File PDF
File PDF
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya ilmiah
akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Profesi Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari semua pihak dari masa
praktik profesi sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ners sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M. App.Sc., Ph.D selaku Dekan FIK UI
yang telah memberikan dukungan moral kepada saya;
2. Ibu Dwi Nurviyandari, S.Kep , MN, selaku dosen pembimbing saya yang
telah banyak membantu, memberikan bimbingan, serta memberikan
waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengarahkan saya dalam penulisan
karya ilmiah akhir ners ini;
3. Ibu Nur Azizah, SKM dan Bapak Sukihananto, S.Kep,. M.Kep, selaku
penguji saat pelaksanaan sidang karya ilmiah akhir ners ini;
4. Bapak H. Drs Akmal Towe, M.Si selaku Kepala PSTW Budi Mulia 1
Cipayung;
5. Para perawat dan penanggung jawab wisma di PSTW Budi Mulia 1
Cipayung;
6. Ayahanda saya, Usodo, Ibunda saya, Susana Darni R, dan Adik saya, Irfan
Setio Leksono, terima kasih untuk segala dukungan dan doa yang telah
diberikan selama ini;
7. Saudara satu lingkaran saya, Ratih, Danti, Septi, dan Mba Manda yang
selalu menemani tiap akhir pekan dan selalu menyemangati saya;
8. Sahabat-sahabat Khumairah saya, Mardhiah, Mindyarina, Zahra, hilda,
Isti, Risma, Sopha, dan Rahmi Hayati, yang tidak pernah bosan
menyemangati serta memberikan perhatian kepada saya
iv
Universitas Indonesia
Tidak ada sesuatu yang sempurna. Saya selaku peneliti menyadari bahwa karya
ilmiah akhir ners ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan karya ilmiah akhir ners ini. Akhir kata, saya berharap Allah SWT
berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga
karya ilmiah ners ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Peneliti
v
Universitas Indonesia
vii
Universitas Indonesia
The risk for impaired cardiovascular function increased in elderly in urban areas.
Elderly in long term care institutions including populations at high risk for
cardiovascular problems. This case study aims to describe the results of swedish
massage interventions conducted in the elderly with the risk of impaired
cardiovascular function. This intervention performed a total of 12 sessions over 5
weeks in duration of 10 minutes. The results of the intervention showed a
decrease in systolic and diastolic blood pressure by 6 and 5.8 mmHg. This
findings revealed that the swedish massage is an effective, applicable, cost
efficient, and safe intervention, which can be used to lower blood pressure in older
adults with risk for impaired cardiovascular functions. This study suggested for
the application of swedish massage in optimizing treatment for the elderly with
hypertension in long-term care institutions.
viii
Universitas Indonesia
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR/ UCAPAN TERIMA KASIH ........................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................. vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 8
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................... 9
2. TINJAUAN PUTAKA ................................................................................ 10
2.1 Proses Menua .......................................................................................... 10
2.1.1 Definisi Usia Lanjut ....................................................................... 10
2.1.2 Tugas Perkembangan Lansia.......................................................... 11
2.1.3 Teori Penuaan................................................................................. 11
2.2 Risiko Kerusakan Fungsi Kardiovaskuler pada Lansia .......................... 12
2.2.1 Perubahan Sistem Kardiovaskuler pada Lansia ............................. 12
2.2.2 Faktor Risiko yang Mempengaruhi Fungsi Kardiovaskuler .......... 15
2.2.2.1 Aterosklerosis ..................................................................... 15
2.2.2.2 Ketidakefektifan aktivitas .................................................. 16
2.2.2.3 Merokok ............................................................................. 18
2.2.2.4 Kebiasaan Makan ............................................................... 19
2.2.2.5 Hipertensi ........................................................................... 19
2.2.2.6 Gangguan Lipid .................................................................. 20
2.2.2.7 Obesitas .............................................................................. 21
2.2.2.8 Faktor Sosial Ekonomi ....................................................... 21
2.3 Pelayanan Lanjut Usia............................................................................. 21
2.3.1 Nursing Home ................................................................................ 22
2.3.2 Hospital Based-Service .................................................................. 22
2.3.3 Community-Based Service for Elderly ........................................... 23
2.3.4 Panti Sosial Tresna Werda ............................................................. 24
2.4 Konsep Keperawatan Gerontik ............................................................... 25
2.4.1 Pengertian Keperawatan Gerontik.................................................. 25
2.4.2 Peran Perawat Gerontik .................................................................. 25
2.4.3 Keperawatan Gerontik pada Area Perkotaan ................................. 27
ix
Universitas Indonesia
x
Universitas Indonesia
Grafik 3.1 Hasil evaluasi intervensi swedish massage pada nenek R ............. 55
xi
Universitas Indonesia
Tabel 3.1 Hasil evaluasi intervensi swedish massage pada nenek P .............. 57
xii
Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
Masalah status kesehatan lansia dipicu oleh perubahan fungsi fisiologis pada
tubuh lansia serta dipengaruhi oleh pola hidup sewaktu muda. Hal ini sesuai
dengan Tear-and-Wear Theory yang dikemukakan August Weismann di akhir
tahun 1880-an bahwa sel-sel somatik normal memiliki keterbatasan dalam
kemampuannya untuk bereplikasi dan berfungsi seperti sebelumnya dan
kematian sel yang terjadi akibat rusaknya jaringan tidak selamanya bisa
diperbaharui (Miller, 2012). Berdasarkan teori tersebut kesehatan lansia
menjadi rentan sehingga sebagian besar memiliki penyakit kronis.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kali dalam seminggu atau aktifitas fisik berat minimal 20 menit sebanyak tiga
kali dalam seminggu. Fenomena yang ditemukan dipanti adalah banyaknya
lansia yang tidak optimal dalam melakukan aktifitas fisik. Tidak ada kontrol
yang ketat bagi lansia agar dapat melakukan aktifitas fisik yang efektif. Hal ini
dilihat dari banyaknya lansia yang tidak mengikuti kegiatan aktifitas fisik
seperti senam, bermain aklung, ataupun panggung gembira akibat hambatan
mobilitas ataupun kurang motivasi. Selain itu dari semua lansia yang
mengikuti akitifitas senam, bermain aklung, ataupun panggung gembira
sebagian besar tidak maksimal dalam melakukan kegiatan tersebut. Hal itu
terlihat banyaknya lansia yang hanya mengikuti kegiatan tidak sampai selesai
atau hanya duduk-duduk saja tanpa melakukan apapun. Hal tersebut membuat
kegiatan yang telah disediakan oleh pihak panti belum optimal untuk
mencegah kerusakan fungsi kardiovaskuler.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Salah satu lansia di wisma Catleya PSTW Budi Mulia 1 Cipayung diketahui
memiliki masalah risiko kerusakan fungsi kardiovaskular yaitu nenek R (91
tahun) dengan hasil pemeriksaan tekanan darah 150/80 mmHg, kurang
pengetahuan terkait modifikasi faktor risiko, dan gaya hidup monoton. Nenek
R mengatakan dirinya merasa sehat serta tidak merasa pusing dan tidak ada
masalah terakait tidur di malam hari. Nenek R mengalami silent hypertension
dimana hipertensi diketahui dari pengukuran tekanan darah. Dengan masalah
kesehtaan yang dialami nenek R dan situasi PSTW yang telah dijabarkan di
atas maka intervensi Swedish Massage Therapy dapat dilakukan pada nenek
R.
Universitas Indonesia
Jumlah lansia dengan hipertensi cukup banyak ditemukan di PSTW. Hal ini
dikarenakan faktor usia, tingkat stres, pola hidup yang berisiko tinggi terhadap
hipertensi banyak ditemui pada lansia di PSTW. Penerapan terapi
nonfarmakologis pada hipertensi yang berupa modifikasi faktor risiko juga
sulit dilakukan di PSTW. Hipertensi yang tidak diintervensi dengan baik dapat
menimbulkan masalah risiko kerusakan fungsi kardiovaskular pada lansia.
Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dengan kondisi lansia
nenek R (91 tahun) dengan hipertensi di wisma Catleya PSTW Budi Mulia 1
Cipayung adalah massage atau pijat, khususnya Swedish Massage. Oleh
karena itu, rumusan masalah penulisan karya ilmiah akhir ners ini adalah
bagaimana analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat
perkotaan pada lansia nenek R dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 1
Cipayung.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
Proses menua adalah peristiwa yang akan terjadi pada laki-laki dan
perempuan, baik muda maupun tua (Miller,2012). Hal tersebut dikarenakan
proses menua merupakan bagian dari peristiwa siklus kehidupan manusia.
Siklus kehidupan manusia dimulai dari janin dan berakhir pada tahapan
lanjut usia dan kematian. Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan
manusia. Sehingga lansia adalah manusia dewasa yang telah mengalami
proses menua tahap akhir.
Lanjut usia (lansia) adalah populasi manusia yang telah mencapai usia 65
tahun (Touhy & Jett, 2014). Hal ini serupa dengan yang diemukakan oleh
para ahli gerontologi yang mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan
lansia apabila telah mencapai usia 65 tahun (Miller, 2012). Lansia sendiri
terbagi dalam beberapa tingkatan yaitu lansia muda dengan rentang usia 65-
74 tahun, lansia pertengahan dengan rentang usia 75-84 tahun, lansia sangat
tua dengan rentang usia 85 tahun ke atas (DeLaune & Ladner, 2002; Mauk,
2006).
10
Universitas Indonesia
Menurut Duvall dalam Wong (2008) tugas perkembangan lansia meliputi (1)
mengalihkan peran bekerja dengan masa senggang dan persiapan pensiun
atau pensiun penuh (2) memelihara fungsi pasangan dan fungsi individu
serta beradaptasi dengan proses penuaan, (3) mempersiapkan diri untuk
menghadapi proses kematian dan kehilangan pasangan hidup dan/atau
saudara kandung maupun teman sebaya. Sedangkan menurut Erickson tugas
perkembangan pada masa lansia adalah integritas ego (Stolte, 2003).
Menerima apa yang telah dilakukan seseorang dengan bijak tanpa
memperhatikan rasa sakit dan proses yang terjadi dalam perjalanannya
menjadi bagian dari tugas ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tugas
perkembangan lansia berinti pada adaptasi dan penyesuaian terhadap
perubahan yang terjadi pada lansia baik dari fisik, psikologis, dan sosial.
Teori penuaan dibagi menjadi tiga perspektif yaitu perspektif biologis yang
terdiri dari teori wear-and-tear, rantai silang, radikal bebas, neuroendocrine
and immunity, genetik, dan apoptosis, perspektif sosiokultural yang terdiri
atas teori kesinambungan, penarikan diri, aktivitas, subkultur dan stratifikasi
usia, dan person-environtment fit, serta perspektif psikologis terdiri dari teori
kebutuhan manusia, ndividualisme, life-course and personality development,
gerotranscendence, dan selective optimization with compensation (Carlson
& Pfadt, 2009; Mauk, 2006; Miller, 2012)
Teori ini wear and tear dikemukakan oleh August Weismann di akhir tahun
1880an. Teori ini mengemukakan bahwa sel-sel somatik normal memiliki
keterbatasan dalam kemampuannya untuk bereplikasi dan berfungsi seperti
sebelumnya dan kematian sel yang terjadi akibat rusaknya jaringan tidak
selamanya bisa diperbaharui (Carlson & Pfadt, 2009).
Teori ini sangat menggambarkan kerusakan fungsi organ yang terjadi pada
lansia. Pada proses menua terdapat faktor risiko pada lansia yaitu gaya
hidup, genetik, lingkungan, sosial, dan ekonomi (Stanhope & Lancaster,
Universitas Indonesia
2004). Faktor risiko ini apabila bernilai negatif dapat menimbulkan penyakit
kronis akibat tubuh tidak dapat mengkompensasi lagi kerusakan sel yang
terjadi. Penyakit kronis menurut DeLaune & Ladner (2012) merupakan
gangguan pada kemampuan funsional yang biasanya muncul secara bertahap
semakin berbahaya dengan perubahan yang terjadi seumur hidup dan
bersifat ireversibel. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan teori tear-and-
wear secara biologis sel-sel memiliki keterbatasan kemampuan bereplikasi
dan mengganti sel yang rusak sehingga menimbulkan penyakit kronis dan
menyebabkan kerusakan fungsi kardiovaskular.
Kerusakan fungsi kardiovaskuler pada lansia dipicu oleh dua hal, yaitu
perubahan sistem kardiovaskuler akibat proses penuaan dan faktor risiko
yang mempengaruhi fungsi kardiovaskuler. Pada pembahasan selanjutnya
penulis akan memaparkan tinjauan pustaka terkait dua hal tersebut.
Sistem kardiovaskular merupakan sistem organ yang terdiri dari jantung dan
pembuluh darah dan berfungsi untuk mengangkut oksigen dan darah kaya
nutrisi ke organ-organ dan mengangkut produk sisa metabolisme ke ginjal
dan usus. Pada lansia sistem kardiovaskular baik struktur dan fungsi akan
mengalami perubahan terkait penuaan. Perubahan terkait usia yang paling
relevan dalam sistem ini adalah perubahan jantung dan pembuluh darah
serta mekanisme barorefleks (Brashers & McCance, 2010).
Universitas Indonesia
Pembuluh darah terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan tunika intima, tunika
media, dan tunika eksterna (Marieb & Hoen, 2013). Perubahan yang terjadi
pada pembuluh darah akibat proses menua terjadi pada dua dari tiga lapisan
pembuluh darah. Proses menua hanya mempengaruhi lapisan tunika interna
dan tunika media. Berdasarkan lapisan pembuluh darah dampak dari
perubahan akibat proses menua juga berbeda.
Tunika intima terdiri dari satu lapisan sel endotel yang mengontrol
masuknya lipid dan zat lain ke dalam dinding pembuluh darah (Shier,
Butler, & Lewis, 2012). Dalam keadaan utuh sel endotel memungkinkan
darah mengalir tanpa adanya proses pembekuan, namun apabila sel ini rusak
maka akan terjadi proses pembekuan. Struktur tunik intima akan berubah
dengan bertambahnya usia. Tunika intima akan mengalami penebalan
dikarenakan fibrosis, proliferasi sel, dan akumulasi lipid dan kalsium. Sel-
sel endotel pada tunika intima juga mengalami perubahan dalam hal bentuk
dan ukuran yang menjadi tidak teratur. Perubahan pada struktur tunika
intima juga akan berdampak pada pembuluh darah yang menjadi semakin
besar dan panjang. Hal ini menyebabkan dinding pembuluh darah lebih
rentan mengalami aterosklerosis.
Tunika media terdiri dari lapisan sel otot polos yang dikelilingi oleh serat
elastin dan kolagen (Krieger, 2009). Sel otot polos pada pembuluh darah
terlibat dalam fungsi pemebentukan jaringan yang memproduksi kolagen,
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.2.1 Aterosklerosis
Pembentukan awal lapisan lemak pada masa kanak-kanak dan remaja. Pada
periode ini partikel kolesterol low-density lipoprotein (LDL) menumpuk
pada bagian intima di arteri. Proses penumpukan LDL ini menyebabkan
dimulainya proses inflamasi pada pembuluh darah arteri.
Fase fibroatheroma awal pada saat remaja dan dewasa awal. Pada periode
ini sel makrofag dan sel – sel inflamasi lainnya terakumulasi. Hal tersebut
menginisiasi beberapa respon protektif, akan tetapi sisa-sisa nekrotik
menyebabkan inflamasi lebih lanjut. Selanjutnya lipid ekstraseluler
menumpuk dan membentuk lipid yang kaya akan inti nekrotik yang
menempati 30%-50% volume dinding arteri. Sehingga terbentuklah plak
dari inti nekrotik di bawah endotelium.
Fase atheroma lanjut terjadi pada usia 55 tahun ke atas. Pada masa ini
bagian penutup plak di beberapa area menjadi tipis dan lemah.
Fibroatheroma yang memiliki penutup plak yang tipis menjadi rentan pecah
dan menyebabkan trombosis yang mengancam jiwa. Jika fibroatheroma
Universitas Indonesia
tidak pecah, maka ia akan memperbesar ukuran dan mengurangi area lumen
arteri.
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada
(kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk
penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan
kematian secara global (WHO, 2010). Aktivitas fisik secara teratur memiliki
efek yang menguntungkan terhadap kesehatan, salah satunya mencegah
penyakit kronis. Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu seseorang
dalam mengendalikan tekanan darah tinggi. Aktivitas fisik menyebabkan
low density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat bisa diredam. Aktivitas
fisik yang teratur berpotensi meningkatkan high density lipoprotein (HDL)
atau kolesterol baik, sekaligus mengurangi trigliserida. Hal tersebut
memberikan dua manfaat sekaligus, yaitu darah anda mengalir lancar, dan
sekaligus menurunkan penumpukan plak di arteria. Aktivitas fisik yang
teratur juga dapat membantu mencegah diabetes tipe dua, osteoporosis dan
kanker jenis tertentu.
Universitas Indonesia
Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot
tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan
mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan
terhadap penyakit seperti osteoporosis. Menurut Pusat Promosi Kesehatan
Departemen Kesehatan RI (2006), untuk mendapatkan kekuatan maka
aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu).
Contoh aktivitas untuk meningkatkan kekuatan adalah push-up, angkat
beban, naik turun tangga, mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur
(fitness).
Universitas Indonesia
bukti aktivitas fisik sedang kurang dari 30 menit dalam lima hari atau
aktivitas fisik berat kurang dari 20 menit dalam tiga hari dalam seminggu
termasuk ketidakefektifan aktivitas yang dapat meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskuler (Miller, 2012). Kondisi yang sering terjadi pada
lansia dan berkontribusi terhadap terjadinya ketidakefektifan aktivitas ialah
penyakit kronis, gaya hidup yang monoton, keterbatasan mobilitas, dan
kondisi kronis yang mempengaruhi aktivitas fisik ataupun pengaruh faktor
psikososial seperti depresi atau kekurangan motivasi.
2.2.2.3 Merokok
Beberapa efek pada fungsi kardiovaskuler yang timbul akibat merokok ialah
percepatan proses aterosklerosis, peningkatan tekanan darah sistolik,
peningkatan kadar kolesterol LDL dan penurunan kadar kolesterol high-
density lipopropetin (HDL). Selain itu, orang yang terkena paparan singkat
asap rokok dapat berisiko terkena penyakit jantung. Hal ini didukung oleh
data di Amerika yang menunjukkan bahwa perokok pasif yang terkena
paparan asap rokok di rumah maupun di tempat kerja memiliki risiko
terkena penyakit jantung sebesar 25% sampai 30% (Llyod-Jones et al,
2009).
Universitas Indonesia
2.2.2.5 Hipertensi
Universitas Indonesia
Pada awal hipertensi yaitu hipertensi ringan hingga sedang, tanda dan gejala
penyakit ini tidak akan terlalu terlihat. Namun seiring dengan
perkembangan penyakit ini, klien lansia akan mengalami kelelahan, pusing,
sakit kepala, vertigo, dan palpitasi (Tabloski, 2014). Pada hipertensi berat,
klien akan mengalami throbbing occipital headache, kebingungan,
penglihatan yang kabur, epitaksis, dan koma. Hipertensi mungkin akan
memicu kerusakan pada berbagai organ seperti pada jantung yaitu CHF,
hipertrofi ventrikel, MI; pada CNS yaitu stroke; dan lain-lain.
Menurut Joint Nasional Comitte (2003) tekanan darah normal dan hipertensi
diklasifikasifikasikan menjadi empat tahap, yaitu (1) Normal berkisar
≤120mmHg untuk sistolik dan ≤80 mmHg untuk diastolik (2) Prehipertensi
dengan tekanan sistolik sebesar 121-139mmHg dan diastolik sebesar 81-89
mmHg (3) Hipertensi I degan tekanan sistolik 140-159 mmHg dan diastolik
90-99 mmHg, dan (4) Hipertensi II dengan tekanan sistolik ≥160mmHg
dan diastolik sebesar ≥100 mmHg (Simmons, DeJoseph, & Arenson, 2009).
Universitas Indonesia
2.2.2.7 Obesitas
Faktor sosial ekonomi pada lansia terdiri dari pendapatan, pekerjaan, tingkat
pendidikan, kondisi keluarga, serta lingkungan masyarakat tempat tinggal.
Faktor sosial ekonomi yang paling mempengaruhi terhadap fungsi
kardiovaskuler adalah tingkat pendidikan (Llyod-Jones et al, 2009). Hal ini
dikarenakan tingkat pendidikan mempengaruhi pemahaman seseorang
terkait kondisi kesehatan yang dialaminya. Pemahaman akan mempengaruhi
kesadaran seseorang terkait hidup sehat dan manajemen kesehatan yang
dilakukan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Adult day care menyediakan kegiatan berupa kegiatan sosial dan rekreasi
yang terstruktur disertai dengan penyediaan makanan, transportasi,
manajemen obat, pantuan dalam perawatan diri, dan berbagai pelayanan
kesehatan terkait terapi yang akan dilakukan pada hari kerja dengan jam
kerja 8 jam/hari (Tabloski, 2014). Perawatan yang ada di adult day care
didasarkan atas program kesehatan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan serta keamanan lanjut usia ketika anggota keluarga lansia bekerja
atau sedang tidak dapat membantu lansia tersebut. Progrram lain yang
hampir serupa dengan adult day care adalah respite center.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Peran CNS yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer perawat,
advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau
meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan keluarganya pada
setting rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang, outreach
programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu
Universitas Indonesia
Peran pertama dan kedua dari perawat gerontik yaitu sebagai pemberi
pelayanan, pengajar dan manajer. Sebagai pemberi pelayanan, perawat
gerontik memberikan perawatan secara langsung kepada lansia dalam
berbagam situasi. Perawat harus mampu memahami proses penyakit yang
umum terjadi pada populasi lansia termasuk pengetahuan tentang latar
belakang dan statistik penyakit, faktor risiko, tanda dan gejala, terapi
medikasi, asuhan keperawatan, dan rehabilitasi yang dapat diberikan pada
lansia tersebut (Mauk, 2006). Sedangkan terkait peran perawat sebagai
pengajar, perawat gerontik fokus untuk mengajarkan lansia pada faktor-
faktor risiko yang dapat dimodifikasi melalui health promotion dan health
protection. Perawat memiliki tanggung jawab untuk mendidik populasi
lansia tentang cara-cara untuk mengurangi risiko gangguan seperti penyakit
jantung, kanker, dan stroke yang merupakan penyebab utama kematian
untuk kelompok lansia.
Universitas Indonesia
Peran perawat gerontik ketiga dan keempat yaitu sebagai manajer dan
advokat. Sebagai manajer, perawat gerontik bertindak sebagai manajer
dalam perawatan sehari-hari dengan tugas menyeimbangkan antara
kekhawatiran pasien, keluarga, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya
(Mauk, 2006). Perawat manajer juga harus mampu mengembangkan
keterampilan dalam koordinasi staf, manajemen waktu, ketegasan,
komunikasi, dan organisasi. Sedangkan sebagai advokat, perawat gerontik
bertindak atas nama lansia untuk mempromosikan kepentingan terbaik
mereka dalam pengambilan keputusan (Mauk, 2006). Advokasi dapat
berupa keterlibatan aktif membantu untuk menjelaskan prosedur medis atau
keperawatan kepada anggota keluarga. Apapun situasinya, perawat gerontik
harus ingat bahwa menjadi seorang advokat tidak berarti membuat
keputusan untuk lansia, tetapi memberdayakan mereka, membantu mereka
agar tetap independen, dan mempertahankan martabat, bahkan dalam situasi
yang sulit.
Universitas Indonesia
Hal tersebut membuat perkotaan menjadi tempat yang dinamis, baik dari
segi pertumbuhan usia masyarakat kota yang semakin menua, pembangunan
aparatur pemerintahan, pusat perbelanjaan, pusat kesehatan maupun pada
masyarakatnya yang mempunyai gaya hidup, dan kebiasaan yang cenderung
khas dimana mengarah pada gaya hidup yang buruk seperti halnya gemar
mengonsumsi makanan, jarang beraktivitas, dan pola hidup yang monoton
sehingga membuat munculnya masalah kesehatan yang kerap terjadi antara
lain hipertensi atau masalah kardiovaskuler dan penyakit degeneratif atau di
sebut juga penyakit tidak menular yang sering terjadi pada lansia (Stanhope
dan Lancester &, 2004).
Universitas Indonesia
2.4.4.1 Pengkajian
Universitas Indonesia
dari sama dengan satu faktor risiko mayor. Kategori sedang apabila lansia
memiliki 2 atau lebih faktor risiko mayor dan skor risiko kurang dari 10%.
Kategori ketiga adalah menuju risiko tinggi apabila lansia memiliki 2 atau
lebih faktor risiko mayor dan skor risiko 10%-20%. Kategori keempat
adalah risiko tinggi apabila lansia memiliki penyakit jantung atau diabetes
dan skor risiko lebih dari 20%.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Adapun beberapa gerakan yang digunakan oleh Per Hendrik Ling dalam
melakukan Swedish Massage pada seluruh tubuh adalah Long strokes atau
Effleurage, Kneading atau Petrissage, Friction, dan Tapping atau Hacking
(Vickers & Zollman, 1999). Gerakan Long strokes atau Effleurage adalah
usapan lembut sepanjang otot. Gerakan Kneading atau Petrissage adalah
Peremasan dengan tekanan diterapkan di seluruh otot. Gerakan Friction
adalah pijat dalam diterapkan oleh gerakan melingkar dari jempol atau jari.
Gerakan Tapping atau Hacking adalah menampar tipis atau seperti gerakan
mencacah dalam karate.
Berikut adalah format prosedur Swedish Massage pada seluruh tubuh yang
dikembangkan oleh Per Hendrik Ling. (1) Klien diminta untuk berbaring
telungkup dengan hanya kaki kanan yang terlihat. Minyak pijat dioleskan
pada kaki terbuka. (2) Usapan panjang dilakukan pada kaki kanan posterior.
(3) Otot gastrocnemius diremas menggunakan kedua jempol. (4) Langkah
(2) diulang. (5) Bagian-bagian medial dan lateral belakang paha diremas
menggunakan telapak tangan; lalu dilakukan tapping atau dipukul dengan
sisi medial tangan; dilakukan tapping menggunakan sisi medial kepalan
tinju. (6) Lalu pada limfatik drainase kemudian dilakukan usapan panjang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
leher, dan bahu. (35) Kulit kepala ini diremas dari daerah frontal ke daerah
oksipital menggunakan jari. (36) Pelipis yang diremas dengan gerakan
memutar menggunakan ujung jari tangan. (37) Otot-otot trapezius dan
deltoid yang diremas menurut untuk orientasi serat otot menggunakan jari.
Universitas Indonesia
2.4.4.4 Implementasi
Universitas Indonesia
2.4.4.5 Evaluasi
Pada klien lansia perawat harus kritis dan cermat dalam menilai dan
mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini
dikarenakan pada lansia terjadi proses penuaan yang mengakibatkan
adanya perubahan biologis yang mempengaruhi fungsi organ dan
fungsional lansia itu sendiri (Touhy & Jett,2014). Perawat dapat
menggunakan format evaluasi SOAP untuk mengevaluasi hasil intervensi
yang dilakukan. Poin S merujuk pada respon subjektif lansia setelah
diberikan intervensi. Poin O melihat pada respon objektif yang dapat
diukur pada lansia setelah dilakukannya intervensi. Poin A adalah analisis
perawat terhadap intervensi yang dilakukan. Poin P adalah perencanaan
terkait tindakan selanjutnya sesuai analisis yang telah dilakukan
sebelumnya.
Universitas Indonesia
Pada bab ini penulis akan memaparkan asuhan keperawatan pada empat klien
lansia yang terdiri dari satu orang klien kelolaan utama dan tiga orang klien
kelolaan resume dengan masalah keperawatan risiko kerusakan fungsi
kardiovaskuler. Pemaparan asuhan keperawatan akan berfokus pada masalah
utama yang diangkat, sedangkan masalah keperawatan lainnya akan dipaparkan di
lampiran.
Pada sub bab ini akan dijelaskan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien kelolaan utama nenek R secara lengkap. Penjelasan asuhan
keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
3.1.1 Pengkajian
Nenek R berusia 91 tahun merupakan salah satu warga binaan dari PSTW
Budi Mulia 1 Cipayung. Nenek R sudah tiga tahun tinggal di wisma,
tepatnya sejak tanggal 25 Februari 2013. Saat ini klien tinggal di wisma
catleya PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Sebelum tinggal di wisma nenek R
tinggal di jalan veteran no.32 bersama suami dan anak-anaknya. Klien
pernah bersekolah sampai dengan kelas 4 sekolah rakyat. Klien
mengatakan tidak melanjutkan sekolah dikarenakan merantau ke Jakarta
dari daerah asalnya Cirebon. Semasa hidupnya klien bekerja sebagai
pedagang. Klien memeluk agama Islam dan dalam keseharian nenek R
38
Universitas Indonesia
Klien mengatakan bahwa selama hidupnya klien tidak pernah sakit dan
dibawa ke rumah sakit. Adapun nenek R pernah merasakan badan tidak
enak karena batuk pilek. Pada saat melahirkan dulu, klien melahirkan di
rumah dengan memanggil bidan. Ketika klien ditanya terkait masalah
Universitas Indonesia
kesehatan yang dialami oleh keluarganya klien menjawab kurang tahu. Hal
tersebut dikarenakan orang tua nenek R meninggal karena tua. Selain itu
koien mengatakan bahwa pada zaman dahulu orang tuanya tidak pernah
memeriksakan kesehatan ke rumah sakit dan pelayanan kesehatan karena
pelayanan kesehatan masih sangat terbatas. Kondisi kesehatan suami dan
anak-anaknya pun baik pada saat klien meninggalkan rumah. Tidak ada
anggota keluarganya yang sakit atau memiliki riwayat penyakit keturunan.
Observasi juga dilakukan pada pola minum dan eliminasi nenek R. Nenek
R setiap hari minum air putih kurang lebih sebanyak 1950 cc. Hal ini
dilihat dari setiap setelah makan nenek R selalu minum air segelas kurang
lebih 250 cc dan klien juga memiliki stok air yang disimpan pada 2 botol
air ukuran 600 cc yang biasanya diminum pada jarak anatar waktu makan
dan malam hari. Minuman kesukaan klien adalah es teh tapi klien sangat
Universitas Indonesia
jarang minum es teh. Terkadang jika klien ingin minuman yang manis
klien minum teh hangat yang diseduh sendiri.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada pengukuran kadar gula darah sewaktu (GDS) didapatkan hasil kadar
GDS klien sejumlah 121 gr/dL. Hasil pengukuran asam urat menunjukkan
bahwa kadar asam urat yang dimiliki klien adalah 3,5 gr/dL. Pengukuran
kolesterol pada klien menunjukkan hasil sejumlah 189 gr/dL. Berdasarkan
hasil pemeriksaan di atas disimpulkan nilai laboratorium klien termasuk
dalam batas normal.
Universitas Indonesia
Pada saat minggu ke-4 praktik KKMP peminatan gerontik di PSTW Budi Mulia 1
Cipayung muncul masalah baru pada nenek R. Pada bagian kulit lengan bawah di
area dekat siku terdapat lesi-lesi kemerahan tidak disertai pus. Nenek R juga
mengeluh gatal dan perih. Keluhan pada area kulit ini merupakan kejadian baru
yang dirasakan klien selama tinggal di panti sejak 3 tahun yang lalu.
Universitas Indonesia
menimbulkan masalah keperawatan ini antara lain usia lebih dari sama
dengan 65 tahun, hipertensi, diabetes, dislipidemia, riwayat keluarga denga
penyakit kardiovaskular, memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, kurang
pengetahuan terkait modifikasi faktor risiko, obesitas, agen farmatikal, gaya
hidup yang monoton, dan merokok.
Masalah ketiga yang diangkat adalah masalah yang baru muncul pada klien
di minggu keempat. Masalah ketiga yang dimiliki klien adalah kerusakan
integritas kulit(Herdman & Kamitsuru, 2014). Masalah kerusakan integritas
kulit merupakan perubahan kondisi atau gangguan yang terjadi di epidermis
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Diagnosis keperawatan kedua pada klien adalah risiko kesepian. Tujuan dari
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosis ini adalah untuk mencegah
terjadinya kondisi kesepian yang dirasakan oleh klien. Indikator hasil tujuan
asuhan keperawatan ini adalah meningkatnya skor keterlibatan sosial dari
skor 2 (jarang dilakukan) menjadi 3 (kadang-kadang dilakukan) pada poin
interaksi dengan teman dekat. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi
masalah ini adalah mendengarkan aktif dan peningkatan sosialisasi dengan
TAK.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
menjadi 84 kali per menit dengan karakteristik denyut nadi yang mulainya
kuat menjadi sedang. Pada sesi ketiga setelah intervensi tekanan darah klien
menjadi 140/70 mmHg dari sebelumnya 142/70 mmHg dengan pulsasi nadi
menjadi 81 kali per menit dari sebelumnya 86 kali permenit dengan
kekuatan denyut kuat.
Hasil evaluasi intervensi swedish massage sesi 4,5, dan 6 mendapat evaluasi
subjektif yang lebih baik dari sebelummnya oleh klien. Pada sesi keempat
nenek R mengatakan bahwa badannya mulai enak dipijit gak pegel-pegel
lagi. Pada sesi kelima klien mengatakan “alhamdulillah enak abis dipijit”
dan pada sesi keenam klien mengatakan “rasanya enak, bagus ya turun
tensinya”. Hasil evaluasi secara objektif didapati bahwa pada sesi keempat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hasil evaluasi intervensi swedish massage sesi 7,8, dan 9 mendapat evaluasi
subjektif yang sangat positif dari klien. Pada sesi ketujuh nenek R
mengatakan “enak banget sekarang dipijit apalagi turun 6”. Pada sesi
kedelapan klien mengatakan “alhamdulillah badannya enak tensinya turun”
dan pada sesi kesembilan klien mengatakan “yang dirasa badannya lebih
segeran sekarang”. Hasil evaluasi secara objektif didapati bahwa pada sesi
ketujuh tekanan darah setelah dilakukan swedish massage turun dari 156/90
mmHg menjadi 150/70 mmHg dengan pulsasi nadi yang sama yaitu 82 kali
per menit dengan karakteristik tekanan denyut yang kuat sedang. Pada sesi
kedelapan terjadi penurunan 8mmHg pada tekanan darah diastolik yaitu dari
144 mmHg menjadi 136 mmHg akan tetapi tidak ada perubahan dari
tekanan darah sistolik yaitu tetap 80mmHg sebelum intervensi dan setelah
intervensi dengan pulsasi nadi yang menurun dari 82 kali per menit menjadi
80 kali per menit dengan karakteristik denyut nadi yang kekuatannya
sedang. Pada sesi kesembilan setelah intervensi tekanan darah klien menjadi
146/80 mmHg dari sebelumnya 150/80 mmHg dengan pulsasi nadi sama 84
kali per menit dengan kekuatan denyut kuat sedang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mmHg
atau
x/mnt
Universitas Indonesia
Pada sub bab ini akan dijelaskan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
tiga klien kelolaan resume. Penjelasan asuhan keperawatan terdiri dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana keperawatan, implementasi,
dan evaluasi disajikan dalam bentuk yang ringkas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Intervensi dilakukan pada klien hanya dua sesi pada minggu pertama. Hal
tersebut dikarena pada hari sesi ketiga klien dirujuk ke rumah sakit akibat
demam lebih dari tiga hari dan sempat terjatuh lemas. Hasil evaluasi
menunjukkan penurun tekanan darah pada klien setelah dilakukan intervensi
swedish massage. Pada sesi 1 tekanan darah klien turun dari 150/90 mmHg
menjadi 140/90 mmHg dengan pulsasi nadi 90 kali per menit. Pada sesi 2
tekanan darah juga mengalami penurunan menjadi 138/90 mmHg dengan
pulsasi nadi 88 kali per menit.
Universitas Indonesia
Intervensi dilakukan pada klien dimulai dari minggu kelima karena klien
menggantikan resume nenek SS karena nenek SS meninggal satu jam
setelah pulang dari rumah sakit pada tanggal 21 Mei 2016. Hal tersebut
membuat klien hanya merasakan enam sesi intervensi swedish massage.
Hasil evaluasi menunjukkan ada penurun tekanan darah pada klien setelah
dilakukan intervensi swedish massage selama enam sesi. Pada sesi 1
tekanan darah klien tidak terjadi penurunan yaitu tetap 150/90 mmHg
pulsasi nadi 88 kali per menit. Pada sesi 2 tekanan darah mengalami
penurunan menjadi 146/90mmHg dari sebelumnya 150/90 mmHg dengan
pulsasi nadi 88 kali per menit. Pada sesi 3 tekanan darah klien turun dari
150/80 mmHg menjadi 145/80 mmHg pulsasi nadi 86 kali per menit. Pada
sesi 4 tekanan darah mengalami penurunan menjadi 142/90mmHg dari
sebelumnya 148/90 mmHg dengan pulsasi nadi 84 kali per menit. Pada sesi
5 tekanan darah klien turun dari 148/80 mmHg menjadi 136/80 mmHg
pulsasi nadi 84 kali per menit. Pada sesi 6 tekanan darah mengalami
penurunan menjadi 140/80mmHg dari sebelumnya 148/90 mmHg dengan
pulsasi nadi 86 kali per menit.
Universitas Indonesia
ANALISIS SITUASI
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis
dinas sosial provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
kesejahteraan sosial lanjut usia. PSTW Budi Mulia 1 Cipayung memiliki visi
yaitu mengangkat harkat dan martabat lansia terlantar menuju kehidupan
layak, sehat, normatif, dan manusiawi. Berdasarkan visi tersebut PSTW Budi
Mulia 1 Cipayung ingin memberikan pelayanan terbaik bagi lansia. Hal
tersebut membuat PSTW menyediakan beberapa pelayanan seperti yang
diberikan di nursing home. Beberapa pelayanan tersebut diataranya adalah
pemberian akomodasi untuk keperluan kehidupan sehari-hari, layanan asuhan
keperawatan, konsultasi dokter, layanan fisioterapi, layanan farmasi, sistem
rujukan ke rumah sakit, layanan sosial, layanan kegiatan fisik dan jasmani,
serta layanan spiritual.
60
Universitas Indonesia
Perbedaan yang jelas anata konsep PSTW Budi Mulia 1 Cipayung dan nursing
home adalah pada bagian ketenagakerjaan dan kualifikasi staf. Berdasarkan
Guidelines of Nursing Home Singapore (2002) care staf yang memberikan
pelayanan dan perawatan pada lansia adalah registered nurse, enrolled nurse,
health care assistant, dan social worker. Staf perawatan lansia di PSTW Budi
Mulia 1 Cipayung disebut sebagai pramusosial. Saat ini pramusosial yang ada
memiliki latar belakang yang berbeda-beda, terdapat satu lulusan sarjana
kesehatan masyarakat, lulusan D3 keperawatan, dan SMK Keperawatan.
Berdasarkan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda membuat
kualifikasi staf menjadi berbeda. Kualifikasi staf menjadi penting untuk
memberikan asuhan keperawatan yang holistik bagi para wbs sesuai dengan
perannya sebagai perawat gerontik yaitu sebagai pemberi layanan, edukator,
manajer, dan advokator. Selama tujuh minggu observasi terhadap kinerja
pramusosial di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung peran yang baru dilaksanakan
adalah sebagai pemberian pelayanan dan advokat. Apabila lihat dari latar
belakang pendidikan serta peran yang dilakukan oleh pramusosial di PSTW
Budi Mulia 1 Cipayung dapat disimpulkan belum sesuai dengan kualifikasi
seorang care staf di nursing home.
Standar perawatan yang dilakukan oleh PSTW Budi Mulia 1 Cipayung juga
berbeda dengan nursing home. Hal ini terlihat dari standar perawatan yang
Universitas Indonesia
Faktor risiko pertama yang dimiliki oleh klien adalah usia yang lebih dari 65
tahun. Pada usia ini terjadi perubahan struktur pada sistem kardiovaskuler.
Hal ini sesuai dengan teori penuaan tear and wear yang diungkapkan oleh
August Weistman. Teori ini mengatakan bahwa sel-sel somatik memiliki
keterbatasan kemampuan untuk bereplikasi dan berfungsi seperti sebelumnya
dan kerusakan jaringan tidak dapat diperbaiki (Carlson & Pfadt, 2009). Salah
satu perubahan jaringan yang tidak dapat diperbaiki pada lansia adalah
pengakuan pada pembuluh darah. Hal tersebut terjadi akibat penipisan serta
kalsifikasi pada tunika media pembuluh darah yang menyebabkan
Universitas Indonesia
Faktor risiko kedua yang dimiliki oleh klien adalah riwayat hipertensi.
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang paling umum pada
lansia, termasuk residen di unit perawatan lansia jangka panjang (long-term
care) seperti PSTW. Berdasarkan National Nursing Home Survey sebanyak
53,8% residen pada nursing home di Amerika terdiagnosis hipertensi
(Simonson, Han, & Davidson, 2011). Berdasarkan pemeriksaan
kardiovaskuler yang dilakukan pada klien didapati bahwa terjadi perbesaran
jantung pada area ventrikel kiri dan bunyi jantung S2 mengalami peningkatan
intensitas. Tanda gejala tersebut menunjukkan klien mengalami peningkatan
tekanan darah. Peningkatan tekanan darah melebihi 130/80 mmHg pada
lansia dikategorikan sebagai hipertensi (Simmons, DeJoseph, & Arenson,
2009). Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor risiko yaitu usia, etnik,
faktor genetik, kelebihan berat badan, ketidakefektifan aktivitas, sleep anea,
stres psikososial, tingkat pendidikan yang rendah, dan status sosial ekonomi.
Hasil observasi yang dilakukan pada klien didapati bahwa selain usia klien
memiliki faktor risiko ketidakefektifan aktivitas.
Faktor risiko kerusakan fungsi kardiovaskuler ketiga yang dimiliki oleh klien
adalah ketidakefektifan aktifitas fisik. Aktifitas fisik dipercaya dapat
membantu mempertahankan kondisi kardiovaskuler dengan baik. Hal ini
dikarenakan dengan aktifitas fisik yang efektif memberikan manfaat pada
sistem sirkulasi yang baik dan mencegah menumpuknya lemak pada organ
kardiovaskular juga menurunkan dan menstabilkan tekanan darah. Hal ini
Universitas Indonesia
Faktor keempat yang didapati pada klien adalah faktor sosial ekonomi. Faktor
sosial ekonomi dapat menjadi faktor risiko kerusakan fungsi kardiovaskuler
dikarenakan faktor sosial ekonomi sangat mempengaruhi akses lansia dalam
mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan terkait masalah
kardiovaskuler. Faktor sosial ekonomi juga mempengaruhi tingkat
pengetahuan lansia untuk merawat diri dalam hal mengelola faktor-faktor
risiko yang berkaitan dengan masalah kardiovaskuler. Hal ini dibuktikan dari
penelitian yang menyebutkan bahwa lansia yang memiliki tingkat pendidikan
kurang dari sekolah menengah atas (SMA) memiliki faktor risiko lebih
banyak daripada lansia dengan tingkat pendidikan SMA ke atas (Llyod-Jones
et al., 2009). Hasil wawancara yang dilakukan pada klien diketahui bahwa
klien bersekolah hanya sampai kelas 4 sekolah rakyat (SR). Tingkat
pendidikan klien mempengaruhi pengetahuan klien terkait masalah kesehatan
dan pengelolaannya. Hal ini terlihat dari pemahaman klien yang masih
kurang terkait hipertensi dan modifikasi terkait faktor risikonya.
Berdasarkan analisa data pengkajian pada klien diketahui faktor risiko yang
memicu keruakan fungsi kardiovaskuler pada nenek R adalah proses penuaan,
hipertensi, aktivitas fisik yang tidak efektif, dan faktor sosial ekonomi
khususnya terkait tingkat pendidikan. Hal tersebut menyebabkan penulis
dalam pemberian intervensi untuk mengatasi masalah risiko kerusakan fungsi
kardiovaskuler pada nenek R melakukan intervensi keperawatan yaitu
Universitas Indonesia
Aktivitas fisik kilen yang tidak efektif sulit dimotivasi dan dikontrol untuk
ditingkatkan. Aktivitas fisik klien cenderung ringan dan kurang dari standar
Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2006
sebagaimana dilakukan untuk menghasilkan tingkat ketahanan (endurance)
yang membantu fungsi jantung dan paru yaitu minimal dilakukan 30 menit
dalam 5 hari per minggu dengan aktivitas fisik ringan-sedang. Aktivitas yang
direncanakan sebagai bagian dari intervensi kegiatan senam dan berjalan
kaki selama 30 menit dalam waktu 5 hari. Pada pelaksanannya kegiatan ini
tidak berjalan sesuai dengan rencana, walaupun penulis telah memotivasi dan
dan berupaya agar klien mau meningkatkan aktivitas fisiknya. Hal ini
dikarenakan banyak faktor yang menyebabkan lansia tidak mampu dan
terdistraksi dalam melaksanakan aktifitas fisik yang optimal. Hambatan yang
paling sering adalah kurangnya motivasi baik karena pengaruh internal diri
maupun faktor eksternal sehingga klien tidak menjalankan aktivitas fisik yang
telah dijadwalkan secara optimal. Tidak optimalnya pelaksanaaan aktivitas
fisik yang telah direncanakan menyebabkan hasil untuk meningkatkan
ketahanan klien juga tidak optimal. Hal ini terlihat masih tingginya tekanan
darah yang belum mencapai standar aman tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi. Selain itu, pengontrolan asupan dan pengontrolan pemberian terapi
farmakologi setiap hari juga belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam
menurunkan tekanan darah yang terlihat dari monitoring tekanan darah yang
Universitas Indonesia
dilakukan setiap hari. Oleh karena itu penulis juga melakukan intervensi
keperawatan komplementer berupa massage dengan jenis Swedish Massage
agar dapat mengoptimalkan hasil yang ingin dicapai untuk menurunkan risiko
kerusakan fungsi kardiovaskuler.
Universitas Indonesia
penyimpangan dari rentang normal) pada poin tekanan darah sistolik, tekanan
darah diastolik.
Hasil intervensi swedish massage yang dilakukan penulis juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Supa’at, Zakaria, Maskon, Aminuddin, &
Universitas Indonesia
Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan penulis, tidak ada penelitian
yang tidak sejalan dengan hasil intervensi yang dilakukan oleh penulis.
Semua penelitian baik dalam bentuk literature review maupun kuasi
eksperimen menunjukkan bahwa swedish massage dapat menurunkan
tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Hal ini menunjukkan bahwa
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Hasil pengkajian pada klien didapatkan bahwa klien memiliki beberapa faktor
risiko seperti usia yang telah lebih dari 65 tahun, kurang pengetahuan,
riwayat hipertensi, dan gaya hidup yang monoton. Berdasarkan pemeriksaan
tanda vital dan fisik diketahui klien memiliki tekanan darah tinggi, perbesaran
batas jantung kiri, terjadi peningkatan intensitas bunyi jantung S2, dan irama
jantung yang tidak teratur. Selain itu berdasarkan pengkajian menggunakan
format penilaian risiko perkembangan penyakit jantung klien berada dalam
kategori menuju risiko tinggi.
73
Universitas Indonesia
5.2 Saran
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. (2006). Buku saku gaya
hidup sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Pusdatin Kemenkes RI. (2014). Situasi dan analisis: Lanjut usia. Jakarta:
Kemenkes RI
Scottish Intercollegiate Guidelines Network (SIGN). (2001). Hypertension in
older people. Diperoleh dari
http://lyf.landlaeknir.is/downloads/SIGN49.pdf
Shier, D., Butler, J., & Lewis, R. (2012). Hole’s essentials of human anatomy &
physiology. New York: McGraw-Hill
Simmons, B. B., DeJoseph, D., Arenson, C. (2009). Hypertension. In C. Arenson
(Ed.), Reichel,s care of the elderly: Clinical aspects of aging (pp. 96 –
101). New York: Cambridge University Press
Simonson, W., Han, L. F., & Davidson, E. (2011). Hypertension Treatment and
Outcomes in US Nursing homes: Results From The US National Nursing
home Survey. American Medical Directors Association. DOI:
10.1016/j.jamda.20.10.02.009
Sritooma, N., Moyle, W., Cooke, M., & O’Dwyer, S. (2012). The effectiveness of
78esicul massage and traditional thai massage in treating chronic low
bback pain: A review of the literature. Elsevier: Complementasry
Therapies in Clinical Practice 18.
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community and public health nursing.
Philadelphia: Mosby Elsevier
Supa’at, I., Zakaria, Z., Maskon, O., Aminuddin, A., & Nordin, N.A.M.M. (2013).
Effects of Swedish Massage Therapy on Blood Pressure, Heart Rate, and
Inflammatory Markers in Hypertensive Women. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine Vol. 2013.
Doi.org/10.1155/2013/171852
Tabloski, P. A. (2014). Gerontological nursing. New Jersey: Pearson Education
Tennesse Health Care Association. (2013). Nursing home. Diunduh pada 28 Juni
2013 dari http://www.thca.org/forconsumers/selectnursinghome.html
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. (2007). Ilmu dan aplikasi
pendidikan. Grasindo Intima : Bandung.
Touhy, T. A., & Jett, K., F. (2014). Ebersole and hess’s gerontological & health
aging. St. Louis: Elsevier
Turgut, F., Yesil, Y., Balogun, R. A., Rahman, E.M.A. (2013). Hypertension in
Elderly: Unique Challanges and Management. Elsevier: Clinical Geriatric
Medicine 29.
Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
80
Universitas Indonesia
I. Pengkajian Individu
Nama Panti : PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
Alamat Panti : Jalan Bina Marga no.58 Cipayung, Jakarta Timur
Tanggal Masuk : 25 Februari 2013
No. Register :
A. Identitas
1. Nama : Nenek R
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur : 91 tahun
4. Agama : Islam
5. Status Perkawinan : Kawin
6. Pendidikan Terakhir : Kelas 4 SR
7. Pekerjaan Terakhir : Pedagang
8. Alamat Rumah : Jalan Veteran 1 no.32
B. Alasan Masuk ke Panti
Nenek menceritakan bahwa klien tinggal di panti dikarenakan di bawa
oleh mobil biru saat kabur dari suami. Klien mengatakan semenjak
suaminya pensiun sebagai PNS di departemen pertahanan suasana di
rumahnya menjadi kurang harmonis dan sering terjadi konflik. Nenek R
kabur dari rumah karena tidak nyaman dengan perilaku suami. Klien
menceritakan bahwa pada dasarnya suaminya adalah orang yang baik dan
penyayang, namun ada perilaku-perilaku yang kurang berkenan di hati
klien semenjak suami pensiun. Klien merasa kesal karena ketika klien
bekerja keras mencari uang dengan berdagang suami klien tidak pernah
membantu dan hanya bermalas-malasan dan melakukan perilaku yang
tidak disukai klien.
C. Riwayat Kesehatan
1. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini
Pada saat pengkajian secara subjektif klien tidak banyak mengeluhkan
kondisi kesehatannya. Klien merasa sehat, namun klien sering merasa
pegal-pegal di badan, tengkuk merasa tegang, akan tetapi tidak disertai
pusing dan kesulitan tidur di malam hari. Berdasarkan rekam medis
klien diketahui bahwa klien memiliki penyakit hipertensi. Hal tersebut
terlihat dari hasil pencatatan tekanan darah harian dan resep obat yang
diberikan oleh dokter Puskesmas. Pada rekam medis tersebut tercatat
bahwa klien mendapatkan obat antihipertensi amlodipin 10 mg yang
diminum satu kali sehari setiap pagi. Klien mengatakan bahwa selama
Universitas Indonesia
hidupnya klien tidak pernah sakit dan dibawa ke rumah sakit. Adapun
nenek R pernah merasakan badan tidak enak karena batuk pilek. Pada
saat melahirkan dulu, klien melahirkan di rumah dengan memanggil
bidan.
2. Masalah kesehatan keluarga/ keturunan
Ketika klien ditanya terkait masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarganya klien menjawab kurang tahu. Hal tersebut dikarenakan
orang tua nenek R meninggal karena tua. Selain itu koien mengatakan
bahwa pada zaman dahulu orang tuanya tidak pernah memeriksakan
kesehatan ke rumah sakit dan pelayanan kesehatan karena pelayanan
kesehatan masih sangat terbatas. Kondisi kesehatan suami dan anak-
anaknya pun baik pada saat klien meninggalkan rumah. Tidak ada
anggota keluarganya yang sakit atau memiliki riwayat penyakit
keturunan.
D. Kebiasaan Sehari-hari
1. Biologis
a. Pola makan:
Berdasarkan observasi yang dilakukan diketahui bahwa nenek
makan 3 kali sehari dengan makanan yang disediakan panti.
Makan yang disediakan oleh pihak berupa nasi, sayur, lauk pauk,
dan buah yang dibagikan setiap pukul 07.00 untuk makan pagi,
12.00 untuk makan siang, dan jam 16.00 untuk makan sore. Hasil
observasi pada pola makan klien menunjukkan klien hanya makan
sedikit dengan porsi kecil. Hal ini terlihat dari jumlah nasi yang
diambil klien hanya satu centong pada makan pagi dan siang,
sedangkan untuk makan sore kien tidak pernah mengambil nasi.
Apabila nasi diambilkan petugas seringkali nasi tidak habis di
makan karena kebanyakan. Pola makan klien juga cukup menarik,
hal ini dikarenakan menu makanan pagi di makan oleh klien saat
siang, menu makanan siang di makan sore atau malam, dan menu
makanan sore di makan keesokan paginya. Nenek R juga
mengonsumsi makanan selingan selain makanan berat. Makanan
selingan seperti bubur kacang hijau biasanya diberikan setiap hari
selasa dan jumat seusai senam. Klien juga sesekali makan
makanan ringan apabila ada tamu yang memberikan kue atau
82esicul.
b. Pola minum:
Observasi juga dilakukan pada pola minum dan eliminasi nenek
R. Nenek R setiap hari minum air putih kurang lebih sebanyak
1950 cc. Hal ini dilihat dari setiap setelah makan nenek R selalu
minum air segelas kurang lebih 250 cc dan klien juga memiliki
Universitas Indonesia
stok air yang disimpan pada 2 botol air ukuran 600 cc yang
biasanya diminum pada jarak anatar waktu makan dan malam
hari. Minuman kesukaan klien adalah es teh tapi klien sangat
jarang minum es teh. Terkadang jika klien ingin minuman yang
manis klien minum teh hangat yang diseduh sendiri.
c. Pola tidur:
Klien mengatakan tidak memiliki masalah tidur. Klien terbiasa
mulai tidur jam 8 malam dan terbangun pada jam 4 pagiuntuk
mandi. Setelah mandi klien tidur kembali sembari menunggu
sholat shubuh dan terbangun untuk sholat shubuh pada jam 5
pagi. Kadang klien terbangun tengah malam untuk BAK namun
mudah tertidur kembali. Klien tidak pernah tidur pada siang hari.
Universitas Indonesia
f. Rekreasi:
Sejak tinggal di panti klien tidak pernah pulang atau dijemput
pulang ketika lebaran.
2. Psikologis
a. Keadaan emosi:
Kondisi emosi nenek R sehari-hari terlihat stabil. Klien dapat
mengontrol emosi dan tidak suka beradu mulut dengan lansia
lainnya. Apabila ada lansia yang membicarakan dan mengejek
biasanya nenek R tidak terlalu ambil pusing dan tidak
membalasnya. Jika ada hal yang tidak disukainya hal yang biasa
dilakukan klien adalah merengutkan wajahnya, tetapi hal itu tidak
berlangsung lama. Jika berbicara tentang rumah dan anak-
anaknya terkadang nenek R terlihat sedih karena kangen dengan
keluarganya tetapi klien merasakan dilema karena tidak suka
dengan perilaku suaminya.
3. Sosial
a. Dukungan keluarga:
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara didapati hasil terkait
kondisi sosial nenek R yaitu selama di panti klien belum pernah
dijenguk keluarga karena tidak ada yang mengetahui
keberadaannya di panti.
b. Hubungan antar keluarga:
Hubungan antar keluarga khususnya dengan suami kurang
harmonis semenjak suami pensiun.
c. Hubungan dengan orang lain:
Selama di panti klien kadang-kadang mengobrol dan jarang
bertengkar dengan lansia lainnya. Bukan berarti hal tersebut
membuat nenek R tidak memiliki orang yang tidak suka kepada
dirinya. Ada beberapa lansia yang tidak suka dengan nenek R
tetapi nenek R tidak pernah memikirkannya.
4. Spiritual/ Kultural
a. Pelaksanaan ibadah:
Sholat 5 waktu dilaksanakan awal waktu ketika selesai adzan
kecuali shubuh, kadang agak kesiangan. Sholat dilakukan di
dalam kamar sambil duduk di tempat tidur. Klien juga mengikuti
pengajian iqra yang biasanya didatangi oleh ustadzah ke
kamarnya.
b. Keyakinan tentang kesehatan:
Nenek R merasa dirinya sehat wal afiat, tidak ada keluhan
kesehatan dan masalah penyakit sehingga tidak perlu minum obat.
Menurut nenek R tekanan darah tinggi bukan penyakit tapi hal
biasa pada orang tua.
Universitas Indonesia
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Suhu : 36,8oC
d. Nadi : 96 x/menit
e. Tekanan darah : 150/80 mmHg
f. Pernapasan : 21 x/menit
g. Tinggi badan : 143 cm
h. Berat badan : 45 kg
2. Kebersihan Perorangan
a. Kepala
Pemeriksaan fisik head-to-toe pada bagian kepala meliputi
pemeriksaan bentuk kepala, rambut, mata, hidung, telinga, dan
mulut. Bentuk kepala nenek R bulat simetris dan tidak ditemukan
peubahan bentuk, lesi, nyeri, ataupun bengkak. Sejumlah 80%
rambut klien sudah memutih atau beruban dengan pesebaran
cukup merata dan kondisi kebersihan rambut bersih. Tekstur
rambut klien halus, tidak bercabang, tidak ditemukan kutu dan
rambut kloien hanya seleher. Pada meriksaan mata didatapi hasil
pupil mata klien memiliki refleks pada cahaya dan refleks pupil
mata kanan dan kiri isokor. Sklera mata klien tidak ikterik dan
pada konjungtiva mata klien tidak menunjukkan tanda-tanda
anemia. Pada pemeriksaan telinga klien tidak ditemukan serumen
yang mengeras atau pun yang mengental dan tidak ditemukan
juga benda asing. Pada saat dipalpasi pada bagian belakang
telinga tidak ditemukan benjolan dan klien tidak merasakan sakit
dan tidak merasakan telinga berdenging. Pada pemeriksaan
hidung didapati hasil bahwa hidung klien bersih, tidak ditemukan
kotoran hidung, benda asing, dan sekret. Pada pemeriksaan mulut
diketahui bahwa mukosa mulut nenek R lembab dan berwarna
pink, lidah berwarna merah muda keputihan, dan tidak ditemukan
lesi atau sariawan. Kondisi gigi nenek R sudah ompong sebagian.
Klien tidak memiliki gigi berlubang tetapi pada beberapa gigi
didapati karang gigi. Ketika diperintahkan untuk menelan air,
klien tidak merasa nyeri ketika menelan.
b. Leher
Pada pemeriksaan leher secara inspeksi tidak didapati bentuk
abnormal pada leher dan tulang leher. Distensi vena jugularis juga
tidak tampak pada leher klien. Pada leher tidak ditemukan
benjolan kelenjar getah bening atau masa saat dilakukan palpasi.
Universitas Indonesia
c. Dada/thorax
Pada bagian dada dilakukan pemeriksaan fisik morfologi dada
serta pemeriksaan fisik jantung dan paru. Secara inspeksi bagian
dada klien tampak bersih dan terlihat hiperpigmentasi dibeberapa
bagian kulit dada. Bentuk konfugurasi dada klien menunjukkan
sedikit perubahan kifosis dimana timbul sedikit elevasi pada
skapula. Konfigurasi dada klien tidak menunjukkan barrel chest,
pigeon chest maupun funnel chest. Pada saat melakukan inspeksi
pada bagian prekordium ditemukan bentuk prekordium yang
sedikit cembung. Selain inspeksi prekordium, juga dilakukan
inspeksi sekaligus palpasi pada iktus kordis (denyut apeks
jantung) dengan posisi klien berbaring sambil meraba arteri
karotis komunis untuk merasakan adanya gelombang sistolik. Hal
ini dilakukan karena iktus kordis hanya ternyadi selama periode
sistolik. Hasil inspeksi iktus kordis menunjukkan iktus kordis
klien meluas ke arah lateral-bawah dari midklavikular kiri. Pada
saat mempalpasi jantung tidak dirasakan adanya getaran jantung
maupun getaran pada area trakea. Pada pemeriksaan dengan
melakukan perkusi untuk menentukan batas jantung ditemukan
suara redup terdapat pada batas kiri jantung bagian atas pada
interkosta kedua agak mengarah ke bagian lateral dan batas kiri
bawah pada interkosta kelima agak ke lateral bawah midklavikula
kiri, sedangkan pada batas kanan jantung agak sulit dideteksi
karena suara perkusi kurang jelas. Pada saat mengauskultasi
jantung didapati bahwa bunyi jantung 1 klien normal akan tetapi
bunyi jantung 2 intensitasnya lebih tinggi. Tidak ditemukan bunyi
jantung 3 dan 4. Irama jantung yang terdengar tidak teratur
(aritmia). Pada auskultasi paru suara paru yang terdengar
86esicular dan tidak ditemukan suara ronchi dan wheezing.
d. Abdomen
Pemeriksaan abdomen menujukkan bahwa keempat kuadran
abdomen bersih, tidak terdapat lesi, terdapat bekas garis striae,
dan perut tidak tampak asites. Pada saat di auskultasi tidak
Universitas Indonesia
ditemukan bunyi bruit dan bising usus klien hanya 3 kali per
menit. Pada saat di palpasi pada keempat kuadran klien tidak
mengeluhkan nyeri. Pada saat pemeriksaan kandung kemih di
area simfisis pubis hasil palpasi menunjukkan simfisis tidak
kencang atau menegang dan hasil perkusi didapati suara
hipersonor.
e. Muskuloskeletal
Pada pemeriksaan muskuloskletal menunjukkan keadaan umum
tungkai atas dan bawah klien bersih. Tidak ditemukan kontraktur
dan edema pada tungkai klien. Hasil pemeriksaan kekuaran otot
pada klien menunjukan bahwa kekuatan otot klien pada seluruh
anggota gerak tubuh dapat bergerak melawan tahan, akan tetapi
kekuatannya berkurang yaitu 4444 4444 . .
4444 4444
Skor tersebut menunjukkan bahwa kekuatan otot yang dimiliki
klien masih baik
F. Informasi Penunjang
1. Diagnosa Medis
Hipertensi
2. Laboratorium
Pada pengukuran kadar gula darah sewaktu (GDS) didapatkan hasil
kadar GDS klien sejumlah 121 gr/dL. Hasil pengukuran asam urat
menunjukkan bahwa kadar asam urat yang dimiliki klien adalah 3,5
gr/dL. Pengukuran kolesterol pada klien menunjukkan hasil sejumlah
189 gr/dL. Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas disimpulkan nilai
laboratorium klien termasuk dalam batas normal.
3. Terapi Medis
Amlodipin 10 mg 1x1
4. Pengkajian Geriatri
MMSE: 24 (normal 24-30)
MFS: 30 (risiko jatuh rendah 25-50)
Barthel Index:20 (mandiri: 20)
BBT: 44 (risiko gangguan keseimbangan rendah & tidak perlu alat
bantu 41-56)
GDS: 3 (normal 0-4)
5. Keadaan Lingkungan
Kamar nenek R cukup terang, lantai tidak licin, kamar mandi dekat
dengan tempat tidur dan terdapat handrail dalam kamar mandi, namun
tidak terdapat karpet antiselip di dalam kamar mandi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Analisa Data
Universitas Indonesia
Domain 1:
Fisiologis: Dasar
Kelas E:
Promosi Kenyamanan Fisik
Intervensi:
1480 Massage
- Melakukan swedish
massage sebanyak 12 sesi
dengan durasi 10 menit
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BIODATA PENELITI
Universitas Indonesia