Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BETON ABU SEKAM PADI DAN BAN BEKAS SEBAGAI MATERIAL


KONTRUKSI PERKERASAN KAKU KINERJA TINGGI DI TANAH GAMBUT

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:

Muklisin;1707111524;2017

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2019
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ban bekas merupakan limbah dari kendaraan bermotor yang memiliki struktur
komplek sehingga sulit untuk diuraikan. Selain itu pemusnahannya dengan cara
dibakar juga akan menyulitkan karena membutuhkan suhu diatas 322˚C. Berdasarkan
data statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kendaraan bermotor secara
keseluruhan pada tahun 2013 menjadi 104.118.969 unit dan mengalami peningkatan
pada tahun 2014 menjadi 114.209.266 unit (Badan Pusat Statistik, 2016). Sehubung
dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di masyarakat tentu akan
meningkatkan jumlah limbah ban bekas, bahkan untuk tahun 2017 industri ban
Indonesia memprediksi bahwa pertumbuhan produksi akan meningkat sebesar 6%.
Karena terus bertambah namun sulit untuk berkurang, maka diperlukan terobosan baru
dalam pengolahan limbah ban bekas ini. Gambar 1.1 memperlihatkan limbah ban bekas
yang terdapat di bengkel ban di kota Pekanbaru.

Gambar 1. 1 Limbah Ban Bekas.

Dalam dunia konstruksi, beton masih berperan penting karena memiliki


kelebihan kuat tekan yang tinggi, mudah dalam proses pengerjaan, dan memiliki nilai
ekonomis pada proses pembuatan serta perawatnnya. Namun, terdapat kekurangan
beton yakni memiliki kuat lentur yang lemah. Modulus elastisitas ban bekas yang
cukup tinggi yakni 0,77-1,13 MPa, dan nilai density yang rendah berkisar antara 1,08-
1,27 t/m3 dimiliki oleh limbah ban bekas (Yang, Lohnes, & Kjartanson, 2002), maka
limbah ban bekas sangat cocok untuk meningkatkan sifat kelenturan dan mencegah
keretakan pada beton.
Seiring dengan meningkatnya kuat lentur beton dengan campuran serat limbah
ban bekas, maka kuat tekan beton juga akan meningkat karena keberadaan serat pada
beton ini diibaratkan memberikan tulangan pada beton. Namun setelah mencapai kadar
serat yang optimal beton akan mengalami penurunan kuat tekan karena penambahan
serat limbah ban bekas dianggap akan mengurangi kepadatan adukan beton sehingga
campuran beton tidak akan memampat dengan baik (Nastain & Maryoto, 2010). Untuk
meminimalisir terjadinya penurunan kuat tekan beton tersebut maka dibutuhkan bahan
tambahan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau diketahui bahwa
luas lahan panen tanaman padi untuk sawah basah pada tahun 2014 seluas 85.218 Ha
lalu meningkat pada tahun 2015 menjadi 82.218 Ha dan untuk padi ladang pada tahun
2014 seluas 20.975 Ha kemudian meningkat pada tahun 2015 menjadi 21.328 Ha.
Bersamaan dengan meningkatnya luas lahan panen padi di Provinsi Riau, maka
meningkat pula produksi tanaman padi dimana tercatat pada tahun 2014 produksi
tanaman padi sawah sebesar 337.233 ton lalu meningkat pada tahun 2015 menjadi
345.441 ton sedangkan untuk padi ladang dari 48.242 ton di tahun 2014 menjadi 48.476
ton di tahun 2015 (Badan Pusat Statistik, 2016). Dengan meningkatnya produksi
tanaman padi, maka produksi limbah sekam padi juga terus meningkat. Pembakaran
sekam padi menghasilkan abu sekam padi yang mengandung senyawa kimia berupa
silika yang dapat bersifat pozolan. Kandungan silika pada abu sekam padi dalam
pembuatan beton akan meningkatkan kuat tekan beton, mengecilkan porositas, dan
menurunkan daya serap air pada pencampuran abu sekam padi ±15% dari berat semen
yang ditambahkan pada campuran beton.
Kondisi tanah di Provinsi Riau berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
pada tahun 2015 tercatat memiliki luas wilayah sebesar 8.915.062 Ha yang didominasi
oleh tanah lunak dengan jenis tanah histosol (Gambut) 3,8 juta Ha atau sekitar 43,35%,
diikuti dengan jenis tanah lunak lainnya yakni ultisol sekitar 2,6 juta Ha atau kurang
lebih 29,51% (Badan Pusat Statistik, 2016). Berdasarkan data statistik tersebut besar
kemungkinan dilakukannya pembangunan konstruksi pada tanah lunak yakni tanah
gambut. Beton yang terpapar langsung dengan air gambut contohnya perkerasan kaku
(rigid pavement) perlu memperhatikan ketahanan strukturnya. Retakan yang
ditimbulkan akibat perubahan suhu, getaran, dan penyebab lainnya dapat diminimalisir
dengan peningkatan kuat lentur beton, sehingga air gambut yang bersifat asam tidak
akan masuk kedalam beton dan merusak beton ataupun baja pada perkerasan lentur
tersebut. Selain itu, penambahan bahan abu sekam padi pada campuran beton dapat
memperkecil porositas dan meningkatkan kekedapan dari campuran beton tersebut
sehingga perpaduan serat ban karet dengan abu sekam padi merupakan kombinasi yang
baik dalam menangani permasalahan retakan perkerasan kaku di lahan gambut.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka diperlukan
inovasi dalam bidang material kontruksi yang dapat menjadi solusi dalam pemanfaatan
limbah ban bekas dan abu sekam padi serta dapat menjadi inovasi baru dalam bidang
konstruksi dengan diperolehnya hasil berupa beton lentur berkekuatan tinggi yang
dapat di aplikasikan pada perkerasan kaku yang berada di tanah gambut. Oleh karena
itu campuran beton perkerasan kaku dengan kombinasi limbah ban bekas dan abu
sekam padi dalam perlu dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Keberadaan tanah gambut di Provinsi Riau yang mengandung air dengan sifat
asam mengharuskan ahli bidang konstruksi untuk berinovasi guna meminimalisir
kerusakan pada material konstruksi, seperti beton yang mengeropos atau tulangan baja
yang berkarat akibat air asam yang dikandung tanah gambut tersebut. Pemanfaatan
beton sebagai perkerasan kaku di Provinsi Riau terus meningkat. Pembangunan jalan
dengan perkerasan kaku di tanah gambut perlu menggunakan bahan berkualitas dan
dapat meningkatkan kelenturan. Hingga saat ini masih sedikit penelitian pembuatan
perkerasan kaku menggunakan limbah ban bekas untuk meningkatkan kelenturan dan
abu sekam padi untuk meningkatkan kekedapan beton. Penelitian ini perlu dilakukan
agar dihasilkan beton ramah lingkungan, kedap dan memiliki kekuatan dalam jangka
panjang.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengkaji beton berserat dengan variabel kadar abu sekam 5%, 10% dan 15% dari
total campuran dan crumb rubber 10%, 20% dan 30% dari jumlah agregat halus
yang ditambahkan.
2. Mengkaji perubahan kuat tekan, kuat lentur, porositas, dan permeabilitas beton
pada umur 7, 14, dan 28 hari setelah perendaman air gambut.
3. Mengkaji perubahan fisik beton pada umur setelah perendaman air gambut.

1.4 Urgensi Penelitian


Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan mengingat meningkatnya
pembangunan di indonesia terutama dalam bidang aspek konstruksi jalan serta
memanfaatkan limbah ban bekas dan limbah pertanian abu sekam padi yang dapat di
jadikan material campuran dalam pembuatan perkerasan kaku yang mendukung kinerja
tinggi dan meningkatkan kualitas beton, serta menjadi solusi untuk pembangunan
perkerasan kaku khususnya di daerah gambut.

1.5 Temuan yang Ditargetkan


Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh produk beton dengan karakteristik
kuat tekan yang tinggi, kuat lentur yang tinggi, porositas yang rendah, permeabilitas
yang rendah, ramah lingkungan dan mampu melindungi beton dari sifat asam air
gambut, serta dapat di aplikasikan pada perkerasan kaku di tanah gambut diseluruh
indonesia.
1.6 Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Campuran beton lentur berkekuatan tinggi untuk produk rigid pavement yang
mendukung kinerja tinggi dan dapat diterapkan pada pembangunan konstruksi jalan
khususnya pada pembangunan perkerasan kaku di daerah gambut (Jalan Tol, Jalan
Nasional) .
2. Artikel ilmiah yang diterbitkan di Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan UGM.

1.7 Manfaat Penelitian


1. Menambah nilai limbah ban bekas dan abu sekam padi untuk konstruksi perkerasan
kaku.
2. Sebagai inovasi baru dalam pembangunan perkerasan kaku di tanah gambut
khususnya untuk pembangunan jalan Pemerintah.
3. Sebagai sumber referensi bagi penggiat ilmu pengetahuan dan teknologi material
bangunan.

Anda mungkin juga menyukai