Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PADA An.

S DENGAN DEMAM
BERDARAH DI RUANG ANGGGREK BRSU TABANAN

OLEH:

NI NYOMAN AYU SUDIASIH

P07120017166

TINGKAT 3. 5

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.S DENGAN DEMAM
BERDARAH DI RUANG ANGGGREK BRSU TABANAN
TANGGAL

OLEH:

NI NYOMAN AYU SUDIASIH

P07120017166

TINGKAT 3. 5

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2019
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Demam berdarah dengue/ DBD (Dengue Haemorrhagic Fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot, dan/ atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. (Sudoyo Aru dalam
Nurarif, 2015)

2. PENYEBAB/ FAKTOR PREDISPOSISI


Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae secara
serologi terdapat 4 tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan serotipe yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru dalam
Nurarif, 2015).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti, yaitu :
- Paling sering ditemukan
- Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air
jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
- Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik
putih.Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore
hari.
- Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus, yaitu :
- Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau
pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas
- Menggigit pada waktu siang hari
- Jarak terbang 50 meter.

3. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia (virus berada dalam sirkulasi darah). Hal tersebut menyebabkan
pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus
pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat C3a, C5a, bradikinin,
serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus
sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan
meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi
juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah
yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus
juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi
trombosit, trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan
perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak
teratasi, maka akan terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis
metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang
akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan
menurun dan jika tidak teratasi dapat menimbulkan hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya
dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia
terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada
daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi:
1) Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem
komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida
berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
2) Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
3) Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
4) Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui
endotel dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan,
asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006)
4. POHON MASALAH

Virus Dangue

Viremia

Hipertermia Depresi sum-sum


tulang

Anoreksia
Manifestasi
Muntah perdarahan

Risiko Defisit
Hipovolemia Kehilangan plasma
Nutrisi

Risiko
Hipovolemia

Syok

Kematian
5. KLASIFIKASI
Menurut Suriadi (2010) derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi
4 golongan, yaitu :
- Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji
tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
- Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.
- Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg), kulit
dingin dan lembab serta gelisah.
- Derajat IV : syok berat disertai nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
teratur.
Klasifikasi derajat DHF menurut WHO :
- Derajat 1 : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perarahan adalah uji tornoquet positif
- Derajat 2 : derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan /atau
perdarahan lain.
- Derajat 3 : ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.
- Gejala 4: syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

6. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan apabila semua hal
dibawah ini dipenuhi:
a. Demam: Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama 2 – 7
hari
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
- Uji torniquet positif
- Petekie, purpura, ekimosis,
- Perdarahan mukosa (epistaksis, gusi berdarah), saluran cerna, tempat
bekas suntikan.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ mm3
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
- Peningkatan nilai hematokrit  20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin
- Penurunan nilai hematockit  20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asites, efusi pleura

Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan infeksi
dengue, yaitu:

1. Hari 1 – 3 Fase Demam Tinggi


Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang
mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai bercak
merah di kulit.
2. Hari 4 – 5 Fase Kritis
Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan.
Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue Shock
Syndrome”
3. Hari 6 – 7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
- Hb dan PCV meningkat (> 20%)
- Trombositopenia (< 100.000 /mm3)
- Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
- Protein darah rendah
- Ureum dan PH bisa meningkat
- NA dan CL rendah
- Serologi: HI (hemaglutination inhibition test).
2) Rontgen thorax : Merupakan data penunjang untuk mengetahui
kemungkinan dijumpainya efusi pleura
3) Uji test tourniquet (+)
4) USG: untuk mengetahui adanya hepatomegali dan splenomegali.

8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan
pada derajat I hingga derajat IV.
1. Derajat I dan II
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg
BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama
diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan
dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut:
- 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
- 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
- 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
- 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
b. Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
c. Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
d. Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2. Derajat III
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg
BB/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam,
jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan
kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk.
b. Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L) sebanyak 10
ml/kg BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam,
apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan
darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang
cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik
lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.
c. Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih
menurun dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan
plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg
/kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas
3. Derajat IV
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL
sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
b. Apabila keadaan tekanan darah memburuk maka harus dipasang. 2
saluran infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan
satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20
ml/kgBB/jam selam 1 jam,
c. Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20
ml/kgBB/jam,
d. Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10
ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
e. Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan
perbaikan maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya
dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul,
2008).

9. KOMPLIKASI
1. Syok
Pada DHF derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan kehilangan banyak
cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi cairan
intravaskuler.
2. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana
hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh
adanya deposit bilirubin.
3. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari DHF apabila terjadi
Dengue Shock Syndrome (DSS) yang akan berakibat kepada kematian.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue
menurut Nursalam 2005 adalah:
a. Biodata / Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan
saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke
3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang
DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang
pernah diderita dahulu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan
air, vas and ban bekas.
f. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
g. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering
mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya menjadi kurang.
h. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
i. Pola kebiasaan
- Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
- Eliminasi atau buang air besar. Kadang-kadang anak mengalami diare
atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV
bisa terjadi melena.
- Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing
sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue
grade IV sering terjadi hematuria.
- Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
- Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat
sarang nyamuk Aedes Aegypti.
- Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
j. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade)
Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
- Grade I: kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
- Grade II: kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
- Grade III: kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
- Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.

Pemeriksaan meliputi, yaitu:

- Kulit
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab. Kuku sianosis atau tidak
- Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
- Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi
pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan
IV
- Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
- Anus dan Genetalia
Dapat terganggu karena diare atau konstipasi
- Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
k. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
- Hb dan PCV meningkat (≥20%).
- Trombositopenia (≤100.000/mm3).
- Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
- Ig.D.dengue positif.
- Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
- Urium dan PH darah mungkin meningkat.
- Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO3 rendah.
- SGOT/SGPT memungkinkan meningkat

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat
mual dan nafsu makan yang menurun
3. Hipovolemia berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
4. Risiko hipovolemia berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Hipertermia Setelah dilakukan SIKI : 1. Untuk
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Identifikasi mengetahui
proses infeksi virus selama ... x .. jam, penyebab penyebab
dengue. diharapkan hipertermia hipertermia (mis. hipertermia pada
membaik dengan Dehidrasi, terpapar pasien
kriteria hasil : lingkungan panas, 2. Untk mengetahui
SLKI penggunaan perkembangan
- Termoregulasi(suhu inkubator) suhu tubuh
tubuh pasien dalam 2. Monitor suhu tubuh pasien.
rentang normal) 3. Longgarkan atau 3. Untuk
lepaskan pakaian mempermudah
- Tanda – tanda vital 4. Berikan cairan oral prosese
kembali normal 5. Anjurkan tirah penguapan pada
(nadi dan frekuensi baring kulit
pernapasan pasien 6. Kolaborasi 4. Untuk membantu
dalam rentang pemberian cairan menurunkan
dan elektrolit intra suhu tubuh
vena, jika perlu 5. Agar
mempercepat
proses
penyembuhan
pasien
6. Untuk membantu
memenuhi
kebutuhan cairan
dan elektrolit
pasien
Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan SIKI : 1. Untuk
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Monitor asupan dan mengetahui
intake nutrisi yang selama ... x .. jam, keluarnya makanan asupan dan
tidak adekuat akibat diharapkan defisit 2. Timbang berat keluarnya
mual dan nafsu makan nutrisi membaik dengan badan makanan
yang menurun kriteria hasil : 3. Ajarkan 2. Untuk
SLKI: keterampilan mengetahui
- Porsi makan koping untuk berat badan
yang dihabiskan menyelesaikan pasien
meningkat masalah perilaku 3. Untuk
- Nafsu makan makan meningkatkan
membaik 4. Kolaborasi dengan pengetahuan
- Perasaan cepat ahli gizi tentang pasien mengenai
kenyang target berat badan, masalah
menurutn pilihan makanan perilaku makan
4. Untuk
membantu
memenuhi
kebutuhan gizi
pada pasien
Hipovolemia Setelah dilakukan SIKI : 1. Utuk
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Periksa tanda dan mengetahui
pindahnya cairan selama ... x .. jam, gejala hipovolemia tanda dan gejala
intravaskuler ke diharapkan hipovolemia ( mis. Frekuensi hipovolemia
ekstravaskuler membaik dengan nadi meningkat, 2. Untuk
kriteria hasil : nadi teraba lemah, membantu
SLKI: tekanan darah memenuhi
- Frekuensi nadi menurun, tekanan kebutuhan
membaik nadi menyempit, cairan
- Tekanan darah turgor kulit 3. Untuk
dan nadi menurun, mengingatkan
membaik membrane mukosa pasien agar tetap
- Turgor kulit kering, volume banayak minum
membaik urine dan output 4. Memantu
- Suhu tubuh cairan) memenuhi
meningkat 2. Berikan asupan kebutuhan
cairan oral pasien melalui
3. Anjurkan IV
perbanyak asupan
cairan oral
4. Kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
Risiko hipovolemia Setelah dilakukan SIKI : 1. Utuk
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Periksa tanda dan mengetahui
perdarahan yang selama ... x .. jam, gejala hipovolemia
berlebihan, pindahnya diharapkan risiko ( mis. Frekuensi tanda dan gejala
cairan intravaskuler ke hipovolemia membaik nadi meningkat, hipovolemia
ekstravaskuler dengan kriteria hasil : nadi teraba lemah, 2. Untuk
SLKI: tekanan darah membantu
- Frekuensi nadi menurun, tekanan memenuhi
membaik nadi menyempit, kebutuhan
- Tekanan darah turgor kulit cairan
dan nadi menurun, 3. Untuk
membaik membrane mukosa mengingatkan
- Turgor kulit kering, volume pasien agar
membaik urine dan output tetap banayak
- Suhu tubuh cairan) minum
meningkat 2. Berikan asupan 4. Memantu
cairan oral memenuhi
3. Anjurkan kebutuhan
perbanyak asupan pasien melalui
cairan oral IV
4. Kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:


Salemba Medika.

Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan


Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika

PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Suriadi dan Rita Yuliani.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta:
CV. Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai