LAPKAS
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Oleh :
Preseptor :
dr. Hendra Kastiaji, Sp.B
Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas segala rahmat dan
satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Penyakit
Dalam atas waktu dan tenaga yang telah diluangkan untuk memberikan bimbingan,
saran, arahan, masukan, semangat, dan motivasi bagi penulis sehingga laporan
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
dokter umum.(1) Oleh karena itu, sebagai dokter umum harus mampu membuat
diagnosis klinik dan memberi terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi
rujukan yang paling tepat. Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering ditemui
dan menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.(2) Luka bakar
adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan
sumber panas, seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Prognosis luka
bakar pada awalnya buruk, namun dengan resusitasi cairan dan eksisi dini pada luka
bakar dapat meningkatkan angka harapan hidup walaupun pada luka bakar yang
berat.(3)
1
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan utama
Luka bakar
2
3
Secondary survey
Kepala&wajah : deformitas (-), tampak bula pada sisi kiri wajah, bibir
edema (+)
Mata : kelopak atas mata kiri edema (+) dan tidak dapat dibuka,
konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Leher : pembesaran KGB (-)
THT : sekret (-)
Dada : simetris dalam diam dan pergerakan
Jantung : BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-)
4
b. Kepala
1. Rambut : Hitam, tipis, tidak mudah dicabut
2. Wajah : Simetris (+),tampak bula pada wajah bagian depan yang
sudah Meletus (+), pucat (-), ikterik (-),
3. Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-) hiperemis (-/-)
4. Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), hiperemis (-/-)
5. Hidung : Sekret (-/-), darah (-/-), hiperemis (-/-)
6. Mulut : Dalam batas normal
c. Leher
1. Inspeksi : Simetris
2. Palpasi : Pembesaran KGB (-), distensi vena jugularis (-).
d. Thorax
Paru
1. Inspeksi : Bentuk simetris kanan dan kiri, pergerakan dada sama,
bulla (+)
5
e. Jantung
1. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
2. Palpasi : Ictus cordis teraba linea axilaris anterior sinistra ICS V
3. Perkusi : Batas atas linea parasternal sinistra ICS II, batas kanan
linea parasternal dextra ICS V, batas kiri linea axilaris
anterior sinistra ICS V
4. Aukultasi : A2>A1, P2>P1, P2>A2, M1>M2, T1>T2 normal, bising
jantung (-), Gallop (-)
f. Abdomen
1. Inspeksi : Simetris, hiperpigmentasi (-), venektasi (-)
2. Palpasi : Soepel, defans muscular (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-), nyeri ketok CVA (-)
3. Perkusi : Timpani (+)
4. Aukultasi : Peristaltik usus normal
Kepala :9%
Total : 54 %
V1-V6
8
2.6 Resume
Pasien dilarikan ke rumah sakit pada tanggal 18 januari 2020 pukul 14.00
WIB. Pasien datang dengan keluhan luka bakar dikepala dan seluruh badan akibat
ledakan kompor gas ±30 menit SMRS. Pasien mengeluhkan nyeri disekujur tubuh
dan terasa panas, mual/ muntah (-/-), pusing (-), riwayat hilang kesadaran (-).
Pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran komposmentis E4M6V5, tekanan
darah 165/100 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit regular, frekuensi napas 20
x/menit regular, suhu 36,8 ºC. Pada pemeriksaan fisik leher ditemukan luka bakar
mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah, dan gelembung berisi cairan pada
dada dan lengan atas.
Hipertensi
Hiperurisemia ec dd :
1. Gout Artritis
2.7.2 Diagnosis
Hipertiroid + Hipertensi + Hiperurisemia
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Non Farmakologis
1. Bed rest
2.8.2 Farmakologis
IVFD RL 4000 cc dalam 8 jam pertama. 4000cc selanjutnya dalam 16jam
(maintance).
Injeksi :
Drip tramadol 1 amp/ ekstra
Ceftriaxone 1 gr vial/ 12 jam
Omeprazole 40 mg/12 jam
Ondancetron 4 mg/12 jam
ketorolac 30g /8 jam
lokal : oles burnazine zalf + kompres Nacl
2.9 Prognosis
Quo Ad vitam : Dubia ad bonam
Quo Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo Ad sanationam : Dubia ad malam
2.10 Follow Up
Tgl S O A P
10
I: perban debridemen ke II
F: nyeri hari ke III
SL ar
extremitas
superior
I: perban
F:nyeri
SL ar
ekstremitas
inferior
I: perban
F: nyeri
SL ar
ekstremitas
inferior
I: perban
F: nyeri
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Hipertiroid merupakan suatu kelainan yang terjadi ketika kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid melebihi kadar yang dibutuhkan tubuh(3) dan
menyebabkan keadaan hipermetabolisme.(4) Menurut American Thyroid
Association dan American Association of Clinical Endocrinologists,
hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi berupa peningkatan kadar hormon
tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh kelenjar tiroid melebihi normal.
Hipertiroidisme merupakan salah suatu bentuk thyrotoxicosis atau tingginya kadar
hormon tiroid (T4 atau T3) maupun kombinasi keduanya di aliran darah.
Pasien dengan hipertiroid dapat memiliki manifestasi klinis yang jelas dengan
hasil pemeriksaan laboratorium hormon tiroid yang abnormal (ditemukannya kadar
TSHS rendah dan/atau kadar FT4 dan/atau FT3 normal atau sedikit lebih tinggi dari
batas normal). Hipertiroid juga dapat memiliki manifestasi knilis yang tidak terlalu
jelas disertai dengan hasil pemeriksaan hormon tiroid yang abnormal yang biasanya
disebut dengan hipertiroid subklinis.(4)
3.2 Etiologi
Kondisi hipertiroid dapat disebabkan baik oleh penyakit autoimun yang
menyebabkan peningkatan stimulasi yang berlebihan pada kelenjar tiroid,
terdapatnya tumor pada kelenjar tiroid yang dapat menyebabkan peningkatan
sekresi hormon tiroid, serta keadaan lain yang dapat memicu sekresi hormon tiroid
yang berlebihan.(3)(5) Penyebab dari hipertiroid dapat dilihat pada tabel 1:
Tabel 1. Penyebab Hipertiroid(3)
Most common causes Graves Disease
Painless or transient (silent) thyroiditis
Toxic adenoma (Plummer disease)
Toxic multinodular goiter
Lest common causes Drug-induced thyroiditis
Hyperemesis gravidarum
Postpartum thyroiditis
14
15
3.3 Epidemiologi
Graves Disease menyumbang antara 60% sampai 80% dari pasien dengan
hipertiroidisme. Hal ini menyerang 10 kali lebih banyak pada wanita dibandingkan
pria, dengan risiko tertinggi onset antara usia 40 sampai 60 tahun. Prevalensi adalah
orang Asia dan Eropa. Adenoma autonom dan toxic multi nodular goiter lebih
sering terjadi di Eropa dan daerah lain di dunia dimana penduduk cenderung
mengalami defisiensi yodium, prevalensi mereka juga lebih tinggi pada wanita dan
pada pasien yang lebih tua dari 60 tahun.(6)
3.4 Patofisiologi
Kelenjar tiroid merupakan suatu kelenjar yang terletak dibawah larynx
memiliki dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus dan berfungsi menghasilkan
hormon thyroxine (T4) dan triiodothyronin (T3). Kedua hormon tersebut memiliki
fungsi mengatur metabolisme basal tubuh serta meningkatkan konsumsi oksigen
hampir diseluruh jaringan tubuh. Selain itu, hormon tiroid dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan, mekanisme kerja otak yang termasuk didalamnya kecerdasan dan
memori, perkembangan saraf, pertumbuhan gigi, dan perkembangan tulang.
(Gambar 1.).(7)(8)(9)(10)
16
Rare causes
Factitious thyrotoxicosis Surreptitious ingestion of thyroid hormones
Cutaneus
Onycholysis (Plummer nails), patchy or generalized hyperpigmentation
(especially of the face and neck)
Symptoms pathognomonic for Graves disease: pretibial myxedema (thyroid
dermopathy) and thyroid acropachy (clubbing of fngers and toes accompanied
by soft-tissue swelling of the hands and feet)
Patchy vitiligo can also be observed in Graves disease
Hypermetabolism
Weight loss in spite of increased appetite, fever (in thyroid storm)
Neuromuscular
Brisk peripheral reflexes with accelerated relaxation phase and weakness of
proximal muscles
Neuropsychiatric
Anxiety, rapid and pressured speech, insomnia, psychosis (if hyperthyroidism is
severe)
Ocular
Increased lacrimation, incomplete closure of the eyes when sleeping reported by
the patient’s partner, photophobia, increased eye sensitivity to wind or smoke,
grittiness or sensation of a foreign body or sand in the eyes
Symptoms pathognomonic for Graves disease: exophthalmos, periorbital edema,
diplopia, blurred vision, reduced color perception
b. Iodine radioaktif
Terapi iodium radioaktif digunakan untuk membunuh sel tiroid yang bersifat
hiperaktif, sehingga jumlah hormon tiroid yang dihasilkan menjadi normal
kembali.(13)
c. Tiroidektomi
Tiroidektomi merupakan prosedur pembedahan pada kelenjar
tiroid. Metode terapi ini merupakan pilihan bagi pasien yang kontraindikasi
atau menolak pengobatan dengan obat anti tiroid dan iodine radioaktif.
Pembedahan direkomendasikan bagi pasien dengan multinodular goiter atau
goiter yang sangat besar.(11)
2. Nonfarmakologis
Pada terapi nonfarmakologi, penderita hipertiroid dapat diedukasi untuk diet
tinggi kalori dengan memberikan kalori 2600-3000 kalori perhari baik dari
makanan main dari suplemen, konsumsi protein tinggi 100-125 gr (2,5 gr/kg BB)
per hari untuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur,
olah raga teratur, serta mengurangi rokok, alkohol, dan kafein yang dapat
meningkatkan kadar metabolisme.(14)
hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh kelenjar tiroid melebihi normal.
hormon tiroid (T4 atau T3) maupun kombinasi keduanya di aliran darah. Kondisi
peningkatan stimulasi yang berlebihan pada kelenjar tiroid, terdapatnya tumor pada
kelenjar tiroid yang dapat menyebabkan peningkatan sekresi hormon tiroid, serta
keadaan lain yang dapat memicu sekresi hormon tiroid yang berlebihan.
Manifestasi klinis yang terjadi pada pasien dapat berupa gejala yang bersifat
klinis berupa; palpitasi, intoleransi terhadap panas, diaphoresis, tremor, mata yang
tampak seperti melotot, serta sering BAB. Peningkatan hormon tiroid juga dapat
nafsu makan dan penurunan berat badan. Selain itu pasien juga dapat mengalami
Pasien datang dengan keluhan jantung berdebar-debar sejak satu minggu yang lalu.
berat dan keluhan berkurang saat pasien meminum obat. Pasien juga mengeluhkan
nyeri dada sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dada sebelah kiri tidak dirasakan adanya
23
24
penjalaran. Keluhan nyeri dada tidak memberat saat melakukan aktifitas yang berat
dan keluhan berkurang saat pasien meminum obat. Pasien juga mengeluhkan sesak
napas. Sesak napas dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Sesak napas memberat saat
lalu. Pasien mengatakan sudah mengidap hipertiroid sejak ± 25 tahun terakhir, dan
darah 170/80 mmHg, frekuensi nadi 60 x/menit regular, frekuensi napas 24 x/menit
regular, suhu 36,8 ºC. Pada pemeriksaan fisik leher ditemukan pembesaran kelenjar
tiroid (+) ukuran 3x4x2 cm, konsistensi kenyal dengan permukaan rata, mobile,
batas tegas tidak disertai nyeri tekan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
Disease dimana Graves Disease menyumbang antara 60% sampai 80% dari pasien
dengan hipertiroidisme. Hal ini menyerang 10 kali lebih banyak pada wanita
dibandingkan pria, dengan risiko tertinggi onset antara usia 40 sampai 60 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
25