Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETIK KETOASIDOSIS

DISUSUN OLEH:

NAMA : LILIS WULANDARI


NIM : PO.71.20.4.16.019
DOSEN PEMBIMBING : AZWALDI, APP., M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D4 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETIK KETOASIDOSIS

DISUSUN OLEH:

NAMA : LENNY ALFIANI


NIM : PO.71.20.4.16.018
DOSEN PEMBIMBING : AZWALDI, APP., M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D4 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETIK KETOASIDOSIS

DISUSUN OLEH:

NAMA : RIA ELFAMA


NIM : PO.71.20.4.16.028
DOSEN PEMBIMBING : PRAHARDIAN PUTRI, S.Kp., M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D4 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETIK KETOASIDOSIS

DISUSUN OLEH:

NAMA : ILUN CHAIRUNNISYAH NAPITU


NIM : PO.71.20.4.16.014
DOSEN PEMBIMBING : ISMAR AGUSTIN, S.Kp., M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D4 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
BAB I
KONSEP TEORI
A. Definisi
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh
defisiensi insulin absolut atau relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan
komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat
darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan
bahkan dapat sampai menyebabkan syok. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan
komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan
elektrolit dan asidosis. Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi
berat insulin dan disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes
ketergantungan insulin.
KAD adalah keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat
pembentukan keton yang berlebihan, sedangkan SHH ditandai dengan
hiperosmolalitas berat dengan kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi
dari KAD murni (American Diabetes Association, 2004).
Ketoasidosis diabetikum adalah merupakan trias dari hiperglikemia, asidosis,
dan ketosis yang terlihat terutama pada pasien dengan diabetes tipe-1. (Samijean
Nordmark, 2008).
Salah satu kendala dalam laporan mengenai insidensi, epidemiologi dan
angka kematian KAD adalah belum ditemukannya kesepakatan tentang definisi
KAD. Sindroma ini mengandung triad yang terdiri dari hiperglikemia, ketosis
dan asidemia. Konsensus diantara para ahli dibidang ini mengenai kriteria
diagnostik untuk KAD adalah pH arterial < 7,3, kadar bikarbonat < 15
mEq/L, d an kadar glucosa darah > 250 m g/dL disertai ketonemia dan
ketonuria moderate (Kitabchi dkk, 1994).

B. Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat
dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam
pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang. Tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati
Beberapa penyebab terjadinya KAD adalah:
1. Infeksi : pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis. diketahui bahwa
jumlah sel darah putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari
infeksi.
2. Ketidakpatuhan: karena ketidakpatuhan dalam dosis
3. Pengobatan: onset baru diabetes atau dosis insulin tidak adekuat
4. Kardiovaskuler : infark miokardium
5. Penyebab lain : hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan
kortikosteroid and adrenergik.
(Samijean Nordmark, 2008)

C. Tanda dan Gejala


Gejala klinis biasanya berlangsung cepat dalam waktu kurang dari 24 jam.
Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan yang nyata biasanya terjadi beberapa
hari menjelang KAD, dan sering disertai mual-muntah dan nyeri perut. Nyeri perut
sering disalah-artikan sebagai 'akut abdomen'. Asidosis metabolik diduga menjadi
penyebab utama gejala nyeri abdomen, gejala ini akan menghilang dengan
sendirinya setelah asidosisnya teratasi.
Sering dijumpai penurunan kesadaran, bahkan koma (10% kasus), dehidrasi
dan syok hipovolemia (kulit/mukosa kering dan penurunan turgor, hipotensi dan
takikardi). Tanda lain adalah :
1) Sekitar 80% pasien DM (komplikasi akut)
2) Pernafasan cepat dan dalam (Kussmaul)
3) Dehidrasi (tekanan turgor kulit menurun, lidah dan bibir kering)
4) Kadang-kadang hipovolemi dan syok
5) Bau aseton dan hawa napas tidak terlalu tercium
6) Didahului oleh poliuria, polidipsi.
7) Riwayat berhenti menyuntik insulin
8) Demam, infeksi, muntah, dan nyeri perut
(Dr. MHD. Syahputra. Diabetic ketosidosis. http://www.library.usu.ac.id )

D. Patofisiologi
Diabetes ketoasidosis disebabakan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran kliniks yang
penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan
asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali.
Kedua faktor ini akan mengakibatkan hipergikemia. Dalam upaya untuk
mnghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekresikan glukosa bersama – sama air dan elektrolit (seperti natrium, dan
kalium). Diurisis osmotik yang ditandai oleh urinasi berlebihan (poliuri) ini kan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elekrolit. Penderita ketoasidosis yang berat
dapat kehilangan kira – kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga 500 mEg natrium,
kalium serta klorida selam periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis)
menjadi asam – asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah
menjadi benda keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terajdi produksi benda
keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal
akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Benda keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalanm sirkulasi darah, benda keton akan menimbulkan asidosis
metabolik (Brunner and suddarth, 2002).
WOC

E. Pemeriksaan Diagnostik
Analisa Darah
a. Kadar glukosa darah bervariasi tiap individu
b. pH rendah (6,8 -7,3)
c. PCO2 turun (10 – 30 mmHg)
d. HCO3 turun (<15 mEg/L)
e. Keton serum positif, BUN naik
f. Kreatinin naik
g. Ht dan Hb naik
h. Leukositosis
i. Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
Elektrolit
a. Kalium dan Natrium dapat rendah atau tinggi sesuai jumlah cairan yang
hilang (dehidrasi).
b. Fosfor lebih sering menurun
c. Urinalisa
d. Leukosit dalam urin
e. Glukosa dalam urin

EKG gelombang T naik


MRI atau CT-scan
Foto toraks

F. Penatalaksanaan
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yang ada.
Pengawasan ketat, KU jelek masuk HCU/ICU
Fase I/Gawat :
a. Rehidrasi
1) Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam
pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam (4-
6L/24jam)
2) Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam)
3) Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
4) Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi batang otak (24 –
48 jam).
5) Bila Gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D5%
6) Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam)
7) Monitor keseimbangan cairan
b. Insulin
1) Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/im/sc)
2) Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgBB dalam cairan isotonic
3) Monitor Gula darah tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4 jam
sekali
4) Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila : AGD < 15 mEq/L
³250mg%, Perbaikan hidrasi, Kadar HCO3

Fase II/Maintenance:
1) Cairan maintenance
a. Nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
b. Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4IU
2) Kalium
Perenteral bila K+ 240 mg/dL atau badan terasa tidak enak.
3) Saat sakit, makanlah sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila tidak nafsu
makan, boleh makan bubur atau minuman berkalori lain.
4) Minumlah yang cukup untuk mencegah dehidrasi.

G. Komplikasi
1. ARDS (adult respiratory distress syndrome)
2. Patogenesis terjadinya hal ini belum jelas, kemungkinan akibat rehidrasi yang
berlebihan, gagal jantung kiri atau perubahan permeabilitas kapiler paru.
3. DIC (disseminated intravascular coagulation)
4. Edema otak
5. Adanya kesadaran menurun disertai dengan kejang yang terjadi terus menerus
akan beresiko terjadinya edema otak
6. Gagal ginjal akut
7. Dehidrasi berat dengan syok dapat mengakibatkan gagal ginjal akut.
8. Hipoglikemia dan hiperkalemia
9. Terjadi akibat pemberian insulin dan cairan yang berlebihan dan tanpa
pengontrolan.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis:
a. Riwayat DM
b. Poliuria, Polidipsi
c. Berhenti menyuntik insulin
d. Demam dan infeksi
e. Nyeri perut, mual, mutah
f. Penglihatan kabur
g. Lemah dan sakit kepala
2. Pemeriksan Fisik:
a. Ortostatik hipotensi (sistole turun 20 mmHg atau lebih saat berdiri)
b. Hipotensi, Syok
c. Nafas bau aseton (bau manis seperti buah)
d. Hiperventilasi : Kusmual (RR cepat, dalam)
e. Kesadaran bisa CM, letargi atau koma
f. Dehidrasi
3. Pengkajian gawat darurat:
a. Airways: kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau benda
asing yang menghalangi jalan nafas
b. Breathing: kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot
bantu pernafasan.
c. Circulation: kaji nadi, capillary refill
4. Pengkajian head to toe
a. Data subyektif:
1) Riwayat penyakit dahulu
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Status metabolic
Intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi atau penyakit-
penyakit akut lain, stress yang berhubungan dengan faktor-faktor
psikologis dan social, obat-obatan atau PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com terapi lain yang mempengaruhi glukosa darah,
penghentian insulin atau obat anti hiperglikemik oral.
b. Data Obyektif:
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istrahat/tidur
Tanda: Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas, letargi
/disorientasi, koma.
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama,
takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas,
kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
3) Integritas/ Ego
Gejala: Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
4) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen,
diare.
Tanda: Urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare).
5) Nutrisi/Cairan
Gejala: Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid).
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

6) Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot, parestesi, gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),
gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam
menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala: Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8) Pernapasan
Gejala: Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda: Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi
pernapasan meningkat.
9) Keamanan
Gejala: Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda: Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
10) Seksualitas
Gejala: Rabas vagina (cenderung infeksi) Masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita.
11) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik
(thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa
darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan
diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

B. Diagnosa Keperawatan Ketoasidosis Diabetikum (KAD)


1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat
hiperglikema, pengeluaran cairan berlebihan: diare, muntah, pembatasan intake
akibat mual, kacau mental
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolik
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan kadar
glukosa
4. Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi

C. Rencana Keperawatan Ketoasidosis Diabetikum (KAD)


No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


Definisi: Penurunan - Fluid balance Fluid management
cairan intravaskuler, - Hydration 1. Pertahankan catatan
interstisial, dan/atau - Nutritional Status : intake dan output yang
intrasellular. Ini mengarah Food and Fluid Intake akurat
ke dehidrasi, kehilangan 2. Monitor status hidrasi
Kriteria Hasil :
cairan dengan (kelembaban membran
- Mempertahankan urine
pengeluaran sodium mukosa, nadi adekuat,
output sesuai dengan
Batasan Karakteristik : tekanan darah ortostatik),
usia dan BB, BJ urine
- Kelemahan jika diperlukan
normal, HT normal
- Haus 3. Monitor vital sign
- Penurunan turgor - Tekanan darah, nadi, 4. Monitor masukan
kulit/lidah suhu tubuh dalam batas makanan / cairan dan
- Membran normal hitung intake kalori
mukosa/kulit kering - Tidak ada tanda tanda harian
- Peningkatan denyut dehidrasi, Elastisitas 5. Kolaborasikan pemberian
nadi, penurunan turgor kulit baik, cairan IV
tekanan darah, membran mukosa 6. Monitor status nutrisi
penurunan lembab, tidak ada rasa 7. Berikan cairan IV pada
volume/tekanan nadi haus yang berlebihan suhu ruangan
- Pengisian vena 8. Dorong masukan oral
menurun 9. Berikan penggantian
- Perubahan status nasogatrik sesuai output
mental 10. Dorong keluarga untuk
- Konsentrasi urine membantu pasien makan
meningkat 11. Tawarkan snack ( jus
- Temperatur tubuh buah, buah segar )
meningkat 12. Kolaborasi dokter jika
- Hematokrit meninggi tanda cairan berlebih
- Kehilangan berat muncul
badan seketika 13. Atur kemungkinan
(kecuali pada third tranfusi
spacing) 14. Persiapan untuk tranfusi
Faktor-faktor yang
berhubungan:

- Kehilangan volume
cairan secara aktif
- Kegagalan
mekanisme
pengaturan

2 Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:


Definisi: Pertukaran udara - Respiratory status: Airway Management
inspirasi dan/atau Ventilation 1. Buka jalan nafas,
ekspirasi tidak adekuat - Respiratory status: guanakan teknik chin lift
Batasan karakteristik: Airway patency atau jaw thrust bila perlu
- Vital sign Status 2. Posisikan pasien untuk
- Penurunan tekanan
memaksimalkan ventilasi
inspirasi/ekspirasi
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi pasien
- Penurunan
- Mendemonstrasikan perlunya pemasangan
pertukaran udara per
batuk efektif dan suara alat jalan nafas buatan
menit
nafas yang bersih, tidak 4. Pasang mayo bila perlu
- Menggunakan otot
ada sianosis dan 5. Lakukan fisioterapi dada
pernafasan tambahan
dyspneu (mampu jika perlu
- Nasal flaring
mengeluarkan sputum, 6. Keluarkan sekret dengan
- Dyspnea
mampu bernafas dengan batuk atau suction
- Orthopnea
mudah, tidak ada pursed 7. Auskultasi suara nafas,
- Perubahan
lips) catat adanya suara
penyimpangan dada
- Menunjukkan jalan tambahan
- Nafas pendek
nafas yang paten (klien 8. Lakukan suction pada
- Assumption of 3-
tidak merasa tercekik, mayo
point position
irama nafas, frekuensi 9. Berikan bronkodilator
- Pernafasan pursed-lip
pernafasan dalam bila perlu
- Tahap ekspirasi
rentang normal, tidak 10. Berikan pelembab udara
berlangsung sangat
ada suara nafas Kassa basah NaCl
lama
abnormal. Lembab
- Peningkatan diameter
- Tanda Tanda vital 11. Atur intake untuk cairan
anterior-posterior
dalam rentang normal mengoptimalkan
- Pernafasan rata-
(tekanan darah, nadi, keseimbangan.
rata/minimal
pernafasan) 12. Monitor respirasi dan
Bayi : < 25 atau > 60 status O2

Usia 1-4 : < 20 atau


Terapi oksigen
> 30
1. Bersihkan mulut, hidung
Usia 5-14 : < 14 atau
dan secret trakea
> 25
2. Pertahankan jalan nafas
Usia > 14 : < 11 atau yang paten
> 24 3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
- Kedalaman pernafasan
5. Pertahankan posisi pasien
Dewasa volume
6. Observasi adanya tanda
tidalnya 500 ml saat
tanda hipoventilasi
istirahat
7. Monitor adanya
Bayi volume tidalnya
kecemasan pasien
6-8 ml/Kg
terhadap oksigenasi
- Timing rasio
Vital sign Monitoring
- Penurunan kapasitas
vital 1. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
Faktor yang berhubungan:
2. Catat adanya fluktuasi
- Hiperventilasi tekanan darah
- Deformitas tulang 3. Monitor VS saat pasien
- Kelainan bentuk berbaring, duduk, atau
dinding dada berdiri
- Penurunan 4. Auskultasi TD pada
energi/kelelahan kedua lengan dan
- Perusakan/pelemahan bandingkan
muskulo-skeletal 5. Monitor TD, nadi, RR,
- Obesitas sebelum, selama, dan
- Posisi tubuh setelah aktivitas
- Kelelahan otot 6. Monitor kualitas dari
pernafasan nadi
- Hipoventilasi 7. Monitor frekuensi dan
sindrom irama pernapasan
- Nyeri 8. Monitor suara paru
- Kecemasan 9. Monitor pola pernapasan
- Disfungsi abnormal
Neuromuskuler 10. Monitor suhu, warna, dan
- Kerusakan kelembaban kulit
persepsi/kognitif 11. Monitor sianosis perifer
- Perlukaan pada 12. Monitor adanya cushing
jaringan syaraf tulang triad (tekanan nadi yang
belakang melebar, bradikardi,
- Imaturitas peningkatan sistolik)
Neurologis 13. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
`

3 Resiko Infeksi NOC: NIC :


Definisi: Peningkatan - Immune Status
Infection Control (Kontrol
resiko masuknya - Knowledge : Infection
infeksi)
organisme patogen control
Faktor-faktor resiko: - Risk control 1. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
- Prosedur Infasif Kriteria Hasil:
lain
- Ketidakcukupan - Klien bebas dari tanda
2. Pertahankan teknik
pengetahuan untuk dan gejala infeksi
isolasi
menghindari paparan - Menunjukkan
3. Batasi pengunjung bila
patogen kemampuan untuk
perlu
- Trauma mencegah timbulnya
4. Instruksikan pada
- Kerusakan jaringan infeksi
pengunjung untuk
dan peningkatan - Jumlah leukosit dalam
mencuci tangan saat
paparan lingkungan batas normal
berkunjung dan setelah
- Ruptur membran - Menunjukkan perilaku
berkunjung
amnion hidup sehat
meninggalkan pasien
- Agen farmasi
5. Gunakan sabun
(imunosupresan)
antimikrobia untuk cuci
- Malnutrisi
tangan
- Peningkatan paparan
6. Cuci tangan setiap
lingkungan patogen
sebelum dan sesudah
- Imonusupresi
tindakan keperawatan
- Ketidakadekuatan
7. Gunakan baju, sarung
imum buatan
tangan sebagai alat
- Tidak adekuat
pelindung
pertahanan sekunder
8. Pertahankan lingkungan
(penurunan Hb,
Leukopenia, aseptik selama
penekanan respon pemasangan alat
inflamasi) 9. Ganti letak IV perifer dan
- Tidak adekuat line central dan dressing
pertahanan tubuh sesuai dengan petunjuk
primer (kulit tidak umum
utuh, trauma 10. Gunakan kateter
jaringan, penurunan intermiten untuk
kerja silia, cairan menurunkan infeksi
tubuh statis, kandung kencing
perubahan sekresi 11. Tingkatkan intake nutrisi
pH, perubahan 12. Berikan terapi antibiotik
peristaltik) bila perlu
- Penyakit kronik
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)

1. Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan kulit
pada area epiderma
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
4 Ketidakseimbangan NOC: NIC:
nutrisi kurang dari - Nutritional Status : food Nutrition Management
kebutuhan tubuh and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
- Nutritional Status : makanan
Definisi: Intake nutrisi
nutrient Intake 2. Kolaborasi dengan ahli
tidak cukup untuk
gizi untuk menentukan
keperluan metabolisme
Kriteria Hasil : jumlah kalori dan nutrisi
tubuh.
- Adanya peningkatan yang dibutuhkan pasien.
Batasan karakteristik: berat badan sesuai 3. Anjurkan pasien untuk
- Berat badan 20 % dengan tujuan meningkatkan intake Fe
atau lebih di bawah - Berat badan ideal sesuai 4. Anjurkan pasien untuk
ideal dengan tinggi badan meningkatkan protein
- Dilaporkan adanya - Mampumengidentifikasi dan vitamin C
intake makanan yang kebutuhan nutrisi 5. Berikan substansi gula
kurang dari RDA - Tidak ada tanda tanda 6. Yakinkan diet yang
(Recomended Daily malnutrisi dimakan mengandung
Allowance) - Menunjukkan tinggi serat untuk
- Membran mukosa peningkatan fungsi mencegah konstipasi
dan konjungtiva pengecapan dari 7. Berikan makanan yang
pucat menelan terpilih (sudah
- Kelemahan otot yang - Tidak terjadi penurunan dikonsultasikan dengan
digunakan untuk berat badan yang berarti ahli gizi)
menelan/mengunyah 8. Ajarkan pasien
- Luka, inflamasi pada bagaimana membuat
rongga mulut catatan makanan harian.
- Mudah merasa 9. Monitor jumlah nutrisi
kenyang, sesaat dan kandungan kalori
setelah mengunyah 10. Berikan informasi
makanan tentang kebutuhan nutrisi
- Dilaporkan atau fakta 11. Kaji kemampuan pasien
adanya kekurangan untuk mendapatkan
makanan nutrisi yang dibutuhkan
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi Nutrition Monitoring
rasa
1. BB pasien dalam batas
- Perasaan
normal
ketidakmampuan
2. Monitor adanya
untuk mengunyah
penurunan berat badan
makanan
3. Monitor tipe dan jumlah
- Miskonsepsi
aktivitas yang biasa
- Kehilangan BB
dilakukan
dengan makanan
4. Monitor interaksi anak
cukup
atau orangtua selama
- Keengganan untuk
makan
makan
5. Monitor lingkungan
- Kram pada abdomen selama makan
- Tonus otot jelek 6. Jadwalkan pengobatan
- Nyeri abdominal dan tindakan tidak
dengan atau tanpa selama jam makan
patologi 7. Monitor kulit kering dan
- Kurang berminat perubahan pigmentasi
terhadap makanan 8. Monitor turgor kulit
- Pembuluh darah 9. Monitor kekeringan,
kapiler mulai rapuh rambut kusam, dan
- Diare dan atau mudah patah
steatorrhea 10. Monitor mual dan
- Kehilangan rambut muntah
yang cukup banyak 11. Monitor kadar albumin,
(rontok) total protein, Hb, dan
- Suara usus hiperaktif kadar Ht
- Kurangnya 12. Monitor makanan
informasi, kesukaan
misinformasi 13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Faktor-faktor yang 14. Monitor pucat,
berhubungan: kemerahan, dan
kekeringan jaringan
Ketidakmampuan
konjungtiva
pemasukan atau mencerna
15. Monitor kalori dan intake
makanan atau
nuntrisi
mengabsorpsi zat-zat gizi
16. Catat adanya edema,
berhubungan dengan
hiperemik, hipertonik
faktor biologis, psikologis
papila lidah dan cavitas
atau ekonomi.
oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
5 Kurang pengetahuan NOC: NIC:
- Knowlwdge : disease Teaching : disease Process.
Definisi: process 1. Berikan penilaian
- Knowledge : health tentang tingkat
Tidak adanya atau
Behavior pengetahuan pasien
kurangnya informasi
tentang proses penyakit
kognitif sehubungan
Kriteria Hasil: yang spesifik
dengan topic spesifik.
- Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi
Batasan karakteristik : menyatakan dari penyakit dan
memverbalisasikan pemahaman tentang bagaimana hal ini
adanya masalah, penyakit, kondisi, berhubungan dengan
ketidakakuratan prognosis dan program anatomi dan fisiologi,
mengikuti instruksi, pengobatan dengan cara yang tepat.
perilaku tidak sesuai. - Pasien dan keluarga 3. Gambarkan tanda dan
mampu melaksanakan gejala yang biasa muncul
prosedur yang pada penyakit, dengan
Faktor yang berhubungan dijelaskan secara benar cara yang tepat
: keterbatasan kognitif, - Pasien dan keluarga 4. Gambarkan proses
interpretasi terhadap mampu menjelaskan penyakit, dengan cara
informasi yang salah, kembali apa yang yang tepat
kurangnya keinginan dijelaskan perawat/tim 5. Identifikasi
untuk mencari informasi, kesehatan lainnya. kemungkinan penyebab,
tidak mengetahui sumber- dengna cara yang tepat
sumber informasi. 6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari jaminan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi
tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit.
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan.
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Hyperglycemic crises in patien ts with diabetes mellitus. American Diabetes


Association. Diabetes Carevol27 supplement1 2004, S94-S102.
Gaglia JL, Wyckoff J, Abrahamson MJ . Acute hyperglycemic cr isis in elderly.
Med Cli N Am 88: 1063-1084, 2004.
Sikhan. 2009. Ketoasidosis Diabetikum. http://id.shvoong.com. Muhammad Faizi, Netty
EP. FK UNAIR RS Dr Soetomo Surabaya. Kuliah tatalaksana ketoasidosis diabetic.
http://www.pediatric.com.
Wallace TM, Matthews DR. Recent Advance in The Monitoring and management of
Diabetic Ketoacidosis. QJ Med 2004; 97 : 773-80.
Dr. MHD. Syahputra. Diabetic ketosidosis. www. Library.usu.ac.id. Samijean Nordmark.
Critical Care Nursing Handbook. http://books.google.co.id.
Elisabeth Eva Oakes, RN. 2007. Diabetic Ketoacidosis DKA.
http://intensivecare.hsnet.nsw.gov.au.
Kitabchi AE, Fisher JN, Murphy MB , Rumbak MJ : Diabetic ketoacidosis and the
hyperglycemic hyperosmolar nonketoti c state. In Joslin’s Diabetes Mellitus .
13th ed. Kahn CR, Weir GC, Eds. Philadelphia, Lea & Febiger, 1994, p.738–770

Anda mungkin juga menyukai