Anda di halaman 1dari 6

KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH

RINGKASAN

OLEH

ANITA GUSTRI ANTODI


1810532012

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS
PRIVATISASI
A. Definisi Privatisasi

Beberapa pakar bahkan mendefinisi privatisasi dalam arti luas, seperti J.A. Kay dan
D.J. Thomson sebagai “…means of changing relationship between the government
and private sector”. Mereka mendefinisikan privatisasi sebagai cara untuk
mengubah hubungan antara pemerintah dan sektor swasta. Sedangkan pengertian
privatisasi dalam arti yang lebih sempit dikemukakan oleh C. Pas, B. Lowes, dan L.
Davies yang mengertikan privatisasi sebagai denasionalisasi suatu industri,
mengubahnya dari kepemilikan pemerintah menjadi kepemilikan swasta.

Istilah privatisasi sering diartikan sebagai pemindahan kepemilikan industri dari


pemerintah ke sektor swasta yang berimplikasi kepada dominasi kepemilikan
saham akan berpindah ke pemegang saham swasta. Privatisasi adalah suatu
terminologi yang mencakup perubahan hubungan antara pemerintah dengan sektor
swasta, dimana perubahan yang paling signifikan adalah adanya disnasionalisasi
penjualan kepemilikan publik.

Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa privatisasi adalah
pengalihan aset yang sebelumnya dikuasai oleh negara menjadi milik swasta.
Pengertian ini sesuai dengan yang termaktub dalam Undang-undang Nomor 19
Tahun 2003 Tentang BUMN, yaitu penjualan saham persero, baik sebagian maupun
seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai
perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas
pemilikan saham oleh masyarakat.

B. Metode Privatisasi

Ada beberapa metode yang digunakan oleh suatu negara untuk memprivatisasi
BUMN, diantaranya :

1. Penawaran saham BUMN kepada umum (public offering of shares). Penawaran ini
dapat dilakukan secara parsial maupun secara penuh. Di dalam transaksi ini, pemerintah
menjual sebagian atau seluruh saham kepemilikannya atas BUMN yang diasumsikan
akan tetap beroperasi dan menjadi perusahaan publik. Seandainya pemerintah hanya
menjual sebagian sahamnya, maka status BUMN itu berubah menjadi perusahaan
patungan pemerintah dan swasta. Pendekatan semacam ini dilakukan oleh pemerintah
agar mereka masih dapat mengawasi keadaan manajemen BUMN patungan tersebut
sebelum kelak diserahkan sepenuhnya kepada swasta.

2. Penjualan saham BUMN kepada pihak swasta tertentu (private sale of share). Di dalam
transaksi ini, pemerintah menjual seluruh ataupun sebagian saham kepemilikannya di
BUMN kepada pembeli tunggal yang telah diidentifikasikan atau kepada pembeli dalam
bentuk kelompok tertentu. Privatisasi dapat dilakukan penuh atau secara sebagian
dengan kepemilikan campuran. Transaksinya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk,
seperti akuisisi langsung oleh perusahaan lain atau ditawarkan kepada kelompok
tertentu. Cara ini juga sering disebut sebagai penjualan strategis (strategic sale) dan
pembelinya disebut invenstor strategis.

3. Penjualan aktiva BUMN kepada swasta (sale of government organization state-owned


enterprise assets). Pada metode ini, pada dasarnya transaksi adalah penjualan aktiva,
bukan penjualan perusahaan dalam keadaan tetap beroperasi. Biasanya jika tujuannya
adalah untuk memisahkan aktiva untuk kegiatan tertentu, penjualan aktiva secara
terpisah hanya alat untuk penjualan perusahaan secara keseluruhan.

4. Penambahan investasi baru dari sektor swasta ke dalam BUMN (new private investment
in an state-owned enterprise assets). Pada metode ini, pemerintah dapat menambah
modal pada BUMN untuk keperluan rehabilitasi atau ekspansi dengan memberikan
kesempatan kepada sektor swasta untuk menambah modal. Dalam metode ini,
pemerintah sama sekali tidak melepas kepemilikannya, tetapi dengan tambahan modal
swasta, maka kepemilikan pemerintah mengalami dilusi (pengikisan). Dengan
demikian, BUMN itu berubah menjadi perusahaan patungan swasta dengan pemerintah.
Apabila pemilik saham mayoritasnya adalah swasta, maka BUMN itu telah berubah
statusnya menjadi milik swasta.

5. Pembelian BUMN oleh manajemen atau karyawan (management/employee buy


out). Metode ini dilakukan dengan memberikan hak kepada manajemen atau karyawan
perusahaan untuk mengambil alih kekuasaan atau pengendalian perusahaan. Keadaan
ini biasanya terkait dengan perusahaan yang semestinya dapat efektif dikelola oleh
sebuah manjemen, namun karena campur tangan pemerintah membuat kinerja tidak
optimal.
Dari beberapa cara tersebut, UU Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN di dalam
pasal 78 hanya membolehkan tiga cara dalam privatisasi yakni :

1. Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal.

2. Penjualan saham langsung kepada investor.

3. Penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan yang bersangkutan.

C. Tujuan Privatisasi

Dari segi keuangan, privatisasi ditujukan untuk meningkatkan penghasilan


pemerintah terutama berkaitan dengan tingkat perpajakan dan pengeluaran publik;
mendorong keuangan swasta untuk ditempatkan dalam investasi publik dalam
skema infrastruktur utama; menghapus jasa-jasa dari kontrol keuangan sektor
publik.

Dari Segi Pembenahan Internal Manajemen (jasa dan organisasi) :

1. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas;

2. Mengurangi peran negara dalam pembuatan keputusan;

3. Mendorong penetapan harga komersial, organisasi yang berorientasi pada keuntungan


dan perilaku bisnis yang menguntungkan;

4. Meningkatkan pilihan bagi konsumen.

Dari Segi Ekonomi :

1. Memperluas kekuatan pasar dan meningkatkan persaingan;

2. Mengurangi ukuran sektor publik dan membuka pasar baru untuk modal swasta.

Dari Segi Politik :

1. Mengendalikan kekuatan asosiasi/perkumpulan bidang usaha bisnis tertentu dan


memperbaiki pasar tenaga kerja agar lebih fleksibel;

2. Mendorong kepemilikan saham untuk individu dan karyawan serta memperluas


kepemilikan kekayaan;
3. Memperoleh dukungan politik dengan memenuhi permintaan industri dan menciptakan
kesempatan lebih banyak akumulasi modal spekulasi;

4. Meningkatkan kemandirian dan individualisme.

Adapun tujuan pelaksanaan privatisasi sebagaimana tercantum dalam Pasal 74


Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN adalah meningkatkan
kinerja dan nilai tambah perusahaan serta meningkatkan peran serta masyarakat
dalam pemilikan saham Persero. Penerbitan peraturan perundangan tentang BUMN
dimaksudkan untuk memperjelas landasan hukum dan menjadi pedoman bagi
berbagai pemangku kepentingan yang terkait serta sekaligus merupakan upaya
untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas BUMN. Privatisasi bukan semata-
mata kebijakan final, namun merupakan suatu metode regulasi untuk mengatur
aktivitas ekonomi sesuai mekanisme pasar. Kebijakan privatisasi dianggap dapat
membantu pemerintah dalam menopang penerimaan negara dan menutupi defisit
APBN sekaligus menjadikan BUMN lebih efisien dan profitable dengan
melibatkan pihak swasta di dalam pengelolaannya sehingga membuka pintu bagi
persaingan yang sehat dalam perekonomian.

D. Dampak Privatisasi terhadap Fiskal

Dampak kebijakan privatisasi BUMN jelas terlihat pada perubahan kebijakan


pemerintah dan kontrol regulasi. Dimana dapat dikatakan sebagai sarana transisi
menuju pasar bebas, aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju kekuatan pasar
yang lebih kompetitif, dengan adanya jaminan tidak ada hambatan dalam
kompetisi, baik berupa aturan, regulasi maupun subsidi. Kebijakan privatisasi
dikaitkan dengan kebijakan eksternal yang penting seperti tarif, tingkat nilai tukar,
dan regulasi bagi investor asing. Juga menyangkut kebijakan domestik, antara lain
keadaan pasar keuangan, termasuk akses modal, penerapan pajak dan regulasi yang
adil, dan kepastian hukum serta arbitrase untuk mengantisipasi kemungkinan
munculnya kasus perselisihan bisnis.

Dampak lain yang sering dirasakan dari kebijakan privatisasi yaitu menyebarnya
kepemilikan pemerintah kepada swasta, mengurangi sentralisasi kepemilikan pada
suatu kelompok atau konglomerat tertentu. Sebagai sarana transisi menuju pasar
bebas, aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju kekuatan pasar yang lebih
kompetitif, dengan jaminan tidak ada hambatan dalam kompetisi, baik berupa
aturan, regulasi maupun subsidi. Untuk itu diperlukan perombakan hambatan
masuk pasar dan adopsi sebuah kebijakan yang dapat membantu perkembangan dan
menarik investasi swasta dengan memindahkan efek keruwetan dari kepemilikan
pemerintah. Seharusnya program privatisasi ditekankan pada manfaat transformasi
suatu monopoli publik menjadi milik swasta. Hal ini terbatas pada keuntungan
ekonomi dan politik. Dengan pengalihan kepemilikan, salah satu alternatif yaitu
dengan pelepasan saham kepada rakyat dan karyawan BUMN yang bersangkutan
dapat ikut melakukan kontrol dan lebih memotivasi kerja para karyawan karena
merasa ikut memilki dan lebih semangat untuk berpartisipasi dalam rangka
meningkatkan kinerja BUMN yang sehat. Hal ini dapat berdampak pada
peningkatan produktivitas karyawan yang berujung pada kenaikan keuntungan.

Privatisasi BUMN di Indonesia mulai dicanangkan pemerintah sejak tahun 1980-


an. BUMN-BUMN yang telah diprivatisasi seperti PT. Telkom (Persero) Tbk., PT.
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT. Bank
BNI 46 (Persero) Tbk., PT. Indosat (Persero) Tbk., PT. Aneka Tambang (Persero)
Tbk., dan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk., ternyata mampu membrikan kontribusi
yang signifikan terhadap likuiditas dan pergerakan pasar modal.[16] Kondisi ini
membuat semakin kuatnya dorongan untuk melakukan privatisasi secara lebih luas
kepada BUMN-BUMN lainnya. Namun demikian, diketahui pula bahwa terdapat
beberapa BUMN yang tidak menunjukkan perbaikan kinerja terutama 2-3 tahun
pertama setelah diprivatisasi, misalkan pada PT. Indofarma (Persero) Tbk. dan PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Dimana target privatisasi BUMN masih belum
tercapai sepenuhnya.

Anda mungkin juga menyukai