Anda di halaman 1dari 17

TEKNOLOGI NUKLIR UNTUK PERUBAHAN IKLIM

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia dasar I

DOSEN PENGAJAR :
Diky Hidayat, S.Si, M.Si

DISUSUN OLEH:
Ahmad Isro
NPM. 1917011053

Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro, RW. No: 1, Gedong Meneng, Kec. Rajabasa, Kota
Bandar Lampung, Lampung 35141

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya diberikan kemudahan dan kelancaran
dalam menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul :

TEKNOLOGI NUKLIR UNTUK PERUBAHAN IKLIM


Saya menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini bukanlah semata-mata
karena usaha dan kerja keras saya sendiri, akan tetapi mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya.


2. Kedua orang tua, yang selalu memberi semangat dan dukungan dalam
penyelesaian makalah ini.
3. Bapak Diky Hidayat,S.Si, M.Si, selaku dosen kimia dasar I fakultas
matematika dan ilmu pengetahuan alam universitas lampung.
4. Seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.

Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan. untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diperlukan demi pendekatan kesempurnaan makalah
ini.

Bandar Lampung, 06 Desember 2019

Penyusun

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Masalah .................................................................................................... 2
1.3. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.4. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
2.1. Pengertian Perubahan Iklim ..................................................................... 4
2.2. Pengertian Pemanasan Global .................................................................. 5
2.3. Penyebab Perubahan Iklim dan Pemanasan Global ................................. 5
2.4. Sejarah Teknologi Nuklir ......................................................................... 8
2.5. Teknologi Nuklir Untuk Perubahan Iklim ................................................ 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 12
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 12
3.2. Saran ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan iklim baik di Indonesia maupun global merupakan salah satu isu
lingkungan yang penting dan menjadi perbincangan hangat. Isu ini merupakan isu
bersama karena dampaknya yang sangat besar terhadap bumi dan kehidupan
manusia. Beberapa dampak karena adanya perubahan iklim antara lain terjadinya
peningkatan suhu rata-rata, peningkatan intensitas curah hujan, naiknya permukaan
air laut dan bergesernya musim hujan. Terjadinya peningkatan rata-rata suhu udara
menyebabkan penguapan air yang tinggi, sehingga menyebabkan atmosfir basah
dan intensitas curah hujan meningkat. Perubahan pola curah hujan di Indonesia
akan mengarah pada terlambatnya awal musim hujan dan kecenderungan lebih
cepat berakhirnya musim hujan. Hal ini berarti bahwa musim hujan berlangsung
dalam waktu yang lebih singkat dengan intensitas curah hujan yang tinggi.

Perubahan iklim pada dasarnya merupakan dampak dari pemanasan global


(global warming), yaitu fenomena peningkatan suhu bumi dari tahun ke tahun
karena terjadinya efek gas rumah kaca (green house effect) yang disebabkan oleh
meningkatnya emisi gas rumah kaca (karbon dioksida, metan, nitrogen oksida,
sulfur heksaflourida, HFC, dan PFC). Dari ke enam gas rumah kaca tersebut,
karbon dioksida (CO2) memberikan kontribusi terbesar terhadap pemanasan global
diikuti oleh gas metan (CH4). Lebih dari 75% komposisi gas rumah kaca (GRK) di
atmosfir adalah CO2 sehingga apabila kontribusi CO2 dari berbagai kegiatan dapat
dikurangi secara signifikan, maka ada peluang bahwa dampak pemanasan global
terhadap perubahan iklim akan berkurang. GRK ini mucul dari berbagai sektor
kehidupan. Sektor energi memberikan kontribusi sebesar 63%, sektor kehutanan
dan alih fungsi lahan sebesar 18%, sektor pertanian sebesar 13%, sektor industri
dan sampah rumah tangga sebesar masing-masing 3%. Sektor energi terutama
pembangkit listrik merupakan penyumbang GRK terbesar oleh karena itu, salah

1
2

satu cara untuk mengurangi polusi udara khususnya kandungan CO2 dalam udara
adalah dengan menggunakan pembangkit listrik yang rendah emisi CO2. Emisi
yang dihasilkan setiap pembangkit berbeda-beda tergantung faktor emisinya.
Semakin besar faktor emisi pembangkit tersebut semakin besar emisi CO2 yang
dihasilkan. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil mempunyai emisi CO2 yang
cukup besar karena dalam menghasilkan energi listrik dilakukan pembakaran rantai
karbon.

Kehadiran PLTN merupakan solusi yang telah terbukti dan mempunyai


potensial paling besar dalam sumber-sumber daya yang menawarkan prospek
jangka panjang untuk memenuhi dan meningkatkan kebutuhan energi dunia sambil
tetap menjaga harga energi mendekati tingkat yang stabil. Dengan demikian,
penggunaan energi nuklir akan menghilangkan sumber dari beberapa masalah
pemanasan global baik secara langsung dalam produksi listrik maupun di mana
listrik nuklir menggantikan bahan bakar fosil, dalam pemanasan misalnya. Dalam
operasi normal PLTN sangat sedikit menyebabkan kerusakan lingkungan dan
bermanfaat bila mereka menggantikan pembangkit-pembangkit yang mengemisi
CO2, SO2 dan NOx. Dalam kaitan ini mereka akan membantu mengurangi hujan
asam dan membatasi emisi gas rumah kaca.

1.2. Masalah

Bagaimana kita mengetahui pengertian perubahan iklim, pemanasan global,


faktor penyebab perubahan iklim dan pemanasan global, serta teknologi nuklir
untuk perubahan iklim.

1.3. Rumusan Masalah

- Apa pengertian perubahan iklim?


- Apa pengertian pemanasan global?
3

- Apa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan


pemanasan global?
- Bagaimana sejarah penemuan teknologi nuklir?
- Bagaimana peran teknologi nuklir dalam mengatasi perubahan
iklim?

1.4. Tujuan Penulisan

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu


tugas mata kuliah kimia dasar I. Selain itu, penyusunan ini bertujuan untuk
hal-hal dibawah ini :

- Menambah wawasan tentang perubahan iklim dan pemanasan


global.
- Mengetahui faktor penyebab perubahan iklim dan pemanasan
global.
- Mengetahui sejarah penemuan teknologi nuklir
- Mengetahui pemanfaatan teknologi nuklir sebagai upaya mengatasi
perubahan iklim dan pemanasan global.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perubahan Iklim

Pada umumnya orang sering menyatakan kondisi iklim sama saja dengan
kondisi cuaca, padahal kedua istilah tersebut adalah suatu kondisi yang tidak sama.
Beberapa definisi cuaca adalah:

a. Keadaan atmosfer secara keseluruhan pada suatu saat termasuk perubahan,


perkembangan dan menghilangnya suatu fenomena (World Climate
Conference, 1979).
b. Keadaan variable atmosfer secara keseluruhan disuatu tempat dalam selang
waktu yang pendek (Glen T. Trewartha, 1980).
c. Keadaan atmosfer yang dinyatakan dengan nilai berbagai parameter, antara
lain suhu, tekanan, angin, kelembaban dan berbagai fenomena hujan,
disuatu tempat atau wilayah selama kurun waktu yang pendek (menit, jam,
hari, bulan, musim, tahun) (Gibbs, 1987).

Sedangkan iklim didefinisikan sebagai berikut :

a. Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara
statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda
dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979).
b. Konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur
atmosfer disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Glenn T.
Trewartha, 1980).
c. Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan,
angin kelembaban, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang
panjang (Gibbs,1987).

Adapun definisi perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer


bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas

4
5

terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya
sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. Adapun IPCC (2001) menyatakan
bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat
atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang
panjang (biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan
iklim mungkin karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau
ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan.

2.2. Pengertian Pemanasan Global

Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk


ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu
rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Selama kurang lebih seratus tahun
terakhir, suhu rata-rata di permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C.
Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang terjadi adalah akibat
meningkatnya emisi gas rumah kaca, seperti; karbondioksida, metana, dinitro
oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida di atmosfer.
Emisi ini terutama dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil (minyak
bumi dan batu bara) serta akibat penggundulan dan pembakaran hutan. Peningkatan
suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya radiasi sinar matahari menuju ke
atmosfer bumi, kemudian sebagian sinar ini berubah menjadi energi panas dalam
bentuk sinar infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi. Sebagian sinar
infra merah dipantulkan kembali ke atmosfer dan ditangkap oleh gas-gas rumah
kaca yang kemudian menyebabkan suhu bumi meningkat.

2.3. Penyebab Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Perubahan iklim terjadi akibat efek dari meningkatnya konsentrasi karbon


dioksida yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Adapun Penyebab
pemanasan global secara langsung berkaitan dengan efek rumah kaca. Jika gas-gas
rumah kaca makin meningkat jumlahnya di atmosfer, maka efek pemanasan global
6

akan semakin signifikan. Sejak revolusi industri, gas-gas rumah kaca seperti karbon
dioksida, methana, dan gas berbahaya lainnya menjadi semakin bertambah di
atmosfer sehingga konsentrasinya makin meningkat akibat ulah manusia. Adapun
penyebab-penyebab langsung maupun tidak langsung yang mengakibatkan
pemanasan global:

1. Bertambahnya gas-gas rumah kaca di atmosfer yang menyebabkan


terjadinya efek rumah kaca secara global; setiap penyebab bertambahnya
efek rumah kaca juga berkontribusi langsung terhadap pemanasan global
seperti:
a. Energi, karena hampir sebagian besar pembangkit listrik di dunia
menggunakan minyak bumi dan batu bara, maka tentu saja aspek ini
berpengaruh sangat besar terhadap pemanasan global karena
permintaan listrik sangatlah tinggi dan makin meninggi setiap tahun
yang pada saat ini, konstribusi terhadap pemanasan global sekitar
seperempatnya.
b. Transportasi, karena hampir seluruh sistem transportasi menggunakan
bahan bakar fosil, maka semakin banyak orang yang memakai
kendaraan pribadi akan berdampak pada peningkatan gas karbon
dioksida di atmosfer yang saat ini berkonstribusi sebesar 20% terhadap
pemanasan global.
- Siklus Karbon

Siklus karbon adalah sirkulasi dan transformasi karbon


bolak-balik antara makhluk hidup dan lingkungan. Selama siklus
karbon, hewan dan tumbuhan menambahkan karbon dioksida ke
atmosfer melalui respirasi sel, dan tanaman menghilangkan karbon
dioksida melalui fotosintesis. kita tahu bahwa karbon berasal dari
proses pembakaran (aktivitas manusia), dari pernapasan seluler, dan
dari peristiwa penguraian atau pembususkan. CO2 berkumpul di
atmosfer, yang kemudian akan ditangkap atau diserap oleh
tumbuhan untuk proses fotosintesis (fiksasi CO2). Hasil dari proses
7

fotosintesis yakni glukosa, di mana glukosa ini dimanfaatkan atau


dikonsumsi oleh manusia atau pun hewan (herbivora). siklus karbon
tidak hanya memberikan manfaat namun juga memberikan dampak
negatif atau permasalahan lainnya, salah satunya tingkat kandungan
karbondioksida yang terdapat di atmosfer terlalu banyak. Tumbuhan
yang berguna untuk mengubah karbondioksida menjadi oksigen
setiap harinya mengalami pengurangan, hal ini terbukti dari banyak
hutan yang hilang setiap tahun. Tidak heran jika kandungan
karbondioksida yang terdapat di atmosfer memberikan efek rumah
kaca atau global warming, yaitu sinar UV tidak dapat dipantulkan
kembali keluar atmosfer, justru terpantul ke dalam bumi kembali
dan mengakibatkan peningkatan suhu bumi

Gambar 1. Siklus Karbon

c. Industri peternakan sapi, industri peternakan sapi menghasilkan gas


methana yang sangat besar ke atmosfer.
d. Industri pertanian, pupuk yang digunakan dalam pertanian melepaskan
gas nitrogen oksida ke atmosfer yang merupakan gas rumah kaca.
e. Limbah industri dan tambang industri seperti pabrik semen, pabrik
pupuk, dan penambangan batu baru serta minyak bumi memproduksi
gas rumah kaca seperti karbon dioksida.
f. Limbah rumah tangga, limbah rumah tangga menghasilkan gas
methana dan karbon dioksida yang dihasilkan dari bakteri-bakteri
pengurai sampah.
8

2. Pencemaran laut, lautan dapat menyerap karbon dioksida dalam jumlah


yang besar, akan tetapi akibat pencemaran laut oleh limbah industri dan
sampah, laut menjadi tercemar sehingga banyak ekosistem di dalamnya
yang musnah, yang menyebabkan laut tidak dapat menyerap karbon
dioksida lagi.
3. Penebangan dan pembakaran hutan sangat berdampak buruk karena hutan
dapat menyerap karbon dioksida di atmosfer.

2.4. Sejarah Teknologi Nuklir

Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Nuklir bermula


ketika Otto Hahn dan Fritz Strasmann pada tahun 1938 menemukan reaksi
pembelahan inti atom. Mereka melakukan penelitian dengan cara menembaki unsur
Uranium-235 (U-235) dengan partikel neutron yang bergerak sangat lambat. Dari
hasil penembakan tersebut mereka mendapatkan bahwa inti atom U-235 pecah
menjadi inti-inti atom yang lebih kecil dan massanya lebih ringan dibandingkan U-
235, lalu dipancarkan dua hingga tiga buah partikel neutron baru yang bergerak
sangat cepat (neutron ini disebut neutron cepat), hingga pada akhirnya
dilepaskanlah energi dalam bentuk panas sebesar 200 Mega electron-Volt (MeV).
Reaksi yang ditemukan oleh Hahn dan Strasmann ternyata sangat berlainan dengan
reaksi kimia biasa yang sudah dikenal pada saat itu. Pada reaksi kimia biasa, reaksi
itu terjadi antara unsur-unsur kimia, dimana unsur-unsur yang bereaksi masih dapat
ditemukan dalam senyawa hasil reaksi.

Reaksi pembelahan inti atom U-235 tersebut disebut reaksi Nuklir, karena setelah
terjadi reaksi pembelahan tidak ditemukan lagi adanya inti atom U-235. Reaksi ini
sering kali disebut juga sebagai reaksi fisi (pembelahan) karena inti U-235 pecah
menjadi dua inti yang lebih kecil. Dari penemuan reaksi inilah persamaan
kesetaraan massa dan energi yang dirumuskan oleh Albert Einstein dengan
persamaan: E = mc2 (E = energi dalam Joule, m = massa dalam kilogram, dan c =
9

kecepatan cahaya yang nilainya 300.000 kilometer per detik) dapat dibuktikan dan
diakui kebenarannya oleh kalangan ilmuwan secara luas.

Gambar 2. Reaksi Nuklir

2.5. Teknologi Nuklir Untuk Perubahan Iklim

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa teknologi nuklir


merupakan salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas CO2 pada pembangkit
listrik sehingga dapat mengurangi pemanasan global. Nuklir merupakan alternatif
energi bersih yang layak menjadi pengganti energi fosil. Energi nuklir memiliki
keunggulan-keunggulan dibandingkan energi fosil, diantaranya murah, bersih,
reliabel dan sustainabel. Terkait dengan isu perubahan iklim, nuklir tidak
melepaskan emisi GRK ketika beroperasi. Emisi GRK hanya dilepaskan dalam
proses tidak langsung, yakni pembangunan, siklus bahan bakar dan dekomisioning.
Sehingga, emisi spesifik energi nuklir sangat rendah, hanya 12 g CO2 ekivalen per
kWh. Sebagai perbandingan, batubara tipe pulverised coal memiliki emisi spesifik
820 g CO2 ekivalen per kWh dan gas alam sebesar 490 g CO2 ekivalen per kWh.

Terkait emisi GRK, negara-negara Eropa yang tergabung dalam OECD dan
Amerika Serikat mendapat benefit paling tinggi dari energi nuklir. Di Eropa OECD,
23 Gigaton CO2 berhasil dicegah untuk dilepaskan ke atmosfer dengan penggunaan
energi nuklir. Sementara, di Amerika Serikat, pelepasan 20 Gigaton CO2 ekivalen
berhasil dihindari dengan menggunakan nuklir. Hal ini wajar, karena PLTN
memang banyak tersebar di Amerika Serikat dan Eropa OECD. Di Jepang,
penggunaan energi nuklir berhasil mencegah terlepasnya 6,2 Gigaton CO2 ekivalen.
10

Sementara, Rusia mencegah terlepasnya 6,1 Gigaton CO2 ekivalen. Tidak terlalu
banyak benefit di India dan Cina, karena program nuklir mereka memang belum
semasif negara-negara lainnya. Sebagai catatan, 64 Gigaton CO2 ekivalen setara
dengan emisi pembakaran batubara kumulatif di Amerika Serikat selama 35 tahun,
atau di Cina selama 17 tahun

Gambar 3. Emisi GRK historis yang dicegah dengan pemanfaatan energi nuklir

Kalau bukan karena berbagai hambatan politis, pertumbuhan energi nuklir pada
tahun 2015 saja bisa jadi sudah menggantikan 100% pembakaran batubara dan 76%
pembakaran gas alam, sebagaimana diungkapkan Lang (2017) dalam analisisnya,
lebih besar GRK yang bisa dicegah dari terlepas ke atmosfer, yakni 174 juta ton
CO2 ekivalen. Supaya pemanasan global dapat ditekan kurang dari 2°C (kurang dari
1,5°C, menurut James Hansen), kebutuhan akan energi bersih memang sangat
krusial. Khususnya nuklir, yang selama ini telah sukses mencegah sejumlah besar
GRK terlepas ke atmosfer. Dengan karakter pembangkit listrik yang mirip dengan
batubara (minus emisi GRK), nuklir mampu mensubstitusi energi fosil tanpa
banyak masalah. Masalahnya tinggal hambatan-hambatan politis dan masih
merajalelanya mitos-mitos menyesatkan soal nuklir. Semua itu harus diluruskan,
supaya manfaat nuklir bisa dirasakan sepenuhnya. Selain itu menurut BATAN,
teknologi nuklir mampu melakukan kajian perubahan iklim masa lampau (paleo-
climate) dengan analisis isotop dalam terumbu karang (coral), sedimen laut dan
danau. Terumbu karang dan sedimen dapat menyimpan informasi hingga ratusan
bahkan ribuan tahun yang lalu. Data yang didapatkan dari terumbu karang dan
sedimen tersebut, digunakan untuk membuat prediksi perubahan iklim di masa
11

mendatang. Model prediksi itulah yang dapat dimanfaatkan untuk mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain
suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai
sektor kehidupan manusia. Perubahan iklim terjadi akibat efek dari meningkatnya
konsentrasi karbon dioksida yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
sehingga menimbulkan pemanasan global atau perubahan suhu. Perubahan suhu
cenderung naik dengan adanya pertambahan GRK terutama emisi gas CO2 di
Indonesia, akan sangat terkait dengan proyek besar-besaran pemerintah di bidang
pembangkit listrik tenaga batu bara dan pemicu meningkatnya GRK. Untuk itu,
diperlukan langkah untuk mengatasi hal ini. Salah satunya, dengan mengubah atau
menggunakan teknologi nuklir pada pembangkit listrik. Karena pembangkit listrik
teknologi nuklir tidak mengeluarkan emisi CO2 Ketika beroperasi dan juga
merupakan sumber tenaga yang ramah lingkungan dan efisien.

3.2. Saran

Berdasarkan pemaparan masalah tersebut, maka langkah-langkah yang bisa


dilakukan adalah:

1. Diharapkan setelah membaca materi yang telah disampaikan dapat


menambah wawasan kita mengenai perubahan iklim dan manfaat tenaga
nuklir sebagai salah satu upaya mengatasi perubahan iklim
2. Diharapkan kita sebagai saintis lebih peduli dan kritis mengenai isu
perubahan iklim ini.
3. Diharapkan kepada pemerintah untuk lebih mengkaji kembali teknologi
nuklir dalam pembangkit listrik karena kelebihannya dibandingkan dengan
batu bara

12
13

4. Diharapkan kepada pemerintah di dunia untuk lebih serius dalam hal isu
perubahan iklim karena dampaknya yang cukup besar bagi kehidupan yang
ada di bumi.
DAFTAR PUSTAKA

Budi, R. F. S dan Suparman. 2013. Perhitungan Faktor Emisi CO2 PLTU Batu
Bara dan PLTN. Jurnal Pengembangan Nuklir. Vol. 2. NO. 1. Hal 3-5.

Cahyono, W. E. 2010. Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Lingkungan Bumi.


Lapan. Jakarta.

https://warstek.com/2018/10/09/teknologi-nuklir-untuk-perubahan-iklim/. diakses
pada 03 Desember 2019 Pukul 16.00 WIB.
https://saintif.com/perubahan-iklim/. diakses pada 03 Desember 2019 Pukul 16.30
WIB.
http://www.batan.go.id/index.php/id/kedeputian/sains-aplikasi-teknologi-
nuklir/aplikasi-isotop-dan-radiasi/4898-analisis-dampak-perubahan-
iklim-menggunakan-teknologi-nuklir. diakses pada 05 Desember 2019
Pukul 20.30 WIB.
https://warstek.com/2019/08/17/siklus-biogeokimia/. diakses pada 05 Desember
2019 Pukul 21.00 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai