PENDAHULUAN
Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga
jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh
kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan
monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.1
Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sampai ke
fotoreseptor di retina. Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus kepada kiasma optik.
Traktus optikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik, membawa impuls ke lobus serebral
dimana penglihatan diinterpretasikan.1
Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin menipis lensa
mata untuk memfokusnya.Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh otot siliari yang terdapat pada
I. ANATOMI MATA
Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media
refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi menyebabkan visus turun
(baik mendadak aupun perlahan). (Marieb EN & Hoehn K, 2007).
Bagian berpigmen pada mata: uvea bagian iris, warna yang tampak tergantung pada pigmen
melanin di lapisan anterior iris (banyak pigmen = coklat, sedikit pigmen = biru, tidak ada pigmen
= merah / pada albino). (Marieb EN & Hoehn K, 2007).
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas
kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola
mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata
sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan
tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di depan tuber
sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu berkas
membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal dari masing-masing mata akan
bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut temporal mata yang lain membentuk traktus
optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke korpus genikulatum lateral dan nukleus
pretektalis.1,3
Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan jaras visual
sedangkan serabut saraf yang berakhir di nukleus pretektalis di batang otak menghantarkan
impuls visual (saraf afferent) yang membangkitkan refleks visual seperti refleks pupil.1,3
Bila kita memfiksasi pandangan kita ke satu benda, benda ini terlihat nyata, sedangkan
benda-benda di sekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat, bila kita
memfiksasi mata ke satu benda disebut lapangan pandang.6
Nervus optikus (N. II) merupakan saraf sensorik khusus untuk fungsi penglihatan.
Keluhan yang berhubungan dengan gangguan nervus optikus adalah ketajaman penglihatan
berkurang dan lapangan pandang berkurang. Jalur penglihatan merupakan saraf dari retina ke
pusat penglihatan pada daerah oksipital otak. Gangguan pada jalur penglihatan akan
mengakibatkan gangguan fungsinya.
Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan,
yaitu batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang
datang dari tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang
datang dari sekitarnya jatuh di bagian perifer retina.6,8,9
Pentingnya pemeriksaan mata untuk deteksi dini, agar tidak terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan. Prevalensi gangguan mata pada pediatric dalam sebuah jurnal dijelaskan sebagai
berikut.6,9
Skrining dimulai dari lapang pandang temporal karena kebanyakan gangguan melibatkan
daerah ini. Bayangkan, lapang pandang pasien diproyeksikan pada mangkuk kaca yang
melingkupi bagian depan kepala pasien. Minta kepada pasien untuk melihat mata Anda dengan
kedua matanya. Ketika Anda bertatapan dengan pasien, tempatkan kedua tangan Anda secara
terpisah dengan jarak 2 feet (sekitar 0,6 meter) di sebelah lateral tiap-tiap telinga pasien. Minta
pasien untuk menunjuk jari tangan anda begitu dia melihatnya. Kemudian, gerakkan secara
perlahan jari-jari yang digoyang-goyangkan dari kedua tangan Anda disepanjang mangkuk
imajiner dan kearah garis pandangan sampai pasien melihatnya. Ulangi pola gerakan ini pada
kuadran temporal atas dan bawah. Normalnya, seseorang akan melihat jari-jari tangan dari kedua
tangan Anda disaat yang bersamaan. Jika demikian, biasanya lapang pandangnya mormal. 1,2,4,5,8
Jika anda menemukan suatu gangguan, coba untuk menentukan batas-batasnya. Uji setiap
mata satu per satu. Sebagai contoh, jika anda mencurigai gangguan temporal pada lapang
pandang yang kiri, minta pasien untuk menutup mata kanannya dengan menggunakan mata kiri,
minta pasien untuk menatap langsung mata Anda pada sisi yang berlawanan. Kemudian, secara
perlahan gerakkan jari-jari tangan Anda yang digoyang-goyangkan dari daerah gangguan kearah
daerah yang penglihatannya lebih baik. Perhatikan, di daerah mana pasien pertama-tama
bereaksi. Ulangi pengujian ini pada beberapa level untuk menentukan batas gangguan. Jika mata
kiri pasien secara berulang-ulang tidak melihat jari-jari tangan anda sampai jari-jari tangan
Dasar penelitian Esterman adalah tidak sama nilai lapang pandang di setiap bagiannya.
Bagian sentral berbeda dengan bagian perifer, demikian pula atas tidak sama dengan bawah.
Pada kisi-kisi Esterman lapang pandang dibagi atas 100 bagian yang tidak sama besar dengan
masing-masing mempunyai nilai 1%. Setiap kotak yang dibuat dalam pembagian kelompok
mempunyai nilai sama. Kisi-kisi atau kotak ini akan memberi nilai berbeda walaupun luasnya
sama pada bagian sentral dan perifer.2, 5,7,8
Uji lapang pandang dilakukan dengan memakai objek pemeriksaan 3 mm dan dilakukan
setiap 45 derajat meridian. Jumlah derajat setiap meridian dibagi dengan 485 merupakan
Uji perimeter atau kampimeter, ini merupakan uji lapang pandang dengan memakai
bidang parabola yang terletak 30 cm di depan pasien. Pasien diminta untuk terus menatap titik
pusat alat dan kemudian benda digerakkan dari perifer ke sentral. Bila ia melihat benda atau
sumber cahaya tersebut, maka dapat ditentukan setiap batas luar lapang pandangnya. Dengan alat
ini juga dapat ditentukan letak bintik buta pada lapang pandang.
Gambar . Lintasan Impuls visual dan Gangguan Medan Penglihatan Akibat Berbagai Lesi di Lintasan Visual
Pada praktek klinis, lokasi lesi di jaras penglihatan ditentukan dengan pemeriksaan
lapang pandang sentral dan perifer. Tekniknya dengan perimetri. Lesi di sebelah anterior kiasma
(retina atau nervus optikus) menyebabkan defek lapang pandang unilateral; lesi dimana saja di
jaras penglihatan yang terletak posterior terhadap kiasma menyebabkan defek homonim
kontralateral. Lesi kiasma biasanya menyebabkan defek bitemporal. Lesi pada bagian lateral
khiasma optikum akan menyebabkan hemianopsia binasal, sedangkan lesi pada bagian medial
kiasma akan menghilangkan medan penglihatan temporal yang disebut hemianopsia bitemporal.
Kelainan seperti ini banyak disebabkan oleh lesi khiasma, seperti tumor dan kista intrasellar,
erosi dari processus clinoid seperti yang terjadi dengan tumor atau aneurisma dorsal dari sella
tursica, kalsifikasi di antara atau di atas sella tursika seperti yang terjadi dengan kista dan
aneurisma kraniofaringioma, dan juga pada meningioma suprasellar. Juga dapat disebabkan oleh
trauma dan tumor pada regio khiasma. Hemianopsia bitemporal bisa didapatkan pada kista
suprasellar. Bisa juga ditemukan pada pasien dengan tumor pituitari tapi bersifat predominan
parasentral. Pada adenoma pituitari juga bisa terkadi kebutaan atau anopsia pada salah satu mata
dan hemianopsia temporal pada mata yang lainnya.1,2,4,6
Sebaiknya digunakan isopter multiple (objek pemeriksaan dengan berbagai macam
ukuran) untuk mengevaluasi defek secara menyeluruh. Defek lapangan pandang dengan suatu
batas melandai (sloping) (yakni defek lapangan pandang lebih besar dari objek pemeriksaan yang
lebih kecil atau berwarna daripada yang dengan yang putih) mengisaratkan edema atau
penekanan (kompresi), lesi iskemik atau vaskular cendrung menghasilkan defek lapangan
pandang dengan batas-batas curam (yakni defek berukuran sama tanpa memandang ukuran atau
warna objek pemeriksaan yang digunakan). 1, 4,5 ,8
Penyamarataan lain yang penting adalah bahwa semakin kongren defek lapangan
pandang homonim (yakni semakin mirip ukuran, bentuk dan lokasi defek pada lapangan pandang
terkait dikedua mata), semakin posterior letak lesi di jaras penglihata. Lesi di regio
oksipitalcendrung menyebabkan defek identik di masing masing lapangan pandang, sedangkan
lesi di traktus optikus menyebabkan defek lapangan pandang homonim yang inkongruen (tidak
serupa).1,2,4,6
Gambaran klinis khas yang menunjukkan adanya penyakit nervus optikus adalah defek
pupil aferen, penglihatan warna yang buruk, dan perubahan pada diskus optikus. Namun pada
stadium awal penyakit, diskus optikus mungkin normal. Walaupun telah terdapat penurunan
lapangan pandang dan tajam penglihaqtan yang berat.1,2,4
Edema diskus terutama terjadi pada penyakit-penyakit yang mengenai bagian anterior
nervus optik tetapi juga terjadi pada peningkatan tekanan intrakranial dan kompresi nrevus
optikus intraorbital. Edema diskus optikus dapat merupakan suatu tanda klinis penting, misalnya
pada diagnosis neuropatioptik iskemik anterior.
Atrofi optik adalah suatu respons nonspesifik terhadap kerusakan nervus optik akibat
A. Neuritis Optik
Neuritis optik demielinatif idiopatik
pada orang dewasa, neuritis optik demielinatif idiopatik biasanya bersifat unilateral dan
terutama mengenai wanita. 1
Gambaran klinis: 1
Hilang penglihatan yang subakut, berkembang setelah 2-7hari. Pada orang dewasa sekitar
sepertiga pasien memiliki penglihatan yang lebih baik dari 20/40 selama serangan pertama.
Sepertiga lebih, penglihatannya lebih buruk dari 20/200. Penglihatan warna dan sensitifitas
kontras juga terganggu. Didapatkan juga keluhan rasa nyeri pada mata.
Hampir semua defek lapangan pandang terjadi, tetapi yang paling sering adalah skotoma
sentral. Skotoma tersebut biasanya sirkular, dengan ukuran dan kepadatan yang sangat
bervariasi. 1,4
Pemeriksaan dan diagnosis banding:1
Pemeriksaan lapang pandang sentral dengan automated perimetry paling sering
menunjukkan kehilangan lapang pandang difus. Reflex cahaya pupil melambat, dan bila kelainan
nervus optikusnya tidak simetris, akan dijumpai defek pupil aferen.1, 4,5 ,8
Adanya gangguan atipik khususnya penglihatan yang tak kunjung membaik setelah 6
minggu, harus dipikirkan kemungkinan adanya penyakit lain. Pemeriksaan yang perlu dilakukan
untuk membedaka dengan neuropati optik kompresif yaitu MRI atau CT. Visual evoket
respon(VER) mata yang terkena mungkin menunjukkan penurunan amplitude atau peningkatan
masa laten selama episode akut neuritis optik. , 4,5 ,8
Sklerosis Multipel
Sklerosis multiple khasnya adalah suatu penyakit demielinasi pada sistem saraf pusat
yang sering kambuh dan revisi. Penyebabnya belum diketahui. Khas yaitu lesinya terjadi pada
waktu yang berlainan dan di lokasi-lokasi yang tidak berbatasan pada system saraf. Yakni lesi-
lesi tersebar dalam ruang dan waktu. Terdapat kecendrungan melibatkan nervus optikus,dan
kiasma optikus, batang otak, pedunculus serebelum, dan medulla spinalis. 1, 4, 6
Gambaran klinis :
Diplopia merupakan gejala awal yang ditemukan karena akibat oftalmoplegia
internuklear yang sering mengenai kedua mata. Nistagmus juga merupaka tanda yang umum
terjadi. Selain kelainan pada mata ditemukan juga kelemahan motorik yang disertai tanda-tanda
pyramidal , ataksia, disartria, parestesia.1
Pemeriksaan:
Pada MRI otak, didapatkan kelainan cairan serebrospinalis dan adanya penyakit
substansia alba sistem saraf pusat yang tersebar dapat mendiagnosis sklerosis multiple.
Terapi :
Terapi steroid misalnya metylprednisolone oral dapat membantu mempercepat pemulihan
setelah kekambuhan akut.
A. Tumor Hipofisis
Lobus anterior kelenjar hipofisis adalah lokasi awal tumor hipofisis, yang bermanifestasi
dalam bentuk hilang penglihatan, kelumpuhan pada nervus kranialis termasuk keluumpuhan otot
ekstraokuler, dan sebuah massa lesi pada CT scan atau MRI, yang berasal dari sela hipofisis dan
meluas ke regio suprasela dan / parasela.1
Pemeriksaan penglihatan, khususnya dokumentasi lapangan pandang serta pemeriksaan
endokri,penting dalam penentuan panatalaksanaan tumor ini. Prolaktinoma umumnya diterapi
awal secara medis dengan agonis dopamin, seperti cabergolin, bromocriptine, atau pergolid.
Makroadenoma lipofisis lain umumnya menjalani hipofisektomi transfenoid. Radioterapi dapat
diberikan sebagai adjuvan pembedahan atau pada penyakit kambuhan. Ketajaman penglihatan
dan lapangan pandang dapat pulih secara dramatis setelah tekanan pada kiasma dihilangkan,.
Gambaran awal caput nervi optiki tidak memperkirakan hasil akhir penglihatan, tetapi atropi
B. Kraniofaringioma
Kraniofaringioma adalah sekelompok tumor yang jarang ditemukan dan berasal dari sisa
epitel kantung rathke ( 80% dari populasi normal memiliki sisa tersebut ) dan khasnya mulai
menimbulkan gejala antara usia 10 sampai 25 tahun, walaupun terkadang baru terjadi pada saat
usia 60 atau 70an. Tumor tumor ini biasanya terletak pada suprasela, tapi kadang kadang terletak
pada intrasela. Gejala dan tanda sangantt bervariasi sesuai dengan usia pasien dan lokasi pasti
serta kecepatan pertumbuhan tumor. Bila tumor terletak pada suprasela, tampak jelas defek
lapangan pandang traktus atau kiasma yang asimetris. Papiledem labih sering daripada
dibandingkan pada tumor hipofisis. Pada tumor yang telah ada sejak bayi, dapat dijumpai
hipoplasia nerve optikus. Dapatt timbul defisiensi hipofisis, dan keterlibatan hipotalamus dapat
menyababkan pertumbuhan terhenti. Kalsifikasi bagian bagian tumor menimbulkan gambaran
radilogik yang khas terutama pada anak anak.1,4, 6
Tatalaksana terdiri atas pengangkatan secra bedah selengkap mungkin pada tindakan
pertama karena operasi ulang cendrung mengenai hipotalamus, dan prognosis pasien kurang
baik. Sering digunakan radioterapi adjuvan, terutama pada pengangkatan secara bedah tidak
sempurna.1, 6
C. Meningioma Suprasela
Meningioma suprasela berasal dari meninges yang menutupi tuberculum sellae dan
planum sfenoidale; pasienya banyak yang wanita. Tampilan yang ada sering kali berupa hilang
penglihatan akibat terkenanya kiasma optikum dan nervus optikus. Diagnosa biasanya
dimungkinkan dengan gambaran neuroimaging. Terapi terdiri atas pengangkatan secar bedah,
sering dikombinasi dengan radioterapi adjuvan bila eksisinya tidak sempurna atau bila gambaran
histopatologinya menunjukan suatu tumor yang agresif.1
Jalur penglihatan merupakan saluran saraf dari retina ke pusat penglihatan pada daerah
oksipital otak. Terdapat beberapa dasar jalur penglihatan, seperti:
Retina bagian nasal dari macula diproyeksikan ke arah temporal lapang pandangan
Serabut saraf bagian nasal retina menyilang kiasma optik.
Serabut saraf bagian temporal berjalan tidak bersilang pada kiasma optik.
1. Voughan Daniel, Asbury Taylor: Oftalmologi Umum. Ed 14. Widya Medika. Jakarta: 2000
2. Ilyas S, Sri Rahayu Yulianti. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Fakultas Kedokteran
Indonesia: Jakarta.
3. Evelyn K, dkk. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu penyakit mata RSUD
dr.Soetomo: Surabaya. hlm.78-81
4. James B, Chew C, Bron A. 2006. Lecture Notes Ophtalmologi (terjemahan: rahmawati D.S).
Erlangga: Jakarta. hlm169-171
5. Sidharta, P. 2010. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Dian Rakyat: Jakarta. hlm.222-226
6. David G. 1996. Neurology of The Visual System: Seven Printing. Charles C Thomas Publisher:
USA. p.260-264
7. Budiono, Ari. 2008. Nervus Optikus. Riau FKUR RSUD Arifin Achmad: Pekan baru
8. Lumbantobing, S.M. 2010. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Fakultas Kedokteran
Indonesia: 2010. Hlm 25-26
9. Scheiman, Mitchell. 2002. Optometric Clinical Practice Guidline Pediatric Eye and Vision
Examination . Reference Guide for Clinicians American Optometric Association.