SAMATA – GOWA
2020
BAB I
DEFINISI
1. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat termasuk yang utama di lingkungan rumah
sakit, sebab hampir seluruh pelayanan yang diberikan pada penderita dirumah sakit berintervensi
dengan sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan. Instalasi farmasi rumah sakit merupakan
divisi yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan dan informasi
oleh apoteker yang bekerja sama dengan dokter serta tenaga kesehatan lainnya.
Rumah sakit secara kalaboratif mengembangkan suatu kebijakan / prosedur untuk
membuat daftar obat – obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit.
Kebijakan / prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit
konsentrat seperti instalansi gawat darurat (IGD), instalasi kamar operasi (IKO), serta pemberian
laboratoriumel secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya diarea tersebut,
sehingga membatasi akses untuk mencegah pemberian yand tidak disegaja / kurang hati – hati.
Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit
pelayanan pasien atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum
ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeliminasi kejadian tersebut adalah yang meningkatkan proses pengolahan obat – obat yang
perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke
farmasi.
2. Tujuan
a. Gudang farmasi
b. Instalansi Gawat Darurat ( IGD )
c. Instalansi Kamar Operasi ( OK )
d. Intensive care unit ( ICU )
BAB III
TATA LAKSANA
DEFINISI
1. Latar Belakang
Menurut permenkes RI No.1691 / MENKES / PER / VIII / 2011 tentang keselamatan
pasien rumah sakit, LASA masuk kedalam obat – obat yang perlu diwaspadai (HIGH ALERT
MEDICATIONS), yaitu obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan / kesalahan serius
(sentinel event),obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome).
Beberapa faktor yang berkontribusi diantaranya adalah tulisan tangan yang tidak jelas,
nama obat yang tidak lengkap, produk baru / masih gress / tidak banyak tahu, kemasan / label
yang mirip, penggunaan klinis yang sama, kekuatan obat, dosis, dan frekuensi pemberian sama.
Penggunaan huruf kapital bisa membantu untuk menghindari terjadinya kesalahan.
Penggunaan metode tall man digunakan untuk membedakan huruf yang tampaknya sama dengan
obat yang mirip. Dengan memberi huruf kapital maka petugas akan lebih berhati – hati dengan
obat lasa. Dibeberapa studi menunjukkan penggunaan huruf kapital ini terbukti mengurangi error
akibat nama obat yang LOOK – ALIKE, contohnya: metFORmin dan metRONIdazol atau
epiNEFrin dan efeDRin.
2. Tujuan
Meningkatkan keamanan penggunaan obat dan mengurangi kemungkinan kesalahan
medikasi terkait nama obat, kesalahan baca nama obat, dan tulisan nama obat yang kurang
terbaca.
3. Pengertian
Obat LASA (Look Alike Sound Alike) adalah obat – obat yang mempunyai tampilan
kemasan yang mirip baik dari segi bentuk, warna, kosentrasi obat yang berbeda dan obat
kedengaran di telinga berbunyi mirip.
4. Prosedur
a. Obat – obat LASA ditandai dari gudang instalasi farmasi dengan stiker bulat hijau dengan
tulisan “LASA” warna hitam sebelum didistribusikan ketempat pelayanan
b. Setiap pemberian obat menerapkan prinsip 7 benar
c. Penyimpanan / peletakan obat – obat LASA harus diberi jarak bila memungkinkan pada
tempat yang tidak dalam satu deret rak obat
d. Penulisan menggunakan huruf kapital dengan warna dan ukuran yang cukup sehingga
terbaca dengan jelas.misalnya: DIAZepam, LORAZepam, CEFOTAxim
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Gudang Farmasi
2. Instalasi rawat inap
3. Instalasi rawat jalan
BAB III
TATA LAKSANA