktivtas/ Istirahat


Kelas 4 : Respon kardiovaskuler/ pulmonal
Kode : 00209 (hal 244)
Penurunan curah jantung

Definisi : ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk


memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Batasan karakteristik :

 Perubahan EKG
 Edema
 Perubahan tekanan darah

NIC

Perawatan jantung (4040) (hal 364)

 Monitor EKG
 Pastikan tingkat aktivitas pasien yang tidak membahayakan curah
jantung
 Dorong peningkatan aktivitas bertahap ketika kondisi sudah
distabilkan

NOC :

Tanda-tanda vital (0802) (hal 563)

080205 Tekanan darah sistolik dari skala 1(deviasi berat dari kisaran
normal) menjadi skala 3 (deviasi sedang dari kisaran normal)

080206 Tekanan darah diastolik dari skala 1(deviasi berat dari kisaran
normal) menjadi skala 3 (deviasi sedang dari kisaran normal)

B. KONSEP LANJUT USIA (LANSIA)


1. Definisi Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.
13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,
2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
2. Batasan Umur Lanjut Usia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan
umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal
1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi
menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah
45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua
(old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90
tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah
40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat
(fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.
d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia
(geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric
age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old
(70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi,
2009).

3. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan
Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia
(prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah
seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang
masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa, lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak
berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain.
4. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60
tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan),
kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam dkk,
2008).
5. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho
2000 dalam Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik dan banyak menuntut.
c. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
d. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
independen (ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan dan
serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam
melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

6. Proses Penuaan
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena
yang kompleks multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel
dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley, 2006).
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan
yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya
jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan
mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan
proses penuaan (Maryam dkk, 2008).
Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang
tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan (gradual) kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan struktur dan
fungsi secara normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk adanya infeksi.
Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai
dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan
saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan
seseorang mulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh
yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut
maupun saat menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai
puncaknya pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat
tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian
menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia (Mubarak,
2009).
Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik
secara biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang,
maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat
mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher, 2009).
Oleh karena itu, perlu perlu membantu individu lansia untuk menjaga harkat
dan otonomi maksimal meskipun dalam keadaan kehilangan fisik, sosial dan
psikologis (Smeltzer, 2001).
7. Teori-Teori Proses Penuaan
Menurut Maryam, dkk (2008) ada beberapa teori yang berkaitan dengan
proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan teori
spiritual.
a. Teori biologis
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow
theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
1) Teori genetik dan mutasi
Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara genetik
untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
2) Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif
dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
3) Teori stres
Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel
yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha,
dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
4) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
5) Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang
tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan
hilangnya fungsi sel.
b. Teori psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya
penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan
kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit
untuk dipahami dan berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan
adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula
penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespons
stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari
stimulus yang ada.
c. Teori sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri
(disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori
kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development
theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory).
1) Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Pada lansia, kekuasaan dan prestasinya berkurang sehingga
menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa
hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti
perintah.
2) Teori penarikan diri
Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan
menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara
perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
3) Teori aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung
bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan
aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting
dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
4) Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini
dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang
ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia.
5) Teori perkembangan
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua
merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap
berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun
negatif. Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan bagaimana cara
menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh
lansia tersebut.
6) Teori stratifikasi usia
Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang
dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk
mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro. Setiap
kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang demografi dan
keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya. Kelemahannya adalah
teori ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara
perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan
dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik.
7) Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu
tentang arti kehidupan.

8. Tugas Perkembangan Lansia


Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi
seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada tiap
individu, namun seiring penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan
fungsi tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit
dan merupakan perubahan normal. Adanya penyakit terkadang mengubah
waktu timbulnya perubahan atau dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.
Adapun tugas perkembangan pada lansia dalam adalah : beradaptasi
terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap masa
pensiun dan penurunan pendapatan, beradaptasi terhadap kematian
pasangan, menerima diri sebagai individu yang menua, mempertahankan
kehidupan yang memuaskan, menetapkan kembali hubungan dengan anak
yang telah dewasa, menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter
& Perry, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Lestari Puput, dkk. 2012. Makalah Dewasa Akhir. Universitas Muhammadiyah


Surakarta.
Kusumadewi Yulia. 2012. Makalah Perkembangan Lansia.
Brunner and Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Doengoes ( 1993 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Smith T. 1995. Tekanan Darah Tinggi. Cetakan V. Arcan.Jakarta
Sobel, B. J. M. D. and George L. Bakris, M .D . FACP. 1999 . Pedoman KLinis
diagnosa dan Terapi Hipertensi. Penerbit Hipokrates.Anna Keliat, Budi dkk. 2016.
Diagnosis Keperawatan Definsi & Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10. Jakarta : EGC

Nurjannah, Intansari dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia

Nurjannah, Intansari dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Indonesia

Anda mungkin juga menyukai