Anda di halaman 1dari 5

AGROINDUSTRI.

ID – Ratusan tahun sebelum kedatangan pemerintah Hindia


Belanda, Hasil Perkebunan di Indonesia memang sudah memiliki potensi besar
dalam keberagaman komoditasnya. Hal ini salah satunya dibuktikan dengan
kejayaan tanaman cengkeh atau cengkih (cloves) yang sudah tumbuh dan
diperdagangkan ke benua Eropa sejak abad ke-16 Masehi.
Kejayaan tanaman cengkeh yang tumbuh subur di kawasan Ternate dan Tidore
menurut beberapa sumber bahkan diyakini jauh lebih tua dari itu, jika mengingat
perdagangan rempah-rempah antara bangsa Romawi dan bangsa Arab sudah mulai
booming di kawasan Timur Tengah sejak 5000 tahun lalu.

Cengkeh selain digunakan sebagai rempah-rempah juga berperan penting dalam


perkembangan agroindustri rokok kretek, rokok kretek merupakan rokok asli
Indonesia yang pertama kali diracik di Kudus. Rokok ini merupakan jenis rokok
tradisional yang memadukan antara tembakau dengan Cengkeh dan hingga kini
menjadi salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Selain cengkeh Indonesia juga menyimpan berbagai potensi perkebunan lain seperti
Pala, Kopi dan Tembakau yang saat ini menjadi komoditas perkebunan pemasok
devisa negara terbesar.

Berikut merupakan 7 komoditas unggulan perkebunan di Indonesia yang dipilih


berdasarkan tingkat permintaan, luas lahan perkebunan aktif serta perkiraan
perputaran nilai ekonomi.

6. Tebu (Sugar Cane)


Tanaman Tebu, Hasil dari perkebunan tebu di Indonesia biasanya langsung
diangkut dari lokasi lahan perkebunan menuju ke pabrik gula terdekat, duna
menghindari penurunan kadar air dalam setiap batang pohon tebu.

Tanaman Tebu mulai populer dan banyak di tanam di Indonesia sejak diterapkan
kebijakan Tanam Paksa oleh pemerintah Hindia Belanda. Sejak saat itu Tebu
menjadi salah satu komoditas unggulan hasil perkebunan di Indonesia yang di
ekspor keluar negeri.

Kondisi iklim tropis dan luasnya lahan pertanian yang dimiliki Indonesia menjadi
salah satu faktor penting dalam pertumbuhan agro industri tebu, saat ini setidaknya
masih beroperasi 62 pabrik gula, yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Sumatera, hampir semuanya merupakan pabrik yang dibangun sejak jaman
penjajahan.

Umur pabrik gula yang rata-rata sudah berusia diatas 100 tahun tentu saja sudah
mengalami penurunan kinerja yang akan mempengaruhi proses produksi.
Dampaknya, kita masih tergantung dari pasokan gula impor dari Thailand atau India.
Padahal di dalam negeri masih banyak lahan pertanian yang berpotensi menjadi
perkebunan tebu.

Baca Juga: Beginilah Cara Produksi Tebu Menjadi Gula


5. Teh (Tea)
Meskipun hanya memproduksi jenis Teh Hitam dan Teh Hijau, Potensi perkebunan
Teh di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata, pada tahun 2014 nilai ekspor
Teh Indonesia menempati peringkat ke-7 di dunia. Tiga besar pemasok teh dunia
dalam satu dekade terakhir memang dikuasai oleh China, India dan Kenya yang
hasil produksinya mencapai 10x lipat dari Indonesia.

Salah satu alasan ketertinggalan Komoditas Teh Indonesia dari negara lain yaitu
karena hasil produksi teh (per hektar) yang masih rendah, hal ini diakibatkan dari
mayoritas petani teh kekurangan kemampuan finansial dan keahlian untuk
mengoptimalkan produksi, sementara itu sebagian besar dari teh Indonesia
ditumbuhkan dari biji bukannya dari hasil stek daun teh, yang tentu saja akan
memperlambat masa panen.

Jika masalah tersebut bisa diatasi oleh petani di dalam negeri, bukan tidak mungkin
produksi teh Indonesia akan bersaing dengan tiga besar negara pemasok teh di
dunia. Apalagi Teh hasi perkebunan Indonesia dikenal karena memiliki kandungan
katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia.

4. Karet (Rubber)
Agroindustri karet alam di masa yang akan datang diprediksi mempunyai prospek
yang makin cerah dari saat ini. Salah satu faktor yang bisa dilihat yaitu dengan
adanya kesadaran akan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam, banyak
orang mulai berbondong-bondong berpindah ke energi terbarukan dan ramah
lingkungan, begitu juga dengan industri karet, masyarakat modern saat ini
cenderung memilih menggunakan green tyres daripada karet sintetis.
Semakin langkanya sumber-sumber minyak bumi dan semakin mahalnya harga
minyak bumi sebagai bahan pembuatan karet sintetis dari tahun ke tahun juga
menjadi salah satu faktor pendukung majunya industri karet tanah air.
Getah karet hasil perkebunan karet di Sumatera Selatan. Petani karet biasa
menyadap karet di pagi hari kemudian ditinggalkan dan hasil sadapannya diambil
kembali pada sore hari.

Diprediksi pada tahun 2020 produksi karet alam dunia akan mencapai 11,5 juta ton.
Sekitar 70% hasil produksi karet alam dunia diperuntukkan bagi industri ban.
Sebagai produsen karet terbesar kedua di dunia karet hasil perkebunan di Indonesia
ditargetkan bisa memasok 29% atau 3,3 juta ton karet kering.

Sayangnya target tersebut masih terhambat dengan adanya permasalahan


ketrampilan sumber daya manusia yang masih minim serta produktivitas perkebunan
karet yang masih belum optimal.

Baca juga: Perbedaan Karet Alami dan Karet Sintetis


3. Biji Kopi (Coffe bean)
Sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar ke tiga di dunia, Indonesia adalah
surga bagi pecandu kopi. Saat ini biji kopi hasil perkebunan di Indonesia hanya
kalah dari Brazil dan Vietnam yang menduduki peringkat pertama dan kedua di
dunia. Beragamnya jenis biji kopi yang tumbuh di berbagai daerah, menjadi salah
satu potensi besar bagi keunggulan industri kopi tanah air.

Apalagi beberapa tahun belakangan bisnis coffe shop menjadi semacam trend baru
di kalangan anak muda Indonesia, trend positif ini selain meningkatkan nilai jual biji
kopi juga membuka jalan bagi anak muda untuk tidak bergantung mencari
pekerjaan, tetapi juga berani berwirausaha.
Baca Juga: Macam-Macam Jenis Biji Kopi Unggulan Indonesia
2. Tembakau (Tobaco)
Meskipun banyak beredar gerakan anti tembakau di seluruh dunia, nyatanya potensi
tembakau hasil perkebunan di Indonesia tiap tahun tidak pernah surut.

Menurut data dari Kementerian Perindustrian (Kemperin), kebutuhan konsumsi


rokok dari tahun ke tahun justru semakin meningkat. Berdasarkan data Kemperin,
produksi rokok naik di kisaran 5% hingga 7,4% per tahunnya. Pada tahun 2020,
diproyeksikan produksi rokok Indonesia akan mencapai 524,2 miliar batang, yang
artinya sudah jauh melampai hasil tembakau produksi dalam negeri.

Sementara itu tembakau hasil perkebunan di Indonesia hampir 97% digunakan


untuk produksi rokok, yang pada tahun ini dari 700 unit usaha pabrik rokok yang
tercatat, diprediksi tinggal 200 unit–300 unit saja pabrik rokok yang aktif dan
membayar cukai. Meskipun mengalami penurunan, produksi rokok tercatat terus
mengalami peningkatan karena permintaan yang tinggi.

1. Kelapa Sawit (Palm Oil)


Agro industri kelapa sawit merupakan hasil perkebunan Indonesia yang cukup
menjanjikan, meskipun di awal tahun ini bisa dibilang sedang mengalami masa-
masa sulit, dengan adanya larangan minyak kelapa sawit dari pemerintah Uni Eropa.
Kebijakan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang dibuat sebagai salah satu
jaminan mutu perkebunan kelapa sawit, tampaknya tidak cukup ampuh untuk
melawan kedigdayaan pemerintah Uni Eropa.
Minyak kelapa sawit merupakan hasil perkebunan di Indonesia yang menjadi
penguasa minyak nabati di dunia terus menerus mendapat tekanan politik dari sisi
lingkungan dan kesehatan, meskipun demikian hasil produksi Kelapa Sawit setiap
tahun semakin meningkat, seiring dengan permintaan pasar dunia akan minyak
kelapa sawit yang semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai