Anda di halaman 1dari 23

1

PROPOSAL KEGIATAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


MOBILISASI DINI PADA IBU PASCA SEKSIO SESAREA “
DI RUANG PERAWATAN ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM BAHAGI MAKASSAR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik


Stase Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh : Kelompok III

Sukmawati S.Kep Nim : 19193006


Ita Tirtayana S.Kep Nim : 19193007
A. Wahyuni S.Kep Nim : 19193008
Yudi Rizky Rumalesin S.Kep Nim :19193056
Rosdian S.Kep Nm : 19193061
Harsono S.Kep Nim : 19193080
Tri Darmawati Ilyas S.Kep Nim :19193089

DEPARTEMEN MATERNITAS PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK
2019 - 2020

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


2
i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya "kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan kegiatan penyuluhan
dengan judul “ Mobilisasi Dini Pada Ibu Pasca Seksio Sesarea “ Di Ruang anggrek Rumah Sakit
Umum Bahagia Makassar yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Laporan dan penyuluhan ini merupakan salah satu tugas praktek klnik stase keperawatan
maternitas yang harus di laksanakan untuk bisa lulus dari tugas praktek klnik stase maternitas.
Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bagaimana cara
Mobilisasi Dini Pada Ibu Pasca Seksio Sesarea.
Tim penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
laporan kegatan penyuluhan ini.
Akhir kata, Tim penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan laporan kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Makassar , 09 Februari 2020

Penulis

Kelompok III

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


ii
3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................ i


Daftar Isi ........................................................................................... ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum .................................................................. 2
2. Tujuan Khusus ................................................................. 2
C. Manfaat ................................................................................. 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyuluhan ..................................................... 3
BAB III : KEGIATAN PENYULUHAN
A. Penyuluhan ............................................................................. 8
B. Tujuan .................................................................................... 8
C. Materi ..................................................................................... 8
D. Metode ................................................................................... 8
E. Pengorganisasian.................................................................... 9
F. Pembagian Tugas ................................................................... 9
G. Setting Tempat ....................................................................... 9
H. Kegiatan Penyuluhan ............................................................. 10
I. Evaluasi .................................................................................. 10
BAB IV : HASIL KEGIATAN
A. Materi ..................................................................................... 11
B. Dokumentasi Kegatan Penyuluhan ........................................ 17
C. Lembar Konsultasi ................................................................. 17
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 18
B. Saran ...................................................................................... 18

Daftar Pustaka

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar Belakang Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu tenaga
kesehatan untuk terus meningkatkan kuantitatif dan pelayanan dalam upaya mencapai
tujuan pembangunan kesehatan. Walaupun pengetahuan semakin berkembang tapi bisa
saja dalam menangani suatu penyakit tidak begitu efisien, terutama dengan pasien post
operasi harus memerlukan penanganan yang kompetent. Pada pasien post operasi
laparatomi misalnya, seorang pasien memerlukan perawatan yang maksimal demi
mempercepat proses kesembuhan luka pasca bedah bahkan penyembuhan fisik pasien itu
sendiri. Pengembalian fungsi fisik pasien post-op l dilakukan segera setelah operasi dengan
latihan napas dan batuk efektf serta latihan mobilisasi dini. Masalah yang sering terjadi
pada post operasi adalah ketika pasien merasa terlalu sakit atau nyeri dan faktor lain yang
menyebabkan mereka tidak mau melakukan mobilisasi dini dan memilih untuk istirahat
di tempat tidur.
Dalam masa hospitalisasi, pasien sering memilih untuk tetap di tempat tidur
sepanjang hari, meskipun kondisi mereka mungkin membolehkan untuk melakukan
aktivitas atau pergerakan lain. Banyak pasien dirumah sakit yang harus menjalani
imobilisasi, apakah harus tirah baring karena terapi atau karena penyakit yang diderita.
Salah satunya adalah pasien yang telah menjalani prosedur operasi. Padahal hampir semua
jenis pembedahan, setelah 24-48 jam pertama paska bedah, pasien dianjurkan untuk segera
meninggalkan tempat tidur atau melakukan mobilisasi dini. Menurut Oldmeadow et al
(2006) ambulasi dini dianjurkan segera pada 48 jam pasien paska operasi. Pasien post
operasi memerlukan perawatan yang maksimal untuk mempercepat pengembalian fungsi
tubuh. Hal ini dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektif dan
mobilisasi dini. Perawatan post oprasi merupakan bentuk perawatan yang diberikan kepada
pasien yang telah menjalani operasi pembedahan.Tujuan perawatannya adalah mengurangi
komplikasi, meminimalkan nyeri, mempercepat penyembuhan, mengembalikan fungsi
pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi, mempertahankan konsep diri dan
mempersiapkan pulang, hal ini dilakukan sejak pasien masih di ruang pulih sadar. Post

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


2

operasi laparatomi yang tidak mendapatkan perawatan maksimal setelah pasca bedah dapat
memperlambat penyembuhan pasien itu sendiri. Laporan Departement Kesehatan
Indonesia tindakan pembedahan meningkat dari 162 pada tahun 2005 menjadi 983 kasus
pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun 2007. Dengan melihat kondisi pasien post
operasi yang memerlukan perawatan maka perlu dilakukannya intervensi dengan maksud
untuk mengurangi tegangan melalui latihan pernapasan dan mobilisasi dini untuk
mempercepat proses kesembuhan dan kepulangan pasien serta dapat memberikan
kepuasan atas perawatan yang diberikan.
B. Tujuan intruksional
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang
mobilisasi dini post operasi
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta akan mampu :
a. Menjelaskan pengertian mobilisasi dini post operasi
b. Menjelaskan tujuan mobilisasi dini post operasi
c. Menjelaskan macam-macam mobilisasi post operasi
d. Menjelaskan manfaat mobilisasi dini
e. Menjelaskan kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
f. Menjelaskan tahap-tahap mobilisasi dini post operasi
C. Manfaat
Penyuluhan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu tentang pentingnya
mobilisasi dini pada ibu pasca sectio caesarea.

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyuluhan
1. Pengertian
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan
berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa
yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta
pertolongan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang
yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat.
Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain,
bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus
dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah
secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi,
sikap, maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat
2. Tujuan Penyuluhan
Tujuan pendidikan kesehatan sebagai berikut :
a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial
sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian
c. Untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang
kesehatan.

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


4

3. Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Penyuluhan


Faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan
kesehatan adalah :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi
baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang
didapatnya.
b. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam
menerima informasi baru.
c. Adat Istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal
yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai
dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang–
orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat
dengan penyampai informasi.
e. Ketersediaan Waktu di Masyarakat.Waktu penyampaian informasi harus
memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat
kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
4. Metode Penyuluhan
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan
adalah :
a. Metode Ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan
suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran
sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.
b. Metode Diskusi Kelompok Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah
dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran)
dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


5

c. Metode Curah Pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana


setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang
terpikirkan oleh peserta, dan evaluasi atas pendapat tadi dilakukan kemudian.
d. Metode Panel adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan
pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih
panelis dengan seorang pemimpin.
e. Metode Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan
manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih
untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
f. Metode Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide
dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk
memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan
menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang
tidak terlalu besar jumlahnya.
g. Metode Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai
5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat
h. Metode Seminar adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul
untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang
menguasai bidangnya.
5. Media Penyuluhan
Media penyuluhan kesehatan adalah media yang digunakan untuk menyampaikan
pesan kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan
pesan kesehatan bagi masyarakat yang dituju. Media penyuluhan didasarkan cara
produksinya dikelompokkan menjadi :
a. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.
Media cetak terdiri dari :
1) Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan dan
bentuk buku, baik tulisan ataupun gambar.
2) Leaflet adalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui lembar yang
dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat maupun gambar.

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


6

3) Selebaran adalah suatu bentuk informasi yang berupa kalimat maupun


kombinasi.
4) Flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan
dalam bentuk lembar balik berisi gambar dan dibaliknya berisi pesan yang
berkaitan dengan gambar tersebut.
5) Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan suatu masalah
kesehatan.
6) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang biasanya
ditempel di tempat umum.
7) Foto yang mengungkap informasi kesehatan yang berfungsi untuk member
informasi dan menghibur.
b. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.adapun
macam media elektronik:
1) Televisi
2) Radio
3) Video
4) Slide
5) Film
c. Luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan secara
umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, missal :
1) Pameran
2) Banner
3) TV Layar Lebar
4) Spanduk
5) Papan Reklame
6. Langkah Penyuluhan
Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus
melakukan penyuluhan sesuai dengan langkah - langkah dalam penyuluhan
kesehatan masyarakat sebagai berikut :
a. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


7

b. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.


c. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan
kesehatan masyarakat.
d. Menyusun perencanaan penyuluhan
1) Menetapkan tujuan
2) Penentuan sasaran
3) Menyusun materi / isi penyuluhan
4) Memilih metoda yang tepat
5) Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
6) Penentuan kriteria evaluasi.
7) Pelaksanaan penyuluhan
8) Penilaian hasil penyuluhan
9) Tindak lanjut dari penyuluhan

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


8

BAB III
KEGIATAN PENYULUHAN
A. Penyuluhan
Judul Penyuluhan : Mobilisasi Dini Pada Ibu Pasca Seksio Sesarea
Sasaran : Ibu Post Sectio Sesare
Tempat : Ruang Anggrek RSU Bahagia
Waktu : 45 Menit
Hari : Kamis 13 Februari 2020
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang
mobilisasi dini post operasi
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta akan mampu :
a. Menjelaskan pengertian mobilisasi dini post operasi
b. Menjelaskan tujuan mobilisasi dini post operasi
c. Menjelaskan macam-macam mobilisasi post operasi
d. Menjelaskan manfaat mobilisasi dini
e. Menjelaskan kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
f. Menjelaskan tahap-tahap mobilisasi dini post operasi
C. Materi (Terlampir)
1. Pengertian mobilisasi dini post operasi
2. Tujuan mobilisasi dini post operasi
3. Macam-macam mobilisasi post operasi
4. Manfaat mobilisasi dini
5. Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
6. Tahap-tahap mobilisasi dini post operasi
D. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


9

E. Media
1. SAP
2. Leaflet
3. Poster
4. Alat Tulis
F. Pengorganisasian
a. Mederator : 1. Rosdian , S.Kep
b. Penyaji : 1. Sukmawati S.Kep
c. Fasilitator : 1. Yudi Rizky Rumalesin, S.Kep
2. A. Wahyuni S.Kep
d. Observer : 1. Harsono S.Kep
2. Tri Darmawati Ilyas S.Kep
G. Pembagian Tugas
1. Moderator : 1. Rosdian S.Kep
Tugas : 1. Mengucapkan salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
4. Menyampaikan topik dan sub topik
5. Menyimpulkan materi penyuluhan
2. Penyaji : 1. Sukmawati S.Kep
Tugas : 1. Menyajikan materi penyuluhan
2. Menjawab pertanyaan
3. Fasilitator : 1. Yudi Rizky Rumalesin, S.Kep
2. A. Wahyuni S.Kep
Tugas : 1. Menyiapkan ruangan penyuluhan
2. Menyiapkan segala keperluan yang akan digunakan
4. Observer : 1. Harsono S.Kep
2. Tri Darmawati Ilyas S.Kep
Tugas : 1. Menilai proses penyuluhan

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


10

H. Setting Tempat

Presenter Observasi

Fasilitator Moderator

AUDIEN AUDIEN

AUDIEN AUDIEN

I. Kegiatan Penyuluhan (Proses Pelaksanan)


Kegiatan
No Kegiatan Waktu Materi
Penyaji Peserta
1. Pembukaan 5 Pembukaan : 1. Menyampaikan 1. Menjawab salam
menit 1. Mengucapkan salam salam 2. Memperhatikan
2. Memperkenalkan diri 2. Membuka acara 3. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
4. Menjelaskan topik
5. Menjelaskan kontrak
waktu
2. Pelaksanaan 25 Menjelaskan : 1. Menyajikan 1. Mendengar,
Penyuluhan menit 1. Pengertian mobilisasi materi 2. Melihat
dini post operasi penyuluhan, 3. Memperhatikan
2. Tujuan mobilisasi 2. Menunjukkan
dini post operasi gambar dan
3. Macam-macam menjelaskan
mobilisasi post
operasi
4. Manfaat mobilisasi
dini
5. Kerugian bila tidak
melakukan mobilisasi

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


11

6. Tahap-tahap
mobilisasi dini post
operasi

Demonstrasi
1. Tahap-tahap
mobilisasi dini post
operasi
3. Evaluasi 10 Evaluasi : Menjawab Bertanya kepada
menit 1. Memberi kesempatan pertanyaan peserta penyaji
kepada responden
untuk bertanya
2. Memberi kesempatan
kepada responden
untuk menjawab
pertantanyaan yang
dilontarkan
4. Simpulan 3 Bersama peserta Mengulas kembali 1. Mendiskusikan
menit mengulas kembali materi materi yang telah 2. Mendengar
penyuluhan yang telah dibahas 3. Memperhatikan
dibahas
5. Penutup 2 1. Membagikan poster 1. Membagikan 1. Menerima lefleat
menit 2. Menganjurkan peserta leafleat 2. Melihat dan
untuk membaca poster 2. Menganjurkan bersedia membaca
yang telah diberikan untuk poster
3. Salam penutup membacanya 3. Menjawab salam
3. menyampaikan
salam penutup

J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan
b. Media dan alat memadai
c. Waktu dan tempat penyuluhan sesuai dengan rencana kegiatan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan alokasi waktu
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


12

c. Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang diajukan oleh penyuluh pada
saat evaluasi
3. Evaluasi Hasil
a. Proses penyuluhan berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diimginkan.
b. Peserta mampu menjawab 80% pertanyaan yang diajukan oleh penyaji saat
evaluasi, terkait dengan :
1) Pengertian mobilisasi dini post operasi
2) Tujuan mobilisasi dini post operasi
3) Macam-macam mobilisasi post operasi
4) Manfaat mobilisasi dini
5) Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
6) Tahap-tahap mobilisasi dini post operasi
4. Antisipasi Masalah
a. Bila peserta tidak aktif dalam kegiatan (tidak ada pertanyaan) observer dapat
menstimulasi dengan cara berulang dengan pemberi materi dalam membahas
materi yang diberikan.
b. Pertanyaan yang sekiranya tidak dapat dijawab oleh penyuluh penyaji, hendaknya
dilakukan konfirmasi pada anggota kelompok yang lainnya.

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


13

BAB IV
HASIL KEGIATAN
A. Materi
1. Pengertian
Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah operasi
dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bisa turun dari tempat
tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth,
2002).
Menurut Carpenito (2000), Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang
terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan
kemandirian. Konsep mobilisasi dini sebenarnya daalh untuk mencegah komplikasi
paska operasi.
Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah
suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing
penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Mobilisasi dini juga didefenisikan
sebagai suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan pasien setelah
beberapa jam post/pasca operasi.
2. Tujuan Mobilisasi Dini Post Operasi
Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004), antara lain:
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mempercepat proses penutupan jahitan operasi
g. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan
atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
h. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.
Manfaat lain dari mobilisasi dini adalah :
a. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat peradaran ASI
b. Mempercepat kesembuhan dan membantu mengembalikan kekuatan

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


14

c. Mengurangi resiko infeksi setelah operasi


d. Mempercepat kembalinya fungsi alat – alat perkemihan
3. Macam-Macam Mobilisasi
Menuruit Priharjo, 2000 mobilisasi dibagi menjadi dua yakni :
a. Mobilisasi secara pasif Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya
dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan.
b. Mobilisasi secara aktif Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuh
dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
4. Manfaaat Mobilisasi Dini
Menurut Mochtar (2005), manfaat mobilisasi bagi anak post operasi adalah :
a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak,
otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi
kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian anak merasa
sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan, terutama
penutupan luka jahitan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan
bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga
membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
b. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi
darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli
dapat dihindarkan.
5. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi
Berikut beebrapa kerugian bila tidak melakukan mobilisasi post operasi :
a. Penyembuhan luka menjadi lama
b. Menambah rasa sakit
c. Badan menjadi pegal dan kaku
d. Kulit menjadi lecet dan luka
e. Memperlama perawatan dirumah sakit
Kerugian lain jika tidak melakukan mobilisasi dini :
a. Meningkatkan resiko terjadinya infeksi yang ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh
b. Perdarahan yang tidak normal

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


15

c. Menghambat peredaran darah dan sisa plasenta


d. Gangguan pencernaan.
a. Status emosi labil.
6. Tahap-tahap Mobilisasi Dini
Menurut Kasdu (2003) mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini
akan dijelaskan tahap mobilisasi dini antara lain :
a. Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien harus tirah baring dahulu.
Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,
menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat
tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki
b. Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan
mencegah trombosis dan trombo emboli c
c. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk
d. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan.
Kebanyakan dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh
digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi
yang masih belum sembuh yang baru saja selesai dikerjakan. Padahal tidak
sepenuhnya masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan justru hampir semua jenis
operasi membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan sedini mungkin.
Asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi
gangguan, dengan bergerak, masa pemulihan untuk mencapai level kondisi
seperti pra pembedahan dapat dipersingkat.
Dan tentu ini akan mengurangi waktu rawat di rumah sakit, menekan
pembiayaan serta juga dapat mengurangi stress psikis. Dengan bergerak, hal ini
akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri,
menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme
tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya
justru akan mempercepat penyembuhan luka.
Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot dan sendi pasca
operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak negatif
dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga terhadap

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


16

pemulihan fisik. Pengaruh latihan pasca pembedahan terhadap masa pulih ini,
juga telah dibuktikan melalui penelitian penelitian ilmiah. Mobilisasi sudah
dapat dilakukan sejak 8 jam setelah pembedahan, tentu setelah pasien sadar atau
anggota gerak tubuh dapat digerakkan kembali setelah dilakukan pembiusan
regional. Pada saat awal, pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur
dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan,
mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk
juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan.
Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan sudah
bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase selanjutnya
duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di
lantai sambil digerak-gerakan. Di hari kedua pasca operasi, rata-rata untuk
pasien yang dirawat di kamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk
berjalan, semestinya memang sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar
atau keluar kamar, misalnya berjalan sendiri ke toilet atau kamar mandi dengan
posisi infus yang tetap terjaga.
Bergerak pasca operasi selain dihambat oleh rasa nyeri terutama di sekitar
luka operasi, bisa juga oleh beberapa selang yang berhubungan dengan tubuh,
seperti; infus, cateter, pipa nasogastrik (NGT=nasogastric tube), drainage tube,
kabel monitor dan lain-lain. Perangkat ini pastilah berhubungan dengan jenis
operasi yang dijalani. Namun paling tidak dokter bedah akan mengintruksikan
susternya untuk membuka atau melepas perangkat itu tahap demi tahap seiring
dengan perhitungan masa mobilisasi ini.
Sedangkan hal – hal yang perlu diperhatikan dalam mobilsasi dini adalah :
a. Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap
b. Dilakukan dengan benar dan tepat
c. Tidak berlebihan
d. Jangan terlalu cepat untuk melkukan mobilisasi dini sebab bias menyebabkan
ibu terjatuh bila kondisi ibu masih lemah atau memiliki penyakit jantung.

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


17

B. Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan (Terlampir)


C. Lembar Konsultasi
NO Hari/Tanggal Saran Paraf

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


18

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu aktivitas /
kegiatan. Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan
yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalianan Caesar yang bertujuan
untukm membantu jalannya penyembuhan penderita / ibu yang sudah melahirkanMobilisasi
yang dilakukan meliputi:
1. Hari ke 1 :
Lakukan miring ke kanan dank e kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita
/ ibu sadar Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin
setelah sadar.
2. Hari ke 2 :
Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya
disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus
menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih. Kemudian posisi
tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk. Selanjutnya secara berturut-turut, hari
demi hari penderita/ibu yang sudah melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari,
belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 hari setelah operasi.
Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu
penyembuhan ibu.
B. Saran
1. Bagi Pasien.
Kepada pasien, setelah 6 jam selesai tindakan operasi anastesi umum dibantu dengan
perawat. Pasien mau melakukan tindakan mobilisasi dini dengan mengabaikan rasa malas
dan sedikit nyeri juga rumor yang berpendapat bahwa jika banyak bergerak setelah operasi
maka jahitan operasi akan lepas. Mobilisasi dilakukan untuk mempercepat terjadinya
platus, melancarkan peredaran darah dan menghindari komplikasi lainnya.

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


19

2. Bagi Perawat.
Mobilisasi dini pada pasien post operasi anastesi umum sangat perlu dilakukan dimana
keuntungan yang didapat pasien dapat lebih cepat mengakhiri puasanya karena peristaltik
nya sudah baik dan mencegah komplikasi yang lain. Kepada perawat diharapkan mampu
melakukan mobilisasi secara terstruktur setelah 6 jam pasien selesai dioperasi.
3. Bagi Pihak Rumah Sakit.
Mengingat efek yang ditimbulkan sangat fatal jika tidak dilakukan mobilisasi dini setelah
pasien 6 jam selesai di operasi, hal ini perlu menjadi perhatian yang sangat penting bagi
pihak Rumag Sakit yaitu diharapkan mobilisasi secara terstruktur dapat menjadi protap
yang harus dilakukan setalah 6 jam pasien selesai di operasi dengan anastesi umum.

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar


20

DAFTAR PUSTAKA
Brunner&Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta: EGC
Beyer, Dudes (1997). The Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2nd: Brown Co
Biston. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC

Laporan Kegiatan Penyuluhan (SAP) Stikes Gunung Sari Makassar

Anda mungkin juga menyukai