Anda di halaman 1dari 10

Metode Riset Sosial |1

16 Desember 2019

TINGKAT PEMAHAMAN REMAJA TENTANG PENDIDIKAN SEKSUAL


(SEX EDUCATION) DI INDONESIA
Maharani Salsabila

Program Studi Statistika Fakultas MIPA Universitas Lambung


Email: salsabila418@gmail.com

ABSTRAK
Pendidikan seksual merupakan suatu pembelajaran ataupun upaya mendidik dan mengarahkan perilaku
seksual secara benar dan baik. Masa remaja dimulai saat usia 13 tahun dan berakhir pada usia 22 tahun.
Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa
dewasa. Tujuan penulisan ini untuk memberikan informasi persentase pemahaman remaja berusia 13-22
tahun mengetahui pendidikan seksual dan mengetahui sumber pendidikan seksual yang didapatkan oleh
remaja. Sehingga menjadi tolak ukur bagi individu itu sendiri bahwa pendidikan seksual mampu
mengarahkan perilaku yang bernilai positif dan terhindar dari hal-hal negatif. Penelitian ini melakukan
pengumpulan data dengan metode pengampilan purposive sampling berupa kuesioner online.
Menggunakan analisis data dengan metode stastiska desktiptif. Memperoleh kesimpulan tingkat
pemahaman remaja tentang pendidikan seksual yang cukup tinggit yaitu sebesar 83%.
Kata kunci:pendidikan seksual; sex education; remaja; statistika deskriptif

1. Pendahuluan Masa remaja tidak dapat dikatakan telah


Indonesia telah memasuki era revolusi dewasa dan tidak pula dikatakan anak-anak. Masa
industri 4.0 dimana media massa dan elektronika remaja ialah suatu peralihan sifat manusia dari
berkembang pesat. Perkembangan ini meliputi anak-anak menuju dewasa. Batasan usia remaja
penggunaan internet yang sebagian besar tidak yang umum digunakan para ahli antara usia 13
terfilter konten yang baik. Hal-hal seperti ini dapat tahun sampai 22 tahun. Menurut Hurlock,1922
mempengaruhi perilaku remaja, terlebih lagi remaja istilah untuk kematangan mental,
perilaku seksual. Pada media sosial pun remaja emosional dan fisik. Dimana , hal ini menjadikan
dengan antusias menginformasikan hubungan remaja memiliki sikap yang selalu ingin tau dan
percintaan. Fenomena ini dianggap banyak pihak penuh tanda tanya akan pencarian jati diri. Oleh
akibat dari media sosial dengan konten yang tidak karena itu, perlu adanya persiapan diri dengan
sesuai usia (Helmi & Paramastri, 1998). mendapatkan informasi mengenai pendidikan
Menurut data komnas anak tahun 2010- seksual. Abduh dan Wulandari (2016)
2015 tingkat kejahatan seksual terus meningkat. mengatakan, pendidikan seksual merupakan
Pada tahun 2010 ditemukan aduan sebanyak 2.046 pengetahuan mengenai fungsi kelamin sebagai
kasus dan 42% merupakan kejahatan seksual. alat reproduksi, perkembangan alat kelamin,
Meningkat lagi pada tahun 2013 dari 2676 kasus menstruasi dan mimpi basah serta masalah
dimana 54% ialah kejahatan seksual. Kemudian perkawinan dan kehamilan (Damayanti, Anni, &
pada 2015 sebanyak 2898 kasus, 59,30 Mugiarso, 2018).
diantaranya kejahatan seksual (Putra, 2015). Tujuan penulisan ini untuk memberikan
Tempo melaporkan bahwa komisioner informasi persentase pemahaman remaja berusia
komisi perlindungan anak Indonesia, Retno 13-22 tahun mengetahui pendidikan seksual dan
Listyarti, mengatakan terdapat kejahatan seksual mengetahui sumber pendidikan seksual yang
di lingkungan sekolah. Kasus ini terjadi di 9 lokasi didapatkan oleh remaja. Sehingga menjadi tolak
dengan jumlah korban mencapai 49 peserta didik ukur bagi individu itu sendiri bahwa pendidikan
mau itu laki-laki ataupun perempuan.

Program Studi Statistika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Metode Riset Sosial |2
16 Desember 2019

seksual mampu mengarahkan perilaku yang 2.3 Pendidikan Seksual


bernilai positif dan terhindar dari hal-hal negatif. Pendidikan seksual ialah suatu upaya
mendidik dan mengarahkan perilaku seksual
2. Kajian Literatur secara benar dan baik. Pengajaran pendidikan
yang dapat mengatasi masalah pada dorongan
2.1 Remaja dan Masa Remaja
seksual. Pengajaran yang sarat akan etika dan
Remaja dalam bahasa Inggris disebut
moral, perlu dijelaskan secara lugas, terus terang
dengan adolescence, berasal dari bahasa latin yang
dan tersaji secara sopan.
berarti tumbuh kearah kematangan fisik, sosial
Tujuan dari pendidikan seksual ini untuk
dan psikologis (Salirawati, Ratna, & Endarwati,
memberikan suatu pemahaman tentang organ
2014).
reproduksi, identifikasi dewasa/baligh, kesehatan
Masa remaja dimulai kira-kira usia 13 tahun
seksual, penyimpangan seks, kehamilan,
dan berakhir pada usia 22 tahun. Masa remaja
persalinan, nifas, bersuci dan perkawinan. Selain
dapat diartikan sebagai masa perkembangan
itu, sebagai pondasi tiap individu agar tidak
transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa
terjadinya hal-hal negatif penyimpangan seksual
yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan
seperti penyakit-penyakit hubungan seksual dan
sosial-emosional. Perubahan biologis meliputi
kejahatan seksual (nursalam, 2015).
perubahan pada fisik individu. Perubahan kognitif
2.4 Pengetahuan dan Sumber Pendidikan
mencakup perubahan dalam berpikir, inteligensi,
Seksual
dan bahasa. Sedangkan perubahan sosial-
Pendidikan seksual ini seperti pelajaran
emosional yaitu perubahan dalam hubungan
lainnya memiliki muatan yang menjadi topik
individu dengan individu lain dalam hal
pembahasan yang jelas. Materi yang tersaji
emosi,kepribadian dan peran dari konteks sosial
meliputi :
dalam perkembangan (Santrock, 1996)
1. Organ reproduksi
2. Indentifikasi baligh/Pubertas
2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
3. Penyimpangan seks
Remaja mengalami perubahan terhadap 4. Kehamilan dan persalinan
perkembangan maupun pertumbuhan. Perubahan 5. Pernikahan
perkembangan yang terjadi pada remaja, seperti : Sudah sewajarnya pendidikan seksual
1. Remaja mulai menyampaikan kebebasan diberikan kepada individu yang beranjak dewasa
dan haknya dalam mengajukan pendapat. atau remaja, baik itu melalui pendidikan formal
Hingga mampu menimbulkan ketegangan maupun informal. Apabila pemahaman tentang
dan perselisihan dan dapat menjauhkan pendidikan seksual ini rendah, maka dapat
remaja dari keluarganya. menimbulkan kekeliruan dan kesalahpahaman.
2. Teman-teman menjadi pengaruh utama. 1. Pendidikan formal
Remaja berperilaku dan memiliki Pengajaran dilakukan dalam lingkup
kesenangan yang berbeda dengan perilaku lembaga belajar yang berjenjang seperti sekolah.
dan kesenangan keluarga. Menjadikan Yang dimaksud dengan berjenjang yakni Taman
pengaruh orang tua semakin lemah. Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),
3. Remaja mengalami rasa percaya diri yang Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
semakin meninggi, seringkali hal ini Menengah Atas (SMA), dan lain-lain. sekolah
mengakibatkan remaja kurang menerima sebagai lembaga pendidikan formal memiliki
nasihat ataupun arahan dari orang tua. peranan penting dan pengaruh yang besar
( memahami ciri dan tugas perkembangan terhadap peserta didik. Sudah seharusnya
masa remaja)(Putro, 2017) pendidikan seksual diterapkan.
Perubahan – perubahan fisik yang besar 2. Pendidikan informal
pengaruhnya terhadap remaja ialah pertumbuhan Pengajaran yang dilakukan tidak dalam
tubuh ( badan bertambah tinggi ), mulai lingkup lembaga formal seperti keluarga. Semua
berfungsinya alat reproduksi ( pada perempuan pihak yang memiliki hubungan darah atau
ditandai dengan haid, sedangkan laki-laki dengan keturunan, bisa juga dalam lingkup yang kecil
mimpi basah), tanda-tanda seksual sekunder yang yakni orang tua dan anak. Sudah sepatutnya
tumbuh (Setiawati, 2010). orangtua menanamkan dasar pengetahuan
Program Studi Statistika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Metode Riset Sosial |3
16 Desember 2019

tentang pendidikan seksual yang benar pada 2. Menghitung banyak data pada tiap kategori
anak.(Setiawati, 2010) sehingga menghasilkan kolom frekuensi
3. Mempersentasekan frekuensi yang didapat
3. Metode Penelitian 𝐹
𝑃 = × 100%
Penelitian ini dilakukan dengan metode 𝑁
penelitian deskriptif (descriptive research), yaitu Keterangan :
penelitian yang menginterpretasikan fakta-fakta P = Persentase
yang diteliti dengan format deskripsi tentang F = Total frekuensi tiap kategori
variabel mandiri, tanpa terdapat maksud N = Jumlah total sampel
menghubungkan ataupun membandingkan. 4. Menampilkan grafik lingkaran (pie chart)
Statistika deskriptif merupakan statistik dengan 5. Mencari nilai tengah
pembahasan mengenai pengumpulan data,
pengolahan, penyajian, serta perhitungan nilai- ∑ 𝑥𝑖
𝑋̅ =
nilai dari suatu yang kemudian digambarkan ke 𝑁
dalam tabel ataupun grafik (Sunyoto D, 2016) Keterangan:
Penelitian dilakukan dengan pengumpulan 𝑋̅ = nilai tengah (mean)
data, disortir sesuai kriteria, disusun dan N = total sampel
diinterpretasikan. Metode analisis yang digunakan
ialah teknik persentase dari hasil pengumpulan 6. Mengambil keputusan berdasarkan skala
data. Metode pengumpulan data dengan teknik berikut.
penyebaran kuesioner online. Tabel 1. Skala Pengambilan Keputusan Untuk
Kuesioner online adalah sebuah alat untuk Tingkat Pemahaman.
mengumpulkan data yang berbentuk pertanyaan
dan dijawab oleh responden dengan terhubung Tingkat
Persentase
internet Pemahaman
Tinggi 91%-100%
3.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data diperoleh dengan Cukup tinggi 81%-90%
penyebaran kuesioner online menggunakan
Cukup 71%-80%
google form. Terdapat 83 kuesioner yang
terkumpul. Cukup rendah 61-%70%
Pengampilan sampling menggunakan
rendah <60%
purposive sampling yaitu suatu bentuk sampel non
probabilitas dengan tujuan untuk mengumpulkan
sampel secara strategis dan relevan sesuai riset
4. Hasil dan Pembahasan
yang dilakukan (Brayman A, 2012)
Dengan kriteria sampel sebagai berikut : Data yang didapat sesuai kriteria sebanyak
1. Berumur 13-22 tahun 71 responden disebabkan adanya kriteria yang
2. Bertempat tinggal di provinsi Kalimantan perlu dipenuhi.
Selatan Isi dari kuesioner berisi tentang biodata diri
3. Berjenis kelamin laki-laki/perempuan dan 10 pertanyaan terkait remaja dan pendidikan
seksual. Biodata diri terisi atas email, alamat, usia,
pendidikan terakhir dan jenis kelamin.
3.2 Metode Analisa Data
Pada bagian pertanyaan terdapat pilihan dan
Metode analisis data dilakukan dengan jawaban uraian. Pertanyaan pertama yaitu Apakah
statistika deskriptif. Hasil dari statistika deskriptif anda memahami dengan "masa remaja" ?, pilihan
ini berupa tabel distribusi frekuensi dan grafik. yang tersedia paham, kurang paham, tidak paham
Adapun langkah-langkah sebagai serta kolom jawaban uraian. Pertanyaan kedua
berikut(Walpole, 1995): yaitu Apakah anda memahami perkembangan
fisik masa pubertas yang terjadi pada remaja ?
1. Menentukan kategori yang ada dari variabel
pilihan yang tersedia paham, kurang paham, tidak

Program Studi Statistika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Metode Riset Sosial |4
16 Desember 2019

paham serta kolom jawaban uraian. Pertanyaan Dari hasil pembagian kuesioner diperoleh
ketiga yaitu Apakah anda memahami banyaknya responden yang memiliki pendidian
perkembangan psikis(mental) masa pubertas yang terakhir tingkat SMP/MTS sejumlah 2, sedangkan
terjadi pada remaja ? pilihan yang tersedia paham, tingkat SMA/SMK/MA sejumlah 69. Dengan
kurang paham, tidak paham serta kolom jawaban besar presentasi untuk SMP/MTS 2.8% dan
uraian. Pertanyaan keempat yaitu Apakah anda SMA/SMK/MA sebesar 97.2%.
memahami, apa yang dimaksud dengan
pendidikan seksual ? pilihan yang tersedia paham, 4.2 Usia
kurang paham, tidak paham serta kolom jawaban Tabel 3. Tabel Frekuensi Usia
uraian. Pertanyaan kelima yaitu Menurut anda,
pentingkah mengetahui pendidikan seksual sejak
dini ? pilihan yang tersedia penting, kurang
penting, tidak penting serta kolom jawaban uraian.
Pertanyaan keenam yaitu Sumber apa yang
biasanya anda gunakan untuk mengetahui perihal
pendidikan seksual ? pilihan yang tersedia
pendidikan formal, pendidikan informal, media
sosial serta kolom jawaban uraian. Pertanyaan
ketujuh yaitu Perlunya pendidikan seksual
diberikan pada pendidikan formal
(sekolah/perguruan tinggi) ? pilihan yang tersedia
setuju, kurang setuju, tidak serta kolom jawaban Menurut data yang berhasil dikumpulkan
uraian. Pertanyaan kedelapan yaitu Menurut anda terdapat responden berusia 16-22 tahun. Untuk
dampak seperti apa yang ditimbulkan akibat responden berusia 16 tahun sejumlah 1,usia 17
kurangnya pemahaman pendidikan seksual pada sejumlah 1,usia 18 sejumlah 13, usia 19 sejumlah
remaja ? pilihan yang tersedia positif, biasa, 16, usia 20 sejumlah 30, usia 21 sejumlah 9 dan
negatif serta kolom jawaban uraian. Pertanyaan usia 22 sejumlah 1. Besar presentasi untuk usia 16
kesembilan yaitu Tanggapan anda tentang yaitu 1.4%, usia 17 sebesar 1.4%, usia 18 sebesar
18.3%, usia 19 sebesar 22.5%, usia 20 sebesar
pendidikan seksual dilingkungan sekitar, untuk
jawaban uraian. Pertanyaan kesepuluh yaitu 42.3%, usia 21 sebesar 12.7%, usia 22 sebesar
Pernahkah anda memberikan informasi tentang 1.4%.
pendidikan seksual ? apabila pernah, kepada siapa 4.3 Jenis Kelamin
? pilihan yang tersedia sering, jarang, tidak pernah Tabel 4. Frekuensi Jenis Kelamin
serta kolom jawaban uraian.
Menurut kuesioner dilakukan analisis
statistika deskriptif dengan 11 variabel yang
terbentuk yaitu pendidikan,usia,jenis_kelamin,
masa_remaja,perkembanga_fisik,perkembangan_
psikis,sex_edu,kepentingan_sexedu,sumber_sexe
du,sexedu_formal dan dampak. Diperoleh banyak data untuk jenis kelamin
laki-laki berfrekuensi 33, sedangkan perempuan
Berikut tabel frekuensi yang dihasilkan : berfrekuensi 38. Dengan tingkat persentase laki-
4.1 Pendidikan laki sebesar 46.5% dan persentase sebesar 53.5%
Tabel 2. Frekuensi Pendidika
4.4 Masa Remaja
Tabel 5. Frekuensi Masa Remaja

Program Studi Statistika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Metode Riset Sosial |5
16 Desember 2019

Variabel masa_remaja ini didapat menurut


pertanyaan pertama perihal pengertian masa TINGKAT PEMAHAMAN
remaja. Didapatkan hasil untuk kategori paham PERKEMBANGAN FISIK REMAJA
dengan frekuensi 67 dan kurang paham sebesar 4. kurang
paham
TINGKAT PEMAHAMAN MASA REMAJA
9%
kurang
paham
6%
paham
91%
Gambar 2. Pie Chart Tingkat Pemahaman Perkembangan
Fisik Remaja
paham
94% Data menjawab bahwa remaja mamahami
perkembangan fisik yang terjadi pada remaja
Gambar 1. Pie Chart Tingkat Pemahaman Masa Remaja sebesar 91% sedangkan 9% kurang paham.
Penjelasan yang diberikan 91% itu sebagian
Didapatkan hasil bahwa remaja memiliki banyak menjelaskan pengertian dari
tingkat pemahaman sebesar 94% walaupun masih perkembangan fisik, yaitu tarjadinya perubahan
terdapat remaja yang kurang paham akan apa itu fisik pada bagian-bagian tertentu. Beserta contoh
masa remaja. Dari 94% remaja yang menjawab perubahan fisik yang terjadi pada perempuan (
paham mengartikan bahwa masa remaja adalah pinggul melebar, payudara membesar, suara
keadaan diri yang menunjukkan perubahan atau menjadi halus dan tumbuh bulu di beberapa
peralihan menuju kedewasaan untuk menemukan bagian tubuh) dan perubahan fisik pada laki-laki
jati diri. Contohnya masa remaja terlihat pada (tumbuh jakun, suara lebih besar,kumis, dan
perubahan fisik seperti tumbuh jakun pada laki- tumbuh bulu di beberapa bagian tubuh). Untuk 9%
laki dan perempuan mengalami menstruasi. Selain menjelaskan perubahan fisik yang kurang khusus
itu ada perubahan emosional yang menjadikan seperti bertambahnya tinggi badan dan sebagian
remaja labil dan punya sifat yang anti sosial tidak menjelaskan.
ataupun sikap suka berteman dengan
mengelompok. Sedangkan 6% yang berkata 4.6 Perkembangan Psikis
kurang paham, sebagian tidak menjelaskan Tabel 7. Frekuensi Perkembangan Psikis
maksud dari masa remaja tapi juga ada yang
mengartikan masa remaja sebagai masa transisi
untuk menjadi dewasa.
4.5 Perkembangan Fisik
Tabel 6. Frekuensi Perkembangan Fisik

Variabel perkembangan_fisik ini didapat


menurut pertanyaan ketiga perihal pengertian
ataupun contoh perkembangan psikis atau mental
terhadap remaja. Didapatkan hasil untuk kategori
paham dengan frekuensi 47, kurang paham
Variabel perkembangan_fisik ini didapat sebesar 22 dan tidak paham 2.
menurut pertanyaan kedua perihal pengertian
ataupun contoh perkembangan fisik terhadap
remaja. Didapatkan hasil untuk kategori paham
dengan frekuensi 65 dan kurang paham sebesar 6.

Program Studi Statistika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Metode Riset Sosial |6
16 Desember 2019

TINGKAT PEMAHAMAN PERKEMBANGAN TINGKAT PEMAHAMAN PENDIDIKAN SEKSUAL


PSIKIS
kurang
tidak paham paham
kurang
3% 18%
paham
31%

paham
66% paham
82%

Gambar 3. Pie Chart Tingkat Pemahaman Perkembangan Gambar 4. Pie Chart Tingkat Pemahaman Pendidikan
Psikis Seksual

Data yang diperoleh untuk tingkat Terdapat 82% remaja paham akan
pemahaman perkembangan psikis. Remaja pendidikan seksual. Dari pengertian pendidikan
memahami perkembangan psikis sebesar 66% seksual itu sendiri didapatkan hasil bahwa
dengan sebagin besar pernyataanya mengatakan pendidikan seksual suatu informasi mengenai
bahwa remaja mengalami perubahan psikis saat pemeliharaan dan perlindungan diri, mengetahui
pubertas. Seperti mudahnya terbawa perasaan, bagian-bagian privasi, informasi kesehatan dan
sikap yang masih labil, ragu akan mengambil penyakit terhadap organ reproduksi dan dampak-
keputusan. Tetapi juga ada yang berpendapat dari dampak yang timbul akibat kurangnya
sisi positif bahwa perubahan psikis yang terjadi pemahaman pendidikan seksual.
yaitu remaja mampu membedakan yang mana hal
baik atau hal buruk dan berpikiran lebih dewasa. 4.8 Tingkat Pemahaman Remaja
Terhadap Pendidikan Seksual
4.7 Pendidikan Seksual (sex education)
Penelitian ini memiliki 4 pertanyaan
Tabel 8. Frekuensi Pendidikan Seksual mengenai pemahaman tentang pendidikan seksual
yaitu pertanyaan ke-1 sampai ke-4. Berikut
hasilnya :

TINGKAT PEMAHAMAN REMAJA AKAN


SEX EDU
100
80
60
Variabel sex_edu ini didapat menurut
40
pertanyaan keempat perihal pengetahuan akan 20
pendidikan seksual. Didapatkan hasil untuk -
kategori paham dengan frekuensi 58 dan kurang
paham sebesar 13.

Gambar 5. Bar Chart Tingkat Pemahaman Remaja


Terhadap Pendidikan Seksual

Dengan mengambil nilai dari mean, didapat


nilai 83%. Berarti apa bila dihubungkan ke skala
pengambilan keputusan. Nilai 83% berada pada
skala cukup tinggi. Sehingga tingkat pemahaman
remaja terhadap pendidikan seksual sebesar 83%.

Program Studi Statistika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Metode Riset Sosial |7
16 Desember 2019

4.9 Pentingnya Pengetahuan Sex Tabel 10. Frekuensi Sumber Sex Education
Education Sejak Dini
Tabel 9. Frekuensi Kepentingan Sex Education

Variabel kepentingan_sexedu ini didapat


menurut pertanyaan kelima perihal kepentingan
pemberian pengetahuan pendidikan seksual sejak
dini. Didapatkan hasil untuk kategori penting
dengan frekuensi 69 dan kurang penting sebesar 2.
Variabel sumber_sexedu ini didapat
TINGKAT PENTINGNYA PEMBERIAN PENDIDIKAN menurut pertanyaan keenam tentang sumber
SEKSUAL SEJAK DINI informasi dalam memperoleh pengetahuan
kurang pendidikan seksual. Bersumber dari pendidikan
penting formal sebesar 11, Bersumber dari pendidikan
3%
informal sebesar 11, Bersumber dari media sosial
sebesar 18, Bersumber dari pendidikan formal dan
pendidikan informal sebesar 3, Bersumber dari
pendidikan formal dan media sosial sebesar 4,
Bersumber dari pendidikan informal dan media
penting sosial sebesar 8. Bersumber dari pendidikan
97%
formal, pendidikan informal dan media sosial
Gambar 6. Pie Chart Tingkat Pentingnya Pemberian sebesar 16.
Pendidikan Seksual Sejak Dini
SUMBER INFORMASI PENDIDIKAN SEKSUAL
Sebanyak 97% responden berpendapat P.formal,
P.formal
bahwa pemberian pendidikan seksual sejak dini P.informal dan
17%
itu penting karena menjadi antisipasi diri dan medsos
23%
mampu memproteksi diri. Sehingga terhindar dari P.informal
P.informal
penyakit menular seksual, mencegah kekerasan 17%
dan
seksual, tidak melakukan seksual dan mencegah medsos
11%
pernikahan dini. Adapun yang mengganggap P.formal
pemberian seksual sejak dini itu kurang penting dan Medsos
medsos P.formal dan P.informal 25%
karena untuk saat ini remaja sudah bersikap terlalu 6%
bebas hingga nafsu yang sulit dikendalikan. 4%

4.10 Sumber Sex Education Gambar 7. Pie Chart Sumber Informasi Pendidikan
Seksual

Responden yang mendapatkan informasi


pendidikan seksual melalui pendidikan formal
sebesar 17%. Berpendapat bahwa pada bangku
sekolah diajarkan mata pelajaran biologi atau ilmu
fikih yang dijelaskan oleh tenaga pengajar.
Sebesar 17% responden mendapatkannya melalui
pendidikan informal yang diberikan oleh orang
tua, sosialisasi dan seminar terkait. Melakukan
perbincangan atau diskusi ringan dengan kerabat
ataupun teman. Untuk media sosial memperoleh

Program Studi Statistika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Metode Riset Sosial |8
16 Desember 2019

25% sebab lebih menarik dari segi tampilan dan setuju dan tidak setuju memberikan pendapat
mudah dipahami. Contohnya infografis dan video. bahwa pendidikan seksual ini cukup diberikan
Memenonton segmen kesehatan yang ada dimedia oleh orang tua, selain itu pemberian pendidikan
sosial. Untuk yang semua sumber itu bergaris seksual cukup dari tingkat Sekolah Dasar hingga
besar, responden mendapatkan informasi dari Sekolah Menengah Atas. Tidak dijadikan
orang tua saat kecil dan sudah sekolah mendapat kurikulum karena mungkin ada yang salah
pelajaran dari guru, pada media sosial lebih sering mengartikan.
menemukan dampak-dampak.
4.12 Dampak yang Timbul Akibat
4.11 Perlunya Pembelajaran Sex Education di Kurangnya Pemahaman Sex Education
Pendidikan Formal Tabel 12. Frekuensi Dampak
Tabel 11. Frekuensi Sex Education di Pendidikan
Formal

Variabel dampak ini didapat menurut


Variabel sexedu_formal hasil dari pertanyaan pertanyaan kedelapan tentang dampak yang
dapat timbul apabila pada kalangan remaja
ketujuh perihal perlunya pemberian pengetahuan
pemahaman tentang pendidikan seksual itu
pendidikan seksual sejak dini. Didapatkan hasil
kurang. Dampak positif memiliki frekuensi
untuk kategori setujun dengan frekuensi 61,
sebesar 3, dampak biasa sebesar 6, untuk
kurang setuju dengan 8 dan tidak setuju sebesar 2.
dampak negatif sebesar 60 dan dampak negatif
PERLUNYA PEMBELAJARAN SEX EDUCATION juga biasa sebesar 2.
DI PENDIDIKAN FORMAL
DAMPAK YANG TIMBUL AKIBAT
tidak KURANGNYA PEMAHAMAN SEX
kurang setuju EDUCATION
setuju 3% positif
biasa;negatif
11% 4%
3%
biasa
8%

setuju
86%
negatif
Gambar 8. Pie Chart Perlunya Pembelajaran Sex Education 85%
di Pendidikan Formal
Gambar 9. Pie Chart Dampak Yang Timbul Akibat
Hasil yang diperoleh untuk perlunya Kurangnya Pemahaman Sex Education
pembelajaran pendidikan seksual di pendidikan
85% responden memilih dampak negatif
formal, 86% responden berpendapat setuju dengan
mengenai akibat kurangnya pemahaman
alasan akan berdampak positif apabila pendidikan
pendidikan seksual dengan pendapat dapat
seksual ini dikemas sesuai rentang pendidikan,
merugikan diri sendiri karena minim
tepat untuk diletakkan materi mengenai ini karena
pengetahuan tidak tahu cara menjaga diri
usia remaja itu berada sewaktu sekolah dan rata-
sehingga menimbulkan pergaulan bebas dan
rata pelajar sekolah banyak menghabiskan waktu
terkena penyakit. Selain itu, dapat menjadi target
disekolah dari pukul 07.30-16.00. Tidak cukup
pelecehan seksual. Untuk pendapat biasa
disampaikan oleh orang tua saja. Agar pemikiran
ataupun positif, remaja jadi punya keinginan
tentang pendidikan seksual ini tidak menjadi
untuk mencoba dan apabila lingkungan sekitar
bahan lelucon. Untuk responden yang kurang

Program Studi Statistika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Metode Riset Sosial |9
16 Desember 2019

positif maka minim adanya dampak negatif yang 1. Tingkat pemahaman remaja terhadap
timbul. pendidikan seksual(sex education)
cukup tinggi sebesar 83%
4.13 Pemberian Informasi Sex Education
2. Tingkat pentingnya pemberian
Tabel 13. Frekuensi Pemberian Informasi Sex pendidikan seksual sejak dini, 97 %
Education
menganggap penting dan 3%
mengangap kurang penting.
3. Tingkat sumber informasi pendidikan
seksual yang diperoleh, pada tingkat
tertinggi dari media sosial sebesar 25%
4. Pemberian pembelajaran pendidikan
seksual di pendidikan formal 86%
responden setuju.
Variabel share_sexedu didapat dari 5. Sebanyak 85% responden berpendapat
pertanyaan kesepuluh, untuk mengetahi apakah bahwa kurangnya pemahaman akan
responden pernah memberikan informasi pendidikan seksual akan menimbulkan
mengenai sex education. Untuk kategori sering dampak negatif.
memiliki frekuensi sebesar 11, kategori jarang 6. Sebanyak 15% responden sering
memiliki frekuensi sebesar 38 dan kategori tidak memberikan informasi mengenai
pernah memiliki frekuensi sebesar 22. pendidikan seksual

PEMBERIAN INFORMASI PENDIDIKAN Ucapan Terima Kasih


SEKSUAL
1. Terimakasih kepada Bapak Oni
tidak sering
Soesanto M.Si selaku ketua program
pernah 15%
Studi Statistika
31%
2. Terimakasih kepada Ibu Dewi
Anggraini Ph.D dan Bapak Fuad
Muhajirin M.Si selaku pembimbing
jarang penulisan artikel ini
54% 3. Terimakasih kepada teman-teman
Statistika angkatan 2017 yang selalu
Gambar 10. Pie Chart Pemberian Informasi Pendidikan mendukung saya
Seksual 4. Terimakasih kepada orangtua yang
selalu memberikan semangat dan
Dari hasil data yang diperoleh, pemberian mendukung saya
informasi pendidikan jarang dilakukan oleh
responden dengan tingkat persentase 54%. Ada DaftarPustaka
yang berpendapat bahwa memalukan dan kadang
dianggap negatif oleh kebanyakan orang, adanya Santrock, John W. (1996).Adolescence. 6th Ed,
rasa canggung dan asing akan topic seperti ini. United States: Times Mirror Higher
Hanya membicarakannya ke orang yang dirasa Education.
dekat dan dipercaya. Brayman A, (2012). Social Research Methods. 4th
Ed, Oxford University Press, New York
Sunyoto, D. 2016. Statistika Deskriptif dan
5. Kesimpulan
Probabilitas. PT. Buku Seru, Jakarta
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Walpole R.E, (1995). Pengantar Statistika,
terhadap 71 responden tentang tingkat
PT.Gramedia, Jakarta
pemahaman remaja akan pendidikan seksual(sex
education) di Indonesia dapat dibuat kesimpulan Djali, Muljono P. 2013. Pengukuran Dalam
bahwa : Bidang Pendidikan. Google document.

Program Studi Statistika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
M e t o d e R i s e t S o s i a l | 10
16 Desember 2019

Damayanti, M., Anni, C. T., & Mugiarso, H.


(2018). Layanan Informasi dengan
Media Gambar untuk Meningkatkan
Pemahaman Sex Edukation Siswa.
Indonesian Journal of Guidance and
Counseling: Theory and Application,
7(1). Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php
/jbk/article/view/17879
Helmi, A. F., & Paramastri, I. (1998).
Efektivitas Pendidikan Seksual Dini
Perilaku Seksual Sehat. Jurnal Psikologi,
0215–888(2), 25–35.
Nursalam. (2015). Pengaruh Penyuluhan sex
education terhadap pengetahuan tentang
seks bebsa pada siswa kelas X di SMK
Negeri 1 Kasihan Bantul. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Aisyiyah, Yogyakarta.
Putra, P. M. S. (2015). Komnas PA: 2015,
Kekerasan Anak Tertinggi Selama 5
Tahun Terakhir. Liputan 6.
Putro, Z. K. (2017). APLIKASIA: Jurnal
Aplikasi Ilmu-ilmu Agama. Aplikasia:
Jurnal Aplikasi Ilmu Ilmu Agama, 17(1),
25–32.
Salirawati, D., Ratna, K., & Endarwati, M. L.
(2014). Survey Terhadap Pemahaman
Pendidikan Seks dan Sikap/Perilaku
Seks di Kalangan Remaja di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Penelitian
Humaniora, 19(1), 85–95.
Setiawati, D. (2010). Persepsi Remaja
Mengenai Pendidikan Seks (Studi
Deskriptif Kualitatif Pada Pelajar SMA
Negeri 4 Magelang). Retrieved from
http://eprints.uns.ac.id/5371/

Program Studi Statistika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai