PENDAHULUAN
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan pendekatan terori berupa teori analogi
dimana teori analogi yang dimaksud adalah: Sesuatu yag mempunyai kesamaan, persesuaian,
kemiripan, ke-serupaan, kesejajaran, kesejalanan antara dua benda atau dalam bentuk,
susunan, fungsi, tetapi berlainanasal-usulnya.18 berlainan asal-usulnya. Terdiri atas teori:
Analogi Induktif, Deduktif, Figuratif dan Ilustratif. Teori ini dapat dipakai dlm memilah &
memilih nilai-nilai setara, tak setara dan nilai lebih yg dimiliki oleh ATB dan AMK.
Menurut para moderenis, fungsi dapat di kategorikan sebagai penentu bentuk atau
penduan menuju bentuk. Fungsi menunjukan kearah mana bentuk harus di tentukan.
( yuswadi saliya, 1999 ).
Hal ini mengacu kepada slogan form follows function ( Louis Sullivan )
Jika kita berbicara tentang arsitektur, maka kita tidak hanya bicara tentang fungsi dan
bentuk saja. Masih ada unsur lain yang juga terkait erat dengan arsitektur, yang
merupakan konsekuensi logisdari adanya fungsi. Karena fungsi merupakan gambaran
dari kegiatan, dimana kegiatan tersebut membutuhkan fungsi, tentunya akan berlanjut
dengan pembahasan tentang ruang. Sedangkan bentuk yang menurut sullivan
merupakan akibat dari pewadahan fungsi, dapat memberikan ekspresi tertentu. Jadi
pembahasan fungsi tidak dapat di pisahkan dari pembahasan tentang ruang, bentuk dan
ekspresi bentuk yang di hasilkan.
Dalam kegiatan perancangan kita tidak pernah lepas dari instilah ” Fungsi ”.
Sayangnya istilah ini seringkali sangat di batasi pada pengertian sebagai aktifitas
didalam bangunan maupun diluat bangunan. Tetapi pada prinsipnya pengertian
fungsi sangat luas. Berhubungan dengan hal ini, maka kita akan berhadapan dengan
sebuah obyek yang melaksanakan satu atau beberapa atau bahkan seluruh fungsi.
Hal inilah yang mendorong arsitektur untuk menjalankan berbagai fungsi, yang
dikatakan Multifungsionalitas Arsitektur ( josef Prijotomo, 1998 ).
Geoffrey Broadhint
Menurutnya ada enam fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitektur enam
fungsi tersebut adalah :
Ligo memunculkan lima Fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitekrur untuk
menjawab fungsi sebagai konsep. Kelima fungsi bangunan menurut liggo ( dari
concepts of function of the twentieth century Atchitecture ) adalah :
Arsitektur tradisional bali memiliki konsep tata ruang yaitu sanga mandala yang
kemudian diciutkan menjadi tri mandala. Konsep tata ruang tersebut mengatur semua
tatanan bangunan yang ada di bali. Arsitektur tradisional bali memiliki fungsi bangunan
secara umum yang dapat dibedakan menjadi tiga fungsi utama yaitu:
Dalam sekup bangunan rumah tinggal terdapat beberapa bangunan dengan konsep
dan fungsinya masing-masing, seperti contohnya pada rumah tradisional bali dimana
rumah tradisional bali terdiri dari beberapa jenis bale diantaranya bale daje, bale dangin,
bale dauh, bale delod, bale lumbung, paon. Masing-masing bangunan tersebut memiliki
fungsi berbeda sesuai kegunaannya diantaranya:
a) Bale Meten terletak di bagian Utara ( dajan natah umah ) atau di sebelah barat
tempat suci / Sanggah. Bale Meten ini juga sering disebut dengan Bale Daja,
karena tempatnya di zona utara ( kaja ). Fasilitas desain interiornya adalah 2 buah
bale yang terletak di kiri dan kanan ruang. Bentuk bangunan Bale Meten adalah
persegi panjang, dapat menggunakan saka / tiang yang terbuat dari kayu yang
berjumlah 8 ( sakutus ), dan 12 ( saka roras ). Fungsi Bale Meten adalah untuk
tempat tidur orang tua atau Kepala Keluarga di bale sebelah kiri. Sedangkan di
bale sebelah kanan difungsikan untuk ruang suci, tempat sembahyang dan tempat
menyimpan alat – alat upacara. Sebagaimana dengan bangunan Bali lainnya,
bangunan Bale Meten adalah rumah tinggal yang memakai bebaturan dengan
lantai yang cukup tinggi dari tanah halaman ( ± 75-100 cm ). Bangunan ini adalah
DATA ANALISA
Sumber:
https://www.google.com/search?q=pergeseran+nilai+arsitektur+tradisional+bali
Gambar 2 : Bngunan serupa dengan lumbung yang di fungsikan sebagai ruang tidur
Masyarakat bali memang tidak bisa terlepaskan oleh adat yang mengatur pola
hidup mereka dalam suatu wilayah tertentu. Banjar, adalah merupakan pusat
komunitas sekelompok masyarakat dengan subsistem dari sebuah desa yang
memiliki kesatuan sosial adat baik dalam suasana duka maupun dalam suasana
suka. Sebagai bentuk komunitas kecil, maka banjar di Bali memiliki peranan yang
sangat penting sebagai lembaga sosial tradisional maupun sebagai wadah kegiatan
upacara adat maupun upacara agama. Untuk menampung semua aktivitas di atas
maka msyarakat bali pada jaman dulu membuat suatu karya arsitektur dimana bisa
menampung semua aktivitas mengenai interaksi social di antara mereka. Karya yg
dihasilkan berupa bangunan dengan ukuran tinggi dan besar sehingga dirasa
mampu mendukung dan menampung aktivitas didalamnya.
Seiring dengan perkembangnya jaman berbagai bale banjar telah bergeser ahli
fungsinya. Disamping itu banjar juga sebagai wadah pelaksanaan dari berbagai
kegiatan baik dalam bidang ekonomi, masyarakat, maupun berbagai kegiatan
pemerintah, seperti pendidikan, kesehatan, Keluarga Berencana, dan lain-lain.
Pergeseran mulai dari bentuk bale dangain yang awalnya hanya satu lantai atau
dari segi fungsi bale dangin sudah sangat penyimpang dari konsep dan nilai
fungsional.
PENUTUP
2.3 Kesimpulan
Arsitektur tradisional bali dalam kaitannya ke dunia arsitektur secara umum yaitu
mengenai fungsi suatu bangunan memiliki tiga fungsi utama yaitu:
1) Fungsi fisik
2) Fungsi psikis
3) Fungsi social
4) Fungsi budaya
2.4 Saran
http://othisarch07.files.wordpress.com/2010/02/ilustrasi-1.jpg
http://othisarch07.wordpress.com/2010/02/05/fungsi-ruangbentuk-dan-ekspresi-dalam-
arsitektur/
http://www.academia.edu/4205413/FUNGSI_RUANG_BENTUK_DAN_EKSPRESI_DALAM_
ARSITEKTUR