Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permasalahan setiap individu datang silih berganti dan menguji setiap mental
manusia. Ketika individu tersebut tidak kuat dalam menerima segala hal yang
ada di hidupnya baik secara fisik maupun mental, tidak dapat mengelola stres
kehidupan yang wajar, maka individu tersebut bisa mengalami gangguan
kesehatan pada jiwanya.
Gangguan jiwa sendiri menurut Damaiyanti (2010) adalah kumpulan dari
keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik,
maupun dengan mental. Suatu perubahan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan/atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Hambatan dalam melaksanakan peran sosial tersebut salah satunya adalah dalam
melaksanakan komunikasi atau interaksi dengan masyarakat sekitar sehingga
efek yang ditimbulkan adalah adanya pandangan yang berbeda atau dalam hal ini
biasa disebut dengan intimidasi karena dianggap berbeda.
Penanganan bagi individu yang mengalami gangguan kesehatan pada jiwanya
sangat diperlukan dengan tindakan yang tepat. Kesehatan jiwa masih menjadi
suatu persoalan yang serius dan menjadi sorotan di negara berkembang seperti
Indonesia dan menjadi permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia.
Menurut artikel berjudul “Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat”
yang dilansir oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia di Jakarta, 6 Oktober 2016, dari data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, menunjukkan bahwa gangguan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala depresi dan kecemasan pada usia 15
tahun ke atas mencapai sekitar 14.000.000 jiwa atau 6% dari jumlah penduduk di
Indonesia. Sedangkan gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai 400.000
jiwa atau sebanyak 1,7 per 1000 penduduk (Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat, 2016).

1
Penanganan pada individu yang mengalami gangguan kesehatan pada jiwanya
diperlukan agar individu tersebut bisa berinteraksi atau berkomunikasi secara
normal di masyarakat karena pada umumnya terdapat keterbatasan yang dimiliki
individu dengan gangguan kesehatan jiwa dan kembali menjalani aktivitas
normal kesehariannya tanpa adanya intimidasi dari masyarakat.
Komunikasi terapeutik dalam Afnuhazi (2015) merupakan komunikasi yang
dilakukan oleh perawat yang direncanakan secara sadar dengan tujuan dan
kegiatan difokuskan untuk kesembuhan klien.
Komunikasi ini digunakan sebagai alat penting untuk membina hubungan
terapeutik karena mencakup penyampaian informasi dan pertukaran pikiran dan
perasaan (Kusumo, 2017).
Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antara-manusia dan
meliputi pertukaran informasi, perassan, pikiran dan perilaku antara dua orang
atau lebih. Komunikasi mempunyai dua tujuan, yaitu untuk pertukaran informasi
dan memengaruhi oran lain. Interaksi perawat dan pasien akan menghasilkan
informasi untuk perawat tentang keadaan pasien dan pada waktu yang bersamaan
perawat dapat memeberikan informasi tentang cara-cara menyelesaikan masalah
dengan stretegi tertentu sehingga pasien terpengaruh dan may melakukannya
untuk menyelesaikan masalah. Jika psein menerima dan menerapkan informasi
dan diberikan oleh perawar maka perilaku pasien berubah kearah adatif yang
merupakan hasil utama dari tindakan keperawatan.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan komunikasi ?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan komunikasi kelompok ?
1.2.3 Bagaimana sifat komunikasi kelompok ?
1.2.4 Bagaimana klasifikasi dan karakteristik komunikasi kelompok ?
1.2.5 Apa tujuan komunikasi kelompok ?
1.2.6 Bagaimana contoh penerapan komunikasi terapeutik kelompok ?

2
1.3. Tujuan Penulis
A. Tujuan Umum
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi.
1.3.2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi kelompok.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana sifat komunikasi kelompok.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dan karakteristik komunikasi
kelompok.
1.3.5 Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi kelompok.
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana contoh penerapan komunikasi terapeutik
kelompok.
B. Tujuan Khusus
Untuk memberika pengetahuan atau wawasan pada mahasiswa dan
mahasiswi yang mengenai permasalahan – permasalahan yanad ada di materi
ini dan mahasiswa dapat memehaminya.
1.4. Metode Penelitian
Makalah ini disusun berdasarkan studi pustaka dan berbagai sumber untuk
pengumpulan data berkaitan dengan teori.
1.5. Sistematika Penulisan
1.5.1 BAB I Pedahuluan : Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan masalah ( tujuan umum dan khusus ), metode penulisan dan
sistematika penulisan.
1.5.2 BAB II Tinjauan Teoritis : Berisikan tentang beberapa teori seperti
definisi komunikasi, definisi komunikasi kelompok, sifat komunikasi
kelompok, klasifikasi dan karakteristik komunikasi kelompok, tujuan
dari komunikasi kelompok, dan bagaimana contoh penerapan
komunikasi terapeutik kelompok.
1.5.3 BAB III Penerapan komunikasi terapeutik komunikasi.
1.5.4 BAB IV Penutup : Kesimpulan dan saran

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antara-manusia dan
meliputi pertukaran informasi, perassan, pikiran dan perilaku antara dua orang
atau lebih. Komunikasi mempunyai dua tujuan, yaitu untuk pertukaran informasi
dan memengaruhi oran lain. Interaksi perawat dan pasien akan menghasilkan
informasi untuk perawat tentang keadaan pasien dan pada waktu yang bersamaan
perawat dapat memeberikan informasi tentang cara-cara menyelesaikan masalah
dengan stretegi tertentu sehingga pasien terpengaruh dan may melakukannya
untuk menyelesaikan masalah. Jika psein menerima dan menerapkan informasi
dan diberikan oleh perawar maka perilaku pasien berubah kearah adatif yang
merupakan hasil utama dari tindakan keperawatan.
2.2 Definisi Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy
Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi,
kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk
mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa
orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi
dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005)
mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara
tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi
informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya
dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.

4
Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni
adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan
memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan
komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka,
biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau
sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain.
2.3 Sifat Komunikasi Kelompok
Sifat komunikasi kelompok adalah sebagai berikut:
1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
2. Kelompok memiliki sedikit partisipan;
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.
2.4 Klasifikasi dan Karakteristik Kelompok
1. Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994)
mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-
anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan
kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-
anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati
kita.
2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan
(membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok
keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan
fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah
kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri
atau untuk membentuk sikap.

5
3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua:
deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok
dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan,
ukuran, dan pola komunikasi. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-
langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan
kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok
preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum,
kolokium, dan prosedur parlementer.
2.5 Tujuan Komunikasi Kelompok
Tujuan dari komunikasi kelompok adalah :

1. Membantu anggota kelompok berinteraksi dengan orang lain.

2. Membantu anggota kelompok mengubah prilaku

Dari tujuan diatas pula, beberapa tujuan lain dapat kita lihat serta kita bagi
kedalam beberapa jenis tujuan lainnya seperti :

1. Personal
Personal atau dapat juga dikatakan sebagai pribadi seseorang, dimana
pribadi tersebut secara tidak langsung pasti memiliki tujuan ketika
mengikuti sebuah kelompok. Ketika orang tersebut masuk dan menjadi
anggota kelompok, maka komunikasi kelompok yang Ia lakukan juga
bertujuan untuk melakukan pemenuhan terhadap kebutuhan personalnya.
Biasanya tujuan ini mencakup keperluan atau kebutuhan personal
seseorang yang menginginkan dan mencari persahabatan, pertemanan dan
keluarga baru. Selain itu, tujuan komunikasi kelompok juga akan
memberikan pemenuhan kebutuhan personal bagi orang-orang yang ingin
berbagi cerita suka maupun duka
2. Interpersonal

6
Kebutuhan interpersonal merupakan sebuah kebutuhan yang terdapat
didalam diri seseorang, dimana kebutuhan tersebut berasal dari luar seperti
lingkungan dan orang-orang terdekat. Ketika seseorang masuk kedalam
sebuah kelompok dan melakukan komunikasi kelompo, maka tujuan
utamanya adalah untuk melakukan pemenuhan kebutuhan interpersonal ini.
Secara tidak langsung, komunikasi kelompok ini juga memiliki tujuan
untuk melakukan pemenuhan kebutuhan interpersonal seseorang. Tujuan
ini dapat kita lihat pada sebuah kelompok Human Counseling, kelompok
layanan rehabilitasi mental atau trauma serta kelompok-kelompok yang
berfokus kepada pemberian rasa kasih sayang kepada seseorang yang
membutuhkan.
3. Pengembangan diri
Tujuan komunikasi kelompok yang selanjutnya adalah untuk
menentukan atau melakukan pengembangan diri terhadap setiap
anggotanya. Pengembangan diri yang dilakukan didalam sebuah kelompok
seperti peningkatan kemampuan fisik,psikologis maupun mental serta
peningkatan mutu kualitas hidup dan kualitas bersosialisasi. Tujuan
komunikasi yang satu ini dapat kita temui pada jenis-jenis kelompok
pembinaan karakter, pembinaan bakat dan kemampuan serta kelompok-
kelompok yang dibentuk berdasarkan tujuan pengembangan karakter.
4. Mempermudah kegiatan
Tujuan komunikasi kelompok keempat adalah untuk mempermudah
segala jenis kegiatan, seperti bakti sosial, kegiatan sekolah, kegiatan
bersosialisasi dan bermasyarakat, serta kegiatan-kegiatan lainnya. Ketika
sebuah kelompok ingin melakukan suatu kegiatan, maka kegiatan tersebut
akan semakin mudah untuk dibicarakan, dirancang, dan dilakukan ketika
komunikasi kelompok berjalan dengan baik dan benar. Oleh karena itu,
sebuah kelompok haruslah selalu menggunakan komunikasi sebagai alat
atau media yang paling utama untuk mengorganisir sesuatu.

7
5. Menciptakan suasana
Komunikasi kelompok juga bertujuan untuk menciptakan sebuah
suasana yang baik bagi setiap anggota kelompok yang ingin melakukan
pertukaran informasi atau pesan. Suasana komunikasi yang baik tentunya
akan menciptakan sebuah komunikasi yang baik pula, serta suasana yang
baik akan menciptakan dan melahirkan berbagai keputusan yang
menguntungkan bagi seluruh pihak.
6. Mencari jawaban
Komunikasi kelompok juga memiliki tujuan yang lain yaitu untuk
mencari jawaban atas sebuah pertanyaan yang timbul disaat diskusi atau
komunikasi kelompok sedang berlangsung. Tujuan yang satu ini akan
membantu setiap anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi dalam mencari
jawaban tentang hal-hal yang dipertanyakan oleh orang lain, kelompok lain
hingga hal-hal yang dipertanyakan oleh masyarakat. Mencari sebuah jawaban
bukan hanya dapat diartikan untuk menjawab pertanyaan saja, melainkan
juga dapat untuk menentukan jawaban atas kegelisahan dan kerisauan setiap
anggota kelompok.
7. Saling berbagai informasi
Tujuan komunikasi kelompok yang ketujuh adalah untuk melakukan
sebuah kegiatan pertukaran atau saling berbagi informasi diantara anggota
kelompok atau anggota kelompok dengan pengurus kelompok dan diantara
pengurus kelompok. Ketika sebuah kegiatan pertukaran informasi terjadi
dengan baik dan berproses dengan efektit, maka akan tercipta sebuah
kesatuan tujuan dan kesatuan pandangan diantara anggota kelompok. Jika
kesatuan tujuan dan pandangan ini sudah tercapai, maka kelompok tersebut
akan semakin mudah untuk berkembang dan melakukan segala hal karena
pada diri anggotanya sudah merasa bahwa mereka satu kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan.
8. Sebagai media pengikat

8
Kelompok yang selalu berkomunikasi pada setiap kegiatan akan
menjadikan komunikasi sebagai sebuah media pengikat dan penghubung.
Oleh sebab itu, komunikasi kelompok juga memiliki tujuan sebagai media
pengikat diantara setiap anggota organisasi. Setiap anggota akan diikat atau
secara tidak langsung akan dipaksa mengikuti aturan-aturan yang berlaku di
kelompok tersebut. Selain itu, tujuan komunikasi sebagai media pengikat
juga akan mempermudah setiap pengurus untuk memberikan perintah atau
arahan kepada anggota kelompok, karena anggota kelompok akan merasa
bahwa mereka harus mematuhi apa yang disuruh dan diarahkan oleh
pengurus kelompok. (baca juga : Komunikasi kelompok pada keperawatan
jiwa dilakukan pada saat perawat membetikan pendidikan kesehatan pada
sekelompok pasien atau keluarga pasien ataupun pada kelompok pendukung
(support club).

9
BAB III
PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KELOMPOK
3. 1 Contoh percakapan pada kelompok keluarga pasien
Seorang perawat puskesmas sedang melakukan penyuluhan/ pendidikan
kesehatan pada sekelompok pasien yang mengalami masalah halusinsi
(kelompok pasien yang sudah mengenal halusinasi) dan sudah belajar cara
mengontrol halusinasi). Tujuan pertemuan kelompok adalah berbagi
pengalaman tentang penerapan cara mengontrol halusinasi
Tahap orientasi :
“Selamat siang saudara saudara sekalian. Bagaimana perasaan saudara
saudara pada hari ini? Seperti janji kita minggu lalu, hari ini kita bertemu untuk
membahas tentang pengalaman anda menggunakan cara mengontrol suara
suara. Kita akan bercakap cakap selama 45 menit disini”.
Tahap kerja :
“Baiklah sudara-saudara seklian, sekarang masing-masing orang diminta
untuk menceritakan pengalamannya dalam menggunakan cara-cara mengontrol
halusinasi yang telah dipelajari. Siapa yang mau menyampaikan kegiatannya?’
(bila tidak ada pasien yang tidak mau menyampaikan, dibuat bergiliran). Apa
cara yang telah... gunakan?. Bagaimana hasilnya? Bagus...!! (semua anggota
kelompok mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya). Ya bagus
sekali, semua sudah mencoba untuk menyampaikan pendapatnya. Jadi
kegiatan-kegiatan tadi dapat saudara-saudara lakukan jika suara-suara itu
muncul.”
Tahap terminasi :
“Bagaimana perasaan saudara-saudara setelah kita berdiskusi? Apa pendapat
saudara-saudara terhadap hasil diskusi kita hari in? 4 cara mengontrol
halusinasi dapat anda gunakan agar suara-suara itu tidak mengganggu lagi. Kita
bertemu lagi di balai desa ini minggu depan dihari dan pukul yang sama untuk

10
membicarakan aktivitas sehari-hari yang dapat anda lakukan di rumah. Selamat
siang.

11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan makalah yang telah ditulis, penulis dapat
menyimpulkan bahwa kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai
tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai
bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini
misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah,
atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.
Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi.
Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi
komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan,
konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam
Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi
secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah
diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang
mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-
anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas
mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta
komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu
untuk mencapai tujuan kelompok.
4.2 Saran
Adapun kesan yang kami rasakan selama ini membuat makalah sangat seneng
dan berterimakasih karena selama ini membuat makalah mendapatkan banyak
sekali ilmu dan pengalaman tersebut sehingga bisa mengembnangkan dan
menguasai makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai