Jaminan adalah suatu yang diberikan kepada kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan
bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari
suatu perikatan.
Hukum Jaminan adalah keseluruhan dari kaidah – kaidah hukum yang mengatur hubungan
hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan
untuk mendapatkan fasilitas/kredit.
1. asas publicitet : asas bahwa semua hak, baik hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotik
harus didaftarkan.
2. asas specialitet : bahwa hak tanggungan, hak fidusia, dan hak hipotik hanya dapat
dibebankan atas percil atau atas barang – barang yang sudah terdaftar atas nama orang
tertentu.
3. asas tak dapat dibagi – bagi : asas dapat dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan
dapat dibaginya hak tanggungan, hak fidusia, hipotik,dan hak gadai walaupun telah
dilakukan pembayaran sebagian.
4. asas inbezittstelling yaitu barang jaminan ( gadai ) harus berada pada penerima gadai.
5. asas horizontal yaitu bangunan dan tanah bukan merupakan satu kesatuan.
1. Jaminan umum yaitu jaminan dari pihak debitur yang terjadi atau timbul dari undang-
undang, yaitu bahwa setiap barang bergerak ataupun tidak bergerak milik debitur
menjadi tanggungan utangnya kepada kreditur. Maka apabila debitur wanprestasi
maka kreditur dapat meminta pengadilan untuk menyita dan melelang seluruh harta
debitur.
2. Jaminan khusus yaitu bahwa setiap jaminan utang yang bersifat kontraktual, yaitu
yang terbit dari perjanjian tertentu, baik yang khusus ditujukan terhadap benda-benda
tertentu maupun orang tertentu.
1. Eksekusi benda jaminannya lebih mudah, sederhana dan cepat jika debitur melakukan
wanprestasi
2. Kreditur jaminan khusus didahulukan dibanding kereditur jaminan umum dalam
pemenuhan piutangnya.
1. Jaminan kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda,
mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu debitur, dapat dipertahankan
terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya (droit de suite) dan dapat di peralihkan
(contoh : Hipotik, gadai dll).
2. Jaminan immaterial (perorangan) adalah jaminan yang menimbulkan hubungan
langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur
tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya (Contoh borgtocht)
Jaminan Kebendaan ada 2 (dua) yaitu :
1. Perjanjian Pokok adalah Perjanjian antara debitur dan kreditur yang berdiri sendiri
tanpa bergantung pada adanya perjanjian. Contoh : perjanjian kredit bank
2. Perjanjian tambahan (accesoir) adalah Perjanjian antara debitur dan kreditur yang
diadakan sebagai perjanjian tambahan dari pada perjanjian Pokok. Contoh : perjanjian
pembebanan jaminan, seperti perjanjian gadai, tanggungan dan fidusia.
Perjanjian Jaminan disebut juga perjanjian tambahan karena timbulnya perjanjian jaminan
sendiri akibat dari adanya perjanjian kredit, yang mana perjanjian kredit sendiri adalah
perjanjian pokok yang akibat dari perjanjian tersebut menimbulkan perjanjian baru yaitu
perjanjian jaminan yang mana merupakan perjanjian tambahan dari perjanjian pokok.
eksistensi perjanjian tambahan terhadap perjanjian pokok tergantung dari perjanjian
pokoknya, sedangkan eksistensi perjanjian pokok terhadap perjanjian tambahan tidak
tergantung dari perjanjian tambahan dan mandiri.
GADAI
Definisi dari Gadai berdasarkan Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerd):
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditor (si berpiutang) atas suatu barang bergerak,
yang diserahkan kepadanya oleh debitur (si berutang), atau oleh seorang lain atas namanya,
dan yang memberikan kekuasaan kepada kreditor itu untuk mengambil pelunasan dari barang
tersebut secara didahulukan daripada kreditur-kreditur lainnya, dengan kekecualian biaya
untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya
setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
1. menerima angsuran pokok pinjaman dan bunga sesuai dgn jangka waktu yg
ditentukan;
2. menjual barang gadai, jika pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya setelah
lampau waktu atau setelah dilakukan peringatan untuk pemenuhan janjinya.
Kewajiban penerima gadai diatur dalam pasal 1154, 1156, d an 1157 KUH Perd.:
· Jaminan Fidusia untuk menjamin utang yang sudah ada atau yang akan ada.
· Jaminan Fidusia mempunya sifat spesialitas dan publisitas artinya bahwa uraian yang jelas
dan rinci mengenai objek jaminan fidusia dalam Akta Jaminan Fidusia,bersifat publisitas
adalah berupa pendaftaran Akta Jaminan Fidusia yang dilakukan di kantor pendaftaran
fidusia. Dalam memenuhi asas spesialitas dalam ketentuan Pasal 6 UU No 42 Th 1999
Tentang Jaminan Fidusia, maka akta jaminan fidusia sekurang-kurangnya memuat :
HAK TANGGUNGAN
Pengertian Hak Tanggungan menurut UU No. 4 Tahun 1996
Hak Tanggungan menurut UU No. 4 Tahun 1996 adalah hak jaminan yang dibebankan pada
hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam undang–undang nomor 5 tahun 1960 tentang
peraturan pokok–pokok agrarian, berikut atau tidak berikut benda–benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor–kreditor lain.
· Pemegang HT,
- Merupakan subyek HT yaitu orang perseorangan atau badan hukum yang berkedudukan
sebagai pihak yang berpiutang (kreditor). Dengan demikian siapapun subyek HT dapat
menjadi pemegang HT (WNI, WNA, BHI, dan BHA).
JAMINAN HYPOTEK
JAMINAN PERORANGAN
Jaminan immaterial (perorangan) adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung
pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta
kekayaan debitur umumnya (menurut Sri Soedewu Masjhoen Sofwan).
Jaminan perorangan adalah suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan
seorang ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban si berhutang (debitur). Ia bahkan
dapat diadakan diluar (tanpa) siberhutang tersebut. (menurut Subekti)
1. Debitur adalah orang yang mendapat pinjaman uang / kredit dari kreditur
2. Kreditur adalah orang yang meminjamkan uang pada debitur
3. Pihak ketiga adalah orang yang akan manjadi penanggung utang debitur kepada
kreditur apabila debitur tidak memenuhi prestasinya (wanprestasi)
1. Adanya kesepakatan antara debitur dengan kreditur yang disebut perjanjian kredit;
2. Adanya pihak yaitu kreditur dan debitur;
3. Adanya kesanggupan atau janji untuk membayar hutang;
4. Adanya pinjaman berupa pemberian sejumlah uang;
5. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit dengan pembayaran kredit.
1. Kepercayaan
2. Waktu suatu masa
3. Prestasi (objek kredit)
4. Kehati-hatian
Pasal 1820 KUHPerdata, penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang pihak
ketiga, guna kepentingan si berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si
berhutang, manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.
syarat-syarat untuk dapat menjadi penanggung:
- Cakap untuk mengikatkan diri (syarat yuridis), dinyatakan cakap untuk membuat perjanjian
secara umum.
- Cukup mampu untuk memenuhi perikatan (syarat ekonomis), bahwa penanggung
mempunyai kemampuan finansial untuk membayar hutang.
- Berada di wilayah Indonesia (syarat lokasi), sebab untuk memudahkan bagi kreditor untuk
menagih hutang.
WANPRESTASI
Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah memenuhi prestasinya
masing-masing seperti yang telah diperjanjikan tanpa ada pihak yang dirugikan. Tetapi
adakalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana dengan baik karena adanya wanprestasi yang
dilakukan oleh salah satu pihak atau debitur.
Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi buruk. Adapun yang
dimaksud wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahannya,
debitur tidak dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian dan
bukan dalam keadaan memaksa. Adapun bentuk-bentuk dari wanprestasi yaitu:
1) Tidak memenuhi prestasi sama sekali;
Sehubungan dengan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasinya maka dikatakan
debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.
2) Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya;
Apabila prestasi debitur masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka debitur dianggap
memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.
3) Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru.
Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru tersebut tidak dapat
diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi sama sekali.
Bentuk wanprestasi menurut Subekti, ada empat macam yaitu:
1) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan;
2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana dijanjikannya;
3) Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;
4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Untuk mengatakan bahwa seseorang melakukan wanprestasi dalam suatu perjanjian, kadang-
kadang tidak mudah karena sering sekali juga tidak dijanjikan dengan tepat kapan suatu pihak
diwajibkan melakukan prestasi yang diperjanjikan. Dalam hal bentuk prestasi debitur dalam
perjanjian yang berupa tidak berbuat sesuatu, akan mudah ditentukan sejak kapan debitur
melakukan wanprestasi yaitu sejak pada saat debitur berbuat sesuatu yang tidak
diperbolehkan dalam perjanjian. Sedangkan bentuk prestasi debitur yang berupa berbuat
sesuatu yang memberikan sesuatu apabila batas waktunya ditentukan dalam perjanjian maka
menurut pasal 1238 KUH Perdata debitur dianggap melakukan wanprestasi dengan lewatnya
batas waktu tersebut. Dan apabila tidak ditentukan mengenai batas waktunya maka untuk
menyatakan seseorang debitur melakukan wanprestasi, diperlukan surat peringatan tertulis
dari kreditur yang diberikan kepada debitur. Surat peringatan tersebut disebut dengan somasi.