MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi
Yang dibina oleh Agung Witjoro, S.Pd, M.Kes
Disusun oleh:
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya, tim
penulis dapat menyelasaikan makalah Mikrobiologi dengan judul Morfologi dan
Sitologi Mikroba, Kapang dan Khamir serta Konsep Pewarnaan Mikroba tepat
pada waktunya. Makalah ini ditulis dengan tujuan agar mahasiswa dapat
memahami ciri-ciri morfologi dan sitologi mikroba, kapang dan khamir serta
konsep pewarnaan mikroba. Tim penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu tim penulis dalam menyusun makalah
Mikrobiologi ini khususnya kepada Bapak Agung Witjoro, S.Pd, M.Kes selaku
dosen pembimbing mata kuliah Mikrobiologi di Universitas Negeri Malang.
Tim penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya tim penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, untuk kesempurnaan makalah ini. Tim penulis juga berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 2.4 Perbedaan dinding sel bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
(Sumber: Irianto,2007)
b. Bentuk Kapang
Kapang (mould/filamentous fungi) merupakan mikroba anggota Kingdom
Fungi yang membentuk hifa. Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri
dari 2 bagian miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium
merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya
5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm
(Coyne, 1999). Kapang melakukan penyebaran menggunakan spora. Spora
kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual. Spora
aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
spora seksual (Pelczar, 1999).
Habitat kapang sangat beragam, namun pada umumnya kapang dapat
tumbuh pada substrat yang mengandung sumber karbon organik. Umumnya jamur
hidup secara saprofit, artinya hidup dari penguraian sampah sampah-sampah
organik seperti bangkai, sisa tumbuhan, makanan dan kayu lapuk. Ada pula jamur
yang hidup secara parasit artinya jamur mendapatkan bahan organik dari inangnya
misalnya dari manusia, binatang dan tumbuhan. Adapula yang hidup secara
simbiosis mutualisme, yakni hidup bersama dengan orgaisme lain agar saling
mendapatkan untung, misalnya bersimbiosis dengan ganggang membentuk lumut
kerak (Pelczar, 1999).
Gambar 2.5.Kapang, misellium, dan spora jamur
(Sumber: Pelczar, 1999)
Kapang yang telah membentuk misellium dan spora jamur uniseluler
misalnya ragi dapat mencerna tepung hingga terurai menjadi gula, dan gula
dicerna menjadi alkohol, sedangkan jamur multiseluler misalnya jamur tempe
dapat mengaraikan protein kedelai menjadi protein sederhana dan asam amino.
Makanan tersebut dicerna diluar sehingga disebut pencernaan ekstraseluler, sama
seperti pada bakteri(Pelczar, 1999).
c. Bentuk Khamir
Khamir merupakan jenis jamur uniseluler, bentuk sel tunggal dan
berkembang biak secara pertunasan. Ukuran sel khamir beragam, lebarnya
berkisar antara 1-5 μm dan panjangnya berkisar dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya
sel khamir berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk
bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan
murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk. Sel-sel individu,
tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tak dilengkapi flagellum
atau organ-organ penggerak lainnya (Dwijoseputro, 2005).
Gambar 2.6. Khamir Saccharomyces sp
(Sumber: Pelczar,1999)
d. Bentuk Linchenes
Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan alga
sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut ini
hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di atas tanah terutama di daerah sekitar
kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang tinggi.
Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam
pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada
bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichene tidak memerlukan syarat hidup yang
tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama.
Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari,
tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali
(Yurnaliza, 2002).
Menurut Yurnaliza (2002), berdasarkan bentuknya lichenes dibedakan atas
empat bentuk :
I. Crustose. Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar,
tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah.
Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya.Contohnya
yaitu Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau
Pleopsidium.
Gambar 2.7.Haematommaaccolens dan Acarospora
(Sumber: Yurnaliza, 2002).
Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian
tubuh buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik, dan yang
tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau
endoploidal. Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki
struktur berlapisdisebut leprose.
III. Fruticos. Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan
bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu,
daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara
permukaan atas dan bawah. Contohnya yaitu Usnea, Ramalina dan
Cladonia.
Gambar 2.19. Diagram perbandingan dinding sel bakteri Gram positif dan bakteri
Gram negatif secara detail (Sumber: Salton & Kwang-Shin, 2001).
Dinding sel bakteri Gram-negatif lebih kompleks dibandingkan bakteri
Gram-positif. Perbedaan utama ialah adanya lapisan membran luar, yang meliputi
peptidoglikan, kehadiran membran ini menyebabkan dinding sel bakteri Gram-
negatif kaya akan lipid (11-22%). Pada bakteri Gram-negatif, lapisan membran
luar disebut “outer wall layer” yang mempunyai struktur sebagai unit membran.
Perbedaannya yaitu lapisan ini tidak hanya terdiri dari fosfolipida saja seperti pada
membral sel tetapi mengandung lipid lainnya, polisakarida dan protein. Lipid dan
polisakarida ini berhubungan erat dan membentuk struktur khas yang disebut
lipopolisakarida atau LPS (Lay & Hastowo, 1992).
c. Flagel
Gambar 2.22. Struktur kapsul pada sel bakteri (Sumber : Kenneth, 2001).
Kapsul merupakan lapisan polimer yang terletak di luar dinding sel. Jika
lapisan ini berlekatan dengan dinding sel, maka lapisan ini disebut kapsul, bila
lapisan polisakarida ini tidak melekat pada dinding sel, maka lapisan ini disebut
lendir. Kapsul dapat diwarnai. Bila lapisan ini sangat banyak sehingga beberapa
sel bakteri terendam didalamnya, lapisan ini disebut lapisan lendir.Fungsi kapsul
yaitu mencegah terhadap kekeringan, menghambat pencantelan bakteriofag,
bersifat antifagosit sehingga kapsel memberikan sifat virulen bagi bakteri, dan
mencantelkan diri pada permukaan (Contoh: Streptococcus mutans).
f. Spora
3.1 Kesimpulan
1. Sel bakteri tersusun atas dinding sel yang mempunyai struktur kompleks
dan kaku, dinding sel bakteri menentukan bentuk sel. Fungi terbagi menjadi:
uniseluler (Khamir) dan multiseluler (Kapang). Fungi termasuk sel
eukariotik dimana dinding selnya terdiri dari zat kitin dan unit sel dasar
jamur disebut dengan hifa. Hifa tersebut mengandung nukleus, vakuola,
mitokondria, ribosom, badan golgi, retikulum endoplasma, plasmalema dan
pori-pori.
2. Teknik pemeriksaan mikroba dapat dilakukan dengan pengecatan atau
pewarnaan pada mikroba, yang terbagi menjadi tiga macam pengecatan:
pengecatan sederhana, pengecatan diferensial, dan pengecatan struktural.
3.2 Saran
Perlu dilakukan pembelajaran teknik pengamatan untuk membedakan
koloni antara bakteri, kapang, khamir, dan lichen. Selain itu, teknik pewarnaan
sangat diperlukan untuk mendukung pengamatan mikroba yang memiliki ukuran
yang kecil dan tidak berwarna
DAFTAR RUJUKAN