Lapsus Mata Nindya UVEITIS
Lapsus Mata Nindya UVEITIS
LAPORAN KASUS
PEMBIMBING :
dr. Ida Nugrahani Sp. M
Disusun Oleh :
Nindya Ayu Pramesti, S.Ked
J510185035
LAPORAN KASUS
Diajukan Oleh :
Nindya Ayu Pramesti, S.Ked
J510185035
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing stase Ilmu Penyakit Mata
Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari ................, ......................... 2018
Pembimbing :
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................... 3
A. IDENTITAS PASIEN .................................................................................. 3
B. ANAMNESIS .............................................................................................. 3
C. PEMERIKSAAN FISIK .............................................................................. 5
D. STATUS OFTALMOLOGIS ...................................................................... 6
E. DIAGNOSIS KERJA ................................................................................... 7
F. TATA LAKSANA ....................................................................................... 7
G. PROGNOSIS OD ......................................................................................... 7
H. RESUME MEDIS ........................................................................................ 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
A. DEFINISI ..................................................................................................... 9
B. ETIOLOGI ................................................................................................... 9
C. KLASIFIKASI ............................................................................................. 9
D. PATOFISIOLOGI ...................................................................................... 10
E. GEJALA KLINIS ...................................................................................... 13
F. DIAGNOSIS .............................................................................................. 27
G. DIFERENSIAL DIAGNOSIS ................................................................... 27
H. PENATALAKSANAAN ........................................................................... 28
I. PROGNOSIS ............................................................................................. 28
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33
iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan di Poliklinik Mata RSUD Karanganyar
1. Keluhan Utama : Mata kanan terasa mengganjal
3
4
Selama sakit, pasien memakai obat tetes mata Cendo Xytrol yang
dibeli sendiri oleh pasien. Setelah obat ini dipakai, keluhan mata merah
berkurang, namun keluhan rasa mengganjal dan mata berair terus
dirasakan hingga saat pemeriksaan di RS.
6. Riwayat Kebiasaan
Pasien sering menggosok mata (+), kemasukan benda asing (-).
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Aktifitas : Normoaktif
d. Kooperatif : Kooperatif
e. Status Gizi : Cukup
6
D. STATUS OFTALMOLOGIS
No OD OS
4 Palpebra Edema (-), hiperemi (-), benjo Edema (-), hiperemi (-), benjol
lan (-), ptosis (-), an (-), ptosis (-),
entropion (-), ektropion (-),pse entropion (-), ektropion (-),pse
udoptosis (-), udoptosis (-),
trikiasis (-), xantelasma (-) trikiasis (-), xantelasma (-)
5 Konjungtiva tarsalis Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Anemis (-) Anemis (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
folikel (-) folikel(-)
6 Konjugtiva forniks Kemosis (-) Kemosis (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
7 Konjungtiva bulbi Perdarahan (-), injeksi konjun Perdarahan (-), injeksi konjung
gtiva (-), tiva (-),
pericorneal vascular injeksi (-) injeksi siliar (-), pericorneal va
injeksi siliar (-), secret (-), jari scular
ngan fibrovaskuler (-), injeksi (-),secret (-), jaringan fi
corpal (-) brovaskuler (-), corpal (-)
8 Aparat lakrimalis Lakrimasi N, Epifora (-) Lakrimasi N, Epifora (-)
9 Kornea Abrasi (-), sikatrik (-), keratik Jernih, abrasi (-), sikatrik (-), k
presipitat (+), infiltrate (-), ulk eratik presipitat (-),
us (-), arkus infiltrate (-), ulkus (-), arkus se
senilis (-), corpal (-) nilis (-), corpal (-)
10 Chamber Okuli Anterior Kedalaman (N), hifema (-), hi Kedalaman (N), hifema (-), hi
popion (-), flare cell (+) popion (-), flare (-)
11 Iris Edema (-) Edema (-)
Warna Coklat tua Warna Coklat tua
sinekia posterior (+) sinekia posterior (-)
12 Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Diameter 3 mm 3 mm
7
E. DIAGNOSIS KERJA
OD Uveitis Anterior
F. TATA LAKSANA
1. Okuli Dekstra ad Sinistra
a. Non Medikamentosa
1) Penggunaan Kacamata Hitam untuk mengurangi fotofobia
2) Kompres Hangat pada mata yang sakit
b. Edukasi
1) Gunakan obat secara teratur sesuai dengan resep
2) Lindungi mata dari debu ataupun benda asing
3) Mencuci tangan setelah memegang mata yang sakit
4) Istirahat yang cukup
2. Okuli Dektra
1) Medikamentosa
i. Cendo Polydex ED MD ( Per 2 jam dd gtt 1 OD)
ii. Metil Prednisolon 4 mg Tab (2- 2- 0)
G. PROGNOSIS OD
1. Quo ad vitam : bonam
2. Quo ad visum : Dubia ad bonam
3. Quo ad functionam : Dubia ad bonam
8
H. RESUME MEDIS
1. Anamnesis
a. Seorang laki-laki berusia 48 tahun bekerja sebagai swasta.
b. Keluhan Utama : mata mengganjal sejak 3 minggu yang lalu.
c. RPS :
1) Pasien menceritakan pada mata kanan pernah mengalami
mata merah selama 4 hari, diikuti oleh rasa nyeri yang
memberat jika terkena cahaya dan tekanan, terasa silau jika
terkena cahaya, air mata yang terus keluar, dan pandangan
kabur.
2) Keluhan tersebut pernah diobati dengan Cendo Xitrol
sebanyak 2 kali sehari pada mata kanan.
2. Pemeriksaan Opthalmologi
a. OD : Visus 6/12, keratik presipitat (+), Flare cell (+), sinekia
posterior (+), TIO : 10 mmHg
b. OS : dbn
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Uveitis anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringan badan siliar
B. ETIOLOGI
2002).
C. KLASIFIKASI
uveitis anterior dibedakan menjadi uveitis anterior akut dan uveitis anterior
9
10
tahunan.
terdiri dari sel epiteloid dan makrofag. Sedangkan tipe non granulomatosa
infiltratnya terdiri dari sel plasma dan limfosit (Farooqui, Zohra, & Stephen,
2008).
D. PATOFISIOLOGI
atau ketiga bagian secara bersamaan. Bentuk uveitis paling sering terjadi
adalah uveitis anterior akut (iritis), umumnya unilateral dan ditandai dengan
adanya riwayat sakit, fotopobia dan penglihatan kabur, mata merah, dan pupil
yaitu iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang, dengan terlihatnya
infiltrat sel-sel limfosit dan sel plasma dengan jumlah cukup banyak dan
sedikit mononuklear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar
aqueus) yang memberi makanan kepada lensa dan kornea. Dengan adanya
peradangan di iris dan badan siliar, maka timbullah hiperemi yang aktif,
pembuluh darah dapat juga dilalui oleh sel darah putih, sel darah merah, dan
dari bilik mata belakang melalui celah antar lensa iris, dan pupil ke kamera
okuli anterior. Di kamera okuli anterior, oleh karena iris banyak mengandung
pembuluh darah, maka suhunya meningkat dan berat jenis cairan berkurang,
bertambah, sehingga di sini cairan akan bergerak ke bawah. Sambil turun sel-
sel radang dan fibrin dapat melekat pada endotel kornea, membentuk keratik
presipitat yang dari depan tampak sebagai segitiga dengan endapan yang
makin ke bawah semakin besar. Di sudut kamera okuli anterior cairan melalui
episklera. Bila keluar masuknya cairan ini masih seimbang maka tekanan
mata akan berada pada batas normal 15-20 mmHg. Sel radang dan fibrin
hifema (bila banyak mengandung sel darah merah) dan hipopion (yang
yang mengandung fibrin yang menempel pada pupil dapat juga menagalami
organisasi, sehingga melekatkan ujung iris pada lensa. Perlekatan ini disebut
sinekia posterior. Bila seluruh iris menempel pada lensa, disebut seklusio
pupil sehingga cairan yang dari kamera okuli posterior tidak dapat melalui
pupil untuk masuk ke kamera okuli anterior, iris terdorong ke depan, disebut
iris bombe dan menyebabkan sudut kamera okuli anterior menyempit, dan
menyebabkan bentuk pupil tidak teratur. Pupil dapat pula diisi oleh sel-sel
Peradangan badan siliar dapat pula menyebabkan kekeruhan pada badan kaca,
yang tampak seperti kekeruhan karena debu. Dengan adanya peradangan ini
Pada kasus yang sudah lanjut, kekeruhan badan kaca pun dapat
terdiri dari jaringan ikat dengan neurovaskularisasi dari retina yang disebut
retinitis proloferans. Pada kasus yang lebih lanjut lagi dapat mengakibatkan
E. GEJALA KLINIS
1. Gejala Subyektif
Gejala subyektif uveitis anterior dapat berupa rasa nyeri, fotofobia
, lakrimasi, dan mata kabur. Masing-masing gejala akan dijelaskan di
bawah ini.
a. Nyeri
nyeri.
a. Penglihatan kabur
2. Gejala Obyektif
a. Hiperemi
Hogan (1959).
ada.
Descemet.
16
d. Perubahan kornea
1) Keratik presipitat
2) Kelainan kornea
pannus.
fibrin.
4) Efek tyndal
peradangan.
5) Sel
putih keabuan.
6) Fibrin
7) Hipopion
19
8) Hiperemi iris
9) Miosis pupil
nyeri.
granulomatosa.
anterior granulomatosa.
a) Sinekia posterior
b) Sinekia anterior
ektropion uvea.
pigmen belakang.
kekeruhan lensa.
b) Pengendapan pigmen
Non-granulomatosa Granulomatosa
Pupil Kecil dan tidak teratur Kecil dan tidak teratur (bervariasi)
difus
F. DIAGNOSIS
diagnosis yang tepat sehingga faktor penyebab dapat ditangani dengan baik.
abses/karies.
periksa gerakan bola mata, periksa setiap jaringan bolat mata dengan
mata.
G. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
mata dan umumnya tidak ada sakit, fotofobia, atau injeksi siliaris.
sakit dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simpleks dan
H. PENATALAKSANAAN
yang diberikan pada siang hari dalam bentuk tetes dan malam hari dalam
yaitu:
sekunder.
I. PROGNOSIS
perifer lokal jauh lebih baik, sering sembuh tanpa gangguan penglihatan yang
PEMBAHASAN
ini terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Secara anatomis, uveitis dibagi
menjadi empat yaitu uveitis anterior, uveitis intermediet, uveitis posterior dan
panuveitis. Uveitis anterior adalah peradangan yang mengenai iris (iritis) dan
jaringan badan siliar (iridosiklitis) biasanya bersifat unilateral dengan onset akut.
glaucomatocyclitis crisis).
Barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam
humor akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai
iris dengan kapsul lensa bagian anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun
30
31
mata depan pada endotel kornea akibat aliran konveksi akuoshumor, gaya berat
dan perbedaan potensial listrik endotel kornea. Lokalisasi dapat di bagian tengah
dan bawah dan juga difus. Gejala subyektif yang sering dikeluhkan pada
dan penglihatan kabur. Fotofobia disebabkan spasmus siliar dan kelainan kornea
bukan karena sensitif terhadap cahaya. Lakrimasi disebabkan oleh iritasi saraf
fibrin, edema kornea, kekeruhan akuos dan badan kaca depan karena eksudasi sel
radang dan fibrin dan bisa juga disebabkan oleh kekeruhan lensa, badan kaca, dan
kalsifikasi kornea.
Pada pemeriksaan fisik pasien pada kasus ini didapatkan visus OD 6/12
(menurun), keratik presipitat (+), flare cell (+), dan sinekia posterior (+).
injeksi siliar tidak ditemukan karena pasien sebelumnya menggunakan tetes mata
dimata.
membantu peradangan pada mata yang disertai dengan infeksi bakteri yang dapat
juga digunakan untuk membantu meredakan inflamasi serta iritasi pada mata.
periode remisi.
secara awal dan diberi pengobatan. uveitis anterior mungkin berulang, terutama
jika ada penyebab sistemiknya. Karena baik para klinisi dan pasien harus lebih
waspada terhadap tanda dan mengobati dengan segera. Prognosis visual pada iritis
kebanyakakan pulih dengan baik, tanpa adanya katarak, glaucoma atau posterior
uveitis.
33
DAFTAR PUSTAKA