Keprawatan Komunitas II
Dosen Pengampu:
Ns. Diah Ratnawati , S.Kep , M.Kep , Sp. Kep. Kom
Disusun oleh :
Aggita Cahyani 1610711027
Nada Saskia 1610711028
Leily Muhafillah 1610711030
Mei Diana Arminiati 1610711033
Yenti Herawati 1610711034
Sharah Nursa’idah 1610711038
Erina Rusmiati 1610711040
Auliya Shobah 1610711044
Ester Ronauli 1610711045
Miftahul Jannah 1610711048
Diana Febriyanti 1610711050
Sinta 1610711054
2. Tujuan UKS
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan
yang sehat, sehingga’ memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup
sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang di dalamnya
mencakup:
a. Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip
hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah dan di perguruan agama, di rumah tangga, maupun di lingkungan
masyarakat;
b. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan; dan
c. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk,
penyalahgunaan narkoba, alkohol dan kebiasaan merokok serta hal-hal
yangberkaitan dengan masalah pornografi dan masalah sosial lainnya.
2) Pelayanan kesehatan
1. Kegiatan penjaringan anak sekolah (screening)
2. Pelaksanaan imunisasi
3. Pelaksanaan pemberantasan sarang penyakit
4. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan atau deteksi dini penyakit
5. Pengadaan upaya alih tekhnologi kesehatan
6. Pengadaan rujukan ke puskesmas
A. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang diberikan berupa bimbingn dan atau tuntutan
kepada peserta didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek kesehatan pribadi
(fisik, mental dan social) agar kepribadiannya dapat baik melalui kegiatan untrakurikuler
dan ekstrakurikuler.
1. Tujuan pendidikan kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu agar peserta didik:
a. Memiliki pengetahuan tentang kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur
b. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat
c. Memiliki keterampilan dalam melaksakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan
d. Memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
e. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit
f. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk diluar (narkoba, arus informasi,
dan gaya hidup yang tidak sehat)
b. Metode dalam proses belajar mengajar guru dan Pembina dapat menggunakan
metode:
a) Belajar kelompok
b) Kerja kelompok / penugasan
c) Diskusi / ceramah
d) Belajar perorangan
e) Pemberian tugas
f) Karya wisata
g) Bermain peran
h) Tanya jawan
i) Simulasi
A. Pelayanan kesehatan
1. Tujuan pelayanan kesehatan di sekolah/madrasah adalah untuk:
a. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakuan tindakan hidup sehat
dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat.
b. Meingkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan mencegah
terjadinya penyakit, kelainan dan cacat.
c. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit,
kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik yang
cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal.
2. Pelaksaan pelayanan kesehatan di sekolah dilaksanakan oleh tim kesehatan dari
Puskesmas bekerjasama dengan guru dan kader kesehatan sekolah. Pelayanan
kesehatan sekolah dilaksankan secara menyeluruh (komprehensif), dengan
mengutamakan kegiatan promotif dan preventif serta didukung kegiatan kuratif dan
rehabilitatif untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal meliputi:
a. Kegiatan peningkatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan
kesehatan dan latihan keterampilan yang dilaksanakan secara ekstrakurikuler,
yaitu:
1) Latihan keterampilan teknis dlaam rangka pemeliharaan kesehatan, dana
pementukan peran serta aktif peserta didik dalam pelayanan kesehatan, anatar
alain: Dokter Kecil; Kader Kesehatan Remaja; Palang Merah Remaja; Saka
Bhakti Husada.
2) Pembinaan sarana keteladanan yang ada di lingkungan sekolah anatara lain:
pembinaan kantin sekolah sehat; pembinaan lingkungan sekolah yang
terpelihara dan bebas dari factor pembawa penyakit.
3) Pembinaan keteladanan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
b. Kegiatan pencegahan (preventif). Kegiatan pencegahan dilaksanakan melalui
keiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan
penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit, yaitu:
1) Pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus
untuk penyakit-penyakit tertentu, anatara lain demam berdarah, kecacingan,
muntaber.
2) Penjaringan (screening) kesehatan bagi anak yang baru masuk sekolah
3) Pemeriksaan berkala tiap 6 bulan
4) Mengikuti (memonitoring / memantau) pertumbuhan peserta didik
5) Imunisasi pesert didik kelas 1 dan kelas 6 di sekolah dasar
6) Usaha pencegahan penularan peyakit dengan jalan memberantas sumber
infeksi dan pengawasan kebersihan lingkungan sekolah
7) Konselin kesehatan remaja di sekolah oleh kader kesehatan sekolah guru BP
dan guru agama dan Puskesmas oleh dokter Puskesmas atau tenaga kesehatan
lain.
c. Kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitative) dilakukan
melalui kegiatan mencegah komplikasi dankecacatan akibat proses penyakit atau
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat
berfungsi optimal , yaitu :
1) Diagnosa dini
2) Pengobatan ringan
3) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan pertolongan pertama pada
penyakit
4) Rujukan medic
2. Perilaku Merokok
Selama beberapa decade terakhir, focus utama terkait masalah kesehatan pada
remaja adalah perilaku merokok, minuman beralkohol, dan penggunaan zat-zat
terlarang. Ada kemungkinan remaja yang memiliki perilaku merokok akan memiliki
perilaku beresiko tinggi lainnya. Remaja yang merokok berhubungan erat dengan
perilaku minuman beralkohol dan penggunaan zat lainnya. Merokok pada remaja
dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti penyakit jantung, penyakit
paru-paru kronis, kanker paru-paru, kandung kemih. Faktor - factor yang
berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja adalah status ekonomi rendah,
tekanan teman sebaya, perilaku orang tua yang juga perokok, persepsi bahwa
merokok adalah perilaku yang wajar, rendahnya tingkat prestasi akademik, dan
keterlibatan dalam geng dengan perilaku kekerasan.
3. Penyalahgunaan Zat
Penggunaan alcohol dan obat-obat terlarang memiliki hubungan dengan
masalah kesehatan di sekolah seperti cidera, kekerasan, dan kendaraan bermotor.
Obat terlarang yang sering diapakai oleh remaja Indonesia yaitu ganja (57%), diikuti
oleh shabu ( 23%) dan ekstasi (15%).
5. Kerusakan Gigi
Salah satu keluhan yang paling umum dikalangan anak sekolah yaitu karies
gigi. Ada banyak factor yang berkontribusi salah satunya kebersihan mulut yang
buruk, kurangnya air berfluoride dan kurangnya dana/ asuransi untuk perawatan gigi.
Setengah anak yang berusia 12-15 tahun mengalami karies gigi. Penyakit ini lebih
sering terjadi pada anak miskin.
6. Gangguan Makan
Perawat harus memperhatikan masalah gangguan makan seperti anoreksia,
bulimia, makan terlalu banyak merupakan gangguan makan yang umum. Anoreksia
merupakan peringkat ketiga dari gangguan makan kronik pada remaja. Anoreksia
adalah asupan makanan yang sangat terbatas berdasarkan rasa takut yang ekstrem
dengan penambahan berat badan. Literatur telah menunjukan bahwa anoreksia adalah
multifactorial, terlihat terutama pada wanita dan sering berkorelasi dengan keluarga
atau riwayat pelecehan seksual.
7. Obesitas
Obesitas adalah masalah kesehatan masyarakat yang paling cepat meningkat
di negara ini dan mungkin mendekati penggunaan tembakau sebagai kematian tunggal
kematian obesitas dan pencegahan atau pengobatan yang harus menjadi perhatian
perawat sekolah.
Meskipun dari penyebab obesitas tidak dipahami dengan baik, beberap factor
telah diidentifikasi; mereka termasuk mengurangi akses dan keterjangkauan makanan
bergizi, penurunan aktifitas fisik, pengaruh budaya dan genetic. Perawat harus dapat
mengetahui indeks masa tubuh yang baik untuk anak usia sekolah.
A. Pencegahan Primer
Pendidikan Seks
Isu seksualitas manusia dan pencegahan kehamilan, penyakit menular seksual,
dan HIV penting bagi perawat yang bekerja dengan anak sekolah dan keluarga.
Remaja mengalami ketertarikan dengan masalah seksual pada usia
sebelumnya meskipun terjadi penurunan baru-baru ini, tetapi tingkat kehamilan terus
menjadi tinggi. Karena risiko penularan HIV lebih tinggi jika hidup bersama penderita
PMS, sehingga menjadi sangat penting memberikan informasi yang sesuai kepada
anak-anak dan remaja terkait isu-isu seksualitas yang sesuai dengan usianya, termasuk
pencegahan kehamilan dan penyakit menular seksual.
Pendidikan seks di lingkungan sekolah adalah topic kontroversial. Para
penentang pendidikan seks percaya bahwa orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mengajarkan konten ini untuk anak mereka berdasarkan Future of Sex Education
Initiative (2012), ada tujuh topic yang dianggap penting untuk kurikulum pendidikan
seks yang kemprehensif, anatomi dan fisiologi, pubertas dan perkembangan remaja,
identitas (orientasi seksual), kehamilan dan reproduksi, penyakit menular dan HIV,
hubungan yang sehat, dan kemampuan pribadi.
Pendidikan Jasmani
Anak-anak saat ini kurang aktivitas dibandingkan anak-anak di masa lalu. Anak-anak
menjadi kurang aktivitas sebagai akibat dari peningkatan penggunaan computer,
televise dan mengurangi kebutuhan untuk pendidikan jasmani.
Kebiasaan kurang beraktivitas berhubungan dengan obesitas, hipertensi,
penyakit jantung, dan diabetes. Studi menunjukan bahwa orang yang aktif memiliki
kualitas hidup yang lebih baik dan hidup lebih lama dibandingkan mereka yang tidak
aktif. Kebiasaan di masa kecil kemungkinan akan terus dibawa hingga dewasa,
sehingga penting bahwa anak-anak diajarkan pentingnya beraktifitas pada usia muda.
Studi juga menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang aktif secara fisik
mengalami peningkatan rasa percaya diri, harga diri, dan penurunan kecemasan, stress
dan depresi. Aktivitas fisik secara teratur membantu membangun dan
mempertahankan tulang dan otot sehat.
Pendidikan jasmani harus focus pada kegiatan yang anak-anak dapat
melanjutkan ke masa dewasa mereka, seperti jalan kaki, berenang , bersepeda, dan
jogging. Isi dari pendidikan harus disesuaikan dengan usia anak. Misalnya, apa yang
mungkin menarik bagi anak muda, sepeti bermain ditaman bermain bersama teman-
teman, berbeda dari apa yang memotivasi remaja, seperti olahraga kompetitif dan
latihan aerobic. CDC telah membuat sepuluh rekomendasi untuk promosi aktivitas
fisik abadi.
Imunisasi
Imunisasi merupakan komponen vital dari perawatan kesehatan rutin, memberikan
perlindungan jangka panjang terhadap banyak penyakit. Kematian dapat dicegah
dengan vaksin (Vaccime-preventable deaths I VPDs) berada pada tingkat rekor
terendah. Banyak penyakit menular telah berkurang lebih dari 99% sebagai hasil dari
imunisasi. Dibawah vaksinasi anak-anak, terutama didaerah perkotaan besar adalah
kekhawatiran karena potensi wilayah penyakit.
Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan cedera harus diajarkan sejak dini disekolah-sekolah, dan informasi yang
diberikan disesuaikan dengan usia. Misalnya, keamanan bersepeda, termasuk
pentingnya memakai helm dan penggunaan ransel yang tepat menjadi focus pada awal
sekolah dasar. Keamana di sekolah dan taman bermain penting bagi kelompok usia
ini. Kemanan kendaraan bermotor harus dimasukkan dalam program bagi remaja
yang mulai mengemudi.
Keselamatan saat berolahraga sangat penting bagi remaja, terutama di
kalangan anak perempuan. Penggunaan peralatan yang tepat wajib bagi anak-anak
dan remaja. Penggunaan pelindung mulut, pelindung tulang kering, bantalan, helm,
dan pelindung lainnya diperlukan untuk mencegah cedera. Hidrasi yang teratur dan
waktu istirahat yang sering diperlukan untuk mencegah penyakit yang berhubungan
dengan panas, terutama saat cuaca panas. Pemanasan dan pendinginan latihan yang
efektif dilakukan untuk mencegah ketegangan otot. Sekolah yang menyelenggarakan
kegiatan olahraga air seperti berenang harus memperhatikan keselamatan kolam
renang. Perawat memiliki kesempatan unik untuk bekerja dengan tenaga atletik untuk
mempromosikan berbagai kebijakan.,
Kegiatan olahraga merupakan waktu yang tepat bagi perawat kesehatan
sekolah untuk menyampaikan informasi dan memberikan nasihat kepada siswa
tentang masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat aktivitas fisik. Waktu tersebut
dapat digunakan perawat untuk menanyakan tentang masalah yang terkait dengan
menstruasi, perilaku makan siswa, berat badab siswa, dan riwayat cedera otot atau
tulang. Perawat juga dapat menggunakan waktu olahraga tersebut untuk mengajarkan
pentingnya latihan peregangan dan membantu mencegah cedera.
Pemenuhan Nutrisi
Anak sekolah yang mengalami periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat
memiliki kebutuhan gizi yang tinggi. Mereka harus makan berbagai makanan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Diet harus mencakup keseimbanagn yang
tepat dari karbohidrat, protein, dan lemak, dengan asupan cukup vitamin dan mineral.
Anak-anak dan remaja berbagi menu pilihan terkenal untuk makanan cepat saji dan
diet mereka sering tinggi lemak, gula, dan sering terdiri dari item makanan cepat saji
seperti hamburger san kentang goreng, bukannya buah-buahan dan sayuran.
Melewatkan makanan terutama sarapan dan makan makanan ringan yang tidak sehat
menyebabkan nutrisi anak menjadi buruk. Menidentifikasi masalah gizi, konseling
dan membuat rujukan yang tepat penting dalam pengaturan sekolah. Perawat harus
mempertimbangankan pengaruh budaya diet ketika mengajar siswa dan menilai status
gizi mereka.
Status gizi buruk terkait erat dengan kemiskinan. Pemerintah lewat
Permendagri No. 18 tahun 2011 membuat kebijakan adanya pemberian makanan-
makanan tambahan bagi anak sekolah. Makanan tambahan tersebut berupa
jajanan/kudapan yang berbahan pangan local/hasil pertanian setempat serta
penyediaan air minum yang diberikan 3 kali seminggu selama 1 tahun dalam waktu
belajar mengajar dan diberikan pada waktu istirahat pertama.
B. Pencegahan Sekunder
Pemeriksaan Kesehatan
Banyak anak-anak di Indonesia yang tidak dilakukan pemeriksaan dengan baik untuk
masalah kesehatan tertentu. Gangguan penglihatan dan pendengaran dapat
mengakibatkan kinerja akademis yang buruk, melambat perkembangan emosional,
dan gangguan yang behubungan dengan stress. Pemeriksaan penglihatan dan
pendengaran disediakan disebagian besar sekolah sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan oleh Negara atau sekolah kabupaten. Pemeriksaan ini biasanya terjadi pada
anak awal masuk ke sekolah dan setidaknya sekali selama SD, SMP, dan SMA. Anak-
anak dan remaja mungkin perlu diperiksa lebih sering atas dasar riwayat keluarga,
keterlambatan perkembangan, infeksi telingan berulang atau paparan suara keras.
Grafik penglihatan snellen standard adalah alat skrining biasa. Jika tidak
diobati, amblyopia dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan. Rujukan ke spesialis
mata adalah komponen penting dari semua hasil pemeriksaan mata yang abnormal.
Skrining posisi tubuh atau scoliosis harus dilakukan untuk mengidentifikasi
penyimpangan tulang belakang dalam upaya untuk mencegah masalah sekunder.
Masalah tulang belakang dapat menyebabkan masalah kosmetik, fungsional atau
emosional. Skrining scoliosis disekolah terutama terdiri dari inspeksi visual dari
belakang.
Pemeriksaan tekanan darah tinggi selama masa kanak-kanak penting untuk
mengidentifikasi anak-anak yang memiliki hipertensi agar dapat menentukan
penanganan awal dan tindak lanjut. Pembuluh darah dan keruskan organ akibat
hipertensi dapat dimulai pada anak usia dini. Pengukuran tekanan darah periodic tidak
mahal dan harus dilakukan secara rutin.
C. Pencegahan Tersier
Perawatan Darurat
Sekolah adalah tempat umum dari cedera mulai dari goresan ringan dan memar, patah
tulang, kejang, cedera kepala, dan serangan asma berat. Cedera dapat terjadi di
gedung-gedung sekolah atau ruangan kelas atau selama olahraga atau latihan atletik.
Keadaan darurat meliputi kegiatan alam seperti angina topan, tornado dan gempa
bumi, atau bencana buatan manusia, seperti tumpahan material berbahaya, kebakaran
dan penggusuran. Peralatan pertolongan pertama harus tersedia di semua sekolah.
Perawat sekolah harus memiliki pengetahuan tentang standard pertolongan pertama
dan memiliki sertifikat kemampuan resusitasi jantung. Perawat sekolah juga harus
bertanggung jawab untuk perkembangan Rencana Perawatan Darurat yang
menyediakan staf sekolah dengan panduan untuk memfasilitasi respons yang cepat
dalam kasus darurat siswa.
Pemberian Obat
Penggunaan obat oleh anak-anak usia sekolah telah meningkat selama beberapa tahun
terakhir, sehingga banyak anak-anak tetap bersekolah meskipun memiliki masalah
kesehatan yang serius. Administrasi pengobatan disekolah adalah suatu usaha yang
serius. Masalah yang dihadapi perawat sekolah termasuk keamanan, pemantauan baik
efek terapi dan samping, dokumentasi yang tepat, kerahasiaan, dan komunikasi terus
menerus dengan siswa dan keluarga. Perawat hanya memberikan obat yang dianggap
perlu diberikan di sekolah.
Pedoman berikut dari NASN (2013a) yang harus dipatuhi oleh perawat sekolah :
Benar diterima, disimpan dan diberi label perhitungan lebih dan resep obat.
Persetujuan orang tua untuk perawat untuk berkomunikasi dengan penyedia
perawatan primer.
Pemberian obat tanpa melanggar ketetapan perintah, kebijakan sekolah, standar
praktik keperawatan, atau tindakan praktek keperawatan negara.
Pemeliharaan kerahasiaan siswa
Pengawasan personil tanpa izin.
Perawat kesehatan sekolah harus menyadari obat yang sedang diberi sendiri di
halaman sekolah dan harus memberikan pendidilan yang diperlukan bagi anak-
anak dan orang tua. Obat-obatan pertolongan seperti albuterol harus diberikan
dengan cepat untuk mengurangi gejala asma, dan perawat harus tau besar hasil
yang diharapkan untuk membantu anak yang dibutuhkan. Pada penderita asma
mandiri, diberikan informasi yang terkait dengan pemberian obat secara mandiri.
Informasi tersebut antara lain kondisi apa yang membuat asma semakin
memburuk. Memutuskan apa yang akan dilakukan bila rencana pengobatan
berjalan dengan baik, memutuskan apa yang akan dilakukan jika dibutuhkan
penambahan atau penghentian obat, memutuskan kapan penderita meminta
bantuan medis/dokter/IGD (Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan asma di
Indonesia https://www.klikpdpi.com/). Dengan meningkatnya jumlah anak-anak
yang terkena diabetes, sangat penting untuk perawat mengenali gejala
hipoglikemia dan hipeeglikemia untuk membantu anak-anak dalam pemantauan
kadar glukosa dan pemberian insulin atau glukagon.
Obat yang biasa diberikan di sekolah-sekolah termasuk analgesik dan antipiretik
(misalnya, parasetamol, ibuprofen, antasida, antitusif, antikonvulsan, antiemetik,
dan antidiare, antijamur, antihistamin, dan antibiotik). Obat yang digunakan untuk
mengobati attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan
perkembangan adalah salah satu yang paling umum diberikan.
Pengobatan alternatif dan komplementer termasuk praktik dan produk diluar
bidang kedokteran konvensional. Kebijakan pemberian obat harus ada yang
mencerminkan hukum lokal dan negara yang membahas produk ini. Permintaan
untuk pemberian obat ini memberikan perawat kesempatan untuk mengajar
kesehatan yang baik.
1. Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan SDKI (2012) dalam BKKBN (2013) kesehatan remaja, perilaku
berisiko remaja seperti menghisap tembakau, mengkonsumsi minuman keras,
menggunakan obat terlarang, dan keterikatan dalam hubungan seksual. Sedangkan
berdasarkan peraturan bersama antara menteri pendidikan dan kebudayaan RI, mentri
kesehatan RI, mentri agam RI, dan mentri dalam negri RI(2014) tentang pembinaan
dan pengembangn UKS/ madrasah bahwa fokus pendidikan kesehatan
disekolah/madrasah yaitu perilaku hidup bersih dan sehat.
Masalah dan perilaku ini dapt dicegah dan perilaku beresiko lainnya. Perilaku tersebut
juga mengakibatkan timbulnya masalah social dan pendidikan di suatu Negara lain
putus sekolah, tingkat pengangguran, dan angka kriminalitas yang tinggi
2. Pelayana kesehatan
Perawatan kesehatan yang diberikan di sekolah-sekolah termasuk layanan
pencegahan seperti imunisasi dan pemeriksaan kesehatan. Komponen program
kesehatan sekolah yang komperehensif juga dapat melibatkan perawatan gawat
darurat, manajemen kondisi kesehatan akut dan kronis, arahan-arahan yang tepat,
penyuluhan kesehatan, pendidikan tentang gaya hidup sehat, dan pemberian obat
5. Catatan siswa
Catatan kesehatan diselenggarakan untuk semua siswa sesai dengan kebiakan
wilayah sekolah masing-masing. Minimal catatan kesehatan siswa harus mencakup
status imunisasi, riwayat yang bersangkutan, hasil pemeriksaan dan rencana kesehatan
terintegrasi. Catatan kesehatan siswa harus diberikan dengan tingkat kerahasiaan yang
sama seperti yang diberikan kepada klien dan pasien dalam pengaturan lainnya (misal
berbagai informasi rahasia dengan orang lain tanpa persetujuan dianggap tidak etis
dan tidak tepat kecuali dalam situasi darurat)
6. Delegasi Tugas
Jadi dapat disimpulkan bahwa peran perawat dalam program UKS yaitu ada : edukator,
lonselor, advokat, dan Koordinator.
Lingkungan sekolah adalah tempat yang tepat untuk melakukan penelitian tentang
bagaimana anak beradaptasi dengan transisi kehidupan seperti perceraian; penyakit atau
kematian orang yang dicintai; penyakit baik sendiri atau temannya; dan kekerasan dalam
rumah tangga. Perilaku kesehatan yang berhubungan dengan kaum muda merupakan sumber
yang banyak peluang penelitian. Perawat kesehatan sekolah harus menyadari dan tertarik
untuk berpartisipasi dalam studi penelitian yang berbeda.
Sekolah berbasis pusat kesehatan adalah salah satu cara terbaik untuk menawarkan
layanan kesehatan yang komprehensif untuk anak-anak usia sekolah dan remaja. Pusat atau
klinik bekerjasama, tetapi tidak mengambil tempat perawat. Kolaborasi antara perawat dan
staf sekolah berbasis pusat kesehatan mencegah terputusnya pelayanan dan duplikasi layanan.
Sekolah berbasis pusat kesehatan memberikan pendekatan tim interdisipliner dengan personil
seperti praktisi perawat, pekerja sosial, psikolog, dan dokter yang memberikan layanan.
Layanan yang disediakan di pusat-pusat ini meliputi pendidikan gizi, perawatan cedera,
pemeriksaan fisik umum dan olahraga, resep obat, tes kehamilan, layanan laboratorium,
imunisasi, pemeriksaan ginekologi, obat dispensing, pekerjaan sosial, dan pengelolaan
penyakit kronis. Kolaborasi tertutup harus ada di dalam dan diantara masyarakat, dewan
pendidikan, dan keluarga untuk pusat untuk pusat mengembangkan dan berkembang.
Obesitas/gizi – program konseling nutrisi dan penurunan berat badan, gangguan makan,
obesitas pada anak-anak dan remaja, pentingnya olahraga.
Peran perawat – kehadiran perawat dan hasil akademis yang lebih baik, manajemen kasus,
peran perawat sebagai konsultan kesehatan, delegasi anggota kepada non-keperawatan,
dukungan kesehatan mental.
Hukum isu etik – kewajiban hokum ketika mendelegasikan ke tenaga non medis, masalah
etika yang berkaitan dengan anak-anak dengan perintah Do Not Resuscitate (jangan
resusitasi), kerahasiaan, mandat Health Insurance Portability and Accountability Act
(HIPAA)
Pendidikan kesehatn –kurikulum pendidikan kesehatan yang efektif untuk promosi kesehatan
pada topik yang hangat (obat, aktivitas seksual, nutrisi, olahraga)
Diabetes/insulin – manajemen diabetes dan delegasi yang aman kepada personil tanpa izin,
mengelola pompa insulin disekolah.
Asma – lingkungan sekolah yang tidak aman, pendidikan asma, prevalensi asma, penggunaan
maksimum flow meter.
RINGKASAN
H. Program UKS
2) Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk
kegiatan pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah/madrasah ataupun diluar
sekolah/madrasah dengan tujuan antara lain untuk memperluas pengetahuan
dan keterampilan siswa serta melengkapi upaya pembinaan manusia Indonesia
seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler mencakup kegiatan yang berkaitan
dengan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan
sekolah/madrasah sehat.
Kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan antara
lain;
(1) Wisata siswa;
(2) Kemah (Persami);
(3) Ceramah, diskusi;
(4) Lomba-lomba;
(5) Bimbingan hidup sehat;
(6) Apotik hidup;
(7) Kebun sekolah;
(8) Kerja bakti;
(9) Majalah dinding;
(10) Pramuka;
(11) Piket sekolah.
Catatan: OSIS mempunyai peranan yang besar dalam pelaksanaan program
UKS yang dilakukan secara ekstrakurikuler di SMP dan SMA. Dalam
pelaksanaan program UKS, OSIS dapat mengamati adanya masalah yang
berkaitan dengan kesehatan, melaporkannya kepada guru pembina OSIS, agar
bersama-sama mencari cara penanggulangannya antara lain berupa kegiatan
berdasarkan konsep 7K.
c. Pendekatan dan Metode
1) Pendekatan Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka
melaksanakan pendidikan kesehatan antara lain ialah:
a) pendekatan individual
b) pendekatan kelompok
(1) kelompok kelas;
(2) kelompok bebas;
(3) lingkungan keluarga.
Agar tujuan pendidikan kesehatan bagi para peserta didik dapat tercapai secara
optimal, dalam pelaksanaannya hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a) Sesuai dengan tingkat kemampuan dan perbedaan individual peserta didik
b) Diupayakan sebanyak-banyaknya melibatkan peran aktif peserta didik
c) Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
d) Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan termasuk upaya alih
teknologi
e) Memperhatikan kebutuhan pembangunan nasional
f) Mengikuti/memperhatikan perkembangan pengetahuan dan teknologi
2) Metode Dalam proses belajar mengajar guru dan Pembina dapat menggunakan
metode;
a) Belajar kelompok;
b) Kerja kelompok/penugasan;
c) Diskusi/ceramah;
d) Belajar perorangan;
e) Pemberian tugas;
f) Karya wisata;
g) Bermain peran;
h) Tanya jawab;
i) Simulasi;
2. Pelayanan Kesehatan
a. Tujuan pelayanan kesehatan di sekolah/madrasah
Tujuan pelayanan kesehatan di sekolah/madrasah adalah untuk:
1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat
dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat.
2) Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap Penyakit dan
mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat.
3) Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit,
kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik
yang cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal.
b. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan di sekolah dilaksanakan
oleh Tim Kesehatan dari Puskesmas bekerjasama dengan guru dan kader
kesehatan sekolah. Pelayanan Kesehatan sekolah dilaksanakan secara menyeluruh
(komprehensif), dengan mengutamakan kegiatan promotif dan preventif serta
didukung kegiatan kuratif dan rehabilitatif untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal meliputi:
1) Kegiatan Peningkatan (Promotif) Kegiatan promotif (peningkatan)
dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan
yang dilaksanakan secara ekstrakurikuler, yaitu:
a) Latihan keterampilan teknis dalam rangka pemeliharan kesehatan, dan
pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelayanan kesehatan,
antara lain:
• Dokter Kecil;
• Kader Kesehatan Remaja;
• Palang Merah Remaja;
• Saka Bhakti Husada.
b) Pembinaan sarana keteladanan yang ada di lingkungan sekolah antara lain:
• Pembinaan Kantin Sekolah Sehta;
• Pembinaan lingkungan sekolah yang terpelihara dan bebas dari faktor
pembawa penyakit.
c) Pembinaan keteladanan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
2) Kegiatan Pencegahan (Preventif) Kegiatan pencegahan dilaksanakan melalui
kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai
penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses penyakit pada tahap dini
sebelum timbul penyakit, yaitu:
a) Pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus
untuk penyakit-penyakit tertentu, antara lain demam berdarah, kecacingan,
muntaber.
b) Penjaringan (screening) kesehatan bagi anak yang baru masuk sekolah.
c) Pemeriksaan berkala kesehatan tiap 6 bulan.
d) Mengikuti (memonitoring/memantau) pertumbuhan peserta didik.
e) Immunisasi peserta didik kelas I dan kelas VI di sekolah dasar dan
madrasah ibtidaiyah.
f) Usaha pencegahan penularan penyakit dengan jalan memberantas sumber
infeksi dan pengawasan kebersihan lingkungan sekolah dan perguruan
agama.
g) Konseling kesehatan remaja di sekolah dan perguruan agama oleh kader
kesehatan sekolah, guru BP dan guru agama dan Puskesmas oleh Dokter
Puskesmas atau tenaga kesehatan lain.
3) Kegiatan Penyembuhan dan Pemulihan (Kuratif dan Rehabilitatif) Kegiatan
penyembuhan dan pemulihan dilakukan melalui kegiatan mencegah
komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal,
yaitu:
a) Diagnosa dini;
b) Pengobatan ringan;
c) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan pertolongan pertama pada
penyakit; dan
d) Rujukan medik.
c. Tempat Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan terhadap peserta didik dilakukan
1) Di sekolah/madrasah dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan
2) Di Puskesmas dan instansi kesehatan jenjang berikutnya sesuai kebutuhan.
d. Metode pelayanan kesehatan
1) Pelayanan Kesehatan di Sekolah/madrasah Pelayanan kesehatan di
sekolah/madrasah dilakukan sebagai berikut:
a) Sebagian kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah/madrasah perlu di
delegasikan kepada guru, setelah guru ditatar/dibimbing oleh petugas
Puskesmas. Kegiatan tersebut adalah kegiatan peningkatan (promotif),
pencegahan (preventif) dan dilakukan pengobatan sederhana pada waktu
terjadi kecelakaan atau penyakit sehingga selain menjadi kegiatan
pelayanan, juga menjadi kegiatan pendidikan.
b) Sebagian lagi pelayanan kesehatan hanya boleh dilakukan oleh petugas
Puskesmas dan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
secara terpadu (antara kepala sekolah/madrasah dan petugas Puskesmas)
2) Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah bagi peserta didik yang dirujuk dari
sekolah/madrasah (khusus untuk kasus yang tidak dapat diatasi oleh
sekolah/madrasah). Untuk itu perlu diadakan kesepakatan dalam rapat
perencanaan tentang pembiayaan peserta didik yang dirujuk ke Puskesmas.
Sekolah/madrasah sebaiknya mengupayakan dana UKS untuk pembiayaan
yang diperlukan agar masalah pembiayaan tidak menghambat pelayanan
pengobatan yang diberikan.
Untuk ini setiap peserta didik harus memiliki buku/kartu rujukan sesuai
tingkat pelayanan kesehatan.
Tugas dan fungsi Puskesmas adalah melaksanakan kegiatan pembinaan
kesehatan dalam rangka usaha kesehatan di sekolah dan perguruan agama
yang mencakup:
a) Memberikan pencegahan terhadap sesuatu penyakit dengan immuniasi dan
lainnya yang dianggap perlu;
b) Merencanakan pelaksanaan kegiatan dengan pihak yang berhubungan
dengan peserta didik (kepala sekolah, guru, orang tua peserta didik dan
lain-lain);
c) Memberikan bimbingan teknis medik kepada kepala sekolah dan guru
dalam melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah;
d) Memberikan penyuluhan tentang kesehatan pada umumnya dan UKS pada
khususnya kepada kepala sekolah, guru, dan pihak lain dalam rangka
meningkatkan peran serta dalam pelaksanaan UKS;
e) Memberikan pelatihan/penataran kepada guru UKS dan kader UKS
(Dokter Kecil dan Kader Kesehatan Remaja);
f) Melakukan penjaringan dan pemeriksaan berkala serta perujukan terhadap
kasus-kasus tertentu yang memerlukannya;
g) Memberikan pembinaan dan pelaksanaan konseling;
h) Menginformasikan kepada kepala sekolah tentang derajat kesehatan dan
tingkat kesegaran jasmani peserta didik dan cara peningkatannya;
i) Menginformasikan secara teratur kepada Tim Pembina UKS setempat
meliputi segala kegiatan pembinaan kesehatan dan permasalahan yang
dialami.
3) Peserta didik yang perlu dirujuk Adapun peserta didik yang perlu dirujuk
adalah:
a) Peserta didik yang sakit sehingga tidak dapat mengikuti pelajaran, dan bila
masih memungkinkan segera disuruh pulang dengan membawa surat
pengantar dan buku/kartu rujukan agar dibawa orang tuanya ke sarana
pelayanan kesehatan yang terdekat.
b) Bila Peserta didik cedera/sakit yang tidak memungkinkan disuruh pulang
dan segera membutuhkan pertolongan secepatnya agar dibawa ke sarana
pelayanan kesehatan yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan.
Setelah itu agar segera diberitahukan kepada orang tuanya untuk datang ke
sarana pelayanan kesehatan tersebut.
4) Pendekatan Pendekatan pelayanan kesehatan dikelompokan sebagai berikut:
a) Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah
perorangan, antara lain pencarian, pemeriksaan, dan pengobatan penderita.
b) Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah
lingkungan di sekolah, khususnya masalah lingkungan yang tidak
mendukung tercapainya derajat kesehatan optimal.
c) Intervensi yang ditujukan untuk membentuk perilaku hidup sehat
masyarakat sekolah.
5) Metode yang diperlukan ialah:
a) Pentaran dan pelatiha;
b) Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus (konseling);
c) Penyuluhan kesehatan;
d) Pemeriksaan langsung; dan
e) Pengamatan (observasi)
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Pembinaan lingkungan sekolah bertujuan untuk mewujudkan lingkungan sehat
di sekolah/madrasah yang memungkinkan setiap warga sekolah/madrasah mencapai
derajat kesehatan setinggi-tingginya dalam rangka mendukung tercapainya proses
belajar yang maksimal bagi setiap peserta didik. Lingkungan sekolah/madrasah
dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan fisik dan non fisik , lingkungan fisik
meliputi;
- Konstruksi ruang dan bangunan;
- Sarana air bersih dan sanitasi;
- Halaman;
- Pencahayaan, ventilasi, kebisingan;
- Kepadatan kelas, jarak papan tulis, meja/kursi;
- Vektor penyakit;
- Kantin/Warung sekolah.
Pembinaan ketenagaan untuk pembina teknis dan non teknis meliputi hal-hal
sebagai berikut: