Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pulau bali merupakan pulau dengan sejuta pesona alamnya yang sudah tenar di mata
dunia. Keadaan pulau bali yang minim dengan sumber daya alam migas, maka sector
pariwisata sangat berpengaruh untuk menunjang sektor perekonomian di bali. Daya jual
pariwisata di pulau bali sangat dipengaruhi oleh kebudayaan bali yang bersinergi dengan
agama hindu yang merupakan mayoritas di pulau bali.Namun fakta sekarang keadaan lahan
bali yang sempit serta penambahan penduduk yang sangat pesat mengakibatkan fenomena
keterbatasan lahan serta pergeseran gaya hidup akibat perkembangan pariwisata itu sendiri.
Fenomena itu juga telah berpengaruh pada kelestarian alam dan kebudayaan bali.
Arsitektur tradisonal bali merupakan arsitektur agama hindu. Dalam kata lain
munculnya arsitektur tradisonal bersinergi dengan ajaran-ajaran yang tertuang dalam kitab
suci agama hindu. Arsitektur tradisional bali merupakan cerminana dari karakter
masyarakan bali mengenai kebiasaan kebiasaan orang bali. Arsitektur tradisonal bali
memiliki kaedah kaedah tersendiri dalam pembangunannya. Berkaitan dengan fungsi,
kebutuhan, penempatannya, dan civitas di dalamnya.
Seiring dengan perkembangan pariwisata di bali maka akan berpengaruh pada gaya
hidup atau life style masyarakat bali pada khususnya. Maka gaya hidup juga akan
berpengaruh pada kebiasaan dan akan merambas kepada kebudayaan bali khususnya.
Dengan terkikisnya pemahaman tentang kebudayaan maka arsitektur tradisional bali
dikawatirkan akan mengalami degradasi tata nilai dan berlanjut pada krisis identitas dalam
pergaulan global dan disharmonisasi dengan lingkungan.
Kriris identitas tersebut akan berdampak pada pergesaran tata nilai atau kaedah kaedah
dalam pembangunan arsitektur tradisional bali. Pergeseran tata nilai bisa meliputi
perubahan fungsi, perubahan tempat dan makna, serta penempatan dan pemakaian
ornamen dan ragam hias pada suatu karya arsitektur.

Arsitektur tradisional bali 3 1


Dewasa ini pergeseran fungsi suatu karya arsitektur kerap kita lihat dalam kehidupan
nyata. Pergeseran fungsi itu secara langsung akan berpengaruh pada karakteristik dan
kekhasan dari arsitektur tradisional bali. Maka dari itu perlu kita teliti dan telaah batasan-
batasan konsep atau kaedah-kaedah mengenai fungsi suatu bangunan dilihat dari teori
arsitektur secara umum dan disinergikan dengan konsep pada arsitektur tradisional bali.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Penerapan kaedah-kaedah mengenai fungsi bangunan dalam kaitannya pada
arsitektur tradisional bali
1.2.2 Pergeseran nilai pada fungsi bangunan arsitektur tradisional bali dengan bangunan
arsitektur bali masa kini

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Mendapatkan informasi mengeni kedah-kaedah fungsi bangunan dalam kaitannya


pada arsitektur tradisional bali
1.3.2 Mengkaji dan meneliti pergesaran nilai pada fungsi bangunan arsitektur tradisional
bali dengan bangunan arsitektur bali masa kini.

Arsitektur tradisional bali 3 2


BAB II

METODE DAN TEORI

2.1 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan pendekatan terori berupa teori analogi
dimana teori analogi yang dimaksud adalah: Sesuatu yag mempunyai kesamaan, persesuaian,
kemiripan, ke-serupaan, kesejajaran, kesejalanan antara dua benda atau dalam bentuk,
susunan, fungsi, tetapi berlainanasal-usulnya.18 berlainan asal-usulnya. Terdiri atas teori:
Analogi Induktif, Deduktif, Figuratif dan Ilustratif. Teori ini dapat dipakai dlm memilah &
memilih nilai-nilai setara, tak setara dan nilai lebih yg dimiliki oleh ATB dan AMK.

2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Fungsi dalam kaitannya pada arsitektur secara umum

Menurut para moderenis, fungsi dapat di kategorikan sebagai penentu bentuk atau
penduan menuju bentuk. Fungsi menunjukan kearah mana bentuk harus di tentukan.
( yuswadi saliya, 1999 ).

Hal ini mengacu kepada slogan form follows function ( Louis Sullivan )
Jika kita berbicara tentang arsitektur, maka kita tidak hanya bicara tentang fungsi dan
bentuk saja. Masih ada unsur lain yang juga terkait erat dengan arsitektur, yang
merupakan konsekuensi logisdari adanya fungsi. Karena fungsi merupakan gambaran
dari kegiatan, dimana kegiatan tersebut membutuhkan fungsi, tentunya akan berlanjut
dengan pembahasan tentang ruang. Sedangkan bentuk yang menurut sullivan
merupakan akibat dari pewadahan fungsi, dapat memberikan ekspresi tertentu. Jadi
pembahasan fungsi tidak dapat di pisahkan dari pembahasan tentang ruang, bentuk dan
ekspresi bentuk yang di hasilkan.

Keterkaitannya dengan arsitektur adalah bahwa arsitektur merupakan perwujudan


fisik sebagai wadah kegiatan mansusia. Bagaimana pun juga unsur-unsur fungsi, ruang,
bentuk dan ekspresi akan menentukan bagaiama arsitektur dapat meninggikan nilai

Arsitektur tradisional bali 3 3


suatu karya, memperoleh tanggapan serta mengungkapkan suatu makna. Oleh karena
penyajian ini adalah sebagai sarana untuk memecakan suatu masalah sebagai tanggapan
atas kondisi-kondisi lingkupnya secara arsitektural yang saling berkaitan.

2.2.1.1 Pengertian fungsi.

Dari segi pengeriatan dapat di bagi menjadi

1. Pengertian Umum Bagi Para Ahli Bahasa ( Linguist ) Fungsi Adalah :


pendekatan pada studi bahasa yang berkenan dengan fungsi yang di tunjukan
oleh bahasa, terutama dalam hal kejadian ( informasi yang berhubungan ),
ekpresi ( mengindikasikan suasana hati ), dan pergaruh keahlian.
2. Pengertian Umum Bagi Para sosiologis ( Linguist ) Fungsi Adalah :
Teori tentang hubungan bagian-bagian dalam masyarakat pada keseluruhan dan
satu dengan yang lai. Pendekatannya terkemukan dalam pekerjaan sosiolog pada
abad, khususnya mereka yang melihat masyarakat sebagai organisme.
3. Pengertian Arsitekturalnya adalah : Suatu prinsip Arsitekturalnya dimana bentuk
suatu bangunan harus di peroleh dari fungsi yang harus di penuhinya; aspek
skematis dan teknis dari moderenisasi arsitektural ( rasionalisme ), yang
pendirian teoritisnya yang lebih luas juga membentuk pertanyaan simbolik,
filsafat, politik, sosial ekonomi.

2.2.1.2 Multifungsionalitas Arsitektur

Dalam kegiatan perancangan kita tidak pernah lepas dari instilah ” Fungsi ”.
Sayangnya istilah ini seringkali sangat di batasi pada pengertian sebagai aktifitas
didalam bangunan maupun diluat bangunan. Tetapi pada prinsipnya pengertian
fungsi sangat luas. Berhubungan dengan hal ini, maka kita akan berhadapan dengan
sebuah obyek yang melaksanakan satu atau beberapa atau bahkan seluruh fungsi.
Hal inilah yang mendorong arsitektur untuk menjalankan berbagai fungsi, yang
dikatakan Multifungsionalitas Arsitektur ( josef Prijotomo, 1998 ).

Arsitektur tradisional bali 3 4


Beberapa tokoh yang berkecimpung dalam bidang arsitektur maupun diluar
melontarkan beberapa fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitektur :

Geoffrey Broadhint

Menurutnya ada enam fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitektur enam
fungsi tersebut adalah :

1. Environmental Filter ( =Modofier of the phsycal climate ). Bangunan bisa


mengontrol iklim. Bangunan berfungsi sebagai penyaring terhadap iklim
di luar
(filter). Bangunan dapat membuat kita merasa aman dan nyaman untuk
melaksanakan aktifitas kita. Kita dapat menentukan ruangan mana yang
harus dekat dan mana yang harus di jauhkan
2. Container of actifities. Bangunan sebagai wadah kegiatan yang
menempatkannya pada tempat tertentu
3. Capital invesment (=changer of land value ). Bangunan dapat
memberikan nilai lebih pada tapak. Dapat menjadi sumber investasi yang
baik.
4. symbolic function ( = implication cultural ). Dalam pengertian ini
bangunan dapat memberikan nilai Sombolik, khususnya keagamaan dan
budaya.
5. Behavior modifier. Bangunan dapat mengubah kebiasaan dan perilaku,
sesuai dengan suasana ruang.
6. Aesthetic function (= Pursuit of delight ). Bangunan akan menyenangkan
jika tampak cantik, sesuai dengan fashionable saat ini.
Geoffrey Broadhint, memahami fungsi sebagai sesuatu yang di pancarkan
dan di informasikan melalui panca indrkita.

Arsitektur tradisional bali 3 5


Christian Notberg-Scuhltz

Memunculkan empat fungsi yang dapat dijalankan oleh arsitektur. Dalam


menjawab : apa tugas bangunan:
1. phsycal Control. Peranan phsycal Control dalam fungsi bangunan adalah :
untuk mengontrol iklim.
a) Udara, kelembaban, temperetur, angin, curah hujan dan lain-lain
b) Hal-hal lain seperti, asap, serangga, hewan, manusia, dan radioaktif.
Secara umum physcal control adalah berupa hubungan bangunan
terhadap lingkungan. Dapat mengontrol lingkungan sesuai dengan
aktifitas yang dilakukan di dalam bangunan.
2. functional frame. Pada prinsipnya manusia selalu melakukan aktifitas oleh
kerena itu di perlukan wadah Arsiterktural dalam menentukan fungsi dari
tiap-tiap wadah yang di tentukan. Manusia membutuhkan ruangan untuk
melaksanakan kegiatannya, fungsi ruangan dapat berubah apabila terjadi
perubahan gaya hidup yang di dasari atas kebutuhan. Tak peduli jika
ruangan dalam bentuk apapun ( bujur sangkar, lingkaran, elipse, dll ) yang
terpenting fungsi dapat terpenuhi
3. Social Milieu. Bisa menjadi ekxpresi statis, peranan, kelompok, institusi
dan sekolompok bangunan yang dapat merepresentasikan system sosial
sebagai suatu kesatuan. Contoh : istana raja dibuat lebih besar dari
bangunan lain dengan tujuan, menunjukan status sosial.
Dari sinilah akan lahir ekxpresi bentuk, baik yang terjadi di dalam maupun
di luat harus dapat memberikan suatu informasi. Tentang apa dan fungsi
dari bangunan tersebut.
4. Cultural symbolization. Arsitektur adalah obyek budaya dan merupakan
hasil karya mansusia yang melayani aktifitas manusia secara umum. Kita
telah sepakat bahwa seni menerangkan nilai budaya dan sains menerangkan
fakta-fakta, dan seni adalah nilai-nilai budaya yang harus di masyarakatkan.

Arsitektur tradisional bali 3 6


Larry R. Ligo

Ligo memunculkan lima Fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitekrur untuk
menjawab fungsi sebagai konsep. Kelima fungsi bangunan menurut liggo ( dari
concepts of function of the twentieth century Atchitecture ) adalah :

1. Structural Articulation ( artikulasi structural ) menunjuk pada pengupasan


dalam design, dari material struktur dan metode sebuah bangunan (
misalnya “ fungsi “ material dan metode maupun pada artikulasi exterior
bangunan dengan variasi kegiatan yang terkandung di dalamnya.
2. Physcal function. ( fungsi fisik ). Meliputi control dari lingkungan dan
akomodasi bangunan terhadap aspek-aspek fisik dari tujuan yang di
inginkan, aspek-aspek seperti pola jalan dan fleksibilitas dari pengaturan
ruang.
3. Physcal function. ( fungsi Psiokoligi ). Mengacu kepada “feelings”
( perasaan atau rasa ) dimana bangunan-bangunan itu berbaur dengan
pengamat- pengamatnya, penghuni/pemakai dan pengkritikannya, termasuk
penyakit-penyakit psikologis seperti vertigo, clausphobia, kebingungan
arah (direction), kenyamanan fisik atau kurangnya rasa dan emosi yang
spesifik/khas.
4. Social function. ( fungsi Sosial ). Mengacu kepada kongkritisasi dari
institusi social dan karakteristik yang bernilai budaya atau masa tertentu
5. Cultural/existential function. ( fungsi budaya/keberadaan ). Mengacu
kepada kongritisasi dati nilai-nilai universal atau struktur subconcius dari
spatial dan orientasi psikologi yang berhubungan lebih kepada esensi
kemanusiaan dari pada hidup manusia dalam suatu waktu dan tempat
tertentu.
Larry R. ligo memahami fungsi sebagai tugas/pekerjaan ataupun efek-efek
yang dapat di timbulkan oleh Arsitektur.

Arsitektur tradisional bali 3 7


Sumber:
http://www.academia.edu/4205413/FUNGSI_RUANG_BENTUK_DAN_EKS
PRESI_DALAM_ARSITEKTUR

2.2.2 Fungsi dalam kaitannya dengan arsitektur tradisional bali

Arsitektur tradisional bali memiliki konsep tata ruang yaitu sanga mandala yang
kemudian diciutkan menjadi tri mandala. Konsep tata ruang tersebut mengatur semua
tatanan bangunan yang ada di bali. Arsitektur tradisional bali memiliki fungsi bangunan
secara umum yang dapat dibedakan menjadi tiga fungsi utama yaitu:

2.2.2.1 Fungsi sebagai tempat ibadah


Untuk memuja Tuhan yang Maha Esa dan dewa-dewa sebagai manifestasi
dari tuhan dalam berbagai peranannya. Di bangun tempat-tempat pemujaan.
Tempat ibadah atau tempat pemujaan adalah bangunan-bangunan suci yang di
bangun di tempat-tempat yang disucikan. (Glebet, I nyoman, dkk : 108)
Pura dalam bentuk pemujaannya terdiriri dari beberapa bangunan yang di tata
di atas sebuah pekarangan yang dibagi menjadi tiga zona yaitu; Utama, madya
dan nista. Semua bangunan-bangunan yang ada di dalam ketiga zona tersebut
memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing.
2.2.2.2 Fungsi sebagai Rumah tinggal
Arsitektur tradisional rumah-rumah tempat tinggal di bali pada masa-masa,
bali mula, bali aga, dan masa bali arya berkembang pesat setelah para arya dari
majapahit berkuasa di bali disertai dengan tokoh-tokoh budayawan di bidang
arsitektur. Rumah tinggal merupakan unit-unit perumahan yang diatur dalam-
kelompok “banjar” sebagai unit sub lingkungan dalam sebuah desa.
Tingkatan-tingkatan kasta, status sosial dan peranannya di masyarakat
merupakan faktor-faktor tingkat perwujudan rumah tempat tinggal utama,
madia, dan sederhana. Pengelompokan rumah- rumah tempat tinggal ke dalam
tingkatan utama ditinjau dari luas pekarangan, susunan ruang, type bangunan,
fungsi, bentuk, bahan penyelesaiannya.

Arsitektur tradisional bali 3 8


Dalam kepercayaan masyarakat bali terdapat 4 kasta dimana kasta juga akan
memperngaruhi perbedaan fungsi dalam rumah tinggal misalnya : Rumah
tinggal bramana yang disebut gria, rumah tinggal untuk kaum kesatria yang
disebut dengan jero atau puri, untuk kaum sudra disebut dengan umah. (Glebet,
I nyoman, dkk : 35)
2.2.2.3 Fungsi sebagai tempat umum
Tempat umum biasanya difungsikan sebagai tempat interaksi sosial
masyarakat. Kehidupan masyarakat diatur dalam ikatan-ikatan keluarga, ikatan
banjar dan ikatan desa yang terbentuk dalam desa adat dan desa dinas atau desa
administratif. Masing-masing ikatan dalam menata kehidupan bermusyawarah
dalam suatu tempat. Contohnya bale banjar yang bersifat umum, yang dapat
dipergunakan atau difungsikan oleh anggota banjar, baik itu untuk kegiatan rapat,
kegiatan umum lainnya yang mendatangkan orang banyak.

Dalam sekup bangunan rumah tinggal terdapat beberapa bangunan dengan konsep
dan fungsinya masing-masing, seperti contohnya pada rumah tradisional bali dimana
rumah tradisional bali terdiri dari beberapa jenis bale diantaranya bale daje, bale dangin,
bale dauh, bale delod, bale lumbung, paon. Masing-masing bangunan tersebut memiliki
fungsi berbeda sesuai kegunaannya diantaranya:
a) Bale Meten terletak di bagian Utara ( dajan natah umah ) atau di sebelah barat
tempat suci / Sanggah. Bale Meten ini juga sering disebut dengan Bale Daja,
karena tempatnya di zona utara ( kaja ). Fasilitas desain interiornya adalah 2 buah
bale yang terletak di kiri dan kanan ruang. Bentuk bangunan Bale Meten adalah
persegi panjang, dapat menggunakan saka / tiang yang terbuat dari kayu yang
berjumlah 8 ( sakutus ), dan 12 ( saka roras ). Fungsi Bale Meten adalah untuk
tempat tidur orang tua atau Kepala Keluarga di bale sebelah kiri. Sedangkan di
bale sebelah kanan difungsikan untuk ruang suci, tempat sembahyang dan tempat
menyimpan alat – alat upacara. Sebagaimana dengan bangunan Bali lainnya,
bangunan Bale Meten adalah rumah tinggal yang memakai bebaturan dengan
lantai yang cukup tinggi dari tanah halaman ( ± 75-100 cm ). Bangunan ini adalah

Arsitektur tradisional bali 3 9


bangunan yang memiliki tempat tertinggi pada seluruh bale dalam satu
pekarangan disamping untuk menghindari terjadinya resapan air tanah.
b) Bale Dangin terletak di bagian Timur atau dangin natah umah, sering pula disebut
dengan Bale Gede apabila bertiang 12. Fungsi Bale Dangin ini adalah untuk
tempat upacara dan biasa difungsikan sebagai tempat tidur. Fasilitas pada
bangunan Bale Dangin ini menggunakan satu bale – bale dan kalau Bale Gede
menggunakan dua buah bale – bale yang terletak di bagian kiri dan kanan. Bentuk
Bangunan Bale Dangin adalah segi empat ataupun persegi panjang, dan dapat
menggunakan saka / tiang yang terbuat dari kayu yang dapat berjumlah 6 (
sakenem ), 8 ( sakutus / astasari ), 9 ( sangasari ) dan 12 ( saka roras / Bale Gede
). Bangunan Bale Dangin adalah rumah tinggal yang memakai bebaturan dengan
lantai yang cukup tinggi dari tanah halaman namun lebih rendah dari Bale Meten.
Bale Dangin biasanya dipakai untuk duduk – duduk membuat benda – benda seni
atau merajut pakaian bagi anak dan suaminya.
c) Bale Dauh ini terletak di bagian Barat ( Dauh natah umah ), dan sering pula
disebut dengan Bale Loji, serta Tiang Sanga. Fungsi Bale Dauh ini adalah untuk
tempat menerima tamu dan juga digunakan sebagai tempat tidur anak remaja atau
anak muda. Fasilitas pada bangunan Bale Dauh ini adalah 1 buah bale – bale yang
terletak di bagian dalam. Bentuk Bangunan Bale Dauh adalah persegi panjang,
dan menggunakan saka atau tiang yang terbuat dari kayu. Bila tiangnya berjumlah
6 disebut sakenem, bila berjumlah 8 disebut sakutus / astasari, dan bila tiangnya
bejumlah 9 disebut sangasari. Bangunan Bale Dauh adalah rumah tinggal yang
memakai bebaturan dengan lantai yang lebih rendah dari Bale Dangin serta Bale
Meten.
d) Bale Delod sebagai Ruang menerima tamu atau ruang tamu. Di Bali bale
delod difunngsikan untuk kegiatan adat, dan atau bale kematian dimana bila ada
salah satu anggota keluarga yang meninggal akan disemayamkan disana sebelum
prosesi ngaben dilaksanakan. Selain itu bale ini juga berfungsi sebagai tempat
meletakan sesajen atau banten sebelum melaksanakan yadnya, sebagai tempat
untuk melaksanakan manusa yadnya seperti otonan, potong gigi, dan upacara

Arsitektur tradisional bali 3 10


pemberkatan pernikahan. Lebih Umum bale delod bisa dikatakan sebagai bale
yadnya.
e) Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan hasil
kebun lainnya. Fungsinya sebagai penyimpanan hasil panen yang berupa gabah
di bagian atapnya. Dan dibawahnya dibentuk menyerupai bale untuk tempat
bersantai dan bercengkrama bersama keluarga. Orang – orang yang memiliki
jineng ini biasanya golongan petani yang memiliki hasil panen setiap tahun.
f) Paon ( Dapur ) yaitu tempat memasak bagi keluarga. Bagian yang terpenting dari
rumah dapur orang bali tempatnya terpisah dengan bagian – bagian rumah yang
lain. Dapur biasanya ditempatkan disebelah barat bale delod berdekatan dengan
pintu masuk rumah atau dalam bahasa bali biasa disebut lebuh. Fungsi dapur di
bali memang sama dengan dapur – dapur pada umumnya akan tetapi bagian –
bagian dapur tradisional bali harus memiliki tungku dalam bahasa bali disebut
Bungut Paon. Tungku ini fungsinya sebagai pengganti kompor atau hanya symbol
saja tetapi tidak digunakan. Tungku ini juga berfungsi sebagai tempat meletakan
yadnya sesa atau banten jotan ( sesajen setelah selesai memasak di pagi hari ).
Diatas bungut paon itu biasa dibuatkan Langgatan ( sejenis rak tradisional ). Jika
memasak menggunakan bungut paon langgatan berfungsi sebagai tempat
meletakan kayu bakar yang sudah kering dan siap digunakan.

Arsitektur tradisional bali 3 11


BAB III

DATA ANALISA

3.1Penerapan kaedah-kaedah mengenai fungsi bangunan dalam kaitannya


pada arsitektur tradisional bali

Dari pemaparan mengenai kaedah-kaedah tentang fungsi bangunna dan disinergikan


ke dalam konsep tradisional bali, ditinjau dengan konsep teori analogi maka terdapat
beberapa kesamaan factor dan terjadi suatu perbandingan diantranya:

3.1.1 Physcal function. ( fungsi fisik ).


Meliputi control dari lingkungan dan akomodasi bangunan terhadap aspek-
aspek fisik dari tujuan yang di inginkan, aspek-aspek seperti pola jalan dan
fleksibilitas dari pengaturan ruang. Dalam kaitannya dalam konsep arsitektur
tradisional bali ialah mengenai penyusunan pola atau tatanan ruang luar maupun
dalam. Sebagai contoh, perbedaan kasta akan berpengaruh pada fungsi arsitektur
dalam konteks rumah tinggal. Tentu tatanan dan penataan pola ruang di dalamnya
akan berbeda antara rumah tinggal bagi kaum brahmana dengan kaum sudra.
3.1.2 Physcal function.( fungsi Psiokoligi ).
Mengacu kepada “feelings”( perasaan atau rasa ) dimana bangunan-bangunan
itu berbaur dengan pengamat- pengamatnya, penghuni/pemakai dan
pengkritikannya, termasuk penyakit-penyakit psikologis seperti vertigo,
clausphobia, kebingungan arah (direction), kenyamanan fisik atau kurangnya rasa
dan emosi yang spesifik/khas. Bila hal itu dikaitkan dengan kaedah arsitektur
tradisional bali maka akan merujuk pada harmonisasi dan hubungan timbal balik
antara penghuni dengan lingkungannya dimana suatu karya arsitektur agar bisa
menyatu dengan civitas di dalamnya. Dalam kepercayaan bali terdapat banyak
kepercayaan mengenai pamali mengenai kaedah-kaedah dalam membangun.
Aturan-aturan tersebut dipercaya dapat menciptakan hunian ataupun karya
arsitektur yang memiliki harmonisasi dengan penghuninya.

Arsitektur tradisional bali 3 12


3.1.3 Social function. ( fungsi Sosial ).
Mengacu kepada kongkritisasi dari institusi sosial dan karakteristik yang
bernilai budaya atau masa tertentu. Masyarakat bali mengenal dengan istilah desa
kala patra, ialah tempat, waktu dan keadaan. Dalam pengaplikasiannya, tentu
aspek-aspek tersebut memiliki perbedaan antara daerah satu dengan daerah lainnya.
Hal itu juga akan merujuk pada bentuk suatu bangunan sesuai dengan kebiasaan
kebiasaan pada daerah tersebut. Bangunan dalam konteks ini ialah bangunan yg di
fungsikan sebagai fungsi social.
3.1.4 Cultural/existential function. ( fungsi budaya/keberadaan ).
Mengacu kepada kongritisasi dati nilai-nilai universal atau struktur subconcius
dari spatial dan orientasi psikologi yang berhubungan lebih kepada esensi
kemanusiaan dari pada hidup manusia dalam suatu waktu dan tempat tertentu.
Seperti yang kita ketahui dimana arsitektur tradisional bali merupakan arsitektur
agama hindu. dimana arsitektur yang lahir melalui kaedah-kaedah di dalam agama
hindu. hal itu akan menimbulkan karakteristik dari suatu karya arsitektur kususnya
arsitektur tradisional bali. Dimana arsitektur tradisional bali mencerminkan karkter
daerah bali, dan kebiasan-kebiasaan mayarakat bali.

3.2Pergeseran nilai pada fungsi bangunan arsitektur tradisional bali


dengan bangunan arsitektur bali masa kini
3.2.1 Fungsi cultural atau budaya

Arsitektur tradisional bali merupakan cerminan dari suatu karakteristik suatu


kebudayaan bali dimana terdapat kebiasaan-kebiasaan dan pola kehidupan
masyarakat bali pada khususnya. Dari kebiasaan-kebiasaan itulah menghasilkan
suatu karya arsitektur untuk menunjang aktivitas tersebut. Contoh kecil adalah
lumbung. Lumbung adalah suatu karya arsitektur yang difungsikan sebagai tempat
pnyimpanan hasil dari perkebunan. Kehidupan masyarakat bali yang cenderung
agraris mengharuskan masyarakat bali mempunyai suatu bangunan dengan fungsi
sebagai lumbung di dalam pekarangan mereka.

Arsitektur tradisional bali 3 13


Pada lumbung berstana Tuhan dengan manifestasinya sebagai dewi sri atau
dewi kemakmuran. Jadi bangunan ini salah satu bangunan yang dianggap memiliki
tingkat kesakralan tinggi bagi masyarakat bali.

Sumber:
https://www.google.com/search?q=pergeseran+nilai+arsitektur+tradisional+bali

Gambar 1: Lumbung pada masa dulu

Namun pada masa sekarang seiring dengan perkembangan jaman, khusunya


perkembangan pariwisata di bali, fungsi bangunan tradisional bali telah mengalami
berapa pergeseran. Kendatipun tidak mengalami pergeseran nilai pada bentuk,
namun mengalami pergeseran fungsi yang sangat drastis. Lumbung yang dulu
difungsikan sebgai tempat untuk menyimpan hasil ladang dan berstananya dewi sri
sekarang telah difungsikan oleh sebagian oknum tertentu sebagai ruang tidur di
beberapa villa eklusif. Hal itu ditujukan untuk mendongkrak daya jual pariwisata
khususnya di bali. Hal itu malah merubah kebudayaan dan karakteristik dari suatu
karya arsitektur tradisional bali.

Arsitektur tradisional bali 3 14


Sumber :
https://www.google.com/search?q=pergeseran+nilai+arsitektur+tradisional+bali

Gambar 2 : Bngunan serupa dengan lumbung yang di fungsikan sebagai ruang tidur

3.2.2 Fungsi fisik dan fsikis

Arsitektur tradisional bali adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang di


daerah bali. Arsitektur tradisional bali juga disebut arsitektur agama hindu, dimana
arsitektur tradisional bali memiliki kaedah-kaedah dan pedoman dalam
pembangunannya berdasarkan atas ajaran-ajaran dalam kitab suci agama hindu.

Untuk itu dalam pembangunannya semua aspek-aspek di dalamnya harus sesuai


dengan aturan-aturan atau pakem tersebut karena arsitektur tradisional bali bukan
hanya berbicara tentang satu bentuk masa namun juga berbicara tentang pola dari
banyak masa dan keterkaitannya antara satu dengan yang lain. Misalkan, dalam
penentuan suatu pola masa, tatanan ruang luar maupun ruang dalam. Di dalam
pengaplikasiannya tentu akan tetap mengacu kepada aturan itu untuk menghasilkan
harmonisasi antara civitas di dalamnya dengan lingkungan sekitarnya. Tentu dalam
pengapilkasiannya semua bangunan dalam suatu pekarang memiliki fungsi yang
berbeda beda dan saling memiliki keterikatan.

Arsitektur tradisional bali 3 15


Sumber: https://www.google.com/search?q=arsitektut+tradisional+bali
Gambar 3: Pola masa pada rumah tradisional bali

Gambar di atar menunjukan tatanan atau peletakan masa bangunan sehingga


menjadi suatu kesatuan pola di atas pekarangan yang telah di bagi menjadi tiga zona
sesuai konsep tri mandala. Semua bangunan di dalamnya memiliki fungsi berbeda
dan memiliki keterkaitan dengan satu sama lainnya.

Namun pada permasalahan sekarang, seiring dengan perkembangan pariwisata


bali, dan pertumbuhan penduduk yang pesat, terjadilah suatu fenomena yaitu krisis
atau kelangkaan lahan dimana banyaknya terjadi alih fungsi lahan menjadi sarana
penunjang pariwisata. Maka dari itu terjadilah keterbatasan lahan untuk
membangun suatu karya arsitektur arsitektur tradisional bali yang sesuai dengan
aturan-aturan atau kaedah tersebut. Pekarangan rumah tradisional yang notabene
membutuhkan lahan yang luas untuk membangunnya akan berpengaruh pada
pembangunnannya pada masa kini. Untuk memanfaatkan keterbatasan lahan dan
bertambahnya kepadatan penduduk maka sering dilakukan perubahan pola masa
sesuai dengan kebutuhan ruang yang diperlukan. Tidak jarang terjadi pencopotan
bangunan yang tidak memiliki fungsi yang signifikan di dalam pemanfatan
kebutuhan ruang. Dan tidaj jarang juga dilakukan penempatan masa bangunan yang
tidak sesuai dengan kaedah-kaedah dalam arsitektur tradisional bali. Hal ini secara
tidak langsung akan mempengaruni keharmonisan ataupun efek psikis di dalamnya.
Karena di daerah bali juga tidak terlepas dengan factor skala dan niskala atau
pamali yang telah diwarisi sejak turun temurun. (penjelsan: Lampiran1)

Arsitektur tradisional bali 3 16


3.2.3 Funsi social

Masyarakat bali memang tidak bisa terlepaskan oleh adat yang mengatur pola
hidup mereka dalam suatu wilayah tertentu. Banjar, adalah merupakan pusat
komunitas sekelompok masyarakat dengan subsistem dari sebuah desa yang
memiliki kesatuan sosial adat baik dalam suasana duka maupun dalam suasana
suka. Sebagai bentuk komunitas kecil, maka banjar di Bali memiliki peranan yang
sangat penting sebagai lembaga sosial tradisional maupun sebagai wadah kegiatan
upacara adat maupun upacara agama. Untuk menampung semua aktivitas di atas
maka msyarakat bali pada jaman dulu membuat suatu karya arsitektur dimana bisa
menampung semua aktivitas mengenai interaksi social di antara mereka. Karya yg
dihasilkan berupa bangunan dengan ukuran tinggi dan besar sehingga dirasa
mampu mendukung dan menampung aktivitas didalamnya.

Gambar 4 : bale banjar tradisional


Sumber: Dokumen pribadi

Seiring dengan perkembangnya jaman berbagai bale banjar telah bergeser ahli
fungsinya. Disamping itu banjar juga sebagai wadah pelaksanaan dari berbagai
kegiatan baik dalam bidang ekonomi, masyarakat, maupun berbagai kegiatan
pemerintah, seperti pendidikan, kesehatan, Keluarga Berencana, dan lain-lain.

Arsitektur tradisional bali 3 17


Gambar 5 : Bale Banjar pada masa kini
Sumber: https://www.google.com/search?q=bale+banjar

Pergeseran mulai dari bentuk bale dangain yang awalnya hanya satu lantai atau
dari segi fungsi bale dangin sudah sangat penyimpang dari konsep dan nilai
fungsional.

Arsitektur tradisional bali 3 18


BAB IV

PENUTUP

2.3 Kesimpulan

Arsitektur tradisional bali dalam kaitannya ke dunia arsitektur secara umum yaitu
mengenai fungsi suatu bangunan memiliki tiga fungsi utama yaitu:

1) Fungsi sebagai tempat suci atau ibadah


2) Fungsi sebagai tempat tinggal
3) Fungsi sebagai social atau tempat umu.

Dalam perkembangannya di masa kini seiring dengan perkembangan pariwisata,


maka fungsi dari suatu bangunan dalam arsitektur tradisional ikut mengalami
pergeseran nilai. Fungsi itu meliputi:

1) Fungsi fisik
2) Fungsi psikis
3) Fungsi social
4) Fungsi budaya

2.4 Saran

Arsitektur memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi. Arsitektur mampu


mengadopsi gaya-gaya baru sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhannya.
Namun dalah hal ini arsitektur tradisional bali adalah arsitektur yang tumbuh dan
berkembang di bali, maka dari itu kita sebagai generasi penerus kususnya sebagai
masyarakat bali harus tetap menjaga dan memegang teguh konsep tradisional bali.
Karena di dalam arsitektur tradisional bali tercermin karakteristik masyarakat bali.

Arsitektur tradisional bali 3 19


DAFTAR PUSTAKA

Glebet, I nyoman, dkk, (1982) Arsitektur tradisional daerah bali

http://othisarch07.files.wordpress.com/2010/02/ilustrasi-1.jpg

http://othisarch07.wordpress.com/2010/02/05/fungsi-ruangbentuk-dan-ekspresi-dalam-
arsitektur/
http://www.academia.edu/4205413/FUNGSI_RUANG_BENTUK_DAN_EKSPRESI_DALAM_
ARSITEKTUR

Arsitektur tradisional bali 3 20

Anda mungkin juga menyukai