Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

!.1. Latar Belakang

Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan


kesakitan pada manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti
pengaturan makanan (diet), menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan,
diabetes dan hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama
kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis
koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi secara bertahap yaitu penebalan
dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses pasif karena
sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada dinding arteri (Yuet Wai
Kan, 2010).
Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara
maju dan dapat juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan duina
(WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan
epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa
jika insiden PJK mencapai nol maka dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9%
(Shivaramakrishna. 2000).
Berbagai faktor risiko mempunyai peran penting timbulnya PJK mulai dari aspek
metabolik, hemostasis, imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain yang saling terkait.
Sebagian besar bentuk penyakit jantung adalah kronis, pemberian obat umumnya
berjangka panjang, meskipun obat-obat itu berguna tetapi juga memberikan efek
samping .Hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan ada beberapa obat, meskipun
memulihkan keadaan, tidak selalu membuat lebih baik, penggunaan obat harus secara
teratur. Penghentian penggobatan tanpa konsultasi dengan dokter dapat menimbulkan
masalah baru

1
1.2. Rumusan Masalah

 Apa itu penyakit jantung koroner ?


 Apa faktor resiko penyakit jantung koroner ?
 Apa patofisiologis penyakit jantung Koroner ?
 Bagaimana Riwayat Alamiah Penyakit Jantung coroner?
 Apa tanda dan gejala penyakit jantung koroner ?
 Apa pencegahan penyakit jantung koroner ?
 Apa pengobatan penyakit jantung Koroner?
 Bagaimana epidemiologi penyakit jantung Koroner?
 Bagaimana data persebaran penyakit jantung koroner di Indonesia?
1.3. Tujuan

 Untuk mengetahui apa itu penyakit jantung koroner


 Untuk mengetahui faktor resiko penyakit jantung koroner
 Untuk mengetahui patofisiologis penyakit Jantung Koroner
 Untuk mengetahui Riwayat Alamiah Penyakit Jantung Koroner
 Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit jantung Koroner
 Untuk mengetahui pencegahan penyakit jantung koroner
 Untuk menegtahui pengobatan penyakit jantung Koroner
 Untuk mengetahui epidemiologi penyakit jantung koroner
 Untuk mengetahui data persebaran penyakit jantung koroner di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung
kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah coroner yang memberi
pasokan nutrisi dan oksigen ke otot-otot jantung, terutama ventrikel bagian kiri yang
memompa darah ke seluruh tubuh Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2013, secara klinis PJK ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada
atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki, kerja berat ataupun berjalan
terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh. Pemeriksaan
Angiografi dan Elektrokardiogram (EKG) digunakan untuk memastikan terjadinya
PJK. Hasil pemeriksaan EKG yang menunjukkan terjadinya iskemik merupakan salah
satu tanda terjadinya PJK secara klinis (Soeharto dalam Haslindah, 2015)

2.2. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner


Faktor-faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner dikelompokkan menjadi tiga

, yakni, faktor yang tidak dapat dirubah , faktor yang dapat diubah dan factor resiko
psikososial
a) Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah
1. Gender
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih besar
terkena PJK dibandingkan dengan wanita. Akan tetapi, pada wanita. Akan
tetapi, pada wanita yang sudah menopause resiko PJK meningkat. Hal itu
berkaitan dengan penurunan hormone esterogen yang berpersn penting
dalam melindungi pembuluh darah dari kerusakan yang memicu terjadinya
arteriosclerosis.
2. Usia
Dari hasil penelitian juga terbukti bahwa makin bertambahnya usia,resiko
PJK makin tinggi, dan pada umumnya dimulai pada usia 40 tahun ke atas.
Menurut data yang dilaporkan American Heart Association (AHA), 1 dari
9 wanita berusia 45-60 tahun menderita PJK. Sedangkan 1 dari 2 wanita
akan meninggal karena penyakit jantung dan stroke.

3
3. Keturunan (genetic)
Riwyat penyakit jantung di dalam keluarga pada usi di bawah 55 tahun
merupakan salah satu factor resiko yanv perlu dipertimbangkan. Dilaporkan
juga bahwa faktopr-faktor resiko PJK yang diturunkan, seperti
hiperkolesterolemia, penyakit darah tinggi, atau kencing manis (diabetes)

b) Faktor-Faktor Resiko Yang dapat diubah

1. Diet
Diet atau pola makan memegang peranan penting dalam pencegahan dan
pengobatan dalam penyakit kardiovaskular. Pada penderita penyakit
kardiovaskular sering mempunyai tubuh yang gemuk (obese) dan kadar
lemak darah yang tinggi. Untuk mengurangi berat badannya kandungan
energi dalam makanan pasien yang kegemukan harus diatasi.
2. Dislipidemia

Kenaikan kadar kolesterol berrbanding lurus dengan penigkatan terjadinya


serangan PJK. Peningkatan LDL dan penurunan HDL merupakan faktor
resiko yang penting pada PJK. Setiap penurunan 4mg% HDL aka
meningkatkan risiko PJK sekitar 10%. Penelitian epidemiologi juga
melaporkan bahwa tingkat rendahnya HDL akan menggambarkan
banyaknya cabang pembuluh darah koroner yang tersumbat dan terjadinya
penyempitan ulang setelah operasi jantung lebih sering terjadi.

3. Obesitas (kegemukan)

Seseorang disebut obesitas bila berat badannya melebihi 20% dari berat
normal dan mengalami penimbunan lemak yang berlebihan. Penelitian
melaporkan kaitan erat obesitas sentral atau obesitas abdominal (perut)
dengan PJK. Jaringan lemak abdominalmerupakan predikator terjadinya
PJK dan kematian. Suatu studi melaporkan bahwa sekitan 30% kematian
akibat PJK terjadi pada mereka yang menderita obesitas danumumnya
proses arteriosklerosis dimulai pada penderita obeistas pada usia 50 tahun.

Kejadian PJK berhubungan dengan tinggi lemak seseorang. Studi ini


membandingan total lemak tubuh terhadap ‘prevalent rate’ PJK di tiga
wilayah pusat studi. Dari studi ini terbukti bahwa presentase lemak tubuh
(PLT) berperan pada kejadian PJK. PLT yang tinggi akan meningkatkan

4
risiko 1,3 kali kejadian PJK dibandingkan dengan PLT yang rendah.
(Howard, et tal, 1995)

4. Hipertensi (tekanan darah tinggi)


Hipertensi dijumpai pada seseorang bila tekanan diastolik sama dengan atau
di atas 90 mmHg dan tekanan sistolik sama dengan atau di atss 140 mmHg.
Hipertensi merupakan faktor resiko yang berperanan penting terhadap PJK
dan proses arteriosklerosis akan dialami sekitar 30% penderita hipertensi.
Pada studi Framingham di laporkan bahwa insiden penyakit iskemia
jantung lebih dari 5 kali pada pria usia dewasa muda dengan tekanan darah
lebih 160/95 di bandingkan dengan kelompok tekanan darah normal 140/90
atau di bawahnya.
5. Kurangnya aktivitas fisik
Melakukan latihan fisik secara teratur memang sangat bermanfaat dalam
memelihara kesehatan jantung, tetapi bagaimana mekanisme langsung
penurunan insiden PJK dan arteriosklerosis melaluilatihan fisik belum di
ketahui pasti. Namun, manfaat yang di peroleh dari latihan fisik teratur
antara lain adalah pengendalian kadar kolesterol dan peningkatan
pengeluaran energi. Kadar kolesterol total, HDL, dan trigliserida dalam
darah menurun, sedangkan HDL meningkat secara bermakna bila
melakukan akivitas fisik atau olahraga secara teratur. Selain itu, seseorang
yang biasa melakukan olahraga secara teratur, diameter pembuluh darah
jantung tetap terjaga, sehingga kesempatan terjadinya pengendapan
kolesterol pembuluh darah dapat dihindari.

6. Diabetes melitus

Diabetes melitus memperburuk prognosis PJK. Angka kematian karena


PJK meningkat 40-70% pada penderita diabetes. Penderita diabetes wanita
memiliki risiko terkena PJK 3-7 kali dibandingkan dengan wanita yang
tidak menderita diabetes. Pada penderita diabetes tipe 2 (tidak tergantung
pada insulin), peningkatan risiko PJK berkaitan erat dengan kelainan
lipoprotein, yaitu rendahnya HDL dan peningkatan trigliserida. Oleh karena
itu, kontrol gula darah melalui obat, diet, dan olahraga dapat membantu
menekan risiko terkena PJK pada penderita diabetes.
7. Merokok

Zat-zat racun dalam rokok yang masuk ke peredaran darah akan


menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Racun nikotin dari rokok akan
menyebabkan darah menjadi kenta sehingga mendorong percepatan

5
pembeuan dara karena agregasi patelet dan fibrinogen meningkat. Sehingga
sewaktu-waktu menyebabkan terjadi trombosis pada pembuluh koroner
yang sudah menyempit. Selain itu, telah dibuktikan bahwa rokok dapat
meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kadar
kolesterol baik (HDL). Pada Framingham Heart Study yang meneliti pria
dan wanita sekitar 20-49 tahun dilaporkan bahwa kadar koleterol HDL lebih
rendah 4,5-6,5% pada perokok.

c. Faktor psikososial

1) Stres
Stres dan kecemasan mempengaruhi fungsi biologis tubuh. Pada saat
stres peningkatan respons saraf simpatik memicu peningkatan tekanan
darah da terkadang disertai dengan kadar kolesterol darah. Sehingga
orang yangmudah stres beresiko terkena PJK dibandingkan dengan
seseorang yang tidak mudah mengalami stres. Dalam Norwegia study,
pemeriksaan kolesterol pada sembilan orang mahasiswa kedokteran
usia 22-33 tahun saat ujian dan 48 jam setelah ujian. Dua bulan
kemudian kadar kolesterol diperiks lagi saat jeda, ternyata kolesterol
total meningkat 20% selama ujian dan 48% sesudahnya dibanding saat
jeda.

2.3 Patofisiologis penyakit Jantung Koroner


Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada
pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya disebabkan
peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein) darah berlebihan dan
menumpuk pada dinding arteri sehingga aliran darah terganggu dan juga dapat
merusak pembuluh darah

Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan


lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah.
Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya
dapat menyebabkan ulserasi dan pendaeahan di bagian dalam pembuluh darah yang
menyebabkan klot darah. Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK
berupa serangan jantung (Naga, 2012). Pada umumnya PJK juga merupakan
ketidakseimbangan antara penyedian dan kebutuhan oksigen miokardium.
Penyedian oksigen miokardium bisa menurun atau kebutuhan oksigen miokardium
bisa meningkat melebihi batas cadangan perfusi koroner peningkatan kebutuhan
oksigen miokardium harus dipenuhi dengan peningkatan aliran darah. gangguan
suplai darah arteri koroner dianggap berbahaya bila terjadi penyumbatan sebesar

6
70% atau lebih pada pangkal atau cabang utama arteri koroner. Penyempitan <50%
kemungkinan belum menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung
kepada beratnya arteriosklerosis dan luasnya gangguan jantung. Beberapa tahapan
terjadinya PJK :
a. Angina pectoris
Merupakan gejala yang disertai kelainan morfologik yang permanen pada
miokardium. Gejala yang khas pada angina pectoris adalah rasa nyeri sering
menjalar kelengan kiri atas atau bawah bagian medial, keleher, daerah maksila
hingga kedagu atau ke punggung, tetapi jarang menjalar ketangan kanan. Nyeri
biasanya berlangsung 1-5 menit dan rasa nyeri hilang bila penderita istirahat.
Angina pectoris juga dapat muncul akibat stres dan udara dingin. Angina pectoris
terjadi berulang-ulang. Setiap kali keseimbangan antara ketersedia oksigen
dengan kebutuhan oksigen terganggu.

b. Angina pektoris yang tidak stabil

Serangan rasa sakit dapat timbul, baik pada saat istrahat, waktu tidur, maupun
aktivitas ringan. Lama sakit dada jauh lebih lama dari sakit biasa, frekuensi
seranagn juga lebih sering.

c. Serangan jantung

Dalam istilah kedokteran disebut infark miocard akut, yaitu jaringan otot jantung
yang mati karena kekurangan oksigen dan darah dalam beberapa waktu. Keluhan
yang di rasakan nyeri dada, seperti tertekan, tampak pucat berkeringat dan dingin,
mual, muntah, sesak pusing, serta pingsan.

2.4. Riwayat Alamiah Penyakit Jantung Koroner


. 1. Tahap Pre-patogenesis

Pada tahap ini terjadi proses etiologis, dimana faktor penyebab (agent) untuk
pertama kalinya bertemu dengan pejamu. Tetapi, faktor penyebab (agent) belum
menimbulkan penyakit, hanya saja terjadi interaksi dengan pejamu dan meletakkan
das-dasar bagi berkembangnya penyakit. Hal ini berarti merupakan faktor resiko.
Faktor Resiko untuk penyakit jantung koroner adalah hal-hal dalam kehidupan
yang dihubungkan perkembangan penyakit secara dini, beberapa faktor resiko
mempunyai pengaruh sangat kuat dan yang lainnya. Beberapa factor resiko tersebut
antara lain:

7
 Kadar kolesterol yang tidak seimbang
Ketidakseimbangan antara kolesterol HDL dan LDL dan LDL yang lebih tinggi
akan engakibatkmanm penyakit jantung koroner.
 Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah tinggi secara terus menerus akan menimbulkan kerusakan
dinding pembuluh arteri koroner secara perlahan-lahan. Jika kerusakan itu diperparah
dengan endapan lemak/kolesterol akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah
arteri koronari.
 Merokok
Peranan rokok terhadap penyakit jantung koroner dapat timbul dalam beberapa
cara, diantaranya
a) Karbonmonoksida (CO) yang terkandung di dalam asap roko lebih kuat menarik
atau menyerap oksigen dibandingkan sel darah merah dengan hemoglobinnya,
sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk mambawa oksigen ke
jaringan termasuk jantung.
b) Perokok memiliki kadar kolesterol HDL yang lebih rendah, berarti pelindung
terhadap peyakit jantung koroner menurun.
c) Merokok dapat menyembunyikan angina, yaitu sakit dada yang merupakan tanda
terhadap adanya sakit jantung. Tanpa adanya gejala itu, penderita tidak akan sadar
penyakit berbahaya yang sedang menyerangnya.
 Diabetes Melitus
 Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
 Kurang olahraga atau aktifitas fisik
 Stres

2. Tahap Patogenesis
1. Tahap Inkubasi
 Masa inkubasi PJK tidak ditentukan waktunya secara pasti, inkubasi
ini dipengaruhi oleh banyak factor resiko yang memungkinkan
terjadinya kardiovaskuler. Faktor resiko ini menyebabkan
penumpukan kolesterol pada pembuluh-pembuluh darah yang
mengakibatkan terbentuknya flak-flak yang mengakibatkan
tersumbatnya pembuluh darah.
 Penumpukan kolesterol pada pembuluh darah yang telah mencapai
titik jenuh mengakibatkan ketidakseimbangan kondisi tubuh dan
memacu terbentuknya penyakit kardiovaskuler.

8
 Pada tahap ini belum terjadi gangguan fungsi organ dan belum
menunjukkan gejala. Terjadi perubahan anatomi dan histology. Pada
penyakit jantung koroner terjadi aterosklerotik pada pembuluh darah
koroner yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Fase ini
sulit untuk didiagnosa secara klinis karena belu menimbulkan gejala
yang pasti

2. Tahap Penyakit Dini

Merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang terkena dan
menimbulkan gejala dapat berupa sesak nafas, nyeri di dada. Penderita jantung koroner
yang mengalami sesak nmafas engalami penyumbatan arteri koroner akan kekurangan
aliran darah ke otot jantung yang artinya otot-otot jantung tidak mendapat nutrisi dan
oksigen sehingga timbulah suatu keadaan yang dikenal sebagai iskemik (ischemia).
Dinding arteri koroner yang mengandung serabut-serabut otot polos, oleh suatu sebab
dapat berkerut (spasme) dengan akibat menyempitnya pembuluh darah secara tiba-tiba,
sehingga penderita merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung
mendadak. Kondisi lainnya dikenal dengan acute myocard infarct (AMI) yaitu
rusaknya otot jantung akibat penyumbatan arteri secara total yang disebabkan
pecahnya plak lemak atherosclerosis pada arteri koroner secara tiba-tiba dan akan
menimbulkn gejala sakit dada yang hebat, nafas pendek dan seringkali penderita akan
kehilangan kesadaran sesaat.

3. Tahap Penyakit Lanjut

Pada tahap ini Penderita telah merasakan sakit yang berulang-ulang atau menjadi lebih
parah gangguan jantung biasanya akan merasakan nyeri pada dada dan sesak napas.
Jika berlangsung lama dan terlambat mendapatkan penanganan, jantung bisa berhenti
total dan inilah yang disebut serangan jantung koroner yang berisiko menimbulkan
kematian mendadak.

4. Tahap Akhir Penyakit


 Sembuh sempurna, dalam fase ini penderita sudah sembuh, ditandai dengan
tidak tersumbatnya pembuluh darah oleh plak.
 Kronis, dalam fase ini gejala penyakit tidak berubah dalam arti tidak bertambah
berat ataupun tidak bertambah ringan, pada dasarnya masih dalam keadaan sakit.
 Meninggal, dalam fase ini penderita sudah tidak dapat disembuhkan sehingga
mengakibatkan kematian

9
2.5 Tanda Dan gejala Penyakit Jantung Koroner
1. Nyeri di bagian dada (angina)
Angina adalah nyeri dada yang teramat sangat intens akibat otot jantung tidak
mendapatkan cukup pasokan darah kaya oksigen. Rasa sakitnya mirip dicubit
atau dada tertindih benda berat.
Sensasi dicubit tersebut dapat menyebar ke pundak, lengan, leher, rahang, dan
punggung kiri. Bisa juga seperti menembus dari depan dada ke punggung. Rasa
nyeri dapat muncul dan menjadi lebih parah saat pasien sedang beraktivitas berat,
misalnya berolahraga.
Perlu Anda ketahui juga bahwa gejala angina pada pria dan wanita berbeda.
Wanita cenderung melaporkan serangan jantung yang diawali kemunculan rasa
nyeri spesifik di bawah dada dan perut bagian bawah.
Namun perlu diingat juga, tidak semua nyeri dada adalah gejala penyakit
jantung koroner. Nyeri dada akibat angina umumnya biasa disertai oleh gejala
lainnya, seperti keringat dingin.

2. Dingin dan mual


Ketika pembuluh darah menyempit, otot-otot jantung akan kekurangan
oksigen sehingga menyebabkan suatu kondisi yang disebut iskemia. Kondisi
ini akan memicu suatu sensasi yang sering dideskripsikan sebagai keringat
dingin. Di sisi lain, iskemia juga dapat memicu reaksi mual dan muntah.
3. Sesak napas
Jantung yang tidak berfungsi normal kesulitan memompa darah segar ke paru
sehingga Anda akan kesulitan bernapas. Selain itu, cairan yang berkumpul di
paru-paru juga menyebabkan sesak napas bertambah parah. Sesak napas yang
jadi gejala PJK biasanya terjadi bersamaan dengan nyeri dada

Pemeriksaan untuk Mendeteksi PJK


Untuk diagnosis seseorang yang menderita PJK dilakukan berbagai pemeriksaan,
dimulai dari tanya-jawab (anamnesa) untuk mendapatkan keterangan mengenai
keluhan dan riwayat yang pernah di derita sebelumnya, termasuk keluhan utama,
keluhan tambahan lain, riwayat penyakit dahulu, riwayta penyakit keluarga, dan juga
riwayat sosio-ekonomi. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memperoleh gambaran
umum keadaan fisik penderita termasuk pegamatan umum, palpasi (perabaan di ats
bagian jantung), perkusi jantung (ketuk dibatas jantung untuk menentukan gambaran

10
besar jantung), dan juga auskultasi (mendengarkan bunyi jantung melalui stetoskop).
Tes tambahan juga dilakukan berupa pemeriksaan tekanan darah dan tekanan vena
Pemeriksaan lanjutan untuk mendeteksi kelainan jantung, sebagai brikut:

1. Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG merupakan gambaran listrik yang ditimbulkan oleh jantung
pada waktu berkontraksi. Gambaran yang didapat berupa denyut, ritme, dan
apakah otot jantung berkontraksi dengan normal.
2. Ekokadiografi
Pemeriksaa yang tidak menimbulkan rasa sakit dan berdasarkan pemantulan
gelombang suara (ultasound) dari berbagai bagian jantung. Pada tes ini dapat
dilihat gambaran fungsi pompa jantung dan kontraksi yang terganggu bila
suplai darah terganggu.
3. Radioaktif isotop
Menggunakan zat kimia atau isotop yang disuntikkan pada penderita,
kemudian zat tersebut dideteksi melalui kamera khusus. Zat yang biasa
digunaka adalah thallium dan technetium. Pada bagian otot jantung yang
infark, zat radioaktif lebih sedikit dibandingkan denggan bagian otot jantung
yang normal.
4. Angiografi
Cara yang langsung dapat mendeteksi kelainan jantung dari pembulu arteri
jantung, seperti gambaran radiologis, yaitu dengan menggunakan alat
angiogram. Namun, pemeriksaan ini termasuk tindakan invasif yaitu dengan
memasukan kateter kedalam pembuluh arteri atau vena lalu didorong sampai
ke berbagai tempat di jantung. Gambran arteri jantung yang mengalirkan darah
ke jantung akan terlihat dengan pemeriksaan ini.

2.6 Pencegahan penyakit PJK

Pencegahan
Menurut M.N.Bustan (2007) upaya pencegahan PJK dapat meliputi 4 tingkat upaya :

a. Pencegahan primordial, yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi


terhadap PJK dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya faktor yang
menjadi risiko PJK.

b. Pencegahan primer, yaitu upaya awal pencegahan PJK sebelum seseorang


menderita. Dilakukan dengan pendekatan komunitas dengan pendekatan komuniti
berupa penyuluhan faktor-faktor risiko PJK terutama pada kelompok usia tinggi.
Pencegahn primer ditujukan kepada pencegahan terhadap berkembangnya proses

11
artherosklerosis secara dini, dengan demikian sasaranya adalah kelompok usia
muda.
Upaya pencegahan ini berupa ;

1) Peningkatan kesadaran pola hidup sehat

Upaya ini lebih baik dilakukan sejak bayi, dengan tidak membiarkan bayi jadi demikian
pula pendidikan dan pengamalan pola hidup sehat, harus dimulai sejak balita.
Menganjurkan anak-anak banyak makan sayuran dan buah serta menghindari makanan
yang kurang mengandung serat dan banyak kolesterol seperti Pizza Hut, Mc Donal's,
CFC, KFC dan lain-lain.

2) Kampanye stop rokok memang terasa sulit, namun perlu dibudayakan. Bagi
orang yang sudah merasakan sakitnya angina pektoris, mungkin lebih mudah,
tetapi bagi yang belum merasakanya mungkin memerlukan bantuan orang lain
seperti anak dan istrinya. Berhenti merokok merupakan target yang harus
dicapai, juga hindari asap rokok dari lingkungan, kurangi atau stop minum
alkohol
3) . Melakukan olahraga secara teratur. Biasakan setiap hari untuk melakukan olah
raga, setidaknya 3 – 5 kali perminggu dapat melakukan olah raga selama 30
menit sangat berguna untuk kesehatan jantung kita. Menghindari faktor-faktor
risiko yang lain, khususnya faktor PJK yang dapat dimodifikasi..
4) Pemeriksaan kesehatan secara berkala Banyak orang yang sudah menginjak
usia senja (usia diatas 40 tahun) tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap
penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis ataupun dislipidemia (kelebihan
kolesterol), karena mereka enggan memeriksakan diri ke dokter atau mungkin
pula penyakit tersebut tidak memberikan suatu keluhan. Tidak jarang dari
mereka ini kemuadian meninggal mendadak karena serangan jantung .

Pencegahan Sekunder

Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang yang sudah menderita PJK. Tujuan
Pencegahan Sekunder adalah supaya tidak terjadi komplikasi lebih lanjut, tidak
merasa invalid (cacat di masyarakat) dan status psikologis penderita menjadi cukup
mantap. Secara Umum Upaya Pencegahan PJK yang dapat dilakukan pada orang yang
sehat.

1. Berolah raga secara teratur, untuk membantu pembakaran lemak dan menjaga
agar peredaran darah tetap lancar.

12
2. Mengurangi konsumsi makanan berlemak atau berkolesterol tinggi dan
meningkatkan konsumsi makanan tinggi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan.

3. Menjaga berat badan ideal.

4. Cukup istirahat dan kurangi stress, sehingga jumlah radikal bebas yang terbentuk
dalam tubuh tidak terlalu banyak.

5. Hindari rokok, kopi, dan minuman beralkohol.

6. Melakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala untuk memantau kadar


kolesterol dalam darah.

2.7 Pengobatan Jantung Koroner


1. Perubahan Gaya Hidup

Fokus utama pengobatan PJK adalah perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat,
dikombinasikan dengan konsumsi obat atau prosedur medis. Misalnya, berhenti
merokok, membatasi minum alkohol, konsumsi makanan bergizi seimbang,
mengurangi stres, menjaga berat badan tetap ideal, dan rutin berolahraga

2. Konsumsi Obat

Di antaranya adalah obat pengencer darah, statin, obat penghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE inhibitors), angiotensin II receptor blockers (ARB), penghambat
beta (beta blockers), nitrat, antagonis kalsium, dan diuretik. Jika konsumsi obat tidak
efektif dalam mengalami gejala PJK, dokter menyarankan tindakan medis lain,
seperti operasi.

2.8 Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK)

PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena PJK meskipun
kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65 tahun ke atas,
ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12 % pada wanita. Pada tahun 2002, WHO
memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang meninggal tiap akibat penyakit
kardiovaskuler, terutama PJK (7,2 juta) dan stroke (5,5 juta). (WHO, 2002) Secara
umum angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) di Indonesia
belum diteliti secara akurat. Di Amerika Serikat pada tahun 1996 dilaporkan kematian
akibat PJPD mencapai 959.277 penderita, yakni 41,4 % dari seluruh kematian. Setiap

13
hari 2600 penduduk meninggal akibat penyakit ini. Meskipun berbagai pertolongan
mutakhir telah diupayakan, namun setiap 33 detik tetap saja seorang warga Amerika
meninggal akibat penyakit ini. Dari jumlah tersebut 476.124 kematian disebabkan oleh
Penyakit Jantung Koroner. Huon, keith D, john M, lain A (2002) dalam ( Supriyono,
2008).

2.9. Data Penyebaran Penyakit Jantung Koroner di Indonesia

14
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Dari Makalah ini dapat diketahui bahwa penyakit janting Koroner merupakan
penyebab kematian dan kesakitan pada manusia. Penyakit jantung koroner (PJK)
adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya
penyempitan pembuluh darah koroner. Pada waktu jantung harus bekerja lebih keras
terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal inilah yang
menyebabkan nyeri dada, Adapun berbagai factor resiko yang dapat mempengaruhi
yaitu umur, keturunan, jenis kelamin, anatomi pembuluh koroner dan faktor
metabolisme adalah faktor-faktor alamiah yang sudah tidak dapat diubah. Namun ada
berbagai faktor risiko yang justru dapat diubah atau diperbaiki. Sangat jarang orang
menyadari bahwa faktor risiko PJK bisa lahir dari kebiasaaan hidup sehari-hari yang
buruk misalnya pola komsumsi lemak. yang berlebih, perilaku merokok, kurang
olaraga atau pengelolaan stress yang buruk. Oleh karena itu perlu kita sadari bahwa
pentingnya menjaga pola hidup kita agar terhindar dari resiko penyakit jantung
Koroner melalui berbagai tahap pencegahan dan pengobatan sedini mungkin.
3.2. SARAN

Bagi pembaca yang sudah memiliki faktor resiko penyakit Jantung Koroner hendaknya
lakukan pemeriksaan sedini mungkin, bila perlu mulai mengontrol berbagai factor-
faktor resiko yang dapat dicegah dari sekarang seperti merokok, makan makanan
berlemak dll.

15
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo.2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka


Cipta.

http://eprints.umpo.ac.id/3913/3/BAB%202.pdf, (diakses pada tanggal 26 januari 2020


)

https://www.cermati.com/artikel/penyakit-jantung-ketahui-gejala-penyebab-
pencegahan-dan-penanganannya( diakses tanggal 26 januari 2020)

http://eprints.undip.ac.id/50740/3/M.Ridwan_R.Y_22010112130174_Laporan_KTI_
Bab_2.pdf, (diakses tanggal 30 januari 2020)

https://www.kompasiana.com/antoniovicasco/5be83fbe677ffb70031af752/epidemiolo
gi-silent-killer-itu-bernama-jantung-koroner, (diakses tanggal 30 januari 2020 )

https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf,
diakses (pada tanggal 30 januari 2020 )

16
17

Anda mungkin juga menyukai