Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan (kingdom plantae) adalah golongan makhluk hidup eukariota
multiseluler yang memiliki kemampuan untuk memberi makan diri sendiri
(autotrof). Mereka memiliki kloroplas yang didalamnya terdapat pigmen klorofil
(kebanyakan mengandung klorofil a dan b serta karotin). Selain itu, tumbuhan juga
memiliki struktur tubuh yang sudah terdiferesiasi membentuk jaringan dan organ
tubuh. Kingdom plantae meliputi semua tumbuhan bersel banyak, mulai dari yang
sederhana sampai yang paling kompleks. Kelompok makhluk hidup yang termasuk
dalam kingdom plantae antara lain adalah tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan
tumbuhan berbiji.
Ilmu tumbuhan telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, hingga
bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu
tumbuhan saja, sekarang telah menjadi ilmu yang berkembang sendiri-sendiri. Dari
berbagai cabang ilmu yang telah berdiri sendiri adalah Morfologi Tumbuhan.
Morfologi tumbuhan yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan pun
sudah demikian pesat perkembanganya hingga di pisahkan menjadi morfologi luar
atau morfologi saja (morphology in sensu stricto = dalam arti sempit) dan morfologi
dalam atau anatomi tumbuhan (Hadisunarso, 2007).
Setiap tumbuhan memiliki morfologi akar (radiks), batang (caulis), dan daun
(folium) serta bentuk modifikasinya berbeda antara satu tumbuhan dengan
tumbuhan yang lain. Akar, batang, dan daun merupakan tiga organ dasar dari
tumbuhan. Akar adalah bagian pokok di samping batang dan daun bagi tumbuhan
yang tubuhnya telah merupakan kormus. Batang merupakan bagian dari tumbuhan
yang amat penting, serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat
disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Sedangkan daun termasuk dalam organ
tumbuhan yang penting sebab di daun tempat terjadinya proses fotosintesis yang
dipancarkan oleh sinar matahari untuk menghasilkan energi. Untuk
mengidentifikasi suatu tumbuhan kita perlu mengetahui morfologi akar, batang,
daun serta mengetahui bentuk modifikasinya agar kita tidak salah mengidentifikasi.

1
Laporan ini akan menguraikan mengenai morfologi luar atau morfologi dalam arti
yang sempit, yang selain memuat pengetahuan tentang istilah-istilah (terminilogi)
yang lazim dipakai dalam ilmu tumbuhan, khususnya dalam taksonomi tumbuhan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya parktikum kali ini yaitu:
1. Mengumpulkan ciri-ciri morfologi tumbuhan.
2. Mengidentifikasi tumbuhan berdasarkan ciri morfologi yang tampak.
3. Mengklasifikasikan tumbuhan berdasarkan ciri-ciri yang tampak.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akar
Akar adalah salah satu organ vital yang dimiliki tumbuhan. Akar berfumgsi
memperkuat tubuh tumbuhan, menyerap air dan unsur hara menuju batang dan daun
yang terkandung di dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah
diserap dan dibawa pada tubuh tumbuhan yang memerlukan dan kadang-kadang
untuk penimbunan atau penyimpanan cadangan makanan (Suprapti, 2006).
Akar memiliki nama ilmiah radix. Akar merupakan struktur pokok tumbuhan
yang paling penting, tanpa adanya akar tumbuhan tidak akan mampu hidup. Akar
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Tumbuh di dalam tanah, dengan arah tumbuh menuju pusat bumi (geotropi).
2. Akar tidak mempunyai buku (nodus) dan ruas (internodus).
3. Akar tidak berwarna hijau pada umumnya, melainkan berwarna keputih-
putihan atau kekuning-kuningan.
4. Akar aktif melakukan pertumbuhan, tetapi tidak secepat pertumbuhan daun
dan batang.
5. Akar berbentuk meruncing, sehingga mempermudah tumbuhan menembus
tanah (Tjitrosoepomo, 2007).
Sistem perakaran pada akar yaitu sistem akar tunggang dan sistem akar
serabut. Termasuk sistem akar tunggal dimana akar lembaga tumbuh terus menjadi
akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Akar pokok
yang berasal dari akar lembaga
disebut akar tunggang (radix
primata). Sedangkan sistem akar
serabut, jika akar lembaga dalam
perkembangan selanjutnya mati
atau kemudian disusul oleh
Gambar 1. Macam-Macam Jenis Akar
sejumlah akar yang kurang lebih
sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang (Tjitrosoepomo, 2007).

3
Akar tumbuhan sering mengalami modifikasi dengan bentuk yang beragam.
Akar napas, akar naik keatas tanah, khususnya ke atas air seperti pada tanaman
genera megrove (Avicennia soneratia) akar gantung adalah akar yang sepenuhnya
berada. Akar gantung terdapat pada tumbuhan epifit anggrek dan beringin. Akar
banir adalah akar yang banyak terdapat pada tumbuhan jenis tropis. Sedangkan akar
penghisap banyak terdapat pada tumbuhan parasit seperti benalu (Muhlisah, 2007).

2.2 Batang
Batang merupakan salah satu bagian dari tumbuan yang amat penting.
Batang berfungsi sebagai penerus penyaluran air dan unsur hara dari akar kedaun
atau bagian tubuh tumbuhan yang membutuhkan. Umumnya berbentuk panjang
bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu
bersifat aktonomo yang terdiri atas ruang-ruang yang masing-masing dan dibatasi
oleh buku-buku dan pada buku
itulah terdapat yang namanya
daun. Biasanya tumbuh keatas
menuju cahaya atau matahari
bersifat fototrop atau heliotrop
selalu bertambah Panjang, selalu
bertambah panjang di ujungnya,
oleh sebab itu sering dikatakan Gambar 2. Macam-Macam Struktur Batang
bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang lebih terbatas. Mengandung
percabangan dan selama hidupnya tumbuhan, tidak digugurkan, kecuali kadang-
kadang cabang atau ranting yang kecil. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali
tumbuhan yang umumnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda
(Rukmana, 2008).
Modifikasi batang merupakan salah satu jalan tubuh tumbuhan dalam
melakukan adaptasi. Artinya adaptasi dapat dilakukan tumbuhan dengan
melakukan modifikasi bagian fisik tubuh tumbuhan, termasuk batang (Eka, 2011).

4
2.3 Daun
Daun memiliki nama ilmiah folium. Daun dibedakan menjadi daun tunggal
dan daun majemuk, jika ditinjau dari jumlah helaian daunnya. Daun tunggal yaitu
apabila setiap satu tangkai daun didukung oleh satu helaian daun, maka daun
tersebut dinamakan daun tunggal. Daun majemuk yaitu apabila dalam satu tangkai
daun didukung oleh lebih dari satu helaian daun, maka daun tersebut dinamakan
sebagai daun majemuk. Struktur daun dibedakan menjadi daun lengkap dan daun
tidak lengkap. Daun yang kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian tersebut
disebut daun tidak lengkap. Daun lengkap mempunyai bagian-bagian berikut:
1. Upih daun atau pelepah daun (vagina).
2. Tangkai daun (petiolus).
3. Helaian daun (lamina) (Rosanti, 2013).

Gambar 3. Macam-Macam Jenis Pertulangan Daun


Susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa kemungkinan yaitu: a) hanya
terdiri atas tangkai dan helaian saja: lazimnya lalu di sebut daun bertangkai, b) daun
terdiri atas upih dan helaian, daun yang demikian di sebut daun berupih atau daun
berpelepah misalnya padi (Oryza sativa L), jagung (Zea mays L). c) daun hanya
terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkai sehingga helaian langsung melekat
atau duduk pada batang. Daun yang demikian di namakan daun duduk (sessilis). d)
daun hanya terdiri atas tangkai saja, menjadi pipih sehingga menyerupai helaian
daun. Merupakan suatu helaian daun semu atau palsu, dinamakan filodia
(Tjitrosoepomo, 2007).

2.4 Tumbuhan Tingkat Tinggi


Tumbuhan tingkat tinggi adalah kelompok tumbuhan yang tingkat
perkembangannya sudah tinggi dimana tumbuhan tersebut sudah memiliki batang,
akar, dan daun sejati. Antara batang, akar, dan daunnya sudah dapat dibedakan dan

5
sudah memiliki pembuluh angkut xilem dan floem. Tumbuhan tingkat tinggi
bernapas menggunakan stomata (pada daun), lentisel (pada batang), dan epidermis
(pada akar). Yang termasuk kelompok tumbuhan tingkat tinggi adalah semua
tumbuhan berbiji yang memiliki organ berupa biji sebagai cikal bakal anak atau
calon tumbuhan baru. Contohnya adalah apel, anggur, rambutan, belimbing, duku,
cempedak, durian, jambu, kiwi, kelengkeng, manggis, papaya, sawo, tomat, dan
sebagainya (Hasanuddin, 2006).
Secara garis besar tumbuhan berbiji terbagi dalam dua kelompok yaitu
tumbuhan biji terbuka dan tumbuhan biji tertutup. Tumbuhan ini kebanyakan hidup
di darat namun ada pula yang hidup mengapung di air seperti teratai. Ciri-ciri
tumbuhan ini antara lain berukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata
telajang, memiliki tinggi yang bervariasi, serta memiliki perawakan yang juga
bervariasi, ada yang berupa pohon, perdu, semak, dan lain-lain (Hasanuddin, 2006).

2.5 Tumbuhan Tingkat Rendah


Tumbuhan tingkat rendah adalah kelompok tumbuhan yang struktur tubuh
dan perkembangan organ tubuhnya masih sangat sederhana. Meskipun sebagian
ada yang memiliki organ seperti batang, akar, dan daun namun bukan merupakan
organ sejati. Tumbuhan ini tidak memiliki bunga dan jaringan pembuluh angkut
sehingga penyaluran materi di dalam tubuh dilakukan dengan cara difusi. Yang
termasuk kelompok tumbuhan tingkat rendah diantaranya tumbuhan belah
(Schizophyta), tumbuhan talus (Thallophyte), tumbuhan lumut (Bryopyta), serta
tumbuhan paku (Pteridophyta). Sesuai namanya tumbuhan belah merupakan
tumbuhan yang berkembang biak dengan cara membelah diri dan merupakan
tumbuhan bersel satu (Usman, 2004).
Contoh tumbuhan tingkat rendah yang berkembang biak dengan cara
membelah diri adalah bakteri adalah bakteri dan ganggang biru. Tumbuhan ini
dapat hidup di beragam tempat seperti air, tanah, udara, atau menumpang pada
makhluk hidup lain. Tumbuhan talus memiliki struktur tubuh yang sangat
sederhana dimana akar, daun, dan batangnya masih belum dapat dibedakan. Ada
yang bersel satu dan ada pula yang bersel banyak. Diantara jenis tumbuhan yang

6
termasuk kelompok tumbuhan talus yaitu ganggang/alga, jamur, dan lain
sebagainya (Usman, 2004).

2.6 Tumbuhan Paku (Pteridophyta)


Tumbuhan paku dapat ditemukan diberbagai habitat, ada yang tumbuh di
daratan yang tanahnya netral, tanah berkapur, tanah asam, dan ada juga yang hidup
di air. Biasanya tumbuhan ini menyukai tempat yang lembab dan teduh. Adapun
ciri-ciri tumbuhan
paku yaitu memiliki
akar, batang, dan daun
sejati, memiliki
pembuluh angkut
dengan ikatan
pembuluh, memiliki
klorofil, berkembang Gambar 4. Tumbuhan Paku
biak dengan spora dan pergiliran keturunan antara fase gametofit dan vegetatif
(metagenesis). Tumbuhan paku juga banyak memiliki manfaat bagi kehidupan
manusia sehari-hari antara lain sebagai bahan obat-obatan, sebagai tanaman hias,
sebagai tanaman sayuran, sebagai pupuk hijau dalam pertanian, dan sebagai sumber
bahan baku pembentukan batu bara (Riandri, 2011).
Tumbuhan paku merupakan kormus sejati. Maksud dari kormus sejati adalah
tumbuhan yang memiliki akar, batang, dan daun sejati serta memiliki pembuluh
pengangkut yang terbentang mulai dari akar sampai daun. Tumbuhan paku disebut
kormofita berspora karena dalam perkembangbiakannya tumbuhan paku
menghasilkan spora. Tumbuhan paku bersifat kosmopit (tumbuh dimana-mana).
Pada umumnya, tumbuhan paku menyukai tempat-tempat yang basah atau lembab,
di atas tanah atau sebagai epifit (menempel pada tumbuhan lain) dan ada beberapa
yang hidup di air, misalnya semanggi (Marsiela crenata), kiambang (Salvinia
natans), dan Azolla pinnata (Pooja, 2004).
Daun paku-pakuan yang umumnya (disebut ental atau frond) merupakan
struktur yang besar dan sangat bercabang. Susunan pinnatus (menyirip) bagian-
bagian daun memaksimalkan permukaan yang tersedia bagi fotosintesis. Sebagian

7
ahli botani beranggapan kalau daun paku-pakuan adalah batang termodifikasi, yang
sedang berevolusi menjadi daun rata seperti yang dimiliki tumbu-tumbuhan biji
(Fried, 2006).
Struktur internal paku-pakuan cukup mirip dengan organ-organ suatu
tumbuhan berbunga. Struktur tersebut terdiri atas saluran-saluran berdinding tebal
yang menghantarkan air disebut xilem, dan saluran-saluran yang berdinding lebih
tipis disebut floem, yang mengangkut materi organik dari daun menuju seluruh
bagian tubuh lain dari tumbuhan (Fried, 2006).
Walaupun paku-pakuan memiliki xilem dan floem, tetapi sel-sel pada
jaringan-jaringan itu tidak se-terspesialisasi atau seberbeda seperti pada
gimnosperma (tumbuh-tumbuhan biji tanpa bunga) atau angiosperma (tumbuh-
tumbuhan berbunga). Selain itu, akar sejati paku-pakuan tidak seekstensif seperti
pada tumbuhan tingkat tinggi, dan batangnya merupakan struktur yang tidak jelas.
Batang paku-pakuan biasanya berupa penjuluran horizontal di bawah tanah, dikenal
sebagai rizoma. Kebanyakan paku-pakuan adalah tumbuh-tumbuhan kecil yang
siklus hidupnya didominasi oleh sporofit. Sporofit tersebut bertahan semusim saja
di daerah-daerah temperat (Fried, 2006).
Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan besar
atau Divisi Pteridophyta (pteris= bulu burung; phyta= tumbuhan), yang
diterjemahkan adalah tumbuhan berdaun seperti bulu burung. Tumbuhan paku
merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan
berkormus, karena paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara lumut
dengan tumbuhan tingkat tinggi (Raven, 1992).
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi tumbuhan kormus, artinya
diferensiasinya nyata serta dapat dibedakan atas akar, batang dan daun. Namun,
tumbuhan paku belum menghasilkan biji. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku
yang utama adalah spora. Oleh sebab itu, ahli taksonomi membagi dunia tumbuhan
dalam dua kelompok yaitu Cryptogamae dan Phanerogamae (Raven, 1992).
Tumbuhan paku berbeda dengan tumbuhan penghasil spora lainnya seperti
lumut yaitu pada fase hidup dominan. Fase hidup dominan pada tumbuhan paku
berupa sporofit, sedangkan pada lumut berupa gametofit. Oleh karena itu, untuk
tumbuhan vaskuler lainnya, sporofit memegang peranan penting dalam proses

8
identifikasi. Tumbuhan paku mempunyai kesamaan dengan tumbuhan vaskuler
lainnya seperti angiospermae dalam hal sistem transportasi internal. (Widayanti,
2009).
Tumbuhan Pteridophyta melakukan perkawinan dengan menghasilkan spora
dan tumbuh menjadi tumbuhan paku. Pteridophyta disebut dengan Tracheopyta
yang berarti tumbuhan berjaring pembuluh. Jaringan pembuluh ini terdiri atas 2
yaitu:
a. Pembuluh kayu (xilem): Berfungsi mengangkut air dan garam-garam tanahdari
akar menuju atas sampai daun.
b. Pembuluh tapis (floem): Berfungsi mengangkat hasil asimilasi dari daunke
seluruh bagian organ termasuk akar (Rismunandar, 1991).

2.7 Tumbuhan Lumut (Bryophyta)


Bryophyta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh di tempat-tempat
lembab. Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid
dengan gametofit yang haploid. Meskipun sporofit secara morfologi dapat
dibedakan dari gametofit (heteromorf), tetapi sporofit ini tidak pernah merupakan
tumbuhan mandiri yang hidup bebas. Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan
dengan gametofit, yang berupa tumbuhan mandiri, menyediakan nutrisi bagi
sporofit. Pada lumut, gametofitlah yang dominan. Beberapa tumbuhan lumut masih
mempunyai talus, tidak mempunyai akar, batang, dan daun. Bryophyta yang dapat
dibedakan batang, dan daunnya, belum mempunyai akar sejati, hanya ada rhizoid
(Birsyam, 2004).

Gambar 5. Tumbuhan Lumut

9
Tumbuhan lumut (Bryophyta) termasuk tumbuhan talus. Tempat hidup
ditanah yang lembab, di pohon, di batu merah. Lumut mempunyai rhizoid yang
berfungsi untuk pelekat pada substrat dan mengangkut air dan unsur-unsur hara ke
seluruh bagian tubuh. Lumut mengalami metagenesis. Organ kelamin jantan berupa
anteredium yang menghasilkan spermatozoid dan organ betina berupa arkegonium
yang menghasilkan ovum. Divisi bryophyta dibagi menjadi 3 classis yaitu
Hepaticopsida (lumut hati), Anthocerotopsida (lumut tanduk), dan Bryopsida
(lumut sejati). Hepaticopsida berbentuk lembaran, mempunyai rizoid, hidup
ditempat lembab, mengalami metagenesis antara fase sporofit dan gametofit.
Bryopida hidup ditempat terbuka, batang tegak bercabang, dan berdaun kecil.
Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang batang (Haspara,
2004).

2.8 Pohon Pisang (Musa paradisiaca)


Sistem perakaran yang berada pada tanaman pisang umumnya keluar dan
tumbuh dari bongo (corm) bagian samping dan bagian bawah, berakar serabut, dan
tidak memiliki akar tunggang. Pertumbuhan akar pada umumnya berkelompok
menuju arah samping di bawah permukaan tanah dan mengarah ke dalam tanah
mencapai sepanjang 4-5 meter. Walaupun demikian, daya jangkau akar hanya
menembus pada kedalaman tanah antara 150-200 cm (Radiya, 2013).
Batang pisang dibedakan menjadi dua macam yaitu batang asli yang disebut
bongo dan batang semu atau juga batang palsu. Bongol berada di pangkal batang
semu dan berada di bawah permukaan tanah serta memiliki banyak mata tunas yang
merupakan calon anakan tanaman pisang dan merupakan tempat tumbuhnya akar.
Batang semu tersusun atas pelepah-pelapah daun yang saling menutupi, tumbuh
tegak dan kokoh, serta berada di atas permukaan tanah (Radiya, 2013).

10
Bentuk daun pisang pada
umumnya panjang, lonjong, dengan
lebar yang tidak sama, bagian ujung
daun tumpul, dan tepinya tersusun rata.
Letak daun terpencar dan tersusun dalam
tangkai yang berukuran relatif panjang
dengan helai daun yang mudah robek.
Pisang atau yang sering disebut dengan
jantung pisang keluar dari ujung batang.
Susunan bunga tersusun atas daun-daun Gambar 6. Struktur Pohon Pisang
pelindung yang saling menutupi dan
bunga-bunganya terletak pada tiap ketiak di antara daun pelindung dan membentuk
sisir. Bunga pisang termasuk bunga berumah satu. Letak bunga betina di bagian
pangkal, sedangkan letak bunga jantan berada di tengah. Bunga sempurnya yang
terdiri atas bunga jantan dan bunga betina berada di bagian ujung (Radiya, 2013).
Sebagian besar pisang yang ada di sekitar kita merupakan hasil persilangan
antara M. acuminata dan M. Balbisiana. Oleh karena itu, ada sebagaian buah pisang
yang berbiji dan ada pula yang tidak berbiji. Biji pisang mudah ditemukan pada
buah pisang kluthuk. Warnanya hitam dan bertekstur keras. Biji pada buah pisang
hanya bagian buah. Buah pisang tersusun dalam tandan tiap tandan terdiri atas
beberapa sisir dan tiap sisir terdapat 6-22 buah pisang tergantung varietasnya. Buah
pisang umumnya tidak berbiji dan bersifat triploid. Kecuali pada pisang kluthuk
yang bersifat diploid dan memiliki biji. Proses pembuahan tanpa adanya biji disebut
dengan partenokarpi (Radiya, 2013).

2.9 Bunga Mawar (Rosa sp.)


Bunga mawar (Rosa sp.) merupakan bunga tunggal dengan bau yang harum.
Bunga ini tumbuh di ketiak daun. Tangkai bunganya (pedicellus) agak panjang,
kelopak (calyx) dengan tepi berbagi. Mahkota (corolla) berwarna indah, terdapat
putik (stigma) dan benang sari (stamen), serta pendukung putik dan benang sari
(andriginifor) yang sangat pendek. Pada bunga ini tidak terdapat alat tambahan.
Bunga biasanya terdiri dari 5 atau 4 helai daun mahkota. Warna bunga biasanya

11
putih dan merah jambu atau kuning dan merah pada beberapa spesies. Ovari berada
di bagian bawah daun mahkota dan daun kelopak. Bunga menghasilkan buah
agregat (berkembang dari satu bunga dengan banyak putik) yang disebut rose hips.
Masing-masing putik berkembang menjadi satu buah tunggal (achene), sedangkan
kumpulan buah tunggal dibungkus daging buah pada bagian luar (Van Steenis,
2003).

Gambar 7. Struktur Bunga

2.10 Pohon Mangga (Mangifera indica)


Batang pada tanaman mangga yaitu tegak, lurus, dan kuat. Kulit batangnya
tebal dan kasar dengan celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna
kulit batang (pepagan) yang sudah tua berwarna coklat keabuan, kelabu tua, sampai
hampir hitam. Akar pada tanaman mangga
yaitu tunggang dan akar cabang, pada akar
tunggang pohon mangga yang sangat
panjang hingga bisa mencapai 60 cm.
Panjang akar tunggang akan terhenti bila Gambar 8. Daur Hidup Mangga
mencapai permukaan air tanah. Sesudah fase
pemanjangan akar tunggang berhenti, lalu terbentuk akar cabang dibawah
permukaan tanah. Akar cabang pada kedalaman lebih kurang 30-60 cm (Rukmana,
1997).

12
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum kali ini dilakukan pada hari Selasa, 01 Oktober 2019
pukul 09.20–11.00 WIB dan bertempat di Laboratorium Bioteknologi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu: alat tulis dan lup
(kaca pembesar). Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu:
tumbuhan paku, tumbuhan lumut, tanaman mawar, pohon pisang, pohon mangga,
dan HVS.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja dalam praktikum ini yaitu:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Diamati morfologi tumbuhan lumut, tumbuhan paku, tanaman mawar, pohon
mangga, dan pohon pisang yang meliputi akar, batang, dan daunnya.
3. Dikelompokkan tumbuhan dan tanaman yang telah diamati ke dalam
kelompok tumbuhan tingkat tinggi atau kelompok tingkat rendah.
4. Dicatat hasil pengamatan yang sudah dilakukan.
5. Digambar bagian-bagian tumbuhan lumut, tumbuhan paku, tanaman mawar,
pohon mangga, dan pohon pisang di kertas HVS.
6. Dibuat dalam bentuk laporan hasil yang didapatkan.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Tumbuhan Tingkat Rendah
No Gambar Keterangan
Struktur:
1. Memiliki akar, batang, dan daun semu.
2. Akar berupa rhizoid.
3. Hidup berkoloni.
4. Tidak memiliki pembuluh angkut.
5. Mengalami metagenesis.
6. Berkembang biak dengan spora.
1.
7. Banyak ditemukan di tempat lembap.
Tumbuhan Lumut 8. Lumut memiliki tubuh yang relatif
Bryophyta kecil.
9. Bentuk daun lumut berupa lembaran
yang tersusun spiral, berwarna hijau
muda hingga kecoklatan jika sudah
mati atau mengering.
Struktur:
1. Memiliki akar, batang, dan daun sejati.
2. Menghasilkan spora.
3. Memiliki pembuluh angkut.
4. Memiliki ukuran batang yang
2. bervariasi.
5. Dapat ditemukan di habitat yang
lembab dan hidup di tanah, di air, atau
epifit di pohon.
Tumbuhan Paku 6. Daun yang masih muda akan
Pteridophyta menggulung (circinate).

14
7. Sporangium terkumpul dalam sorul
yang berada dibawah permukaan daun.
8. Ukuran tumbuhan bervariasi mulai
dari beberapa millimeter hingga
mencapai ketinggian 6 meter.
9. Mengalami metagenesis.
10. Akarnya bersifat akar serabut.

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Tumbuhan Tingkat Tinggi


No Gambar Keterangan
 Ujung daun: Meruncing
 Pangkal daun: Tumpul
 Susunan tulang daun: Menyirip
 Jenis batang: Berduri, memanjang, dan tidak
1.
beraturan
 Permukaan batang: Kasar

Bunga Mawar  Sistem perakaran: Serabut

Rosa sp.
 Ujung daun: Meruncing
 Pangkal daun: Meruncing
 Susunan tulang daun: Sejajar dan melengkung
 Jenis batang: Tidak berkambium
2.  Permukaan batang: Licin
 Sistem perakaran: Serabut

Pohon Pisang
Musa paradisiaca

15
 Ujung daun: Meruncing
 Pangkal daun: Meruncing
 Susunan tulang daun: Menyirip
 Jenis batang: Berkambium
3.
 Permukaan batang: Kasar
 Sistem perakaran: Tunggang

Pohon Mangga
Mangifera indica
Struktur:
1. Memiliki akar, batang, dan daun sejati.
2. Menghasilkan spora.
3. Memiliki pembuluh angkut.
4. Memiliki ukuran batang yang bervariasi.
5. Dapat ditemukan di habitat yang lembab
dan hidup di tanah, di air, atau epifit di
pohon.
4. 6. Daun yang masih muda akan menggulung
(circinate).
7. Sporangium terkumpul dalam sorul yang
berada dibawah permukaan daun.
Tumbuhan Paku 8. Ukuran tumbuhan bervariasi mulai dari
Pteridophyta beberapa millimeter hingga mencapai
ketinggian 6 meter.
9. Mengalami metagenesis.
10. Akarnya bersifat akar serabut.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan menunujukkan bahwa setiap tumbuhan
memiliki struktur akar, batang, dan daun yang berbeda-beda. Perbedaan ini
tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Dari hasil pengamatan “Morfologi
Tumbuhan” didapatkan bahwa yang termasuk kedalam kelompok tumbuhan tingkat
tinggi yaitu bunga mawar, pohon pisang, dan pohon mangga. Sedangkan yang

16
termasuk kedalam kelompok tumbuhan tingkat rendah yaitu hanya tumbuhan lumut
(Bryophyta). Sementara tumbuhan paku (Pteridophyta) termasuk peralihan antara
tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah.
Tumbuhan tingkat tinggi adalah kelompok tumbuhan yang tingkat
perkembangannya sudah tinggi dimana tumbuhan tersebut sudah memiliki batang,
akar, dan daun sejati. Seperti yang dipaparkan oleh Hasanuddin (2006), yang
menyatakan bahwa antara batang, akar, dan daun pada tumbuhan tingkat tinggi
sudah dapat dibedakan dan sudah memiliki pembuluh angkut xilem dan floem. Yang
termasuk kelompok tumbuhan tingkat tinggi adalah semua tumbuhan berbiji yang
memiliki organ berupa biji sebagai cikal bakal anak atau calon tumbuhan baru.
Secara garis besar tumbuhan berbiji terbagi dalam dua kelompok yaitu tumbuhan
biji terbuka dan tumbuhan biji tertutup.
Bunga mawar termasuk kelompok tumbuhan tingkat tinggi karena memiliki
ciri morfologi ujung daun yang meruncing, pangkal daun dengan bentuk tumpul,
susunan tulang daunnya menyirip, jenis batang yang dimiliki adalah memanjang,
tidak beraturan, dan berduri dimana duri tersebut adalah hasil dari modifikasi dari
epidermis batang pada tumbuhan mawar, permukaan batang bertekstur kasar, serta
sistem perakarannya yaitu berakar serabut. Berdasarkan ciri morfologi yang
dipaparkan oleh Van Steenis (2003), yang menyatakan bahwa mawar sudah
memiliki akar, batang, dan daun yang sejati, serta bunga sempurna. Bunga mawar
(Rosa sp.) merupakan bunga tunggal dengan bau yang harum. Bunga ini tumbuh
menghasilkan buah agregat (berkembang dari satu bunga dengan banyak putik)
yang disebut rose hips. Didapatkan bahwa bunga mawar memiliki karakteristik
yang sesuai dengan ciri yang dimiliki oleh tumbuhan tingkat tinggi.
Pohon pisang termasuk tumbuhan tingkat tinggi karena memiliki ciri
morfologi ujung daun yang meruncing, pangkal daun yang meruncing, susunan
tulang daun yang sejajar dan melengkung, jenis batang yang dimiliki tidak
berkambium, permukaan batang bertekstur licin, sistem perakarannya yaitu berakar
serabut. Berdasarkan ciri morfologi yang dipaparkan oleh Radiya (2013), yang
menyatakan bahwa, berakar serabut dengan pertumbuhan akar yang pada umumnya
berkelompok menuju arah samping di bawah permukaan tanah, batang pisang
dibedakan menjadi dua macam yaitu batang asli yang disebut bongo dan batang

17
semu atau juga batang palsu, bentuk daun pisang pada umumnya panjang, lonjong,
dengan lebar yang tidak sama, bagian ujung daun tumpul, dan tepinya tersusun rata.
Ciri tersebut menandakan bahwa pohon pisang sudah mempunyai akar, batang, dan
daun sejati. Didapatkan bahwa pohon pisang memiliki karakteristik yang sesuai
dengan ciri yang dimiliki oleh tumbuhan tingkat tinggi.
Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi karena memiliki ciri
morfologi ujung daun yang meruncing, pangkal daun yang meruncing, susunan
tulang daun yang menyirip, jenis batang yang dimiliki yaitu berkambium,
permukaan batang bertekstur kasar, sistem perakarannya yaitu berakar tunggang.
Berdasarkan ciri morfologi yang dipaparkan oleh Rukmana (1997), yang
menyatakan bahwa batang pada tanaman mangga yaitu tegak, lurus, dan kuat, kulit
batangnya tebal dan kasar, serta akar pada tanaman mangga yaitu tunggang dan
akar cabang didapatkan bahwa pohon pisang memiliki karakteristik yang sesuai
dengan ciri yang dimiliki oleh tumbuhan tingkat tinggi. Didapatkan bahwa pohon
mangga memiliki karakteristik yang sesuai dengan ciri yang dimiliki oleh
tumbuhan tingkat tinggi.
Tumbuhan tingkat rendah adalah kelompok tumbuhan yang struktur tubuh
dan perkembangan organ tubuhnya masih sangat sederhana. Seperti yang
dipaparkan oleh Usman (2004), yang menyatakan bahwa meskipun sebagian
tumbuhan tingkat rendah ada yang memiliki organ seperti batang, akar, dan daun
namun bukan merupakan organ sejati. Tumbuhan ini tidak memiliki bunga dan
jaringan pembuluh angkut sehingga penyaluran materi di dalam tubuh dilakukan
dengan cara difusi. Yang termasuk kelompok tumbuhan tingkat rendah diantaranya
tumbuhan belah (Schizophyta), tumbuhan talus (Thallophyte), tumbuhan lumut
(Bryopyta), serta tumbuhan paku (Pteridophyta). Tumbuhan talus memiliki struktur
tubuh yang sangat sederhana dimana akar, daun, dan batangnya masih belum dapat
dibedakan. Ada yang bersel satu dan ada pula yang bersel banyak.
Tumbuhan lumut termasuk tumbuhan tingkat rendah karena memiliki ciri
morfologi yaitu memiliki akar, batang, dan daun semu, akar berupa rhizoid, hidup
berkoloni, tidak memiliki pembuluh angkut, mengalami metagenesis, berkembang
biak dengan spora, banyak ditemukan di tempat lembap, lumut memiliki tubuh yang
relatif kecil, bentuk daun lumut berupa lembaran yang tersusun spiral, berwarna

18
hijau muda hingga kecoklatan jika sudah mati atau mengering. Berdasarkan ciri
morfologi yang dipaparkan oleh Birsyam (2004), yang menyatakan bahwa
beberapa tumbuhan lumut masih mempunyai talus, tidak mempunyai akar, batang,
dan daun. Bryophyta yang dapat dibedakan batang, dan daunnya, belum
mempunyai akar sejati, hanya ada rhizoid.
Serta diperkuat dengan ciri morfologi yang dipaparkan oleh Haspara (2004),
yang menyatakan bahwa tumbuhan lumut (Bryophyta) termasuk tumbuhan talus.
Tempat hidup di tanah yang lembab, di pohon, di batu merah. Lumut berbentuk
lembaran, mempunyai rhizoid yang berfungsi untuk pelekat pada substrat dan
mengangkut air dan unsur-unsur hara ke seluruh bagian tubuh, hidup ditempat
lembab, mengalami metagenesis antara fase sporofit dan gametofit. Bryopida hidup
ditempat terbuka, batang tegak bercabang, dan berdaun kecil. Reproduksi vegetatif
dengan membentuk kuncup pada cabang batang. Didapatkan bahwa tumbuhan
lumut memiliki karakteristik yang sesuai dengan ciri yang dimiliki oleh tumbuhan
tingkat rendah.
Sementara tumbuhan paku termasuk tumbuhan peralihan antara tumbuhan
tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah karena memiliki ciri morfologi yaitu
memiliki akar, batang, dan daun sejati, menghasilkan spora, memiliki pembuluh
angkut, memiliki ukuran batang yang bervariasi, dapat ditemukan di habitat yang
lembab dan hidup di tanah, di air, atau epifit di pohon, daun yang masih muda akan
menggulung (circinate), sporangium terkumpul dalam sorul yang berada dibawah
permukaan daun, ukuran tumbuhan bervariasi mulai dari beberapa millimeter
hingga mencapai ketinggian 6 meter, mengalami metagenesis, akarnya bersifat akar
serabut. Berdasarkan pemaparan yang dipaparkan oleh Raven (1992), yang
menyatakan bahwa tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara
tumbuhan bertalus dengan tumbuhan berkormus, karena paku mempunyai
campuran sifat dan bentuk antara lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi. Seperti
halnya tumbuhan paku merupakan suatu divisi tumbuhan kormus, artinya
diferensiasinya nyata serta dapat dibedakan atas akar, batang dan daun. Namun,
tumbuhan paku belum menghasilkan biji. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku
yang utama adalah spora.

19
Serta yang diperkuat oleh ciri morfologi yang dipaparkan oleh Widayanti
(2009), yang menyatakan bahwa berbeda dengan tumbuhan penghasil spora lainnya
seperti lumut. Fase hidup dominan pada tumbuhan paku berupa sporofit, sedangkan
pada lumut berupa gametofit. Oleh karena itu, untuk tumbuhan vaskuler lainnya,
sporofit memegang peranan penting dalam proses identifikasi. Tumbuhan paku
mempunyai kesamaan dengan tumbuhan vaskuler lainnya seperti angiospermae
dalam hal sistem transportasi internal. Didapatkan bahwa tumbuhan paku memiliki
karakteristik yang sesuai dengan beberapa ciri yang dimiliki oleh tumbuhan tingkat
tinggi dan tumbuhan tingkat rendah. Oleh karena itu, tumbuhan paku termasuk
kedalam kelompok tumbuhan peralihan.

20
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
morfologi tumbuhan adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari organ tubuh
tumbuhan baik mengenal akar, daun, batang, bunga, buah, maupun bijinya, baik
bagiannya, bentuk atau fungsinya. Sehingga praktikan dapat mengidentifikasikan
ciri morfologi yang tampak pada tumbuhan paku, tumbuhan lumut, bunga mawar,
pohon pisang, dan pohon manga. Serta praktikan dapat mengelompokan tumbuhan
tersebut apakah termasuk kedalam kelompok tumbuhan tingkat tinggi atau
kelompok tumbuhan tingkat rendah.

5.2 Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, harus lebih tertib lagi dalam
menjalankan praktikum agar bisa lebih memahami materi yang disampaikan,
diharapkan kedepannya lebih teliti dalam menjalankan praktikum, dan diharapkan
pembagian tugas lebih tertata supaya lebih maksimal.

21
DAFTAR PUSTAKA

Birsyam, Inge. 2004. Botani tumbuhan Rendah. Bandung: Biologi FMIPA ITB.
Eka. 2011. Struktur pertumbuhan pada akar Jurnal penelitian tentang tumbuhan
4(2); 142-146
Fried, George H. and George J. Hademenos. 2006. Schaum’s Outlines of Theory
and Problems of Biology. Jakarta: Erlangga
Hadisunarso. 2007. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Universitas terbuka.
Hasanuddin. 2006. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Banda Aceh: FKIP Unsyiah.
Haspara. 2004. Biologi. Surakarta: Widya Duta.
Muhlisah. 2007. Macam-macam akar. Jakarta: Erlangga.
Pooja. (2004). Pteridophyta. New Delhi: Discovery Publishing House.
Radiya, M. 2013. Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.)
di Kabupaten Agam. Padang: Fakultas Pertanian Universitas Taman Siswa.
Raven, P.H., R.F. Evert dan S.E. Eicrth Phhorn. 1992. Biolgy of Plants. New York:
Worth Publiser.
Riandri, Henny. 2011. Sains Biologi 3 untuk kelas XII SMA. Solo: Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
Rismunandar dan Ekowati. 1991. Tanaman Hias Paku-pakuan. Jakarta: Penerbit
Swadaya.
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Rukmana. R. 1997. Mangga (Seri Budi daya). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Rukmana. 2008. Defenisi batang. Jakarta: Bima aksara.
Suprapti. 2006. Pengaruh Lama Fermentasi Biji terhadap Citarasa Bubuk dan
Lemak Cokelat. Jurnal Industri Hasil Perkebunan. Vol 34 (2): 59-64.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Usman, R, Afrizal, S., Periadnadi dan A. Arbain. 2004. Bahan Ajar Taksonomi
Tumbuhan Tingkat Rendah. Padang: Universitas Andalas.
Van Steenis, C.G.G.J. 2003. Flora. Jakarta: Pradnya Paramita.
Widayanti, Nur. 2009. Sains Biologi. Jakarta: Yudistira.

22

Anda mungkin juga menyukai