Anda di halaman 1dari 28

LUKA BAKAR

LAPKAS

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Oleh :

Sarah Safira, S.Ked


140611064

Preseptor :
dr. Hendra Kastiaji, Sp.B

BAGIAN/SMF PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada Allah

SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas segala rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul

“Hipertiroid dengan Hipertensi“. Penyusunan laporan kasus ini sebagai salah

satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Penyakit

Dalam di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Faisal, Sp.PD selaku

preseptor selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Penyakit

Dalam atas waktu dan tenaga yang telah diluangkan untuk memberikan bimbingan,

saran, arahan, masukan, semangat, dan motivasi bagi penulis sehingga laporan

kasus ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan di masa

yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Lhokseumawe, 16 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................. 1
BAB 2 LAPORAN KASUS ............................................................... 2
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 13
3.1 Definisi Hipertiroid ........................................................... 13
3.2 Etiologi Hipertiroid ........................................................... 13
3.3 Patofisiologi Hipertiroid …………................. ................. 14
3.4 Manifestasi Klinis Hipertiroid .......................................... 14
3.5 Penatalaksanaan Hipertiroid.............................................. 17
3.6 Komplikasi Krisis Hipertiroid ........................................... 18
BAB 4 PENUTUP .............................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 24

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

Trauma termal (luka bakar/combutio) termasuk dalam kompetensi 3B untuk

dokter umum.(1) Oleh karena itu, sebagai dokter umum harus mampu membuat

diagnosis klinik dan memberi terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi

menyelamatkan nyawa ataupun mencegah keparahan dan mampu menentukan

rujukan yang paling tepat. Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering ditemui

dan menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.(2) Luka bakar

adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan

sumber panas, seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Prognosis luka

bakar pada awalnya buruk, namun dengan resusitasi cairan dan eksisi dini pada luka

bakar dapat meningkatkan angka harapan hidup walaupun pada luka bakar yang

berat.(3)

1
BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. H
No RM : 1403**
Umur : 27 tahun
Alamat : Gampaga, Talaga Mayalengka
Agama : Islam
Status Perkawinan : Duda
Suku : Sunda
Pekerjaan : Karyawan Pabrik roti
Tanggal masuk RS : 18 januari 2020
Tanggal pemeriksaan : 20 januari 2020

2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan utama
Luka bakar

2.2.2 Keluhan tambahan


Dialami sejak ± 1 jam sebelum masuk rumah sakit akibat terkena api, nyeri
(+). Riwayat pingsan (-), nyeri kepala (-) sesak (-) mual (-), muntah (-).

2.2.3 Mekanisme Trauma


Pasien datang dengan keluhan luka bakar di kepala dan seluruh badan karena
kena ledakan kompor gas saat bekerja.

2.2.4 Riwayat penyakit dahulu


a. Riwayat hipertensi (-)
b. Riwayat diabetes mellitus (-)

2
3

2.2.5 Riwayat penyakit keluarga

2.2.6 Riwayat pemakaian obat

2.3 Pemeriksaan Fisik (Vital Sign)


Keadaan umum : Sakit berat
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 99 x/menit, reguler
Frekuensi napas : 20 x/menit, reguler
Suhu : 37 °C
TB : 165 cm
BB : 50 kg
Primary survey

A : Bebas, bulu hidung tidak terbakar


B : Spontan, frekuensi nafas 20x/menit, reguler, kedalaman cukup
C : Akral hangat, CRT < 2”, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi
86x/menit, suhu afebris 37C
D : GCS 15, E4M6V5

Secondary survey

Kepala&wajah : deformitas (-), tampak bula pada sisi kiri wajah, bibir
edema (+)
Mata : kelopak atas mata kiri edema (+) dan tidak dapat dibuka,
konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Leher : pembesaran KGB (-)
THT : sekret (-)
Dada : simetris dalam diam dan pergerakan
Jantung : BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-)
4

Paru : vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-


Abdomen : datar, lemas, NT (-), tdk teraba massa, BU (+) normal, H/L ttb
Ekstremitas : lihat status lokalis

2.4 Status Generalis


a. Kulit
1. Warna : Sawo Matang
2. Turgor : Cepat
3. Sianosis : (-)
4. Ikterus : (-)
5. Oedema : (-)
6. Anemia : (-)

b. Kepala
1. Rambut : Hitam, tipis, tidak mudah dicabut
2. Wajah : Simetris (+),tampak bula pada wajah bagian depan yang
sudah Meletus (+), pucat (-), ikterik (-),
3. Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-) hiperemis (-/-)
4. Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), hiperemis (-/-)
5. Hidung : Sekret (-/-), darah (-/-), hiperemis (-/-)
6. Mulut : Dalam batas normal

c. Leher
1. Inspeksi : Simetris
2. Palpasi : Pembesaran KGB (-), distensi vena jugularis (-).

d. Thorax
Paru
1. Inspeksi : Bentuk simetris kanan dan kiri, pergerakan dada sama,
bulla (+)
5

2. Palpasi : ada benjolan (+) konsistensi lunak , Stem fremitus sama


kiri dengan kanan
3. Perkusi : Sonor
4. Aukultasi : Vesikuler (+/+),Ronki (-/-),Wheezing (-/-)

e. Jantung
1. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
2. Palpasi : Ictus cordis teraba linea axilaris anterior sinistra ICS V
3. Perkusi : Batas atas linea parasternal sinistra ICS II, batas kanan
linea parasternal dextra ICS V, batas kiri linea axilaris
anterior sinistra ICS V
4. Aukultasi : A2>A1, P2>P1, P2>A2, M1>M2, T1>T2 normal, bising
jantung (-), Gallop (-)

f. Abdomen
1. Inspeksi : Simetris, hiperpigmentasi (-), venektasi (-)
2. Palpasi : Soepel, defans muscular (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-), nyeri ketok CVA (-)
3. Perkusi : Timpani (+)
4. Aukultasi : Peristaltik usus normal

g. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan


h. Kelenjar limfe : Pembesaran KGB (-)
i. Ekstremitas : Akral hangat (+), oedema (-)
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
Fraktur - - - -
6

Kepala :9%

dada dan leher : 27 %

Esktremitas atas kanan :9%

Ekstremitas bawah kanan : 4,5%

Ekstremitas bawah kiri : 4,5 % +

Total : 54 %

2.5 Rencana Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium (18 Desember 2018)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 12,6 g/dL L:13-18; P:12-16
Eritrosit 4,48 juta/mm3 L:4,5-6,5; P: 3,8-5,8
Lekosit 4,15 ribu/mm3 4,0-11,0
Hematokrit 37,1 % L: 42-52, P: 37-47
Index Eritrosit
MCV 82,8 fL 79-99
MCH 28,1 pg 27-32
MCHC 34,0 % 33-37
RDW-CV 13,1 % 11,5-14,5
7

Trombosit 174 ribu/mm3 150-450


Golongan Darah O
KIMIA KLINIK
Karbohidrat
Glukosa Darah Sewaktu 112 mg/dL 110-200
Fungsi Ginjal
Ureum 18,97 mg/dL 20-40
Kreatinin 0,75 mg/dL 0,60-1,00
Asam urat 8,3 mg/dL L: 0-7,2; P: 0-6,8

EKG (20 Januari 2020)


Lead I, II,III, aVR, aVL, aVF

V1-V6
8

2.6 Resume
Pasien dilarikan ke rumah sakit pada tanggal 18 januari 2020 pukul 14.00
WIB. Pasien datang dengan keluhan luka bakar dikepala dan seluruh badan akibat
ledakan kompor gas ±30 menit SMRS. Pasien mengeluhkan nyeri disekujur tubuh
dan terasa panas, mual/ muntah (-/-), pusing (-), riwayat hilang kesadaran (-).
Pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran komposmentis E4M6V5, tekanan
darah 165/100 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit regular, frekuensi napas 20
x/menit regular, suhu 36,8 ºC. Pada pemeriksaan fisik leher ditemukan luka bakar
mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah, dan gelembung berisi cairan pada
dada dan lengan atas.

2.7 Diagnosis Banding dan Diagnosis


2.7.1 Diagnosis banding
Hipertiroid ec dd :
1. Combustio grade II A dan II B supervicial
2. Tiroiditis
3. Plummer Disease
4. Toxic Multinodular Goiter
9

Hipertensi
Hiperurisemia ec dd :
1. Gout Artritis
2.7.2 Diagnosis
Hipertiroid + Hipertensi + Hiperurisemia

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Non Farmakologis
1. Bed rest

2.8.2 Farmakologis
IVFD RL 4000 cc dalam 8 jam pertama. 4000cc selanjutnya dalam 16jam
(maintance).
Injeksi :
Drip tramadol 1 amp/ ekstra
Ceftriaxone 1 gr vial/ 12 jam
Omeprazole 40 mg/12 jam
Ondancetron 4 mg/12 jam
ketorolac 30g /8 jam
lokal : oles burnazine zalf + kompres Nacl
2.9 Prognosis
Quo Ad vitam : Dubia ad bonam
Quo Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo Ad sanationam : Dubia ad malam

2.10 Follow Up
Tgl S O A P
10

19-1- Nyeri pada Kesadaran: Combustio Bed Rest


2020 seluruh luka komposmentis grade IIA dan IVFD RL 20 gtt/i
H+1 bakar (+), E4M6V5 IIb Superficial Injeksi:
lemas TD: 120/80 Ceftriaxon 1gr
Nadi: vial/12 jam
82x/menit Omeprazole
RR: 20x/menit 40mg/12 jam
T: 36,5°C Ketorolac 30mg/
8jam
SL ar facial topical:
I : Tampak burnazine zalf +
luka bakar kompres NaCL
kehitaman
F : nyeri debridement I
SL ar thoraks
anterior
I: tampak bulla
F: nyeri
SL ar
extremitas
superior
I: tampak bulla
F:nyeri
SL ar
ekstremitas
inferior
I: tampak bulla
F: nyeri

20-1- Nyeri pada Kesadaran: Post op Bed Rest


2020 seluruh luka komposmentis debridemen a.i IVFD RL 20 gtt/i
H+2 bakar (+), E4M6V5 Combustio Injeksi:
lemas TD: 120/80 grade IIa,IIb Ceftriaxon 1gr
Nadi: Superficial vial/12 jam
82x/menit POD I Omeprazole
RR: 20x/menit 40mg/12 jam
T: 36,5°C Ketorolac 30mg/
8jam
SL ar facial topical:
I : kulit burnazine zalf +
kemerahan kompres NaCL
F : nyeri
SL ar thoraks debridement I POD
anterior I, rencana
11

I: perban debridemen ke II
F: nyeri hari ke III
SL ar
extremitas
superior
I: perban
F:nyeri
SL ar
ekstremitas
inferior
I: perban
F: nyeri

21-1- Nyeri pada Kesadaran: Post op Bed Rest


2020 seluruh luka komposmentis debridemen a.i IVFD RL 20 gtt/i
H+3 bakar (+), E4M6V5 Combustio Injeksi:
lemas TD: 120/80 grade IIa,IIb Ceftriaxon 1gr
Nadi: Superficial POD vial/12 jam
82x/menit II Omeprazole
RR: 20x/menit 40mg/12 jam
T: 36,5°C Ketorolac 30mg/
8jam
SL ar facial topical:
I : kulit burnazine zalf +
kemerahan kompres NaCL
F : nyeri
SL ar thoraks debridement I POD
anterior II, rencana
I: perban debridemen ke II
F: nyeri hari ke III
SL ar
extremitas
superior
I: perban
F:nyeri
SL ar
ekstremitas
inferior
I: perban
F: nyeri

22-1- Nyeri dada, Kesadaran: Post op Bed Rest


2020 Nyeri pada komposmentis debridemen a.i IVFD RL 20 gtt/i
H+4 seluruh luka E4M6V5 Combustio
12

bakar (+), TD: 120/80 grade IIa,IIb Inf paracetamol 1


lemas Nadi: Superficial POD gr/ 8jam
82x/menit III Inf plasmanat 5%
RR: 20x/menit 250ml/ hari
T: 37,5°C Injeksi:
Ceftriaxon 1gr
SL ar facial vial/12 jam
I : kulit Omeprazole
kemerahan 40mg/12 jam
F : nyeri Ketorolac 30mg/
SL ar thoraks 8jam
anterior topical:
I: perban burnazine zalf +
F: nyeri kompres NaCL
SL ar
extremitas rencana
superior debridement ke II
I: perban besok
F:nyeri
SL ar
ekstremitas
inferior
I: perban
F: nyeri

23-1- Nyeri dada, TD: 120/80 Post op Bed Rest


2020 Nyeri pada Nadi: debridemen ke IVFD RL 20 gtt/i
H+5 seluruh luka 82x/menit II a.i Combustio Inf paracetamol 1
bakar (+), RR: 20x/menit grade IIa,IIb gr/ 8jam
lemas T: 37,5°C Superficial POD Inf plasmanat 5%
I 250ml/ hari
SL ar facial Injeksi:
I : kulit Ceftriaxon 1gr
kemerahan vial/12 jam
F : nyeri Omeprazole
SL ar thoraks 40mg/12 jam
anterior Ketorolac 30mg/
I: perban 8jam
F: nyeri topical:
SL ar burnazine zalf +
extremitas kompres NaCL
superior
I: perban
F:nyeri
13

SL ar
ekstremitas
inferior
I: perban
F: nyeri
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Hipertiroid merupakan suatu kelainan yang terjadi ketika kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid melebihi kadar yang dibutuhkan tubuh(3) dan
menyebabkan keadaan hipermetabolisme.(4) Menurut American Thyroid
Association dan American Association of Clinical Endocrinologists,
hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi berupa peningkatan kadar hormon
tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh kelenjar tiroid melebihi normal.
Hipertiroidisme merupakan salah suatu bentuk thyrotoxicosis atau tingginya kadar
hormon tiroid (T4 atau T3) maupun kombinasi keduanya di aliran darah.
Pasien dengan hipertiroid dapat memiliki manifestasi klinis yang jelas dengan
hasil pemeriksaan laboratorium hormon tiroid yang abnormal (ditemukannya kadar
TSHS rendah dan/atau kadar FT4 dan/atau FT3 normal atau sedikit lebih tinggi dari
batas normal). Hipertiroid juga dapat memiliki manifestasi knilis yang tidak terlalu
jelas disertai dengan hasil pemeriksaan hormon tiroid yang abnormal yang biasanya
disebut dengan hipertiroid subklinis.(4)

3.2 Etiologi
Kondisi hipertiroid dapat disebabkan baik oleh penyakit autoimun yang
menyebabkan peningkatan stimulasi yang berlebihan pada kelenjar tiroid,
terdapatnya tumor pada kelenjar tiroid yang dapat menyebabkan peningkatan
sekresi hormon tiroid, serta keadaan lain yang dapat memicu sekresi hormon tiroid
yang berlebihan.(3)(5) Penyebab dari hipertiroid dapat dilihat pada tabel 1:
Tabel 1. Penyebab Hipertiroid(3)
Most common causes  Graves Disease
 Painless or transient (silent) thyroiditis
 Toxic adenoma (Plummer disease)
 Toxic multinodular goiter
Lest common causes  Drug-induced thyroiditis
 Hyperemesis gravidarum
 Postpartum thyroiditis
14
15

 Subacute granulomatous (de Quervain)


thyroiditis
Rare causes  Factitious thyrotoxicosis
 Metastatic follicular thyroid cancer
 Struma ovarii
 Trophoblastic tumor or a germ cell tumor
 TSH-secreting pituitary adenoma

3.3 Epidemiologi
Graves Disease menyumbang antara 60% sampai 80% dari pasien dengan
hipertiroidisme. Hal ini menyerang 10 kali lebih banyak pada wanita dibandingkan
pria, dengan risiko tertinggi onset antara usia 40 sampai 60 tahun. Prevalensi adalah
orang Asia dan Eropa. Adenoma autonom dan toxic multi nodular goiter lebih
sering terjadi di Eropa dan daerah lain di dunia dimana penduduk cenderung
mengalami defisiensi yodium, prevalensi mereka juga lebih tinggi pada wanita dan
pada pasien yang lebih tua dari 60 tahun.(6)

3.4 Patofisiologi
Kelenjar tiroid merupakan suatu kelenjar yang terletak dibawah larynx
memiliki dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus dan berfungsi menghasilkan
hormon thyroxine (T4) dan triiodothyronin (T3). Kedua hormon tersebut memiliki
fungsi mengatur metabolisme basal tubuh serta meningkatkan konsumsi oksigen
hampir diseluruh jaringan tubuh. Selain itu, hormon tiroid dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan, mekanisme kerja otak yang termasuk didalamnya kecerdasan dan
memori, perkembangan saraf, pertumbuhan gigi, dan perkembangan tulang.
(Gambar 1.).(7)(8)(9)(10)
16

Gambar 1. Fungsi Hormon tiroid


Sekresi hormon tiroid terjadi akibat stimulus dari thyroid-stimulating
hormone (TSH) yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari antaerior (Gambar 2.).
Kelenjar tiroid dalam keadaan normal dapat menghasilkan hormon tiroid hanya bila
mendapat stimulus dari TSH yang diakibatkan oleh menurunnya kadar FT3 dan FT4
didalam serum.(7) (9)(10)

Gambar 2. Mekanisme Umpan Balik Proses Pembentukan Hormon Tiroid


17

Seseorang dapat menghasilkan 90-100 µg T4 dan 30-35 µg T3 setiap


harinya.(7) Namun pada keadaan dimana terdapatnya penyatkit autoimun (Graves
disease) yang dapat mempengaruhi produksi hormon tiroid dalam jumlah yang
melebihi batas normal serta pada keadaan dimana terdapat tumor pada kelenjar
tiroid yang dapat mensekresi hormon tiroid yang berlebihan dan tidak terkontrol
dapat menyebakan peningkatan kadar hormon tiroid baik T3 maupun T4 dan
menyebabkan hipertiroid.(3)(10) Penyebab serta mekanisme lainnya yang dapat
menyebabkan hipertiroid dapat dilihat pada tabel 2:
Tabel 2. Mekanisme terjadinya hipertiroid(3)
Etiology Mechanism
Most common causes
Graves disease Autoimmune process in which antibodies
stimulate the TSH receptor leading to
overproduction of thyroid hormones
Painless or transient (silent) thyroiditis Autoimmune destruction of thyroid tissue
leading to a release of preformed thyroid
hormones
Toxic adenoma (Plummer disease) Somatic mutation in TSH receptor or Gs
alpha gene in a thyroid nodule
Toxic multinodular goiter Expansion of clonogenic cells with an
activating TSH receptor mutation
Less common causes
Drug-induced thyroiditis Overproduction of thyroid hormones
(amiodarone-induced thyrotoxicosis type 1)
or release of preformed thyroid hormones
(amiodarone-induced thyrotoxicosis type 2,
interferon alfa, interleukin-2, or lithium)
Hyperemesis gravidarum High level of β-hCG stimulates TSH
receptors
Postpartum thyroiditis Variant of painless thyroiditis with the same
mechanism, occurring after delivery

Subacute granulomatous (de Quervain) Painful inflammation of the thyroid gland


thyroiditis caused by viral infection, often with fever,
triggering a release of preformed thyroid
hormones
18

Rare causes
Factitious thyrotoxicosis Surreptitious ingestion of thyroid hormones

Metastatic follicular thyroid cancer


Metastasis of functional follicular thyroid
cancer
Struma ovarii Ectopic thyroid tissue in ovarian dermoid
tumor produces thyroid hormones
Trophoblastic tumor or a germ cell Tumor produces β-hCG, which stimulates
tumor thyroid TSH receptors
TSH-secreting pituitary adenoma Tumor secreting large quantities of TSH,
and not responding to thyroxine and
triiodothyronine feedback

3.5 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis yang terjadi pada pasien dapat berupa gejala yang bersifat
asimtomatis sampai dengan gejala yang menunjukkan terjadinya krisis tiroid.
Peningkatan kadar hormon tiroid yang terjadi berbanding lurus dengan
meningkatnya hormon katekolamin yang mengakibatkan munculnya manifestasi
klinis berupa; palpitasi, intoleransi terhadap panas, diaphoresis, tremor, mata yang
tampak seperti melotot, serta sering BAB. Gejala-hejala tersebut merupakan gejala
yang paling umum ditemukan pada pasien dengan hipertiroid.(3)
Peningkatan hormon tiroid juga dapat menyebabkan peningkatan laju
metabolisme yang bermanifestasi pada peningkatan nafsu makan dan penurunan
berat badan. Selain itu pasien juga dapat mengalami gejala lain berupa cemas.
Pasien dengan hipertiroid yang tidak mendapatkan perawatan dalam jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan terjadinya atrial fibrilasi (10-15%) atau gagal
jantung (5,8%).(3) Gejala lainnya yang dapat timbul pada pasien hipertiroid terdapat
pada tabel 3:
Tabel 3. Tanda dan gejala hipertiroid(3)
Adrenergic
Palpitations, tachycardia, anxiety, tremor, jitteriness, diaphoresis, heat
intolerance, stare, lid lag, hyperdefecation (not diarrhea)
Cardiovascular
Tachycardia, irregular pulse (in atrial fbrillation), dyspnea, orthopnea and
peripheral edema (in heart failure)
19

Cutaneus
Onycholysis (Plummer nails), patchy or generalized hyperpigmentation
(especially of the face and neck)
Symptoms pathognomonic for Graves disease: pretibial myxedema (thyroid
dermopathy) and thyroid acropachy (clubbing of fngers and toes accompanied
by soft-tissue swelling of the hands and feet)
Patchy vitiligo can also be observed in Graves disease
Hypermetabolism
Weight loss in spite of increased appetite, fever (in thyroid storm)
Neuromuscular
Brisk peripheral reflexes with accelerated relaxation phase and weakness of
proximal muscles
Neuropsychiatric
Anxiety, rapid and pressured speech, insomnia, psychosis (if hyperthyroidism is
severe)
Ocular
Increased lacrimation, incomplete closure of the eyes when sleeping reported by
the patient’s partner, photophobia, increased eye sensitivity to wind or smoke,
grittiness or sensation of a foreign body or sand in the eyes
Symptoms pathognomonic for Graves disease: exophthalmos, periorbital edema,
diplopia, blurred vision, reduced color perception

3.6 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis hipertiroid di dasarkan pada temuan peningkatan kadar FT4 di
dalam serum dan konsentrasi TSHS yang rendah. Namun dapat juga ditemukan FT4
dalam kadar normal dan terjadi peningkatan FT3 di dalam serum. Pada keadaan
dimana terjadi peningkatan protein pengikat hormon tiroid di dalam serum, akan
meningkatkan kadar T4 di dalam serum namun tidak meningkatkan konsentrasi
FT4. Pada pasien dengan konsentrasi TSHS yang rendah dan kadar FT4 serta FT3
di dalam serum yang nomal umunya disebut dengan hipertiroid subklinis.(7)
Penggunaan indeks wayne sudah dikenal sejak lama dan sangat membantu
mendiagnosis hipertiroidisme dengan tingkat akurasi sebesar 85%. Skor tersebut
berkisar dari +45 sampai -25. Skor yang lebih besar dari 19 menunjukkan
hipertiroidisme sedangkan skor kurang dari 11 menunjukkan eutiroidisme dan skor
antara 11 dan 19 masih ragu-ragu (Tabel 4).(11)
20

Tabel 4. Skoring menggunakan indeks Wayne


Symptoms of recent Score Signs Present Absent
onset and/or increased
severity
Dyspnea on effect +1 Palpable thyroid +3 -3
Palpitation +2 Bruit over thyroid +2 -2
Tiredness +2 Exophtalmoses +2
Preference for heat -5 Lid retraction +2 -
Preference for cold +5 Lid lag +1 -
Excessive sweating +3 Hyperkinesis +4 -2
Nervousness +2 Hands hot +2 -2
Appetite: increased +3 Hands moist +1 -1
Appetite: decreased -3 Casual pulse rate:
>80/min - -3
>90/min +3 -
Weight increased -3 Atrial fibrilation +4 -
Weight decreased +3

3.7 Penatalaksanaan hipertiroid


1. Farmakologis(12)
a. Obat antitiroid
Obat antitiroid merupakan golongan obat yang digunakan untuk mekan
kelebihan hormon tiroid pada pasien hingga mencapai level normal (euthyroid).
Tujuan utama penggunaan obat antitiroid adalah untuk mencapai kondisi euthyroid
secepat mungkin dengan aman dan untuk mencapai remisi. Lama penggunaan obat
antitiroid hingga mencapai remisis bervariasi antar pasien dan kesuksesan terapi
sangat tergantung pada kepatuhan pasien dalam menggunakan obat. Terapi yang
dapat diberikan berupa obat golongan tioamid berupa tioamid metimazol dan
propiltiourasil (PTU).(12)
21

b. Iodine radioaktif
Terapi iodium radioaktif digunakan untuk membunuh sel tiroid yang bersifat
hiperaktif, sehingga jumlah hormon tiroid yang dihasilkan menjadi normal
kembali.(13)

c. Tiroidektomi
Tiroidektomi merupakan prosedur pembedahan pada kelenjar
tiroid. Metode terapi ini merupakan pilihan bagi pasien yang kontraindikasi
atau menolak pengobatan dengan obat anti tiroid dan iodine radioaktif.
Pembedahan direkomendasikan bagi pasien dengan multinodular goiter atau
goiter yang sangat besar.(11)

2. Nonfarmakologis
Pada terapi nonfarmakologi, penderita hipertiroid dapat diedukasi untuk diet
tinggi kalori dengan memberikan kalori 2600-3000 kalori perhari baik dari
makanan main dari suplemen, konsumsi protein tinggi 100-125 gr (2,5 gr/kg BB)
per hari untuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur,
olah raga teratur, serta mengurangi rokok, alkohol, dan kafein yang dapat
meningkatkan kadar metabolisme.(14)

3.8 Komplikasi hipertiroid


Komplikasi yang dapat timbul pada pasien yang menderita hipertiroid dapat
berupa(15,16):
1. Penurunan kualitas hidup
Hipertiroid yang tidak diobati dapat berefek pada penurunan kualitas hidup
seseorang, karna seperti kita ketahui hormon tiroid berpengaruh hampir pada
seluruh sel di dalam tubuh.
2. Hipertensi
Pada hipertiroid T3 menyebabkan penurunan resistensi vaskular sistemik yang
merangsang pelepasan renin dan reabsorpsi natrium, menyebabkan peningkatan
volume darah sebesar 5,5% dan peningkatan venous return ke jantung.(17)
22

3. Penyakit arteri koroner


4. Stroke
5. Gagal jantung
6. Atrial fibrilasi
Hormon tiroid memiliki efek langsung terhadap jantung. Keadaan hipertiroid
meningkatkan heart rate dan menyebabkan palpitasi dan dapat menyebabkan gagal
jantung dan stroke.(18) Konsentrasi TSHS yang rendah dikaitkan dengan
peningkatan resiko terjadinya atrial fibrilasi.(15)
7. Penurunan kepadatan tulang
Penurunan kepadatan tulang, khususnya tulang pinggul dan tulang belakang
dapat terjadi jika hipertiroid tidak diobati.
BAB 4
PENUTUP
Hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi berupa peningkatan kadar

hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh kelenjar tiroid melebihi normal.

Hipertiroidisme merupakan salah suatu bentuk thyrotoxicosis atau tingginya kadar

hormon tiroid (T4 atau T3) maupun kombinasi keduanya di aliran darah. Kondisi

hipertiroid dapat disebabkan baik oleh penyakit autoimun yang menyebabkan

peningkatan stimulasi yang berlebihan pada kelenjar tiroid, terdapatnya tumor pada

kelenjar tiroid yang dapat menyebabkan peningkatan sekresi hormon tiroid, serta

keadaan lain yang dapat memicu sekresi hormon tiroid yang berlebihan.

Manifestasi klinis yang terjadi pada pasien dapat berupa gejala yang bersifat

asimtomatis sampai dengan gejala yang menunjukkan terjadinya krisis tiroid.

Peningkatan kadar hormon tiroid yang terjadi berbanding lurus dengan

meningkatnya hormon katekolamin yang mengakibatkan munculnya manifestasi

klinis berupa; palpitasi, intoleransi terhadap panas, diaphoresis, tremor, mata yang

tampak seperti melotot, serta sering BAB. Peningkatan hormon tiroid juga dapat

menyebabkan peningkatan laju metabolisme yang bermanifestasi pada peningkatan

nafsu makan dan penurunan berat badan. Selain itu pasien juga dapat mengalami

gejala lain berupa cemas.

Melaui anamnesis yang dilakukan pada pasien didapatkan pasien mengeluh

Pasien datang dengan keluhan jantung berdebar-debar sejak satu minggu yang lalu.

Keluhan jantung berdebar-debar tidak memberat saat melakukan aktifitas yang

berat dan keluhan berkurang saat pasien meminum obat. Pasien juga mengeluhkan

nyeri dada sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dada sebelah kiri tidak dirasakan adanya

23
24

penjalaran. Keluhan nyeri dada tidak memberat saat melakukan aktifitas yang berat

dan keluhan berkurang saat pasien meminum obat. Pasien juga mengeluhkan sesak

napas. Sesak napas dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Sesak napas memberat saat

pasien melakukan aktivitas. Pasien juga mengeluhkan lemas dan adanya

pembengkakan di leher. Pembengkakan dileher dirasakan sejak ± 25 tahun yang

lalu. Pasien mengatakan sudah mengidap hipertiroid sejak ± 25 tahun terakhir, dan

hipertensi sejak ± 1 bulan terakhir. Pasien mengaku minum obat antihipertiroid

secara rutin yang didapatkan dari poli praktek RS IDI.

Pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran komposmentis E4M6V5, tekanan

darah 170/80 mmHg, frekuensi nadi 60 x/menit regular, frekuensi napas 24 x/menit

regular, suhu 36,8 ºC. Pada pemeriksaan fisik leher ditemukan pembesaran kelenjar

tiroid (+) ukuran 3x4x2 cm, konsistensi kenyal dengan permukaan rata, mobile,

batas tegas tidak disertai nyeri tekan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan

adanya hiperurisemia, pada pemeriksaan EKG ditemukan sinus ritme.

Pada pasien ini kemungkinan keadaan hipertiroid disebabkan oleh Graves

Disease dimana Graves Disease menyumbang antara 60% sampai 80% dari pasien

dengan hipertiroidisme. Hal ini menyerang 10 kali lebih banyak pada wanita

dibandingkan pria, dengan risiko tertinggi onset antara usia 40 sampai 60 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

1. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Available from: www.kki.go.id


2. American College of Surgeon. Advanced Trauma Life Support. 8th ed:
2008.
3. Fred WE, Nicole SG. Burns in: Schwartz’s Principles Of Surgery. 9 th ed.
McGraw-Hill. New York. p 197-208.

25

Anda mungkin juga menyukai