Anda di halaman 1dari 29

AKUNTANSI MANAJEMEN

Tugas Resume BAB 1& BAB 2

Disusun Oleh:

M.Farhan Atthahiry 01011381823183


Masbayu setio putra 01011381823176

Muhammad Fansyuri 01011381823122

Dosen Pembimbing:

DRS H. M. A. RASYID HS UMRIE, MBA

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
BAB I

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan akuntansi mengikuti perkembangan dua bisnis.ketika dua bisnis masih
sederhana, sistem akuntansinya juga sederhana kerena terjadi perkembamgan alat kerja atau
teknologi bisnis terus-menerus sepanjang waktu,maka sistem akuntansinya juga
mengikutinya Manajemen memerlukan informasi setiap saat untuk mengambil keputusan rutin dan
keputusan khusus. Oleh karena itu sistem informasi akuntansi sangat dibutuhkan karena
menyangkut tentang keputusang apa yang akan diambil oleh manajer. Peran manajemen sangat
dibutuhkan dalam sebuah organisasi terkait dengan keberlangsungan sebuah organisasi untuk
mencapai tujuan utamanya. Dalam hal tersebut manajemen harus bisa menbedakan antara
akuntnasi manajemen dan akuntansi keuangan. Jadi manajer harus memiliki pemikiran mengenai
pengorbanan penting untuk kebaikan anggota lain dan harus bersifat dan berfikir secara rasional,
jujur, adil, setia, kepedulian terhadap sesama, dan penghargaan kepada orang lain.

B. TUJUAN
1. Menjelaskan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
2. Menjelaskan Akuntansi Keuangan Vs Akuntansi Manajemen
3. Nebjelaskan Sejarah Singkat Akuntansi Manajemen
4. Menjelaskan Tema Baru Dalam Akuntansi Manajemen
5. Menjelaskan Peran Akuntan Manajemen
6. Menjelaskan Akuntansi Manajmen dan Prilaku Etis

BAB II

PENGANTAR AKUNTANSI MANAJEMEN

A. Sistem Informasi Akuntansi Mnanajemen (SIAM)

Sistem Informasi Akuntansi Manajemen (SIAM) adalah sistem informasi yang menghasilkan

keluaran (output) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu manajemen.

Proses adalah inti dari suatu sistem informasi akuntansi manajemen dan dipergunakan untuk

mengubah masukan menjadi pengeluaran yang memenuhitujuan suatu sistem.

Proses dapat dideskripsikan melalui berbagai kegiatan seperti pengumpulan, pengukuran,

penyimpanan, analisis, pelaporan, dan pengelolaan informasi. Keluaran mencakup laporan khusus,

harga pokok produk, biaya pelanggan, anggaran, laporan kinerja, dan bahkan komunikasi personal.

Sistem Informasi Akuntansi Manajemen tidak terikat oleh suatu kriteria formal yang

menjelaskan sifat dari masukan atau proses bahkan keuarannya. Kriteria tersebut fleksibebel dan

bardasarkan pada tujuan yang hendak dicapai manajemen. Sistem akuntansi manajemen mempunyai

tujuan umum, yaitu:


1. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam penghitungan harga pokok jasa, produk, dan

tujuan lain yang diingankan manajemen.

2. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan

perbaikan berkelanjutan.

3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.

Informasi akuntansi manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu

masalah, menyelesaikan masalah dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi dibutuhkan dan

dipergunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian, dan

pengambilan keputusan). Selain itu, kubutuhan atas informasi tidak terbatas hanya pada organisasi

manufaktur. Informasi akuntansi manajemen dipergunakan di semua organisasi baik manufaktur

dagangan jasa.

Kebutuhan Informasi Manajer dan Pengguna Lainnya

Informasi yang dibutuhkan untuk membantu mengidentifikasi berbagai peluang untuk

perbaikan dan untuk mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai dalam mengimplementasikan

berbagai tindakan yang didesain untuk menciptakan perbaikan.

Proses Manajemen (Management Process)

Proses manajemen dideviisikan sebagai aktivitas-aktivitas berikut: (1) perencanaan, (2)

pengendalian, (3) pengambilan keputusan. Proses manajemen mendiskripsikan fungsi-fungsi yang

dimiliki oleh para menajer dan pekerja yang diberdayakan.

1. Perencanaan

Formula terinci dari kegiatan untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas

manajemen yang disebut perencanaan. Oleh sebab itu perencanaan mensyaratkan penetapan tujuan

dan identifikasi metode untuk mencapai tujuan tesrsebut.

2. Pengendalian

Perencanaan hanyalah setengah dari pertempuran. Aktivitas manajerial untuk memonitor

pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan, disebut sebagai

pengendalian. Pengendalian biasanya dacapai dengan menggunakan suatu umpan balik (feedback).
Umpan Balik adalah informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi atau memperbaiki

langkah-langkah yang dilakukan dalam mengimplementasikan suatu rencana. Berdasarkan Umpan

Balik, menajer atau pekerja dapat memutuskan untuk membiarka pelaksanaan tersebut berlangsung,

mengambil beberapa jenis tindakan korektif agar langkah yang diambil sesuai dengan rencana

awalnya, atau melakukan perencanaan ulang di tengah proses pelaksanaan.

3. Pengambilan Keputusan

Proses pemilihan diantara berbagai alternative disebut dengan pengambilan keputusan.

Keputusan dapat ditingkatkan kualitasnya jika informasi alternate-alternatif dikumpulkan dan

disajikan kepada para manajer. Salah satu peran utama sistem informasi akuntansi manajemen adalah

menyediakan informasi yang memudahkan proses pengambilan keputusan. (Hansen Monewen,

2006,4-8)

Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen

Informasi Akuntansi Manajemen yang berguna untuk membantu para pekerja, manajer

dan eksekutif untuk membuat keputusan yang lebih baik (Atkinson 1995 dalam Prasetyo 2002).Bukti

empiris mengenai karakteristik informasi yang bermanfaat menurut persepsi para manajerial adalah

terdiri dari informasi broad scope, timeliness, aggregation dan informasi yang memiliki sifat

intergration (Chenhal dan Morris, 1986) Informasi akuntansi manajemen yang semakin handal

mungkin pada suku tinggi tingkat ketersediaan informasi.

a. Informasi Broad Scope Sistem Akuntansi Manajemen

Informasi sistem manajemen bersifat broad scope mewakili dimensi focus, time horizon

dan kuantifikasi (Gordon & Narayana, 1984 dalam Gudono, 2000). Informasi broad scope memberikan

informasi tentang faktor-faktor eksternal maupun internal perusahaan, informasi broad scope juga

mencakup tentang info non ekonomi, estimasi kejadian yang mungkin terjadi pada masa yang akan

datang, serta aspek-aspek lingkungan (Chenhall dan Morris, 1986). Nazaruddin (1998) menyatakan

adanya perbedaan tingkat ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi berdampak positif terhadap

informasi broad scope.

b. Informasi time liness Sistem Akuntansi Manajemen

Informasi tepat waktu akan mendukung manajer menghadapi ketidakpastian yang

terjadi dalam lingkungan kerja mereka (Amey, 1979, Gordon dan Narayana 1984 dalam Nzaruddin,
1998). Tingkat desentralisai yang tinggi dan informasi yang akan berpengaruh positif karena mampu

merespon suatu kejadian dengan cepat (Gudono, 2000).

c. Informasi agregasi Sistem Akuntansi Manajemen

Informasi agregasi perlu dalam organisasi desentralisasi karena dapat mencegah

kemungkinan terjadinya overload informasi (Iselin, 1988 dalam Prasetyo 2002) Kebutuhan informasi

yang dapat mencerminkan area pertanggungjawaban dapat diperoleh dari informasi teragregasi

(Hongren, 1982, Chenhall dan Morris 1986 dalam Nazaruddin 1998) Informasi agregasi memberikan

informasi mengenai area pertanggungjawaban mereka sehingga dapat mengurangi terjadinya konflik

dan mendukung para manajerial untuk mengatasi adanya info overload(Iselin 1998 dalam Prasetyo

2002)

d.Inforamsi integrasi Sistem Akuntansi Manajemen

Informasi integrasi mencakup aspek seperti keutuhan target antar ahli utang yang

terhitung dari proses interaksi antar sub unit dalam organisasi kompleksitas dan saling keterkaitan

ataupun ketergantungan sub unit satu dengan yang lainnya akan tercermin dalam informasi

intergation (Ferrara, 1964, Hongren, 1982, serta Chenhall dan morris, 1986 dalam Nazaruddin 1998

Informasi terintegrasi akan berperan dalam mengkoordinasi kebijakan organisasi yang memiliki

tingkat desentralisasi tinggi, agar terjadi keselarasan dalam mencapai tujuan utuh perusahaan.

B. Akuntansi Manajemen VS Akuntansi Keuangan

Sistem informasi akuntansi pada suatu perusahaan memiliki dua subsistem utama yaitu sitem

akuntansi manajemen dan sistem akuntansi keuangan. Dalam prakteknya dapat dikatakan terdapat

hubungan yang sangat erat antara akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan karena data yang

diproses agar menjadi informasi yang diperlukan dan bermanfaat berasal dari data yang sama yaitu

semua fakta ekonomi yang terjadi.

Perbedaan Akuntansi Manajemen Dan Akuntansi Keuangan

Akuntansi Keuangan Akuntansi Manajemen

Pengguna Pihak luar: pemegang saham, Pihak intern: Direktur, Manajer dan

kreditur, lembaga pemerintah sifat internal dalam merencanakan,

mengendalikan dan membuat

keputusan.
Tujuan Melaporkan prestasi perusahaan Melaporkan pada atasan apa yang telah

pada pihak luar, adanya kontrak dilakukan bawahan, umpan balik dan

dengan pemilik dan kreditur pengendalian atas kinerja pelaksana.

informasi ini digunakan untuk

keperluan keputusan investasi,

pemonitoran aktivitas dan ukuran-

ukaran peraturan

Orientasi waktu Informasi berorientasi masa lalu Informasi sekarang dan berorientasi

(histories) masa depan (future)

Bentuk informasi Informasi keuangan Informasi keungan dan non keuangan,

informasi perhitungan fisik dan

operasional, profitabilitas masing-

masing produk, kinerja tiap-tiap

departemen, supplier, pelanggan,

pesaing

Pembatasan pada Adanya prosedur akuntansi yang Manajer bebas memeliki informasi

input dan proses harus diikuti untuk pelaporan yang dibutuhkan, biasanya

keuangan sehingga input dan penyediaannya sebgai dasar untuk

proses harus mengikuti metode mempertimbangkan adanya unsur

yang ditetapkan (Di Indonesia biaya –manfaat.

terkenal dengan aturan dari

Bapepam dan IAI)

Sifat informasi Objekctive, dapat diaudit, dapat Lebih bersifat subyektif dan penuh

dipercaya, konsisten pertimbangan, valid, relevan dan

akurat

Ruang lingkup Informasi perusahaan secara Informasi bagian perbagian atau

menyeluruh tindakan sehari-hari

(Armila Krisna Warindrani, 2006:4-5)


C. Sejarah Singkat Akuntansi Manajemen

Perspektif Historis Akuntansi Manajemen

kebanyakan prosedur perhitungan harga pokok produk dan akuntansi manajemen yang

digunakan pada abad ke-20 dikembangkan antara tahun 1880 dan 1925. satu hal yang menarik adalah

banyak perkembangan sebelumnya (samapi tahun 1914) menekankan pada perhitungan penetapan

harga pokok produk pada tingkat manajerial-menelusuri tingkat laba perusahan ke tiap produk dan

menggunakan informasi ini untuk pengambilan keputusan strategis.Akan tetapi, pada tahun 1925,

penekanan pada hal tersebut ditinggalakan,seiiring dengan munculnya pendekatan perhitungan biaya

persediaan-mengalokasikan biaya manufaktur ke prodk agar biaya persediaan dapat dilaporkan

kepada pengguna eksternal laporan keuangan perusahaan Laporan keuangan telah menjadi

kekuatan yang membentuk desain sistem akuntansi biaya. Manajer dan perusahaan bersedia

menerima informasi biaya rata-rata secara agregat atas tiap produk, karena mereka merasa tiap

produk, membutuhkan biaya masing-masing produk yang lebih terinci dan akurat mengenai tiap

produk. Sepanjang perusahaan memproduksi produk-produk sejenis yang membutuhkan sumberdaya

pada tingkat yang hampir sama, informasi biaya rata-rata yang disediakan oleh system biaya yang

dipengaruhi oleh sistem keuanagan, sudah cukup memadai. Lagi pula,pada beberapa perusahaan,

walaupun keanekaragaman jenis produk meningkat, kebutuhan akan informasi biaya yang lebih

akuran akan kalah dari tingginya biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan informasi tersebut. Pada

banyak perusahaan, biaya yang dikeluarkan untuk menyusun sistem biaya yang lebih terinci lebih

besar dibanding manfaatnya.

Beberapa usaha untuk meningkatkan kegunaan manajerial dari sisitem biaya konvensional,

dilakukan pada tahun 1950an dan 1960an para pengguna mediskusikan kelemahan yang disediakan

oleh sistem yang dirancang untuk menyusun laporan keuanagan. Akan tetapi,usaha-usaha untuk

memperbaiki sistem tersebut pada dasarnya terpusat untuk membuat informasi akuntansi keuangan

yang lebih berguna bagi penggunanya,daripada untuk menghasilkan seperangkat informasi dan

prosedur baru yang terpisah dari sistem laporan eksternal.

Pada tahun 1980an dan 1990an, banayak ditemukam bahwa praktik-praktik akuntansi

manajemen trdisioanal sudah tidah mampu lagi melayani kebutuhan mnajerial. Beberapa pihak

menyatakan bahwa sistem akuntansi manajemen yang ada sudah usang tidak berguna.kalkulasi biaya

produk yang lebih akuran,lebih berguna,dan yang menjelaskan secara rinci penggunaan masukan,

dibutuhkan untuk memungkinkan manajer meningkatkan kualitas,produktifitas,dan mengurangi


biaya. Sebagai tanggapan terhadap kelemahan sistem akuntansi manajemen yang baru dapat

memenuhi kebutuhan lingkungan ekonomi dewasa ini. (Hansen Monewen, 2006,11)

Perkembangan Akuntansi Manajemen

Perkembangan akuntansi mengikuti perkembangan dua bisnis.ketika dua bisnis masih

sederhana,sistem akuntansinya juga sederhana.kerena terjadi perkembamgan alat kerja atau

teknologi bisnis terus-menerus sepanjang waktu,maka sistem akuntansinya juga mengikutinya.

Perkembangan akuntansi manajemen itu dapat disajikan sebagai berikut ini.

1. Tahun 1990an =Historical costing

2. Tahun 1950an =Standard Costing

3. Tahun 1980an =Activity Based Costing

4. Tahun 2000an =Target Costing

Perkembanagan akuntansi manajemen itu disebabkan oleh perusahaan kondisi lingkungan khususnya

lingkungan ekonomi. Perubahan lingkungan ekonomi menyebabkan perubahan lingkungan bisnis dan

selanjutnya mengakibatkan sistem akuntansi manajemen. Oleh sebab itu dengan perkembangan itu

akuntansi majemen tradisional tidak digunakan lagi. Perusahan dewasa ini menggunakan sistem

akuntansi kontoporer yang berorientasi pada perolehan laba melalui kepuasan pelanggan.(Darsono

Prawironegoro,2005,12)

D. Tema Baru Dalam Akuntansi Manajemen

Lingkungan ekonomi telah mensyaratkan perkembangan praktik-praktik akuntansi

manajemen yang inovatif dan relevan. Beberapa tema baru dalam Akuntansi Manajemen adalah:

1. Manajemen berdasarkan aktivitas (Activity Based Management). Manajemen berbasis aktivitas

adalah pendekatan pengelolaan terpadu dan bersistem terhadap aktivitas dengan tujuan untuk

meningkatkan customer value dan laba yang dicapai dari penyediaan value tersebut. Dari definisi ini,

terdapat dua frase penting, yaitu :

a) Berfokus ke pengelolaan secara terpadu dan bersistem terhadap aktivitas. Yaitu serangkaian

kegiatan yang membentuk suatu proses untuk pembuatan produk dan penyerahan jasa. Di dalam

manajemen tradisional, proses pembuatan produk dan penyerahan jasa dipecah ke dalam

bagianbagian yang lebih kecil, karena diyakini jika pengerjaan bagian-bagian yang lebih kecil

dilaksanakan secara berkualitas dan efisien, proses pembuatan produk dan penyerahan jasa secara

keseluruhan akan berkualitas dan efisien. Oleh karena itu, manajemen berbasis aktivitas berusaha
memadukan kembali proses pembuatan produk dan penyerahan jasa yang telah difragmentasi dalam

manajemen tradisional tersebut, dengan memfokuskan ke pengelolaan secara terpadu dan berbasis

sistem terhadap aktivitas pembuatan produk dan penyerahan jasa.

b) Bertujuan untuk meningkatkan customer value (nilai pelanggan dan laba. Tujuan manajemen

berbasis aktivitas adalah untuk improvement secara berkelanjutan terhadap customer value dan

penghilangan pemborosan. Dengan hilangnya pemborosan tersebut, biaya dapat berkurang dan

sebagai akibatnya laba akan meningkat. Pengurangan biaya merupakan akibat dari dihilangkannya

pemborosan. Pemborosan diakibatkan oleh adanya aktivitas-bukan-penambah nilai (non-valueadded

activity) dan aktivitas penambah nilai (value-added activity) yang tidak dilaksanakan secara efisien.

Dengan demikian fokus manajemen berbasis aktivitas adalah penyebab terjadinya biaya itu sendiri.

Manajemen berbasis aktivitas mencakup analisis nilai proses (process value analysis) dan penentuan

biaya proses. Analisis nilai proses adalah evaluasi terhadap nilai yang dapat dihasilkan oleh suatu

proses. Suatu proses terdiri dari serangkaian aktivitas untuk menghasilkan nilai bagi customer.

Rangkaian aktivitas untuk menghasilkan nilai bagi customer dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu

: aktivitas-penambah nilai dan aktivitas-bukan-penambah nilai. Penentuan biaya proses adalah

perhitungan nilai sumber daya yang dikorbankan untuk menjalankan suatu proses penciptaan nilai

bagi customer. Dengan demikian manajemen aktivitas memiliki dua dimensi, yaitu : analisis terhdap

nilai yang dihasilkan oleh proses (process value analysis) dan biaya yang diperlukan untuk

menghasilkan nilai tersebut (activity-based costing).

2. Orientasi pada pelanggan Manajemen berdasarkan aktivitas memiliki tujuan untuk meningkatkan

nilai bagi pelanggan dengan mengelola aktivitas. Nilai bagi pelanggan adalah fokus utama karena

perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif dengan menciptakan nilai pelanggan yang

lebih baik dengan biaya yang sama atau lebih rendah dari pesaing atau menciptakan nilai yang sama

dengan biaya lebih rendah dari pesaing. Nilai bagi pelanggan adalah selisih antara apa yang pelanggan

terima (produk total) dengan apa yang pelanggan serahkan (pengorbanan pelanggan).

3. Manajemen Kualitas Total (Total Quality Management). Perbaikan berkelanjutan adalah hal yang

mendasar sifatnya bagi pengembangan proses manufaktur yang sempurna. Kesempurnaan

manufaktur adalah kunci utama bertahan hidup dalam lingkungan persaingan global. Filosofi dari

manajemen kualitas total, dimana perusahaan berusaha menciptakan suatu lingkungan yang

memungkinkan pekerjanya menghasilkan produk yang sempurna (zero defect), sedang menggantikan

sikap “kualitas yang dapat diterima” dimasa lalu.


4. Waktu sebagai unsur kompetitif. Perusahaan kelas dunia mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk

mencapai pasar dengan cara memperpendek siklus desain, implementasi, dan produksi. Perusahaan

mengirim produk dengan cepat melalui penghapusan waktu yang tidak bernilai tambah. Pengurangan

waktu yang tidak bernilai tambah semakin besar seiring dengan meningkatnya kualitas. Tujuan

keseluruhannya adalah meningkatkan daya tanggap terhadap pelanggan.

5. Efisiensi. Kualitas dan waktu merupakan hal yang penting, namun peningkatkan dimensi tersebut

tanpa peningkatan laba akan membuat kinerja menjadi sia-sia. Meningkatkan efisiensi adalah juga hal

vital. Biaya adalah ukuran kritikal untuk efisiensi. Agar pengukuran efisiensi menjadi bernilai, biaya

harus ditetapkan, diukur, dan dialokasikan dengan tepat; lebih jauh lagi, produksi keluaran harus

berhubungan dengan masukan yang dibutuhkan, dan keseluruhan efek finansial perubahan

produktivitas harus dikalkulasi.

6. Bisnis secara elektronik (E-business). E-business adalah semua transaksi bisnis dan pertukaran

informasi yang dijalankan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Perdagangan

secara elektronik (Ecommerce) adalah jual beli produk dengan menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi. Bisnis dengan cara ini menyediakan kesempatan bagi sebuah perusahaan untuk

memperluas penjualannya di seluruh dunia dan dapat menurunkan biaya secara siggnifikan jika

dibandingkan dengan transaksi dengan menggunakan kertas.

Empat tema baru akuntansi manajemen lainnya yang harus diperhatikan, yaitu:

1) Memusatkan pada pengaruh perilaku (Mengaitkan strategi organisasi pada tindakan). Akuntansi

manajemen inovatif berguna untuk mendorong para karyawan agar berperilaku sesuai dengan

strategi organisasi sehingga termotivasi untuk berpikir dan bertindak secara strategic dan

mengimplementasikan suatu strategi pilihan.

2) Manajemen berdrive pasar (Market-driven). Manajemen pemicu pasar mengharuskan manajemen

berpikir untuk memberikan prioritas pada kebutuhan pasar atau para karyawan di atas keterbatasan-

keterbatasan teknologi. Di atas semua itu, manajemen harus memperhatikan trend pasar dan apa

yang diinginkan dan diperlukan oleh pelanggan.

3) Pendekatan dinamik. Pendekatan dinamis memandang bahwa kinerja harus didasarkan pada jangka

waktu panjang dan tidak hanya menekankan pada jangka waktu pendek secara individual.
4) Pendekatan berorientasi tim. Pendekatan berorientasi tim mensyaratkan para akuntan manajemen
harus memudahkan penggunaan secara bersama-sama pengetahuan dan pengalaman dalam
organisasi agar dapat melakukan pengukuran kinerja keunangan maupun nonkeuangan.
E. Peran Akuntansi Manajemen

Peran akuntan managemen dalam suatu organisasi merupakan salah satu peran pendukung.

Mereka membantu orang-orang yang bertanggung jawab melaksanakan tujuan dasar organisasi.

Posisi yang bertanggung jawab langsung pada tujuan dasar organisasi disebut sebagai posisi lini. Posisi

yang mendukung dan tidak bertanggung jawab langsung terhadap tujuan dasar organisasi disebut

sebagai posisi staf.

Sebagai contoh, misalkan misi suatu organisasi adalah memproduksi dan menjual printer

laser. Wakil direktur bidang manufaktur dan pemasaran, manager pabrik, dan perakit termasuk dalam

posisi lini. Wakil direktur bidang keuangan dan sumber daya manusia, akuntan biaya, dan manager

pembekian termasuk posisi staf.

Dalam diagram parsial yang tampak menggambarkan posisi organisasional bagian produksi

dan keuangan. Karena salah satu tujuan dasar dari organisasi adalah untuk memproduksi, maka orang-

orang yang secara langsung terlibat dibagian produksi termasuk dalam posisi lini. Meskipun akuntan

managemen seperti controller dan manager akuntan biaya juga berpengaruh terhadap organisasi,

namun mereka tidak punya wewenang terhadap manager bagian produksi. Manager lini adalah orang

yang membuat kebijakan dan dan mebuat keputusan yang berpengaruh terhadap produksi. Namun,

melalui penyediaan dan penginterpretasian informasi akuntansi, akuntan managemen dapat memiliki

masukan penting dalam berbagai kebijakan dan keputusan.

Controller, kepala bagian akuntansi, mengawasi semua bagian departemen akuntansi. Karena

perannya yang penting dalam operasi suatu organisasi, controller sering dipandang sebagai anggota

dari tim managemen puncak dan diikutsertakan dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan

keputusan. Sebagai kepala bagian akuntansi, controller bertanggung jawab terhadap kebutuhan

akuntansi baik secara internal maupun eksternal. Tanggung jawab tersebt dapat mencakup

pertanggung jawaban langsung kepada pemeriksaan internal, akuntansi biaya, akuntansi keuangan,

akuntansi system, dan perpajakan. Tugas dan organisasi bagian controller berbeda antara satu

perusahaan dengan yang lainnya.

Bendahara bertanggung jawab terhadap fungsi keuangan. Tepatnya bendahara mencari dana

dan mengelola kas serta investasi. Bendahara dapat juga bertanggung jawab atas pemberian kredit

dan penagihan serta asuransi. Bendahara tugasnya melaporkan apa yang menjadi tugasnya kepada

wakil direktur bidang keuangan.( Hansen Mowen, akuntansi manajemen, hal 18-19)
Sebagai suatu system informasi, akuntansi managemen sangatlah diperlukan baik oleh pihak

interen maupun eksteren perusahaan. Sebagai garis besar pihak-pihak yang memerlukan informasi

akuntansi adalah:

1. Manager

Seorang manager perusahaan memerlukan informasi akuntansi untuk penyusunan

perencanaan perusahaan, mengevaluasi kemajuan yang dicapaiperusahaan, serta melakukan

tindakan koreksi yang diperlukan.

2. Investor

Para investor sangat memerlukan data akuntansi suatu organisasi untuk menganalisis

perkembangan organisasi yang bersangkutan. Investor telah melakukan penanaman modal pada

suatu usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil. Sehingga investor harus melakukan analisis

laporan keuangan perusahaan yang akan dipilihnya untuk disuntik dana dari investor.

3. Kreditor

Kreditor berkepentingan dengan data akuntansi, seperti untuk pemberian kredit kepada calon

nasabahnya. Nasabah yang dipilih kreditor adalah nasabah yang mampu mengembalikan pokok

pinjaman beserta bunganya pada waktu yang tepat.

4. Instansi pemerintah

Instansi pemerintah sangat berkepentingan dengan informasi akuntansi managemen karena

dari informs keuangan suatu organisasi, pemerintah akan dapat menetapkan besarnya pajak yang

harus dibayar oleh organisasi yng bersangkutan.

5. Organisasi nirlaba

Organisasi ini masih sangat memerlukan informasi keuangan untuk tujuan penyusunan

anggaran, membayar karyawan, dan membayar beban yang lain.

Dalam prakteknya akuntan managemen bertindak sebagai pengawas interen perusahaan atau

sebagai pembantu pelaksana mangemen. Sebagai pengawas akuntan interen mencatat dan

melaporkan apa adanya terhadap managemen akan kinerja atau prestasi masing-masing unit.

Sedangkan sebagai helpers akuntan interen membantu manager dalam memecahkan masalah dan

membantu memotivasi managemen untuk mencapai tujuan.

Secara spesifik perananan akuntan managemen adalah menyediakan informasi bagi manager

dalam menjalankan fungsi perencanna, pengendalian dan pengambiln keputusan. Akuntan

bertanggung jawab kepada top manager atas dipercayainya laporan-laporan prestasi masing-masing
unit yang disampaikannya. Membantu manajer dalam mengarahkan dan mengendalikan operasi

perusahaan. Memotivasi menejer dan karyawan lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan

perusahaan. Mengukur kinerja sub unit, menejer, dan karyawan lain dalam organisasi.(Armila Krisna

Warindrani, akuntansi managemen, hal 7)

F. Akuntansi Manajemen dan Perilaku Etis

Untuk memperoleh laba, perusahaan harus berperilaku baik terhadap masyarakat dan

pelanggannya. Salah satu wujud berperilaku baik itu adalah bahwa akuntan manajemen harus

menyajikan informasi jujur dan bertanggung jawab. .(Darsono Prawironegoro,2005,13)

Praktik akuntansi manajemen dikembangkan untuk membantu manajer memaksimumkan

laba. Secara tradisional, kiinerja ekonomi perusahaan menjadi suatu pertimbangan. Namun, manajer

dan akuntan manajemen seharusnya tidak terlalu fokus pada laba sehingga mereka dapat

membangun suatu keyakinan bahwa satu-satunya tujuan bisni adalah memaksimumkan kekayaan

bersih (net worth). Tujuan memaksimumkan laba harus dibatasi dengan persyaratan bahwa laba

dicapai melalui cara-cara yang sah dan etis. Hal ini selalu menjadi asumsi implisit dari akuntansi

manajemen, padahal asumsi tersebut seharusnya dibuat eksplisit. Untuk mencapai tujuan ini, banyak

soal dalam buku ini menekankan pertimbangan eksplisit terhadap isu-isu etika.

Perilaku Etis

Perilaku etis melibatkan pemilihan tindakan-tindakan yang “benar” “sesuai” serta “adil”.

Tingkah laku kita mungkin benar atau salah, layak atau tidak layak, dan keputusan yang kita buat dapat

adil atau berat sebelah. Meskipun orang sering berbeda pandangan terhadap arti istilah etis, tetapi

tampaknya terdapat suatu prinsip umum yang mendasari semua sistem etika. Prinsip ini diekspresikan

oleh keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk kebaikan anggota

lainnya. Keinginan untuk berkorban demi kebaikan kelompoknya merupakan inti dari tindakan yang

etis.

Pemikiran mengenai pengorbanan kepentingan seseorang untuk orang lain menghasilkan

beberapa nilai inti, nilai-nilai yang menjelaskan arti dari benar dan salah secara lebih konkret. James

W. Brackner, penulis “Ethics Column” dalam managenment Accounting. Melakukan observasi berikut

ini:

Agar pendidikan etika dan moral mempunyai arti, harus ada kesepakatan mengenai nilai-nilai

yang dianggap “benar”. Sepuluh dari nilai ini diidentifikasi dan dijelaskan oleh Michael Josephson
dalam “Teaching Ethical Decision Making and Principled Reasoning”. Studi terhadap sejarah, filsafat,

dan agama melahirkan suatu konsesus yang kuat mengenai nilai-nilai tertentu yang bersifat universal

dan abadi bagi kehidupan yang beretika.

Sepuluh nilai inti ini menghasilkan prinsip-prinsip yang melukiskan benar dan salah dalam istilah

umum. Dengan demikian, nilai tersebut menyediakan petunjuk tingkah laki...

Sepuluh nilai inti yang dimaksudkan dalam kutipan di atas adalah sebagai berikut:

1. Kejujuran

2. Integritas

3. Pemenuhan janji

4. Kesetiaan

5. Keadilan

6. Kepedulian terhadap sesama

7. Penghargaan kepada orang lain

8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab

9. Pencapaian kesempurnaan

10. Akuntabilitas

Meskipun tampak berlawanan, namun pengorbanan kepentingan seseorang untuk kepentinagan

bersama tidak hanya benar dan memberi suatu nilai bagi individu tetapi juga baik untuk bisnis.

Perusahaan dengan kode etik yang kuat dapat menciptakan loyalitas yang tinggi bagi konsumen dan

pekerjanya. Meskipun kebohongan dan kecurangan kadang dapat menghasilkan kemenangan, namun

kemenangan tersebut hanya bersifat sementara. Perusahaan yang mampu bertahan dalam jangka

panjang menemukan bahwa ada manfaat dari memperlakukan segala sesuatunya dengan jujur dan

loyal.

Standar Perilaku Etis untuk Akuntan Manajemen

Organisasi pada umumnya menetpkan standar perilaku untuk para manajer dan pekerjanya. Asosiasi-

asosiasi profesional juga menetapkan standar etika. Sebagai contih, Insitute of Management

Accountants (IMA) telah membuat standar etika untuk akuntan manajemen. Pada tanggal 1 juni 1983,

Management Accounting Practices Committee dari IMA mengeluarkan sebuah pernyataan yang

menguraikan tentang standar perilaku etis akuntan manajemen. Didalam pernyataan ini, akuntan

manajemen diberitahukan bahwa “mereka tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang


bertentangan dengan standar ini atau mereka tidak akan menerima pelaksanaan tindaka-tindakan

tersebut oleh orang lain dalam organisasi mereka”.

Untuk menggambarkan aplikasi koda etika akuntan manajemen, umpamakan bonus yang diterima

manajer dikaitkan dengan laba yang dilaporkan. Bonus akan meningkat sejalan dengan meningkatnya

laba. Jadi, manajer tersebut memiliki insentif untuk berusaha meningkatkan laba, termasuk dengan

pendekatan yang etis.

Standar Perilaku Etik untuk Akuntansi Manajemen

i.Kompetensi

Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:

1. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus-menerus

mengembangkan pengetahuan dan keahlihannya.

2. Melakukan kewajiban profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan, dan standar

teknis yang berlaku.

3. Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkap serta jelas setelah melakukan analisis

yang memadai terhadap informasi yang relevan dan andal.

ii. Kerahasiaaan

Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:

1. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa izin informasi rahasia yang diperoleh

dari tempat kerjanya, kecuali diharuskan secara hukum.

2. Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang diperoleh dari

tempat kerja, dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga kerahasiaan tersebut.

3. Menahan diri untuk menggunakan atau tampak menggunakan informasi rahasia yang

diperoleh dari tempat kerjanya untuk tujuan yang tidak etis dan tidak sah baik secara

pribadi maupun melalui pihak ketiga.

iii. Integrasi

Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:

1. Menghindari konflik kepentingan yang aktual atau terlihat nyata dan mengingatkan

semua pihak terkait mengenai adanya potensi konflik.

2. Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan menimbulkan kecurigaan

terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugasnya secara etis.


3. Menolak pemberian dan penghargaan yang dapat mempengaruhi mereka dalam

bertugas.

4. Menahan diri untuk tidak melakukan pengikisan terhadap legitimasi organisasi dan

tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun aktif.

5. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai keterbatasan profesional atau kendala

lainnya yang akan menghalangi munculnya penilaian yang bertanggung jawab atau

keberhasilan dalam mengerjakan suatu aktivitas.

6. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk, dan penilaian atau opini

profesional.

7. Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi.

iv. Objektivitas

Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:

1. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif.

2. Mengungkapkan semua informasi relevan yang diperkirakan dapat mempengaruhi

pemahaman pengguna terhadap laporan, komentar, dan rekomendasi yang disajikan.

(Hansen Monewen, 2006,20-22)

KESIMPULAN

Perkembangan akuntansi mengikuti perkembangan dua bisnis.ketika dua bisnis masih

sederhana, sistem akuntansinya juga sederhana kerena terjadi perkembamgan alat kerja atau

teknologi bisnis terus-menerus sepanjang waktu,maka sistem akuntansinya juga mengikutinya. Sistem

Informasi Akuntansi Manajemen (SIAM) adalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran

(output) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu manajemen. Proses

adalah inti dari suatu sistem informasi akuntansi manajemen dan dipergunakan untuk mengubah

masukan menjadi pengeluaran yang memenuhitujuan suatu sistem. Peran akuntan managemen

dalam suatu organisasi merupakan salah satu peran pendukung. Mereka membantu orang-orang yang

bertanggung jawab melaksanakan tujuan dasar organisasi.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akuntansi manajemen (management accounting) adalah proses pengumpulan, pengukuran,


penyimpanan, analisis, pelaporan dan pengelolaan semua kejadian ekonomi (economic events) yang
menghasilkan keluaran berupa laporan khusus harga pokok produk, anggaran, dan laporan kinerja
yang berguna dalam rangka pengambilan keputusan. Informasi akuntansi manajemen dapat
membantu para manajer dalam mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan
mengevaluasi kinerja. Oleh karena itu, akuntansi manajemen dapat diartikan sebagai penggunaan
informasi akuntansi untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial, yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (leading), dan pengendalian (controlling).

Informasi akuntansi yang umumnya digunakan para manajer dalam proses pengambilan keputusan
adalah hal-hal yang berhubungan dengan biaya. Hal ini dikarenakan biaya merupakan hal penting
dalam suatu perusahaan yang mana mempengaruhi laba perusahaan. Akan tetapi, beberapa manajer
tidak memahami secara jelas konsep dasar akuntansi manajemen sehingga informasi akuntansi yang
disajikan akuntan menjadi sia-sia.

Konsep dasar akuntansi manajemen terdiri dari konsep pembebanan biaya yang mana menujukkan
bagaimana suatu biaya dibebankan pada suatu produk, konsep definisi biaya produk baik produk
berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible), konsep pelaporan eksternal yang menujukkan
bagaimana biaya-biaya tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan konsep system akuntansi
manajemen yang terbagi atas dua jenis, yaitu system akuntansi manajemen berdasarkan fungsional
dan aktivitas.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu:

a. Mendeskripsikan proses pembebanan biaya.


b. Mendefinisikan produk berwujud dan tidak berwujud
c. Menyusun laporan laba rugi perusahaan manufaktur, dagang, dan jasa.
d. Menjelaskan perbedaan antara sistem akuntansi manajemen berdasarkan fungsi dan berdasarkan
aktivitas.
BAB II

A. Pembahasan

Pengertian Biaya dan Objek Biaya


Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan depan bagi organisasi. Mengurangi biaya
yang dibutuhkan untuk mencapai manfaat tertentu berarti membuat perusahaan lebih efisien, akan
tetapi biaya harus dikelola dengan strategis. Keunggulan kompetitif akan tercipta apabila perusahaan
dapat menyediakan nilai bagi pelanggan yang sama besar atau lebih besar dengan biaya yang lebih
rendah dari pesaingnya (Hansen dan Mowen (2009:47).
Biaya peluang (opportunity cost) adalah manfaat yang dikorbankan ketika satu alternatif dipilih
dari alternatif lainnya. Contoh perusahaan mungkin memilih menginvestasikan $100.000 dalam
persediaan selama setahun dari pada menginvestasikan modal tersebut pada investasi produktif yang
memberikan tingkat pengembalian 12%. Biaya peluang dari modal yang tertanam pada persediaan
adalah $12.000 (0,12x $100.000), dan hal itu bagian dari biaya persediaan (Hansen dan Mowen
(2009:47).
Biaya dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat di masa depan (pendapatan). Ketika biaya telah
dihabiskan dalam proses menghasilkan pendapatan, biaya dinyatakan kedaluwarsa (expire) yang
disebut dengan beban (expenses). Disetiap periode beban akan dikurangkan dari pendapatan dalam
laporan laba rugi untuk menentukan laba periode tersebut. Penurunan harga dapat meningkatkan
nilai bagi pelanggan, sehingga perusahaan harus mampu mengurangi biaya. Manajer harus
memahami biaya dan tren biaya. Pembebanan biaya untuk menentukan biaya dari objek tersebut
merupakan informasi penting yang perlu diketahui manajer (Hansen dan Mowen (2009:48).
Objek biaya adalah tempat dimana biaya tersebut akan dibebankan. Objek biaya dapat berupa
produk, pelanggan, departemen, aktivitas dsb. Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Misalnya objek biaya produk, biaya
langsung yang dapat dibebankan secara akurat pada masing-masing produk adalah biaya bahan baku
maupun biaya buruh langsung. Biaya tidak langsung merupakan biaya yang dipakai secara bersama-
sama untuk keseluruhan produk yang dihasilkan atau dijual perusahaan (IAI, 2015:3).

Pembebanan Biaya dan Metode Penelusuran


Pembebanan biaya secara akurat pada objek biaya sangat penting. Keakuratan adalah suatu
konsep yang relative dan harus dilakukan secara wajar dan logis terhadap penggunaan metode
pembebanan biaya. Unsure utama dalam pengembangan pembebanan biaya yang akurat yaitu
dengan ketertelusuran. Ketertelusuran (traceability) adalah kemampuan membebankan biaya pada
objek biaya dengan cara yang layak secara ekonomi berdasarkan hubungan sebab akibat (Hansen dan
Mowen, 2009:50).
Ketertelusuran berarti biaya dapat dibebankan dengan mudah dan akurat, sedangkan
penelusuran (tracing) berarti pembebanan aktual biaya pada objek biaya dengan menggunakan
ukuran yang dapat diamati atas sumber daya yang dikonsumsi oleh objek biaya (Hansen dan Mowen,
2009:50).
Tiga metode pembebanan biaya antara lain:
1. Penelusuran langsung (direct tracing)
Penelusuran langsung adalah suatu proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya yang
berkaitan secara khusus dan fisik dengan suatu objek. Penelusuran ini sering dilakukan dengan
pengamatan fisik. Biaya langsung merupakan biaya-biaya yang dapat ditelusuri dengan akurat pada
masing-masing objek biayanya. Contoh objek biaya adalah sebuah produk sepeda. Mengamati jumlah
roda dan bagian lainnya, serta jam tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi setiap sepeda
sangat mudah, penggunaan bahan baku dan tenaga kerja dapat dilihat secara fisik sehingga biayanya
dapat dibebankan secara langsung pada sepeda tersebut.
2. Penelusuran penggerak (driver tracing)
Penelusuran penggerak adalah penggunaan penggerak untuk membebankan biaya pada objek
biaya. Penelusuran penggerak bergantung pada faktor-faktor sebab akibat, yaitu penggerak untuk
membebankan biaya pada objek biaya. Biaya pengidentifikasian penggerak dan penilaian kualitas dari
hubungan sebab akibat jauh lebih besar dibandingkan dengan penelusuran langsung atau alokasi.
3. Pembebanan tidak langsung
Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya-biaya yang tidak dapat dibebankan pada objek-
objek biaya, baik dengan menggunakan penelusuran langsung atau penggerak. Pembebanan biaya
tidak langsung pada objek biaya disebut alokasi. Dasar alokasi biaya tidak langsung yang biasanya
dipakai perusahaan adalah:
1) Unit produksi
2) Unit terjual
3) Jam buruh langsung
4) Biaya buruh langsung
5) Biaya bahan baku langsung
6) Jam mesin
Salah satu keunggulan alokasi adalah kemudahan dan rendahnya biaya implementasi. Alokasi
merupakan metode yang tingkat keakuratan pembebanan biayanya yang paling rendah. Sehingga
penggunaannya harus sedapat mungkin dihindari. Kebijakan perhitungan biaya yang terbaik mungkin
hanya membebankan biaya (yang ditelusuri) langsung pada objek biaya. Alokasi biaya tidak langsung
biasanya bermanfaat untuk tujuan lain, misalnya untuk memenuhi peraturan pelaporan eksternal.
Contoh-contoh topik alokasi biaya yang tidak akurat dalam akuntansi biaya adalah (IAI, 2015:7):
1) Sistem biaya pesanan (Job Order Costing)
Job order costing merupakan sistem perhitungan biaya produksi yang digunakan untuk
perusahaan yang memproduksi barang berdasarkan pesanan. Ciri khas perusahaan ini adalah produk
antara satu pesanan bisa dibedakan dengan produk pesanan lainnya. Perhitungan biaya produksi
untuk masing-masing pesanan dilakukan melalui job cost sheet yang didalamnya terdapat rincian
perhitungan biaya bahan mentah langsung, biaya buruh langsung dan biaya overhead pabrik untuk
masing-masing pesanan. Biaya bahan mentah dan biaya buruh langsung dapat dibebankan secara
akurat ke masing-masing pesanan, masalahnya karena pencatatan biaya overhead pabrik tidak
dilakukan secara rinci untuk masing-masing pesanan, maka biaya tersebut akan di alokasikan pada
masing-masing pesanan berdasarkan dasar alokasi tradisional yang menghasilkan akan yang tidak
akurat untuk masing-masing pesanan. Total biaya produksi yang tidak akurat tidak memiliki kegunaan
bagi manajemen. Hasil perhitungan pesanan digunakan untuk menyusun laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi. Total biaya dari produksi pesanan yang belum selesai akan muncul di laporan posisi
keuagan sebagai persediaan akhir barang dalam proses. Total biaya yang sudah selesai namun belum
terjual akan muncul di laporan posisi keuangan sebagai persediaan barang jadi akhir, dan total biaya
dari produksi pesanan yang sudah terjual akan masuk sebagai beban pokok pada laporan laba rugi
perusahaan.
2) Sistem biaya proses (Process Costing)
Sistem perhitungan biaya proses digunakan untuk perusahaan yang memproduksi barang secara
masal. Perhitungan biaya produksi akan dilakukan per batch yang diproduksi, dimana untuk produk
sama, hasil produksi antara satu batch dengan batch lainnya tidak dapat dibedakan. Biaya produksi
akan dibedakan berdasarkan departemen yang memproduksi barang tersebut. Biaya bahan mentah
langsung dan biaya buruh langsung dapat ditelusuri dengan akurat untuk masing-
masing bacth, sedangkan alokasi biaya overhead pabrik tidak akurat. Belum lagi perhitungan biaya
ekuivalen per unit yang dihitung berdasarkan metode FIFO akan berbeda dengan biaya ekuivalen per
unit yang dihitung berdasarkan metode rata-rata tertimbang (weighted average). Tujuan dari
perhitungan biaya ekuivalen per unit pada akhirnya adalah untuk membagi total biaya produksi dari
masing-masing department menjadi berapa total biaya produksi yang mewakili produk yang sudah
diselesaikan pada departemen tersebut dan akan ditransfer ke departemen berikutnya, serta berapa
biaya produksi dari barang-barang yang belum selesai proses pada departemen tersebut. total biaya
produksi yang terdapat dalam persediaan barang dalam proses akhir pada masing-masing
departemen, nantinya akan dijumlahkan, sehingga menghasilkan total biaya produksi yang masuk
dalam persediaan barang dalam proses yang nantinya akan dilaporkan pada laporan posisi keuangan.
Sedangkan biaya produksi yang sudah selesai produksi oleh seluruh departemen, kemudian akan
dimasukkan dalam persediaan barang jadi, dan kalau sudah terjual akan dimasukkan dalam beban
pokok penjualan. Jika dilihat mekanismenya, maka sistem biaya proses memang dirancang untuk
kebutuhan inventory costing saja, yang tidak memiliki kegunaan bagi manajemen karena
ketidakakuratan dalam perhitungan biaya per unit atau biaya per ekuivalen unitnya.
3) Joint Costs
Joint costs adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan suatu proses,
dimana dari hasil proses tersebut akan menghasilkan beberapa jenis produk yang disebut dengan joint
product. Contoh yang paling sederhana adalah sebuah perusahaan pertenakan ayam yang memiliki
aktivitas memelihara ayam dari kecil sampai dewasa untuk dipotong. Pada perusahaan ini ayam tidak
dijual secara utuh, tetapi dalam bentuk potongan paha, dada dan sebagainya. Alokasi joint
costs adalah upaya mengalokasikan berapa pemeliharaan dan pemotongan ayam untuk masing-
masing produk yang dihasilkan, seperti paha dan dada. Secara logika pembagian biaya tersebut tidak
dapat dilakukan, karena aktivitas pemeliharaan dan pemotongan dilakukan terhadap satu ayam,
bukan potongannya. Mengapa dalam cost accounting biaya tersebut harus dialokasikan pada
potongan-potongan ayam tadi. Jawabannya adalah untuk menyusun laporan keuangan perusahaan.
Misalnya saat perusahaan melakukan tutup buku per tanggal 31 desember, pada persediaan
perusahaan masih tersisa 10.000 potong paha, 15.000 potong sayap, dan 3.000 potong dada. Berapa
angka persediaan tersebut dalam laporan posisi keuangan perusahaan? Karena semua informasi
dalam posisi keuangan harus dibuat dalam bentuk rupiah, maka jumlah potongan-potongan tersebut
harus dikalikan dengan biaya per unit yang merupakan hasil alokasi dari joint costs tersebut. Nilai
alokasi dari joint costs untuk manajemen sama sekali tidak ada. Hasil alokasi joint costs sama sekali
tidak dipakai dalam penentuan keputusan tersebut. Dengan demikian perhitungan biaya per unit dari
alokasi joint cost memang juga ditujukan untuk inventory costing saja.
4) Alokasi Biaya Departemen Penunjang (support Departement Cost Allocation)
Alokasi biaya departemen penunjang memisahkan biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan
menjadi biaya untuk masing-masing departemen. Terdapat dua jenis departemen yang mengeluarkan
biaya produksi, yaitu:
a) Departemen produksi, yang merupakan yang terlibat langsung dalam proses produksi perusahaan,
seperti departemen perakitan, departemen pengecatan, departemen penyelesaian dan seterusnya.
b) Departemen penunjang (support department) yang merupakan departemen yang tidak terlibat
langsung dalam proses produksi, namun ini dibentuk untuk menunjang kelancaran kegiatan pada
departemen produksi. Contoh dari departemen ini adalah departemen pemeliharaan mesin.
Semua biaya yang dikeluarkan oleh departemen produksi akan dibebankan ke produk, karena
departemen tersebut memang langsung terlibat dalam proses produksi, sedangkan biaya yang
dikeluarkan oleh departemen penunjang tidak bisa secara langsung dibebankan ke produk, namun
harus dibebankan terlebih dahulu ke departemen produksi, baru kemudian dibebankan pada masing-
masing produk.
Pembebanan biaya departemen penunjang ke departemen produksi dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu:
a) Direct method, dimana metode ini sesama departemen penunjang dianggap tidak saling melayani,
sehingga semua biaya yang dikeluarkan departemen penunjang langsung akan dibebankan pada
departemen produksi.
b) Step Down method, dalam metode ini departemen penunjang diasumsikan melayani departemen
penunjang lainnya, namun hubungan tersebut bersifat satu arah. Misalkan jika departemen
administrasi pabrik dianggap melayani departemen pemeliharaan mesin, maka departemen
pemeliharaan mesin dianggap tidak melayani departemen administrasi pabrik, meskipun pada
kenyataannya jika ada kerusakan pada beberapa mesin fotokopi yang terdapat dalam departemen
administrasi pabrik, maka departemen yang memperbaiki adalah departemen pemeliharaan mesin.
c) Reciprocal Method, metode ini mengasumsikan keadaan yang sebenarnya. Jika departemen
penunjang yang ada dalam perusahaan memang saling melayani dan pelayanan tersebut dilakukan
secara dua arah, maka perhitungan alokasi biaya akan mengasumsikan terdapat pembebanan dua
arah.
Alokasi dengan mempergunakan ketiga cara tersebut akan menghasilkan angka yang berbeda.
Dari penjelasan diatas, terlihat jelas bahwa metode alokasi reciprocal akan lebih akurat dibandingkan
dengan kedua metode lainnya. Jika demikian mengapa metode alokasi direct dan step down juga
diperbolehkan walaupun hasilnya kurang akurat. Jawabannya adalah karena pada akhirnya
perhitungan biaya produksi per unit yang dibebankan ke produk juga tidak akurat.
Hasil alokasi dari biaya departemen penunjang akan dibebankan pada departemen produksi
sebagai penambahan biaya overhead pabrik yang benar-benar dikeluarkan oleh departemen produksi
tersebut ditambah dengan biaya yang merupakan hasil alokasi dari departemen penunjang. Seperti
yang telah diketahui sebelumnya, biaya overhead pabrik akan dialokasikan secara tradisional dengan
mempergunakan dasar unit produksi, biaya buruh langsung, dan seterusnya. Hasil alokasi biaya seperti
itu tidak akan menghasilkan pembebanan yang akurat pada masing-masing produknya.
Dengan demikian, meskipun pembebanan biaya departemen penunjang ke departemen produksi
dilakukan secara akurat dengan mempergunakan metode reciprocal, namun pembebanan biaya
departemen produksi ke masing-masing produk yang tidak akurat. Jika hasil akhir dari perhitungan
biaya produksi adalah tidak akurat, maka juga diperbolehkan pembebanan biaya departemen
penunjang yang tidak akurat.
5) Perlakuan akuntansi untuk barang cacat (Scrap, Rework, Spoilage)
Jenis barang cacat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Rework, yaitu pengerjaan ulang dari barang yang dibuat tidak sesuai dengan spesifikasinya dan
setelah dikerjakan ulang dapat dijual dengan harga normal.s
b) Spoilage, yaitu barang yang cacat atau rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi, sehingga harus dijual
dengan harga dibawah normal.
Selain kedua golongan tersebut, terdapat pula scrap, yaitu sisa-sisa produksi misalkan potongan-
potongan kain dari proses pembuatan baju. Scrap yang terlalu banyak akan merugikan perusahaan,
karena dihasilkan dari proses produksi yang tidak efisien.
Dalam akuntansi biaya, rework dan spoilage yang terjadi dapat dikategorikan sebagai
normal loss maupun abnormal loss. Jika itu merupakan normal loss, maka hal tersebut akan
meningkatkan biaya per unit dari produk tersebut, sedangkan jika merupakan abnormal loss, maka
tidak akan mempengaruhi biaya per unit dari produk tersebut, dan langsung dimasukkan dalam beban
pokok penjualan sebagai abnormal loss.
Seluruh topik pembahasan mengenai scrap, rework, spoilage adalah mengenai perlakuan
akuntansi untuk kasus-kasus tersebut. jika yang dibahas adalah mengenai peraturan, maka
dibutuhkan dalam kaitan untuk menyusun laporan keuangan perusahaan.
Kesimpulannya akuntansi biaya dirancang untuk tujuan inventory costing, yaitu memperkirakan
nilai dari biaya produksi yang masuk dalam persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi,
serta beban pokok penjualan. Akuntansi biaya bukan ditujukan untuk memberikan informasi bagi
manajemen untuk pengambilan keputusan.

Harga Pokok Produk dan Jasa

Organisasi akan menghasilkan dua jenis output, yaitu produk berwujud (tangible product) dan jasa
(service). Produk berwujud adalah barang yang dihasilkan dengan mengubah bahan baku melalui
penggunaan tenaga kerja dan masukan (input) modal, seperti pabrik, lahan dan mesin. Contoh produk
berwujud antara lain: televisi, mobil, handphone, pakaian dsb. Jasa adalah tugas atau aktivitas yang
dilakukan untuk pelanggan atau aktivitas yang dijalankan oleh pelanggan dengan menggunakan
produk atau fasilitas organisasi (Hanson dan Mowen, 2009:53). Contohnya persewaan, jasa audit, jasa
penilai, perbankan, dsb.
Perbedaan jasa terhadap barang yang utama dapat diidentifikasi dalam empat dimensi, antara lain
(Hanson dan Mowen, 2009:53):
1. Tidak berwujud (Intangibility)
Tidak berwujud berarti pembeli jasa tidak dapat melihat, merasakan, mendengar atau mencicipi
suatu jasa sebelum jasa tersebut dibeli.
2. Tidak tahan lama (Perishability)
Tidak tahan lama berarti jasa tidak dapat disimpan untuk kegunaan masa depan oleh pelanggan.
Beberapa jasa seperti operasi plastik, memberi pengaruh jangka panjang dan tidak perlu diulangi oleh
pelanggan tersebut. Contoh jasa yang berulang adalah jasa rekening giro, jasa penjagaan rumah dsb.
3. Tidak dapat dipisahkan (Inseparability)
Tidak dapat dipisahkan berarti produsen dan pembeli jasa biasanya harus melakukan kontak
langsung saat terjadi penukaran. Contoh pemeriksaan gigi mengharuskan dokter dengan pasiennya.
4. Tidak selalu sama (Heterogenity)
Tidak selalu sama berarti terdapat peluang variasi yang lebih besar pada penyelenggaraan jasa
daripada produksi produk. Produk jasa memiliki variasi yang sifatnya luas menyesuaikan dengan
kepentingan konsumen. Pengukuran produktivitas dan kualitas serta pengendalian harus dilakukan
secara terus menerus.

Harga Pokok Produk

Harga pokok produk (product cost) adalah biaya yang dibebankan pada produk yang memenuhi
tujuan manajerial tertentu. Karena tujuan manajerial bisa berbeda-beda, definisi harga pokok produk
pun bisa berbeda tergantung pada tujuan manajerial yang hendak dicapai (Hanson dan Mowen,
2009:55).

Contoh pihak manajemen tertarik dengan analisis tingkat laba strategis. Informasi yang diperlukan
manajer adalah semua pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan suatu produk. Pada kasus ini
rantai nilai harga pokok telah sesuai karena memperhitungkan semua biaya yang diperlukan untuk
menilai tingkat laba strategis. Rantai nilai perusahaan adalah seperangkat aktivitas yang dibutuhkan
untuk mendesain, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, mendistribusikan, dan melayani
produk. Apabila tujuan manajer adalah jangka pendek atau tingkat laba taktis, maka biaya desain dan
pengembangan mungkin tidak relevan, khususnya untuk produk yang sudah ada.

Biaya dikelompokkan kedalam dua kategori fungsional utama, yaitu biaya produksi dan biaya non
produksi. Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa.
Biaya non produksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi desain, pengembangan, pemasaran,
distribusi, layanan pelanggan, dan adminsitrasi umum. Biaya non produksi sering dibagi menjadi dua
kategori yaitu: biaya umum dan biaya administrasi. Biaya umum adalah biaya penjualan yang
mencakup baiaya pemasaran, distribusi, dan layanan pelanggan. Biaya administrasi mencakup biaya
desain, pengembangan dan administrasi umum (Hanson dan Mowen, 2009:56).

Untuk barang berwujud, biaya produksi dan nonproduksi sering disebut biaya manufaktur dan non
manufaktur. Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai bahan langsung, tenaga kerja
langsung dan overhead. Dalam pelaporan eksternal hanya tiga elemen biaya ini yang dapat
dibebankan pada produk (Hanson dan Mowen, 2009:57).
a. Bahan langsung
Bahan langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang
sedang diproduksi. Contoh kain pada kemeja, kayu pada kursi.
b. Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang
atau jasa yang sedang diproduksi. Contoh karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau
jasa.
c. Overhead
Overhead adalah semua biaya produksi selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
Pada perusahaan manufaktur overhead juga dikenal dengan beban pabrik (factory burden) atau
overhead manufaktur (manufacturing overhead). Contoh penyusutan mesin, pemeliharaan,
perlengkapan, pengawasan, penanganan bahan, listrik, lembur yang tidak dapat di identifikasi
penyebabnya dan sebagainya. Apabila lembur karena adanya pesanan khusus, dengan kapasitas
produksi yang sudah 100%, maka lembur masuk ke dalam biaya tenaga kerja langsung.
d. Biaya utama dan konversi
Biaya utama adalah (prime cost) adalah jumlah dari biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja
langsung. Biaya konversi (conversion cost) adalah jumlah dari biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead
e. Biaya penjualan dan administrasi
Biaya penjualan atau pemasaran adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk memasarkan,
mendistribusikan, dan melayani produk atau jasa. Contoh biaya penjualan antara lain: gaji dan komisi
tenaga penjualan, iklan, pergudangan, pengiriman, dan layanan pelanggan.
Biaya administrasi mencakup biaya penelitian, pengembangan dan administrasi umum. Contoh
biaya administrasi umum antara lain: gaji eksekutif puncak, biaya jasa konsultan hukum, pencetakan
laporan tahunan dan akuntansi umum.

Laporan Keuangan Eksternal


Demi memenuhi kebutuhan eksternal, biaya-biaya diklasifikasikan berdasarkan fungsi. Biaya
produksi dipisahkan dari biaya penjualan dan administrasi. Biaya produksi dipandang sebagai harga
pokok produk, sedangkan biaya penjualan dan administrasi dipandang sebagai biaya periode. Biaya
produk yang melekat pada produk yang terjual diakui sebagai beban (harga pokok penjualan) pada
laporan laba rugi. Biaya produksi yang melekat pada produk yang belum terjual dilaporkan sebagai
persediaan di neraca (Hanson dan Mowen, 2009:60).

Laporan laba rugi: Perusahaan manufaktur


Pemasukan yang dihitung menurut klasifikasi fungsional sering disebut sebagai perhitungan
pemasukan biaya absorpsi (full costing) karena semua biaya manufaktur dibebankan pada produk.
Beban memiliki kategori fungsional utama: harga pokok penjualan dan beban operasi. Harga pokok
penjualan (cost of goods sold) adalah biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead yang
melekat pada unit yang terjual. Harga pokok produksi (cost of goods manufactured) mencerminkan
total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan. Biaya yang hanya dibebankan pada
barang yang diselesaikan adalah biaya manufaktur dari bahan langsung, tenaga kerja langsung,
dan overhead (Hanson dan Mowen, 2009:60).
Barang dalam proses (work in process) terdiri dari semua unit yang telah diselesaikan sebagian
dalam produksi pada titik waktu tertentu. Barang dalam proses awal terdiri atas unit yang diselesaikan
sebagian dan telah ada pada awal periode. Barang dalam proses akhir terdiri atas unit barang yang
ada pada akhir periode. Contoh laporan laba rugi manufaktur sebagai berikut (Hanson dan Mowen,
2009:61):

Organisasi Manufaktur

Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 2008

Penjualan 2.800.000

Harga pokok penjualan

Persediaan awal barang jadi 500.000

Harga pokok produksi 1.200.000

Barang yang tersedia untuk dijual 1.700.000

Persediaan akhir barang jadi (300.000) (1.400.000)

Margin kotor 1.400.000

Beban Operasi

Beban Penjualan 600.000

Beban administrasi 300.000 (900.000)

Laba sebelum pajak 500.000

Organisasi Manufaktur

Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 2008

Bahan baku langsung

Persediaan awal 200.000

Pembelian 450.000
Bahan baku yang tersedia 650.000

Persediaan akhir (50.000)

Bahan baku langsung yang terpakai 600.000

Tenaga kerja langsung 350.000

Overhead Manufaktur:

Tenaga kerja tidak langsung 122.500

Depresiasi 177.500

Sewa 50.000

Listrik, air dll 37.500

Pajak property 12.500

Pemeliharaan 50.000 450.000

Total tambahan biaya manufaktur 1.400.000

Barang dalam proses awal 200.000

Total biaya manufaktur 1.600.00

Barang dalam proses akhir (400.000)

Harga pokok produksi 1.200.000

Laporan laba rugi: Perusahaan Jasa


Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan awal atau akhir barang jadi. Harga pokok penjualan jasa
selama suatu periode sama dengan harga pokok produksi. Barang dalam proses merupakan hal yang
mungkin bagi produk jasa, seperti arsitek mungkin memiliki gambar dalam proses. Contoh laporan
laba rugi untuk jasa sebagai berikut (Hanson dan Mowen, 2009:61-63):

Laporan Laba Rugi

Organisasi Jasa

Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 2008

Penjualan 300.000

Beban:
Harga pokok penjualan jasa

Barang dalam proses awal 5.000

Biaya jasa yang ditambahkan:

Bahan baku langsung 40.000

Tenaga kerja langsung 80.000

Overhead 10.000 220.000

Total 225.000

Barang dalam proses akhir (10.000) (215.000)

Margin kotor 85.000

Beban operasi:

Beban penjualan 8.000

Beban administrasi 22.000 (30.000)

Laba sebelum pajak 55.000

Jenis-jenis Sistem Akuntansi Manajemen


Sistem Akuntansi Manajemen dapat diklasifikasikan secara umum sebagai sistem yang
berdasarkan fungsi dan sistem yang berdasarkan aktivitas. Sistem akuntansi manajemen berdasarkan
fungsi (functional based management-FBM) telah dikenal dari tahun 1900-an dan masih digunakan
secara luas dalam sektor manufaktur dan jasa. Sistem akuntansi manajemen berdasarkan aktivitas
(activity based management-ABM) merupakam sistem yang lebih baru (dikembangkan dalam 30
tahun terakhir). Sistem biaya berdasarkan aktivitas digunakan secara luas dan pemanfaatanya
semakin tinggi, khususnya di antara organisasi-organisasi yang memiliki beragam produk dan
pelanggan, produk yang lebih rumit, siklus waktu produk yang lebih pendek, peningkatan prasayarat
kualitas, dan tekanan persaingan yang ketat. Contoh sistem aktivitas ditemukan dalam industri medis
(rumah sakit dan laboratorium medis), industri keuangan (bank dan bursa saham), industri
transportasi, dan dalm semua jenis industri manufaktur (seperti perusahaan elektronik dan mobil).

Model umum untuk sistem akuntansi manajemen berdasarkan fungsi dan berdasarkan aktivitas
dapat dilihat sebagai berikut:
Model manajemen berdasarkan fungsi dan aktivitas memiliki dua dimensi. Dimensi vertikal
menggambarkan bagaimana biaya dibebankan pada objek biaya, seperti produk dan pelanggan.
Dimensi horizontal memperhatikan bagaimana sistem mencoba memperbaiki efisiensi operasional
dan mengendalikan biaya.
Perbedaan Sistem Akuntansi FBM versus ABM

Berdasarkan Fungsi Berdasarkan Aktivitas

1. Penggerak berdasarkan unit-unit organisasional1. Penggerak berdasarkan unit dan non


seperti departemen contoh teknik, pengendalian unit. Aktivitas dikelompokkan dalam bentuk
kualitas dan perakitan adalah fungsi-fungsi yagn di proses. Contoh pembelian barang, penerimaan
atur dalam departemen. barang, dan pembayaran barang adalah
aktivitas yang menggambarkan proses
pengadaan persediaan.

2. Intensif dalam pengalokasian. Biaya dibebankan2. Intensif dalam penelusuran. Biaya ditelusuri
pada unit-unit yang berfungsi, kemudian produk. hingga aktivitas, kemudian produk.
Menggunakan penelusuran langsung dan Menggunakan fungsi penelusuran langsung
penelusuran penggerak. Penelusuran penggerak dan penelusuran penggerak. Penggunaan
hanya menggunakan penggerak produksi (tingkat pengerak unit dan non unit, kualitas
unit) atau pendekatan produksi atau fungsi keseluruhan, dan informasi biaya yang relevan.
(functional based costing-FBC) seperti jam kerja dari Contoh “mengerakkan bahan mentah dan
tenaga kerja langsung, bahan langsung, dan jam bahan setengah jadi dari satu titik ke titik lain
kerja mesin. dalam suatu pabrik”.

3. Perhitungan harga pokok produk secara sempit dan3. Perhitungan harga pokok produk secara luas
kaku dan fleksibel
4. Berfokus pada pengelolaan biaya yang menjadi4. Berfokus pada pengelolaan aktivitas dengan
tanggung jawab manajer. tujuan memperbaiki nilai yang diterima
pelanggan dan laba organisasi.

5. Informasi aktivitas sedikit 5. Informasi aktivitas terperinci

6. Maksimalisasi kinerja unit individual. Sistem6. Maksimalisasi kinerja seluruh sistem. Aktivitas
penghargaan bagi manajer untuk memotivasi dalam lintas fungsi dan garis departemen adalah
mengelola biaya dengan meningkatkan efisiensi sistem meluas dalam fokus tertentu dan
operasional unit organisasi mereka. membutuhkan pendekatan global untuk
mengendalikannya.

7. Penggunaan ukuran keuangan untuk kinerja7. Penggunaan ukuran keuangan dan non
dengan membandingkan hasil aktual dengan keuangan untuk kinerja.
standar atau hasil yang dianggarkan.

KESIMPULAN

Biaya sebagai salah satu komponen penting penentu laba. Oleh karena itu, informasi yang bermutu
tinggi dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dihasilkan melalui keakuratan
pembebanan biaya. Pembebanan biaya dilakukan dengan membebankan biaya sebesar yang
dikonsumsi objek biaya.

Hubungan antara biaya dan objek biaya ini dapat ditelusuri melalui tiga cara yaitu melalui penelusuran
langsung dan penelusuran penggerak untuk pembebanan biaya atau alokasi untuk membebankan
biaya tidak langsung. Penelusuran langsung dilakukan melalui pengamatan fisik. Sementara,
penelusuran penggerak bergantung pada faktor- faktor sebab akibat, yaitu penggerak, untuk
membebankan biaya pada objek biaya.

Berdasarkan penelusuran tersebut, biaya terbagi atas 2 jenis utama, yaitu biaya produksi yang
berkaitan dengan pembuatan produk/ jasa dan biaya nonproduksi. Biaya poduksi terdiri atas biaya
bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Sementara, biaya nonproduksi
umumnya terdiri atas biaya penjualan dan administrasi. Biaya-biaya ini dikeluarkan untuk
menghasilkan berbagai macam produk baik produk berwujud dan tidak berwujud (jasa).

Demi akuntabilitas, seluruh biaya tersebut harus dilaporkan dan disajikan dalam laporan keuangan
eksternal. Seluruh biaya tersebut disajikan pada laporan laba rugi baik pada perusahaan
manufaktur, dagang, atau bahkan perusahaan jasa. Perusahaan manufaktur harus menghitung harga
pokok produksi. Adapun perusahaan dagang dan jasa tidak menggunakan harga pokok produksi.

Anda mungkin juga menyukai