Makalah Perubahan Iklim Dan Nuklir
Makalah Perubahan Iklim Dan Nuklir
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia dasar I
DOSEN PENGAJAR :
Diky Hidayat, S.Si, M.Si
DISUSUN OLEH:
Ahmad Isro
NPM. 1917011053
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro, RW. No: 1, Gedong Meneng, Kec. Rajabasa, Kota
Bandar Lampung, Lampung 35141
2019
KATA PENGANTAR
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan. untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diperlukan demi pendekatan kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan iklim baik di Indonesia maupun global merupakan salah satu isu
lingkungan yang penting dan menjadi perbincangan hangat. Isu ini merupakan isu
bersama karena dampaknya yang sangat besar terhadap bumi dan kehidupan
manusia. Beberapa dampak karena adanya perubahan iklim antara lain terjadinya
peningkatan suhu rata-rata, peningkatan intensitas curah hujan, naiknya permukaan
air laut dan bergesernya musim hujan. Terjadinya peningkatan rata-rata suhu udara
menyebabkan penguapan air yang tinggi, sehingga menyebabkan atmosfir basah
dan intensitas curah hujan meningkat. Perubahan pola curah hujan di Indonesia
akan mengarah pada terlambatnya awal musim hujan dan kecenderungan lebih
cepat berakhirnya musim hujan. Hal ini berarti bahwa musim hujan berlangsung
dalam waktu yang lebih singkat dengan intensitas curah hujan yang tinggi.
1
2
satu cara untuk mengurangi polusi udara khususnya kandungan CO2 dalam udara
adalah dengan menggunakan pembangkit listrik yang rendah emisi CO2. Emisi
yang dihasilkan setiap pembangkit berbeda-beda tergantung faktor emisinya.
Semakin besar faktor emisi pembangkit tersebut semakin besar emisi CO2 yang
dihasilkan. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil mempunyai emisi CO2 yang
cukup besar karena dalam menghasilkan energi listrik dilakukan pembakaran rantai
karbon.
1.2. Masalah
Pada umumnya orang sering menyatakan kondisi iklim sama saja dengan
kondisi cuaca, padahal kedua istilah tersebut adalah suatu kondisi yang tidak sama.
Beberapa definisi cuaca adalah:
a. Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara
statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda
dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979).
b. Konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur
atmosfer disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Glenn T.
Trewartha, 1980).
c. Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan,
angin kelembaban, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang
panjang (Gibbs,1987).
4
5
terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya
sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. Adapun IPCC (2001) menyatakan
bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat
atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang
panjang (biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan
iklim mungkin karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau
ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan.
akan semakin signifikan. Sejak revolusi industri, gas-gas rumah kaca seperti karbon
dioksida, methana, dan gas berbahaya lainnya menjadi semakin bertambah di
atmosfer sehingga konsentrasinya makin meningkat akibat ulah manusia. Adapun
penyebab-penyebab langsung maupun tidak langsung yang mengakibatkan
pemanasan global:
Reaksi pembelahan inti atom U-235 tersebut disebut reaksi Nuklir, karena setelah
terjadi reaksi pembelahan tidak ditemukan lagi adanya inti atom U-235. Reaksi ini
sering kali disebut juga sebagai reaksi fisi (pembelahan) karena inti U-235 pecah
menjadi dua inti yang lebih kecil. Dari penemuan reaksi inilah persamaan
kesetaraan massa dan energi yang dirumuskan oleh Albert Einstein dengan
persamaan: E = mc2 (E = energi dalam Joule, m = massa dalam kilogram, dan c =
9
kecepatan cahaya yang nilainya 300.000 kilometer per detik) dapat dibuktikan dan
diakui kebenarannya oleh kalangan ilmuwan secara luas.
Terkait emisi GRK, negara-negara Eropa yang tergabung dalam OECD dan
Amerika Serikat mendapat benefit paling tinggi dari energi nuklir. Di Eropa OECD,
23 Gigaton CO2 berhasil dicegah untuk dilepaskan ke atmosfer dengan penggunaan
energi nuklir. Sementara, di Amerika Serikat, pelepasan 20 Gigaton CO2 ekivalen
berhasil dihindari dengan menggunakan nuklir. Hal ini wajar, karena PLTN
memang banyak tersebar di Amerika Serikat dan Eropa OECD. Di Jepang,
penggunaan energi nuklir berhasil mencegah terlepasnya 6,2 Gigaton CO2 ekivalen.
10
Sementara, Rusia mencegah terlepasnya 6,1 Gigaton CO2 ekivalen. Tidak terlalu
banyak benefit di India dan Cina, karena program nuklir mereka memang belum
semasif negara-negara lainnya. Sebagai catatan, 64 Gigaton CO2 ekivalen setara
dengan emisi pembakaran batubara kumulatif di Amerika Serikat selama 35 tahun,
atau di Cina selama 17 tahun
Gambar 3. Emisi GRK historis yang dicegah dengan pemanfaatan energi nuklir
Kalau bukan karena berbagai hambatan politis, pertumbuhan energi nuklir pada
tahun 2015 saja bisa jadi sudah menggantikan 100% pembakaran batubara dan 76%
pembakaran gas alam, sebagaimana diungkapkan Lang (2017) dalam analisisnya,
lebih besar GRK yang bisa dicegah dari terlepas ke atmosfer, yakni 174 juta ton
CO2 ekivalen. Supaya pemanasan global dapat ditekan kurang dari 2°C (kurang dari
1,5°C, menurut James Hansen), kebutuhan akan energi bersih memang sangat
krusial. Khususnya nuklir, yang selama ini telah sukses mencegah sejumlah besar
GRK terlepas ke atmosfer. Dengan karakter pembangkit listrik yang mirip dengan
batubara (minus emisi GRK), nuklir mampu mensubstitusi energi fosil tanpa
banyak masalah. Masalahnya tinggal hambatan-hambatan politis dan masih
merajalelanya mitos-mitos menyesatkan soal nuklir. Semua itu harus diluruskan,
supaya manfaat nuklir bisa dirasakan sepenuhnya. Selain itu menurut BATAN,
teknologi nuklir mampu melakukan kajian perubahan iklim masa lampau (paleo-
climate) dengan analisis isotop dalam terumbu karang (coral), sedimen laut dan
danau. Terumbu karang dan sedimen dapat menyimpan informasi hingga ratusan
bahkan ribuan tahun yang lalu. Data yang didapatkan dari terumbu karang dan
sedimen tersebut, digunakan untuk membuat prediksi perubahan iklim di masa
11
mendatang. Model prediksi itulah yang dapat dimanfaatkan untuk mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain
suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai
sektor kehidupan manusia. Perubahan iklim terjadi akibat efek dari meningkatnya
konsentrasi karbon dioksida yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
sehingga menimbulkan pemanasan global atau perubahan suhu. Perubahan suhu
cenderung naik dengan adanya pertambahan GRK terutama emisi gas CO2 di
Indonesia, akan sangat terkait dengan proyek besar-besaran pemerintah di bidang
pembangkit listrik tenaga batu bara dan pemicu meningkatnya GRK. Untuk itu,
diperlukan langkah untuk mengatasi hal ini. Salah satunya, dengan mengubah atau
menggunakan teknologi nuklir pada pembangkit listrik. Karena pembangkit listrik
teknologi nuklir tidak mengeluarkan emisi CO2 Ketika beroperasi dan juga
merupakan sumber tenaga yang ramah lingkungan dan efisien.
3.2. Saran
12
13
4. Diharapkan kepada pemerintah di dunia untuk lebih serius dalam hal isu
perubahan iklim karena dampaknya yang cukup besar bagi kehidupan yang
ada di bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, R. F. S dan Suparman. 2013. Perhitungan Faktor Emisi CO2 PLTU Batu
Bara dan PLTN. Jurnal Pengembangan Nuklir. Vol. 2. NO. 1. Hal 3-5.
https://warstek.com/2018/10/09/teknologi-nuklir-untuk-perubahan-iklim/. diakses
pada 03 Desember 2019 Pukul 16.00 WIB.
https://saintif.com/perubahan-iklim/. diakses pada 03 Desember 2019 Pukul 16.30
WIB.
http://www.batan.go.id/index.php/id/kedeputian/sains-aplikasi-teknologi-
nuklir/aplikasi-isotop-dan-radiasi/4898-analisis-dampak-perubahan-
iklim-menggunakan-teknologi-nuklir. diakses pada 05 Desember 2019
Pukul 20.30 WIB.
https://warstek.com/2019/08/17/siklus-biogeokimia/. diakses pada 05 Desember
2019 Pukul 21.00 WIB.
14