(Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
Oleh:
Taufan Sukmo Santoso
101092123411
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
66
ANALISIS FINANSIAL USAHA KERUPUK
(Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan)
Oleh:
Taufan Sukmo Santoso
101092123411
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
67
PENGESAHAN UJIAN
Menyetujui:
Mengetahui:
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si
NIP. 150 317 956 NIP. 131 861 314
68
PERNYATAAN
Taufan Sukmo S
101092023411
69
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.wr.wb
Alhamdulillaahirabbil’aalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Finansial Usaha
Kerupuk (Studi Kasus: kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta
Selatan). Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita yang
dimuliakan oleh Allah SWT baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah
menuntun umat manusia dari zaman jahiliyah menuju yang diridhoi oleh-NYA.
Selama penulisan skripsi, penulis banyak sekali mengalami hambatan dan
keterbatasan dalam hal persiapan, penyusunan maupun tahap penyelesaiannya.
Namun demikian banyak pelajaran yang dapat dipetik dari penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, serta kemudahan dalam
menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :
1. Allah AWT, sujud syukurku atas rahmat dan kasih sayang-MU yang telah
memberikan segalanya, yang membuat semua hal menjadi mungkin dan
yang membuat sulit menjadi mudah.
2. Ayahanda H. Amenan Affandy dan Ibunda Hj. Siti Djamilah tercinta, yang
telah memberikan segala cinta, do’a, kasih sayang dengan sabar mendidik
ananda serta dukungan moril maupun materil selama ini sehingga ananda
dapat menyelesaikan studi ini hingga selesai.
3. Kakanda-kakanda tercinta : Keluarga H. Subandrio, keluarga Firdaus,
keluarga Budi P.S, keluarga Buyung (untuk mbak rona’ thank’s ya mbak
atas kirimannya), keluarga Yani, keluarga Didin (trimakasih ya mas untuk
sgala nasehat dan dukunganya’ Semoga Allah SWT memberikan pahala
atas jasa-jasa mas untuk keluarga..Amin, mbak Nia thank’s ya for
flasdiskNya maaf kelamaan minjemnya heee), keluarga Budi, keluarga
Subuh, keluarga Teguh, dan Mas’ Bachtiar (cepet2 nikah ya’) serta semua
70
keponakkanku yang lucu-lucu yang semuanya memberikan dukungan
segala-galanya, saya bersyukur telah diberikan kakanda dan saudara –
saudara yang sayang sama saya.
4. Bapak Indoyama Nasruddin SE, MAB sebagai dosen pembimbing I dan
Ibu Eny Dwiningsih, STP, M.Si sebagai dosen pembimbing II yang telah
sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas
jasa-jasa yang telah bapak dan ibu berikan kepada penulis.
5. Ir. Setyo Adhie, MM dan Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran demi kesempurnaan penulisan ini.
6. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis. Selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Ir. Achmad Tjachja M.Si selaku
Ketua Program Studi serta Sekretaris Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian.
8. Seluruh dosen program studi sosial ekonomi pertanian/agribisnis yang
tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-satunya yang telah
memberikan ilmu kepada penulis dalam proses perkuliahan.
9. Bapak Wadud, Ibu Ofa, P’Gun, Niki dan seluruh staf akademik yang telah
memfasilitasi penulis selama ini dan perpustakaan Fakultas Sains dan
Teknologi yang telah membantu penulis untuk melengkapi referensi yang
diibutuhkan penulis.
10. Bapak Manan selaku Pimpinan Usaha Kerupuk SKS, dan kepada seluruh
karyawan Kerupuk SKS yang telah bersedia memberikan informasi serta
tempat untuk penelitian.
11. Ade Lili M, Putri dan Sari Murni terima kasih untuk pengertian, waktu,
mendengarkan segala keluhan, dan doanya.
12. Sobat-sobat yang selalu setia mengisi hari-hariku, Aditia F, AconK, C.
”Sembo” Ramdhani, Wildan ”Bang Haji, ”khomenk” Sobari, Suratno
”ano”, A. ”UU” Ruslan, aL Faris, Iman ”Qimonk”, Umar ”bullet”, Bai,
Mawai, Ajang, Opung, Roy Suhro, Delfin Siregar, Moek, Epoy, Babe/Ela,
71
Adel, dan temen2 KKN : Adji/QQ, Isra/mb’Zenab, Acoe/Rina, Rico/Ipeh
(thank’s for coNtekan ROnya), Umar TL, Candra/Endang, OdinK, Imink,
Andari, Dian ”Wewe”, Yanti Serta semua anak2 Agribisnis angkatan
2001-2005 dan Teknik Informatika angkatan tahun 2001.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. oleh karena itu saran dan
kritik sangat penulis harapkan demi hasil yang lebih baik lagi. Akhir kata semoga
penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan perusahaan pada khususnya serta
segenap pembaca skripsi ini pada umumnya. Amin Ya Rabbal Alamin.
72
BAB I
PENDAHULUAN
Mewujudkan negara yang maju dan mandiri serta masyarakat adil dan
produktivitas tenaga kerja, dan konstribusi yang signifikan dari setiap sektor
pembangunan (Bakrie, 2004: 206). Sektor pertanian merupakan salah satu sektor
industri yang tepat, maka dapat memberikan konstribusi yang signifikan bagi
pembangunan nasional.
daya dan daya dukung ekosistem yang sangat besar, Indonesia dapat
menghasilkan produk dan jasa pertanian, perkebunan dan perikanan yang mutlak
sektor yang terkait dimana sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku,
industri kerupuk. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah
73
konsumsi kerupuk relatif tinggi. Karena kerupuk merupakan ciri khas pelengkap
makanan yang ada di Indonesia dan digemari oleh masyarakat luas. Dari segi
permintaan terhadap produk akan semakin bertambah. Menurut data dari Survei
Tabel 1. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut
Wilayah
ke luar negeri antara lain ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan,
Inggris, Singapura dan Belgia terutama jenis kerupuk udang. Dengan total ekspor
sebanyak 1.532.735 keping untuk jenis kerupuk udang dan 1.113.172 keping
Industri kerupuk SKS merupakan industri skala kecil yang bergerak dalam
pembuatan kerupuk. Usaha ini terdapat di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Usaha
74
konsumen dalam negeri maupun untuk ekspor. Melihat prospek usaha kerupuk,
maka usaha kerupuk SKS perlu penanganan yang tepat agar kedepan dapat
berkembang dan mampu bersaing dengan usaha sejenis. Untuk mencapai sasaran
tersebut maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha pada aspek finansial
Jakarta Selatan?
1.3.Tujuan Penelitian
75
1.4. Manfaat Penelitian
kerupuk.
76
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
makan atau sebagai makanan kecil. Banyak ragam jenis dan bentuk kerupuk yang
digunakan dalam proses pembuatan kerupuk meliputi bahan baku utama, dan
bahan pembantu. Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan kerupuk
adalah: tepung tapioka, tepung terigu, bumbu masak, dan bawang putih.
kerupuk yang akan dibuat contohnya ikan, udang, dan kulit sapi. Jenis makanan
bergantung pada daya kreativitas pembuatnya (Wahyono dan Marzuki, 2005: 3).
Usaha kecil merupakan sebutan yang disingkat dari usaha skala kecil
(USK) sebagai terjemahan dari istilah small scale enterprise (SSE) yang
mempunyai banyak pengertian, baik dalam makna konsep teoritis, maupun konsep
kecil sebagai konsep mengacu kepada dua aspek yaitu pertama, aspek perusahaan,
barang dan jasa, memasarkan dan mencetak keuntungan, dan kedua, aspek
77
pengusaha, yaitu, orang dibalik usaha atau perusahaan yang biasanya adalah
Badan Pusat Statistik (2001: 4), di Indonesia industri pengolahan dibedakan atas
2. Marjin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.
3. Modal terbatas.
5. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu
78
dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi
yang berkaitan dengan pendanaan tampaknya sulit untuk mendapatkan solusi yang
jelas.
menemukan inovasi baru dalam perusahaan (Sofyan, 2003: 3). Menurut Ibrahim
(2003: 1), yang menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan bahan
keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata
tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000: 6-7). Dengan kata lain
mencegah terbuangnya dana yang sia-sia. Dalam studi kelayakan tersebut, ada
akan beroperasi.
79
c. Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh
fasilitas-fasilitas pendukung.
pembangunan dari proyek yang direncanakan, baik dilihat dari faktor lokasi, luas
proyek bisnis maupun manajemen dalam implementasi rutin bisnis adalah sama
80
suatu perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sebuah proyek bisnis sangat
tergantung pada SDM yang solid, yaitu manajer, dan tim-nya (Umar, 2003: 157-
158).
suatu tenaga kerja yang secara umum, mengandung arti sebagai perbandingan
antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang
Aspek ini mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan,
yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan
81
2.1.4.5. Aspek Dampak Lingkungan
dengan cara atau metode yang ada jika dapat berapa besar biaya yang diperlukan,
jika masih dapat diatasi berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan dari sudut
yang akan ditawarkan di masa yang akan datang, posisi penawaran selama ini
serta prospeknya dimasa yang akan datang. Analisis aspek pemasaran akan
alat-alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P (4P) dalam
pemasaran yaitu:
a. Produk (product)
Produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada sebuah pasar
memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Susanto, 1999: 41). Produk
82
bisa berupa benda fisik, jasa, orang, organisasi, dan gagasan. Unit produk bisa
suatu kegiatan yang penting dalam menentukan produk/ jasa apa yang akan
ditawarkan karena dari klasifikasi ini akan lebih mudah untuk mengetahui apa
pasar sasaran.
b. Harga (price)
Harga (price) adalah sejumlah uang yang dibayar oleh konsumen untuk
mendapatkan suatu produk. Menurut Ichsan (2003: 66), harga juga merupakan
titik temu antara pembeli dan penjual didalam proses terjadinya transaksi jual beli.
harga suatu produk ditentukan oleh jenis pasar yang ada. Menurut Rewold dan
Warshaw (1987), bahwa penentuan harga adalah suatu alat untuk mencapai tujuan
berlebihan.
83
c. Promosi (promotion)
(1997: 25) bahwa promosi menunjukan dari berbagai kegiatan yang dilakukan
tersebut.
produk satu dengan yang lainnya. Harga murah belum jaminan bahwa produk
d. Tempat (place)
Tempat merupakan sarana untuk menjual barang dan jasa agar dapat
dijangkau oleh konsumen. Untuk mencapai hal itu, diperlukan saluran distribusi.
Menurut Kotler (1997: 279) pengertian dari saluran distribusi adalah sekelompok
perusahaan dan perorangan yang memiliki hak pemilikan atas produk atau
membantu memindahkan hak pemilikan produk atau jasa ketika dipindahkan dari
produsen ke konsumen.
yaitu untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan
84
dari suatu usaha untuk mengembalikan pinjaman atau kredit yang diperoleh dari
komponen, yaitu:
Cashflow merupakan aliran kas dari suatu usaha yang terdiri dari
penerimaan usaha (inflow) dan pengeluaran usaha (outflow). Aliran kas disusun
untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan
alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-
jenis transaksiya menurut Haming dan Basamalah (2003: 67), kas dalam cash flow
a. Arus kas masuk (cash Inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya
yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. Inflow yang ada pada
b. Arus kas keluar (cash outflow) adalah arus kas menurut jenis transaksinya
dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya tetap, dan biaya
85
2.1.4.7.2. Kriteria Kelayakan Usaha.
NPV adalah selisih antara Present Value dari investasi nilai sekarang dari
2003: 200)
yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa
manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu rupiah pengeluaran proyek.
Menurut Sofyan (2003: 177), Net B/C Ratio adalah suatu rasio yang
pada sifat aliran kas masuknya. Jika aliran kas masuknya besar atau lancar
maka proses pengembalian modal akan lebih cepat dengan asumsi modal
86
yang digunakan tetap atau tidak ada penambahan modal selama umur
proyek yang telah dilakukan Tujuan analisis sensitivitas adalah adalah untuk
mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial terhadap apa
yang dipilih (Fatah, 1994: 96). Semua proyek harus diamati melalui analisis
c. Kenaikan biaya.
87
Teknik melakukan analisis sensitivitas adalah dengan mengukur ulang
ukuran kemanfaatan proyek menggunakan perkiraan baru dari satu atau lebih
komponen biaya atau hasil. Tiap analisa sensitivitas harus dilakukan secara
yang digunakan untuk mengukur kemanfaatan proyek, dan setelah itu dapat
produksi terhadap suatu proyek. Seberapa besarkah perubahan yang terjadi pada
empat hal diatas dapat mengubah penilaian suatu investasi, yaitu dari layak
Agribisnis Ikan Hias Air Tawar “ skala kecil menghasilkan NPV positif sebesar
Rp. 22.095.717, IRR sebesar 68,97 persen dan Net B/C Ratio sebesar 3,95 serta
NPV sebesar Rp. 51.950.058, IRR sebesar 84,28%, Net B/C Ratio 4,52 dan PP 3
tahun 1 bulan. Hal ini menunjukan bahwa agribisnis ikan hias air tawar skala kecil
Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa agribisnis ikan hias air tawar
skala besar kurang sensitiv terhadap perubahan harga output, harga input dan
tingkat suku bunga. Setiap kenaikan harga output sebesar 25%, kenaikan harga
88
input sebesar 15%, penurunan harga input 15% dan kenaikan tingkat suku bunga
menjadi 20% tidak menyebabkan usaha menjadi tidak layak. Sedangkan agribisnis
ikan hias air tawar tidak layak jika terjadi penurunan harga input yang diikuti oleh
Florist menunjukan NPV pada usaha kecil 5 unit florist sebesar Rp.-
dengan tingkat suku bunga 17 persen. Sedangkan usaha skala besar dinyatakan
layak, yaitu pada 5 unit florist sebesar Rp.3.138.700.644,07 dan 1 unit florist
Rp.827.664.731,25. Nilai Net B/C Ratio pada skala kecil untuk 5 unit florist
sebesar 0,87 dan 1unit florist 0,95 sehingga tidak layak. Sedangkan pada skala
besar mendapatkan kelayakan untuk 5 unit florist bernilai 1,59 dan 1 unit florist
1,89, IRR pada skala kecil 3 persen (5 unit florist) dan 12 persen (1 unit florist)
dinyatakan tidak layak. Sedangkan untuk skala besar layak dengan nilai 69 persen
(5 unit florist) dan 93 persen (1 unit florist). Payback Period (PP) pada skala kecil
(5 dan 1 unit florist) tidak mengalami pengembalian modal, sedangkan pada skala
besar untuk 5 unit florist modal dapat kembali selama 10 bulan 3 hari dan 1 unit
Hasil analisis sensitivitas pada usaha florist skala besar layak diusahakan
pada tingkat kenaikan harga input sebesar 22 persen, akan tetapi pada tingkat
penurunan harga output 43 persen usaha florist tidak layak pada tingkat suku
bunga 17 persen, begitu juga pada tingkat suku bunga naik 20 persen dan 16
persen.
89
2.3. Kerangka pemikiran
Industri kerupuk SKS merupakan industri skala kecil yang bergerak pada
penanganan yang tepat agar berkembang dan mampu bersaing dengan mengkaji
menunjukkan apakah usaha kerupuk SKS layak atau tidak untuk dilaksanakan.
yang menilai dari aspek teknik dan produksi, aspek manajemen dan SDM, aspek
hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek dampak lingkungan dan aspek
menghitung aspek finansial yang mempunyai beberapa kriteria yaitu NPV, IRR,
B/C Ratio, Payback Periods (PP), Return On Investement (ROI), Break Event
Point (BEP). Dan mencari perhitungan analisis sensitivitas untuk melihat sampai
keuangan yaitu dari layak atau menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Kemudian
dari hasil analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dimasukkan kedalam analisis
usaha kerupuk SKS yang diterapkan. Langkah terakhir adalah interpretasi hasil
90
analisis kelayakan, apakah layak atau tidak. Bila hasilnya menyatakan layak maka
diteruskan dengan pelaksanaan. Bila hasilnya menyatakan tidak layak maka perlu
dilakukan evaluasi.
91
2.4. Kerangka Pemikiran Operasional
Pelaksanaan Evaluasi
92
BAB III
METODE PENELITIAN
bahwa industri kecil ini mampu bertahan ditengah persaingan usaha kecil sejenis
yang semakin semarak. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan (Februari-
Maret 2006).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
dari laporan keuangan manajemen perusahaan yang terdiri dari laporan tahunan,
sekunder juga diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS). Kedua jenis sumber data
yang diperoleh dan dikumpulkan merupakan data yang kualitatif dan kuantitatif
93
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Jenis data primer diperoleh adalah harga jual, harga input, komponen
biaya investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Data ini diperoleh melalui
Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
disajikan pada aspek-aspek non finansial dalam bentuk uraian deskriptif, tabel,
Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net B/C Ratio, Payback Period
(PP), Break Event Point (BEP), Return On Investment (ROI), serta Analisis
Sensitivitas.
menguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi proyek dengan cara
menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Setelah
dilakukan identifikasi terhadap semua manfaat dan biaya, maka baru dapat
94
dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai dari kriteria investasi. Adapun
metode yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial pada penelitian ini
Menurut Sofyan (2003: 180), NPV adalah nilai neto sekarang dari dana
pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan proyek yang
layak diterima haruslah memiliki nilai NPV > 0, jika tidak maka proyek itu akan
n
NPV
CF t
Io
t 1 1 r t
Dimana:
95
Apabila NPV = 0, Kemungkinan proyek akan diterima atau nilai
atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi IRR harus lebih besar
dari OCC atau opportunity cost of capital agar rencana atau usulan investasi dapat
layak dilaksanakan (Sofyan 2003: 178). Rumus yang digunakan untuk IRR adalah
sebagai berikut:
i i'
NPV
IRR i
NPV' NPV
Dimana:
total dari biaya bersih. B/C menunjukan manfaat bersih yang diperoleh setiap
n
Bt Ct
t1 1 i t
Net B/C n
Ct Bt
t1 1 i
t
96
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C Ratio, yaitu:
Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakan.
Net B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat
atau tidak.
Net B/C Ratio < 1, maka tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan.
berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha itu akan kembali jika alternatif
aliran kas (CF) yang didapat dari usaha yang diusulkan itu akan kembali, maka
alternatrif usulan usaha yang memberikan masa yang terpendek adalah yang
terbaik.
perhitungan nilai kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas
(dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri) Rumus yang
97
Sisa = xxx
dst
produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta
disingkat TR adalah biaya yang ditanggungnya (total cost) yag disingkat TC.
biaya. Adapun perhitungan BEP menurut Prajnata (2002: 58-59) adalah sbb :
98
Pemasukan
ROI X100%
Investasi
kegiatan usaha yang akan dijalankan atau diusahakan . Analisis sensitivitas akan
melihat apa yang akan terjadi dengan hasil kegiatan usaha jika terjadi perubahan-
(manfaat) dan pengeluaran (biaya) pada analisis kelayakan usaha, yaitu perubahan
Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, IRR, Net B/C, jika
99
Tingkat suku bunga yang digunakan dalam analisis sensitivitas adalah 16
persen yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit investasi bank-bank
1. Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka yang
2. Usaha kecil adalah usaha perseorangan yang berdiri sendiri, dimiliki warga
orang, mempunyai kekayaan bersih tidak lebih besar dari 200 juta rupiah dan
3. Cash Flow adalah aliran kas pada suatu usaha yang terdiri dari inflow
4. Inflow yang berada dalam cash flow adalah suatu aliran kas masuk atau
5. Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha, yang terdiri dari
6. Biaya Investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha.
7. Biaya Tetap adalah biaya yang konstan secara total sekalipun terjadi
8. Total biaya adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.
100
9. Produk adalah segala jenis kerupuk yang dapat ditawarkan ke dalam pasar
10. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada tahun pertama proyek
11. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga yang
modern.
14. Sumber modal terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman dengan
15. Perhitungan analisis kelayakan tahun 2006 dianggap tahun pertama produksi
101
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Usaha Kerupuk SKS merupakan idustri kecil yang bergerak pada usaha
distributor (penyedia) kerupuk. Industri kecil ini merupakan salah satu usaha
pembuatan kerupuk yang menggunakan mesin semi modern. Usaha ini didirikan
pada tahun 1992 oleh Bapak Manan yang beralamat di Jl. H. Kamang Bawah Rt
berawal dari pemilik yang mempunyai keahlian membuat kerupuk, sehingga dari
keahlianya dan dengan tekad yang kuat untuk berwirausaha maka beliau mencoba
untuk mendirikan pabrik kerupuk yang diberi nama Kerupuk Suka Asih (SKS).
Pada mula usaha ini berdiri Bapak Manan dibantu oleh keluarga sebagai
sumber modalnya dan memiliki empat orang karyawan. Alat-alat produksi yang
dimilikinya masih bersifat tradisional dan hanya mampu memproduksi 500 keping
kerupuk per harinya. Hasil dari produksinya, beliau sendiri yang mendistribusikan
ke warung-warung makan dan toko-toko kecil disekitar Pondok Labu. Hal ini
dikarenakan keterbatasan modal yang dimilikinya. Pada tahun 1993 Bapak Manan
modal dan semakin dikenalnya kerupuk SKS oleh konsumen, maka beliau
memperluas usahanya dengan cara membeli mesin molen (pencetak) dan hidrolik
(pencampur) dan juga menambah tenaga kerja baru agar produksinya semakin
meningkat.
102
Usaha Kerupuk SKS mampu bertahan dan mengalami peningkatan karena
kerupuk yang dihasilkan memiliki kualitas rasa yang gurih, disamping itu Bapak
Manan mampu memimpin dan mengembangkannya. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah produksi.
jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan, mulai dari
struktur organisasi dan tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Bagian Administrasi tugasnya mencatat arus kas perusahaan setiap hari yang
baku, bahan bakar serta mengelola para karyawan termasuk gaji para
karyawan.
103
2. Kepala produksi bertugas mengawasi dan bertanggung jawab pada saat proses
Adapun bentuk struktur organisasi pada Kerupuk SKS terdapat pada Gambar
2.
Pemimpin
Perusahaan
104
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek teknik dan produksi yang diteliti meliputi lokasi usaha, bahan baku,
tenaga kerja, teknologi, proses produksi dan layout usaha kerupuk SKS.
a. Lokasi Usaha
seperti dekat dengan jalan raya, perumahan dan pasar, serta fasilitas umum
tetapi lokasi usaha ini juga rentan terhadap bahaya banjir bila musim hujan tiba
b. Bahan Baku
berupa, tepung terigu, bawang putih, vetsin, garam, minyak goreng dan ikan
tongkol. Total biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku sebesar Rp.1.414.000,00
bahan baku utama diperoleh dengan cara memesan setiap minggunya sedangkan
untuk bahan tambahan diperoleh dengan cara membeli di pasar Pondok Labu,
Jakarta Selatan. Adapun harga bahan baku untuk pembuatan kerupuk terdapat
pada Tabel 3.
105
Tabel 3. Jumlah Bahan Baku dalam Pembuatan Kerupuk SKS pada Tahun 2006
Jumlah Kebutuhan
No Bahan Baku Harga (Rp) Jumlah (Rp)
perHari (Kg)
1. Tepung Tapioka 300 Kg 4000/Kg 1.200.000
2. Bawang Putih 5 Kg 5000/Kg 25.000
3. Garam 8 Kg 2000/Kg 16.000
4. Ikan Tongkol 6 Kg 5000/Kg 30.000
5. Tepung Terigu 25 Kg 4000/Kg 100.000
6. Vetsin 2 Kg 3500/Kg 7.000
7. Minyak Goreng 6 K9 6000/Kg 36.000
Total per Hari 1.414.000
Total per Bulan (24 hari) 33.936.00
Sumber: Data Primer, 2006
c. Tenaga Kerja
orang dan terbagi menjadi dua yaitu tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga
kerja tetap berjumlah 15 dan tenaga kerja tidak tetap ada 10 orang. Sedangkan
untuk pedagang yang bernaung di usaha kerupuk SKS jumlahnya ada 40 orang.
d. Teknologi
mesin hidrolik (mesin pencetak) dan molen (pencampuran sagu dengan bumbu),
akan tetapi pada proses lainnya masih menggunakan alat tradisional. Hal ini dapat
dilihat dari proses penjemuran yang masih menggunakan alat tradisional berupa
ebek, kemudian pada proses pengukusan juga masih menggunakan sarang, sampai
pada proses pengemasanya pun juga masih memerlukan bantuan tangan manusia
106
secara langsung. Alat-alat penunjang operasional yang dibutuhkan antara lain
mixer, oven, ebek, wajan, sarang, dorongan (roling), jaring, ember, kaleng,
e. Proses Produksi
apabila musim panas maka usaha ini melakukan produksi secara maksimal.
f. Layout
Tanah seluas 1300 m yang dimiliki selain untuk rumah juga dimanfaatkan
untuk bangunan pabrik kerupuk yang didalamnya meliputi, gudang bahan baku
berukuran 10x8 yang digunakan juga untuk membuat adonan kerupuk, untuk
tempat produksi kerupuk berukuran 10x16, kamar tidur pekerja (mess) berukuran
6x8 sebanyak 5 buah, untuk tempat pengovenan berukuran 6x6, untuk warung
makan 6x8. Sedangkan sisanya digunakan untuk penjemuran dan parkir gerobak
kerupuk. Adapun layout pada usaha Kerupuk SKS terdapat pada Lampiran 2.
ini dapat dilihat dengan adanya pertemuan dengan agenda mereview semua
pengeluaran dan pemasukan yang terjadi dalam perusahaan yang dilakukan satu
107
kali setiap minggunya. Setiap hari karyawan bekerja mulai pukul 08.00-15.00
Saat ini perusahaan memiliki tenaga kerja 25 orang untuk bagian produksi
orang hanya tamatan SD. Sedangkan untuk pedagang terdapat 28 orang tamatan
SLTA/ sederajat, 9 orang tamatan SLTP, dan 3 orang lainya hanya sampai pada
tingkat SD. Secara rinci, tingkat pendidikan pekerja pada usaha Kerupuk SKS
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Pekerja Usaha Kerupuk SKS dan Pedagang Kerupuk
Produksi Pedagang
Tinggkat Tinggkat
Jumlah Presentase (%) Jumlah Presentase (%)
Pendidikan Pendidikan
SLTA 10 40 SLTA 28 70
SLTP 11 44 SLTP 9 22,5
SD 4 16 SD 3 7,5
Total 25 100 Total 40 100
Sumber: Wawancara dengan pimpinan Usaha Kerupuk SKS
berjumlah 15 orang, gaji yang diterima tenaga kerja tetap adalah sebesar
108
penggajiannya adalah perhari, gaji yang diterima adalah sebesar Rp.20.000,00
perhari.
Keberadaan usaha Kerupuk SKS ini secara hukum belum terdaftar tetapi
telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sejak tahun 1992. Usaha
Kerupuk SKS ini didirikan sejak tahun 1992 dan telah memiliki IMB.
Selain itu dengan adanya usaha kerupuk SKS wilayah setempat menjadi semakin
ramai, adanya penerangan listrik disekitar lokasi, dan terbukanya lapangan kerja
usaha ini tidak menghasilkan limbah yang membahayakan bagi manusia maupun
lingkungan tempat tinggalnya. Hasil limbah sebagian besar merupakan air kotor
sisa pembersihan alat-alat produksi. Air limbah ini tidak mengandung zat-zat
109
5.6. Aspek Pemasaran
Aspek pasar yang diteliti meliputi bauran pemasaran yang terdiri dari 4P,
yaitu produk, price (harga), promosi, dan place (distribusi) yang digunakan
perusahaan.
a. Produk
Produk yang ditawarkan oleh Usaha Kerupuk SKS ini adalah jenis
kerupuk berwarna putih yang sering kita jumpai di toko-toko kecil dan warung
makan. Disamping memiliki rasa yang gurih dan renyah mutu dari produk
Kerupuk SKS sangat baik dan layak untuk dikonsumsi oleh konsumen karena
pewarna. Hal itu dilakukan agar kosumen dapat mengkonsumsinya secara nyaman
dan aman.
b. Harga
dengan para pedagang yang ada di Usaha Kerupuk SKS. Hal ini dikarenakan
Usaha Kerupuk SKS ini hanya sebagai supplier (penyedia) bagi para pedagang.
Harga yang ditetapkan oleh Usaha Kerupuk SKS untuk para pedagang adalah
sebesar Rp.300,00 per biji. Pedagang bertanggung jawab penuh apabila kerupuk
c. Promosi
penyebaran kaleng kesetiap toko-toko kecil dan warung makan oleh para
110
dan penjualan produk Kerupuk SKS ke toko-toko kecil dan warung makan
d. Distribusi.
yang bernaung di usaha kerupuk SKS. Untuk satu pedagang bertanggung jawab
dilakukan dengan cara retailing (penjualan dengan cara eceran). Selain itu, usaha
ini juga melayani pembeli yang langsung datang ke pabrik, tanpa adanya batas
minimum pembelian.
Investasi yang dimiliki usaha Kerupuk SKS pada tahun 2006 adalah
Rp.428.958.000,00
seluruhnya dari modal sendiri. Tetapi dengan modal pinjaman sebesar 30% dari
Bank BRI. Investasi awal usaha kerupuk SKS dapat dilihat pada Tabel 5.
111
Tabel 5. Investasi usaha kerupuk SKS pada Tahun 2006
5.7.2. Biaya
tetap, biaya operasional, dan biaya penyusutan. Untuk biaya tetap (gaji) sebesar
Rp.110.000.000,00 per tahun (Lampiran 7), biaya tidak tetap adalah sebesar biaya
operasional yaitu sebesar Rp.428.958.000,00 per tahun. Biaya tidak tetap ini
digunakan untuk pembelian bahan baku, kemasan/ kaleng, biaya listrik, telepon,
tenaga kerja langsung, transportasi, bahan bakar, serta biaya promosi (Lampiran
112
8-10), sedangkan biaya penyusutannya adalah sebesar Rp.83.043.000,00 per tahun
5.7.3. Manfaat
dengan total produksi sebanyak 15.000 keping per hari dengan harga jual
12). Perincian pemasukan Usaha Kerupuk SKS dapat dilihat pada Tabel 7.
113
pada tahun 1, sedangkan untuk tahun 2,3,4 dan 5 adalah sebesar Rp.
312.553.022,00 (Lampiran 14). Ikhtisar Rugi/ Laba Usaha Kerupuk SKS dapat
Tabel 8. Ikhtisar Rugi/ Laba Usaha Kerupuk SKS pada Tahun 2006
No Uraian Tahun
1 2,3,4 dan 5
1 Pendapatan (Rp) 1.058.400.000 1.058.400.000
2 Pengeluaran (Rp)
a. Biaya Operasional (Rp) 428.958.000 428.958.000
b. Biaya gaji (Rp) 110.000.000 110.000.000
c. Penyusutan (Rp) 83.043.000 83.043.000
d. Angsuran 20% 44.562.900 44.562.900
e. Biaya Bunga 35.650.320 35.650.320
f. Pajak 10% (Rp) 35.618.578 35.618.578
Laba sesudah pajak (Rp) 320.567.202 320.567.202
3 Zakat 2,5% 0 8.014.180
3 Rugi/ Laba (Rp) 320.567.202 312.553.022
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
pokoknya sebesar 20% yaitu Rp.44.562.900,00 per tahun selama 5 tahun, adapun
114
Tabel 9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kerupuk SKS (Modal Pinjaman 30%)
usaha ini memiliki nilai NPV sebesar Rp.641.202.052,00 yang berarti usaha ini
nilai waktu sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 24,90% yang berarti lebih besar
dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%). Sehingga usaha ini layak
tingkat return yang lebih tinggi. Nilai Net B/C Ratio adalah sebesar 1,18 yang
(Lampiran 15).
Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha pada pinjaman 30%
115
Analisis BEP digunakan untuk melihat keadaan dimana jumlah manfaat
kata lain keadaan dimana usaha ini tidak mendapatkan laba dan juga tidak
menderita kerugian. Perhitungan BEP pada usaha ini ditinjau berdasarkan harga
jual dan volume produksi. Hasil perhitungan analisis Break Event Point (BEP)
No Keterangan Jumlah
1 Total Biaya Produksi (Rp)/Tahun 742.715.000
2 Total Produksi/Tahun 3.528.000
3 BEP Harga Jual (Rp) 210
4 Harga Jual Produk (Rp) 300
5 BEP Volume Produksi/ Tahun 2.475.717
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
usaha ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi atau
produksi yaitu Rp.742.715.000,00 per tahun dan dengan BEP harga jual sebesar
sebesar Rp.580,00 pada tahun pertama. ROI pada tahun kedua, ketiga, keempat
dan kelima menurun menjadi Rp.570,00 karena adanya zakat sebesar 2,5%.
116
Tabel 11. Return On Investement (ROI) Kerupuk SKS (Modal Pinjaman 30%)
No Uraian Tahun
1, 2,3,4,5
1 Manfaat Bersih 428.565.426 420.551.246
2 Investasi 742.715.000 742.715.000
3 ROI (%) 0,58 0,57
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
penggunaan modal investasi dengan modal pinjaman 30% dalam usaha ini telah
digunakan dengan efisien. Hal ini telah, ditunjukan dengan nilai ROI yang besar
pengurangan aliran kas manfaat dengan aliran kas biaya. Manfaat bersih setelah
investasi sebesar 16% yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit
Hasil perhitungan dari kelayakan investasi yang meliputi NPV, IRR, dan
Net B/C Ratio, diperoleh dari hasil pengurangan aliran kas manfaat dengan aliran
kas biaya. Manfaat bersih setelah pajak kemudian didiskontokan dengan tingkat
suku bunga investasi sebesar 16% sedangkan untuk perhitungan Payback Period
didasarkan pada data cashflow sehingga Payback Period tidak dijadikan sebagai
hasil untuk menentukan layak atau tidaknya usaha, akan tetapi hanya digunakan
sebagai waktu pengembalian investasi, hasil analisisnya terdapat pada Tabel 12.
117
Tabel 12. Hasil Analisis Kelayakan Finansial (100% Modal Sendiri)
bahwa usaha ini memiliki NPV sebesar Rp.791.515.216 yang berarti bahwa usaha
nilai waktu sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 25,78% yang berarti lebih besar
dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%). Sehingga usaha ini layak
kemampuan memperoleh tingkat return yang lebih tinggi. Nilai B/C Ratio sebesar
1,25 yang berarti bahwa setiap Rp.1,00 biaya yang dikeluarkan, akan memberikan
positif, Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha ini layak untuk
diusahakan.
118
Pada metode ROI menunjukan bahwa pengembalian atau modal investasi
dimana besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi dengan
besarnya biaya modal investasi, adapun hasil perhitungan ROI terdapat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Return On Investement (ROI) Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri)
No Uraian Tahun
1, 2,3,4,5
1 Manfaat Bersih 475.802.100 465.983.123
2 Investasi 742.715.000 742.715.000
3 ROI (%) 0,64 0,63
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
sebesar Rp.640,00 pada tahun pertama. ROI pada tahun kedua, ketiga, keempat
dan kelima menurun menjadi Rp.627,00 karena adanya zakat sebesar 2,5%.
pengunaan modal investasi dalam usaha ini telah digunakan dengan efisien. Hal
ini, ditunjukan dengan nilai ROI yang besar sehingga perusahaan mengembalikan
konsumen dapat membeli dan mengkonsumsi kerupuk secara aman. Hal ini
119
sebagai suatu strategi yang dilakukan melihat banyaknya tingkat persaingan,
dalam dunia bisnis persaingan selalu ada dengan kekuatan bersaing didominasi
oleh adanya kekuatan daya beli, pemasok, dan produk substitusi. Tidak menutup
kemungkinan usaha Kerupuk SKS tidak ada pesaing, pesaing usaha ini cukup kuat
diantaranya persaingan pasar dengan jenis produk kerupuk yang lain. Akibat
adanya persaingan pasar, maka terjadi penurunan harga jual yang akan
Pengaruh dari faktor inflasi dalam analisis usaha sangat penting dan
terhadap pada usaha ini adalah penurunan penerimaan 10% adanya faktor
persaingan dan kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng,
minyak tanah dan tepung terigu yaitu sebesar 20% karena belum stabilnya
ekonomi di Indonesia.
pada penelitian ini meliputi penurunan penerimaan sebesar 10%, dan kenaikan
biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung
terigu yaitu sebesar 20%. Dari kelima variabel tersebut apabila layak dengan
kondisi 30% modal pinjaman, maka sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya
120
hasil tersebut dikombinasikan. untuk lebih jelasnya hasil perhitungan analisis
Tabel 14. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Usaha
Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman)
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 16). Dari
hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai
payback period Analisis Sensitivitas dengan 30% modal pinjaman terdapat pada
Lampiran 72.
batasan 15,8% artinya apabila terjadi penurunan penerimaan lebih dari 15,8%
maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Untuk hasil perhitungan analisis
sensitivitas batas penerimaan turun 30% modal pinjaman terdapat pada Lampiran
76.
121
Tabel 15. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada
Tepung Tapioka Usaha Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman)
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada tepung terigu
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 17). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
pada tepung terigu 30% modal pinjaman terdapat pada Lampiran 72.
Tabel 16. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada
Minyak Goreng Usaha Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman)
122
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 16, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada minyak goreng
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 18). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
Tabel 17. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada
Minyak Tanah Usaha Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman)
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada minyak tanah
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 19). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
123
hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 30% modal
Tabel 18. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada
Tepung Terigu Usaha Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman)
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada tepung terigu
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 20). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
modal pinjaman, maka sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya hasil tersebut
kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah
124
dan tepung terigu sebesar 20%. Untuk lebih jelasnya hasil kombinasi perhitungan
125
Berdasarkan hasil kombinasi analisis sensitivitas 30% Modal Pinjaman
pada Tabel 19, dapat diketahui bahwa usaha ini layak untuk dijalankan bila dilihat
dari nilai bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Usaha
ini tidak layak untuk dijalankan apabila terjadi penurunan pendapatan sebesar
10% dibarengi dengan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada tiga dan
empat variabel meliputi tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung
kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah
dan tepung terigu sebesar 20% berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada
pada penelitian ini meliputi penurunan penerimaan sebesar 10%, dan kenaikan
biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung
terigu yaitu sebesar 20%. Dari kelima variabel tersebut apabila layak dengan
kondisi 100% modal sendiri, maka sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya
126
Tabel 20. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Usaha
Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri)
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 44). Dari
hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai
payback period Analisis Sensitivitas dengan 100% modal sendiri terdapat pada
Lampiran 74.
batasan 20% artinya apabila terjadi penurunan penerimaan lebih dari 20% maka
usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Untuk hasil perhitungan analisis
sensitivitas batas penerimaan turun 100% modal sendiri terdapat pada Lampiran
75.
127
Tabel 21. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada
Tepung Tapioka Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri)
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada tepung terigu
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 45). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
Tabel 22. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada
Minyak Goreng Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri)
128
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 22, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada minyak goreng
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 46). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada
Minyak Tanah Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri)
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada minyak tanah
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 47). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
129
hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 100% modal
Tabel 24. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada
Tepung Terigu Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri)
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada tepung terigu
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 48). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
modal sendiri, maka sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya hasil tersebut
kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah
130
dan tepung terigu sebesar 20%. Untuk lebih jelasnya hasil kombinasi perhitungan
B. Kombinasi
a+b 318,750,432 22.37 1.05 Layak 2 Thn, 3 Bln 14 Hr
a+c 480,365,178 23.65 1.12 Layak 1 Thn, 11 Bln 26 Hr
a+d 483,975,129 23.69 1.12 Layak 1 Thn, 11 Bln 23 Hr
a+e 471,479,144 23.57 1.12 Layak 2 Thn, 1 Bln 4 Hr
b+c 619,903,682 24.86 1.17 Layak 1 Thn, 9 Bln 14 Hr
b+d 623,513,634 24.89 1.17 Layak 1 Thn, 9 Bln 11 Hr
b+e 611,017,648 24.79 1.16 Layak 1 Thn, 10 Bln 2 Hr
c+d 785,128,379 25.74 1.24 Layak 1 Thn, 8 Bln 2 Hr
c+e 772,632,394 25.67 1.24 Layak 1 Thn, 7 Bln 10 Hr
d+e 776,242,345 25.69 1.24 Layak 1 Thn, 7 Bln 1 Hr
a+b+c 313,752,038 22.30 1.05 Layak 2 Thn, 4 Bln 2 Hr
a+b+d 317,361,989 22.35 1.05 Layak 2 Thn, 4 Bln 2 Hr
a+b+e 304,866,004 22.17 1.05 Layak 2 Thn, 4 Bln 25 Hr
a+c+d 478,976,735 23.64 1.12 Layak 1 Thn, 11 Bln 26 Hr
a+c+e 410,943,036 23.55 1.09 Layak 2 Thn, 1 Bln 10 Hr
b+c+d 618,515,240 24.85 1.16 Layak 1 Thn, 9 Bln 14 Hr
b+c+e 606,019,254 24.76 1.16 Layak 1 Thn, 10 Bln 22 Hr
c+d+e 771,243,951 25.66 1.24 Layak 1 Thn, 7 Bln 10 Hr
a+b+c+d 312,363,595 22.28 1.05 Layak 2 Thn, 1 Bln 2 Hr
a+b+c+e 299,867,610 22.10 1.04 Layak 2 Thn, 4 Bln 2 Hr
b+c+d+e 604,630,811 24.74 1.16 Layak 1 Thn, 4 Bln 22 Hr
a+b+c+d+e 298,479,167 22.08 1.04 Layak 2 Thn, 4 Bln 2 Hr
131
Berdasarkan hasil kombinasi analisis sensitivitas 100% Modal Sendiri
pada Tabel 25, dapat diketahui bahwa usaha ini layak untuk dijalankan bila dilihat
dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Dengan demikian, hasil
tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung terigu sebesar 20%
tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 21-42).
132
BAB VI
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
1. Hasil analisis kelayakan finansial pada usaha Kerupuk SKS dapat disimpulkan
sebagai berikut:
layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif, IRR lebih dari tingkat suku
bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net B/C ratio lebih besar dari satu.
keping per tahun, atau dengan harga jual sebesar Rp.210 per keping.
dengan nilai ROI sebesar 58% pada tahun ke-1, dan 57% pada tahun ke-2,
3, 4 dan 5.
layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif, IRR lebih dari tingkat suku
bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net B/C ratio lebih besar dari satu.
investasi pada usaha ini telah efisien, ditunjukan dengan nilai ROI sebesar
64% pada tahun ke-1, dan 63% pada tahun ke-2, 3, 4 dan 5.
133
2. Hasil analisis sensitivitasnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Hasil analisis sensitivitas 30% modal pinjaman tidak layak apabila terjadi
sebesar 20% pada pada tiga variabel yaitu tepung tapioka, minyak goreng
6.2. Saran
dilihat dari hasil analisis sensitivitasnya usaha ini tidak berpengaruh bila
2. Sesuai dari hasil analisis finansialnya dimana NPV positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga dan Net B/C Ratio lebih besar dari satu, sebaiknya
usaha ini terus dilaksanakan dan dikembangkan, karena telah memiliki kriteria
134
DAFTAR PUSTAKA
Aisah, Siti. Analisis Kelayakan Usaha Florist, Bogor [Skripsi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2002
Alireza, M. Israbi. Studi Kelayakan Agribisnis Ikan Hias Air Tawar, Bogor
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2002
Aqidah, Nur. Analisis Evaluasi Kelayakan Finansial dan Investasi Usaha Pada
Pasar Ikan Higienis, Pejompongan, Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi;
2006
Badan Pusat Statistik. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-
2006. (Jakarta, 2001).
Emawati. Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu Pada Usaha Dagang Tahu
Bintaro, Kabupaten Tanggerang, Propinsi Banten [Skripsi]: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi;
2007
Fatah, N. Evaluasi Proyek Finansial Pada Proyek Mikro. (Jakarta: CV. Asona,
1994)
Haming, M & Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis.
(Jakarta: PPM, 2003)
135
Ibrahim, M.Y. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003).
Rewold, JD. Scott & M.R. Warshaw. Strategi Harga dalam Pemasaran. (Jakarta:
PT. Bima Aksara, 1987).
Susenas. Sistem Informasi Pola Pembiayaan/ Lending Model Usaha Kecil Pada
Kerupuk Ikan.2003.www.bi.go.idsipukidid.htm, Jakarta.01/21/2008,
09.37 PM.
136
Daftar Pertanyaan Penelitian Analisis Finansial Usaha Kerupuk
(Studi Kasus: Kerupuk SKS di Pondok Labu-Jakarta Selatan)
137
3. Aspek Hukum
4. Aspek Sosial
sekitarnya?
5. Aspek Lingkungan
h. Bagaimana layout pabrik dan berapa luas tanah yang dimiliki serta
pemanfaatannya?
138
7. Aspek Finansial
c. Berapa biaya tetap yang dikeluarkan untuk bangunan pabrik dan sewa
lahan?
tempat pengukusan)?
h. Berapa biaya variabel yang dikeluarkan oleh usaha ini untuk pembelian
(sagu, tepung terigu, bawang putih, vetsin, garam, dan ikan tongkol)?
i. Berapa persen pajak pendapatan yang harus dikeluarkan oleh usaha ini?
139
Lampiran 2. Layout Perusahaan
G F
E
H
I D
B C
A
Keterangan:
A. Pintu (gerbang) masuk G. Tempat Pencucian alat-alat Produksi
B. Rumah Bapak H. Manan H. Kamar Pegawai
C. Gudang Bahan Baku I. Tempat penjemuran dan parkir
D. Tempat pembuatan adonan. J. Gudang peralatan
E. Tempat produksi K. Tempat Penggorengan
F. Tempat Pengovenan L. Warung makan (kantin)
68
Lampiran 3. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006
2001 12,06
2002 11,41
2003 6,25
2004 6,15
2005 8,80
2006 14,55
Rata-rata 9,87 dibulatkan (10%)
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
69
A. Total Biaya Produksi = 742.715.000
Rumus =
742.715.000
BEP Harga =
3.528.000
= 210
742.715.000
BEP Produksi =
300
= 2.475.717
70
Pencetakan (Hidrolik)
Pengeringan
Penggorengan
Pendistribusian
71
Lampiran 7. Biaya Tetap Kerupuk SKS
No Komponen Tahun
0 1 2 3
1 Bangunan dan Sewa 500.000.000
2 Sarana Transportasi
a. Mobil 40.000.000
b. Motor 12.000.000
c. Becak Kerupuk 60.000.000
3 Mesin
a. hidrolik (pencetakan) 25.000.000
b. Molen 18.000.000
c. Pompa Air 1.800.000
4 Peralatan
a. Ebek 1.875.000
b. Oven 1.000.000
c. Wajan 2.400.000
d. Sarang 5.200.000
e. Kaleng 72.000.000
f. Dorongan (roling) 800.000
g. Jaring 300.000
h. Bak (tempat adonan) 400.000
i. Ember Kecil 100.000
j. Ember Besar 160.000
k. Timbangan 1.500.000
l. Corong 40.000
m. Keranjang 140.000
5 Gaji
a. Pegawai Tetap 91.500.000 91.500.000 91.500.000 91.
b. THR 12.500.000 12.500.000 12.500.000 12.
c. Kebersihan dan Keamanan 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.
72
No Uraian Tahun
1 2 3
73
Lampiran 49. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10% dan Kenaikan Biaya Operasiona
Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri)
No Uraian Tahun
0 1 2 3
1 Pendapatan
74
-
13 PV Pada DF 24% 742.715.000 234.790.071,43 164.573.735,97 117.552.668,5
75
Lampiran 76. Analisis Sensitivitas Batas penurunan Penerimaan 10% Kerupuk SKS (30% M
No Uraian Tah
0 1 2
1 Pendapatan
76
742.715.000 213.893.035 162.017.383 1
16 NPV Pada DF 16% 157.482.453
17 NPV Pada DF 24% (72.562.724)
18 IRR (%) 20,79 Layak
19 Net B/C Ratio 1,00 Layak
20 Payback Period 2,70 2 Tahun 8 Bulan 12 Hari
77
Lampiran 77. Dokumentasi Usaha Kerupuk SKS
78
Jakarta, 23 Maret 2008
Kepada Yth.
Dengan Hormat,
Bersama ini saya yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa
Telah melakukan penelitian di Usaha Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu,
Jakarta Selatan sejak bulan Februari s/d Maret Tahun 2006 dalam rangka
penelitian penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Finansial Usaha Kerupuk
(Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan).
Pimpinan
Usaha Kerupuk SKS
Bp. Manan
79
RINGKASAN
80
lokasi, karena limbah yang dihasilkan tidak menggandung zat kimia yang
berbahaya.
Berdasarkan hasil analisis aspek finansial usaha kerupuk SKS dengan
perhitungan modal pinjaman 30% didapatkan NPV sebesar 641.202.052, IRR
sebesar 24,90%, B/C Rasio sebesar 1,18 dan ROI sebesar 0,58 pada tahun
pertama, sedangkan untuk tahun kedua, ketiga, keempat dan kelima sebesar 0,57.
Untuk hasil Pay Back Periods adalah selama 1 tahun 7 bulan 4 hari. Untuk hasil
perhitungan 100% modal sendiri didapatkan NPV sebesar 791.515.216, IRR
25,78%, B/C Rasio sebesar 1,25 dan ROI sebesar 0,64 pada tahun pertama,
sedangkan untuk tahun kedua, ketiga, keempat dan kelima sebesar 0,63. Pay Back
Periods adalah selama 1 tahun 5 bulan 9 hari. Hasil analisis BEP untuk harga jual
Rp.210,- dan untuk BEP volume produksi adalah 2.475.717 keping.
Analisis aspek finansial yang dihasilkan pada perhitungan simulasi
dengan perhitungan modal pinjaman dan modal sendiri menunjukan bahwa usaha
kerupuk SKS layak dilaksanakan. Untuk perhitungan analisis sensitivitas 30%
modal pinjaman tidak layak dilaksanakan apabila terjadi penurunan penerimaan
sebesar 10% dibarengi dengan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada
tepung tapioka, minyak goreng dan tepung terigu, sehingga untuk penurunan
penerimaan sebesar 10% dan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada
tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung terigu akan tidak layak
dilaksanakan. Sedangkan untuk analisis sensitivitas 100% modal sendiri yang
terjadi pada variabel pengurangan pendapatan sebesar 10% dan kenaikan biaya
operasional sebesar 20% pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan
tepung terigu usaha ini layak untuk dilaksanakan.
81
Agribisnis adalah ilmu yang mempelajari tentang pertanian dari hulu sampai hilir.
Menurut Sugiono (2000: 14-15) penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk
Kualitatif
Kontinum Interval
Ratio
1 Data Kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, gambar dan
kalimat.
2 Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang
diangkakan.
2.2. Data Kontinum adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan ini
2.2.1. Data Ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat.
2.2.2. Data Interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai
82
2.2.3. Data Ratio data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol mutlak.
Agribisnis adalah ilmu yang mempelajari tentang pertanian dari hulu sampai hilir.
83
Menurut Sugiono (2000: 14-15) penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk
Kualitatif
Kontinum Interval
Ratio
3 Data Kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, gambar dan
kalimat.
4 Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang
diangkakan.
2.4. Data Kontinum adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan ini
2.4.1. Data Ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat.
2.4.2. Data Interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai
2.4.3. Data Ratio data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol mutlak.
84
85
86