KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PROLAPS UTERI
Pembimbing:
Disusun oleh:
KELOMPOK 1
RIAU 2020
KATA PENGANTAR
Puji sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-NYA
Makalah ini kami buat sebagai materi seminar praktik profesi ners keperawatan
akademik dan pembimbing rumah sakit yang telah memberikan arahan dan bimbingan
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah seminar ini dengan baik.
Kami sangat sadar bahwa makalah seminar ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
sebab itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah
kami selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Daftar isi....................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar belakang.................................................................................................. 1
B. Tujuan penulisan............................................................................................... 2
C. Manfaat penulisan............................................................................................. 2
A. Prolaps uteri.................................................................................................. 4
A. Gambaran kasus................................................................................................ 26
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................ 39
A. Pengkajian........................................................................................................ 39
B. Diagnosa keperawatan...................................................................................... 40
C. Intervensi keperawatan..................................................................................... 40
D. Implementasi.................................................................................................... 41
E. Evaluasi............................................................................................................ 41
BAB V PENUTUP....................................................................................................... 46
A. Kesimpulan....................................................................................................... 46
B. Saran................................................................................................................. 47
Daftar pustaka............................................................................................................... 48
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prolaps uteri merupakan suatu keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus
dan otot dasar panggul yang menyokong uterus. Sehingga dinding vagina depan jadi
tipis dan disertai penonjolan kedalam lumen vagina. Sistokel yang besar akan menarik
utero vesical junction dan ujung ureter kebawah dan keluar vagina, sehingga kadang-
dekade usia seorang wanita. Derajat POP yang berat ditemukan pada wanita dengan
usia yang lebih tua, yaitu 28%-32,3% derajat 1, 35%- 65,5% derajat 2, dan 2-6%
derajat 3 ( Tsikouras, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola
formasi keluarga dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada
wanita 2 yangmempunyai anak lebih dari tujuh daripada wanita yang mempunyai satu
berkembang yang perkawinan dan kelahiran anaknya dimulai pada usia muda dan saat
fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO menemukan bahwa laporan kasus prolapsus
uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada kasuskasus yang dapat dideteksi
prevalnsi prolaps uteri tanpa gejala cukup tinggi. Diperkirakan 50% multipara
1
menderita prolapsus uteri genetalia. Kasus prolapsus uteri akan meningkat jumlahnya
seiring dengan meningkatnya usia hidup wanita. Prolaps uteri ditemukan paling sedikit
adalah 24% (Abrams,2014). Selain itu penyebab yang dapat menyebabkan prolaps uteri
insidensinya 5,7%, dan pada periode yang sama di Hamburg 5,4%, Roma 6,7%.
Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya tinggi, sedangkan pada orang
Negro Amerika dan Indonesia kurang. Frekuensi prolapsus uteri di Indonesia hanya
1,5% dan lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua dan
wanita dengan pekerja berat (Winkjosastro, 2010). Dari 1.036 kasus ginekologik tahun
2014 di Rumah Sakit RSUD Arifin Achmad Pekanbaru terdapat 20 kasus prolaps uteri
terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause. Sedangkan pada tahun 2015
B. Rumusan Masalah
2
6. Bagaimana komplikasi prolapse uteri
C. TujuanMasalah
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Prolaps uteri adalah turunnya uterus dari tempat biasa, oleh karena
kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya atau
turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis akan jadi longgar dan
organ pelvis akan turun ke dalamnya (Winkjosastro, 2008).Prolaps uteri terjadi karena
adanya kerusakan pada otot dasar panggul. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh
proses persalinan yang mengakibat-kan regangan dan robekan pada fascia endopelvic,
musculus levator dan perineal body. Namun, prolaps uteri juga dapat terjadi pada wanita
dengan peningkatan tekanan intraabdomen dan kelainan jaringan ikat. Hal ini
Prinsip terjadinya prolapsus uteri adalah terjadinya defek pada dasar pelvis
yang disebabkan oleh proses melahirkan, akibat regangan dan robekan fasia
endopelvik, muskulus levator serta perineal body. Neuropati perineal dan parsial
pudenda juga terlibat dalam proses persalinan. Sehingga wanita multipara sangat
ligamentum transversal dapat dilihat pada nulipara dimana terjadi elongatio colli
disertai prolapsus uteri. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan
reparasi otot-otot panggul yang tidak baik. Pada menopause, hormon estrogen telah
berkurang (Hipoestrogen) sehingga otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah
16
(Prawirohardjo, 2014).
Prolaps uteri sering terjadi pada wanita multipara tetapi seringkali tidak
struktur penunjang panggul termasuk ligamentum, fasia, otot dan suplai sarafnya.
Lebih banyak kerusakan disebabkan oleh persalinan lama, kepala bayi atau bahu
yang besar dan ketika tindakan dengan forsep yang sulit diperlukan untuk
1. Faktor Resiko
a. Pekerjaan
mengejan sehingga terdapat tekanan pada uterus. Pada saat itu otot- otot
panggul ikut teregang yang mengakibatkan otot-otot akan lemah pada ligamen
prolaps uteri.
b. Berat badan
Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada menopause, hal ini
Pada orang gemuk otot-otot panggul yang dimiliki kurang bagus, mudah terjadi
Hal ini dapat terjadi apabila ibu berusaha mengeluarkan janin sebelum
serviks membuka lengkap, meneran lama pada persalinan kala dua. Dalam hal
terjadi.
17
d. Riwayat persalinan multiparitas
mengalami kelemahan, bila ini terjadi maka organ dalam panggul bisa
mengalami penurunan.
teregang dan kemudian saat itu juga dikerahkan tenaga yang sangat besar untuk
f. Menopause
pada rahim.
C. Manifestasi Klinis
penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai keluhan
apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps uteri ringan mempunyai banyak
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna.
2. Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika penderita berbaring,
18
a. Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian lebih
c. Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk dan
mengejan. kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada sistokel yang besar
sekali.
b. Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel dan vagina.
a. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan
bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan
b. Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi
6. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh di
D. Klasifikasi
praktik klinis dan penelitian, sistem Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q) lebih
pada penurunan maksimal dari prolaps relatif terhadap hymen pada 1 atau lebih
19
Tabel 2.1 Derajat prolapsus organ panggul
Derajat II Bagian yang paling distal dari prolapsus < 1cm di bawah
lingkaran himen.
Derajat III Bagian yang paling distal dari prolapsus > 1cm di bawah
cm.
1. Prolaps uteri tingkat I, yaitu serviks tetap di dalam vagina. Pada sebagian pasien
2. Prolaps uteri tingkat II, yaitu porsio kelihatan di introitus (pintu masuk) vagina,
gejala yang dirasakan pasien adalah punggung bagian bawah terasa nyeri dan ada
perasaan yang mengganjal pada vagina, bahkan pada sebagian wanita keadaan ini
3. Prolaps uteri tingkat III, disebut juga prosidensia uteri (seluruh rahim keluar dari
vulva), dikarenakan otot dasar panggul sangat lemah dan kendor sehingga tidak
mampu menopang uterus. Pada kasus ini prolapsus uteri dapat disertai sistokel,
20
E. Patofisiologi
Prolaps uteri terbagi dalam berbagai tingkat dari yang paling ringan sampaii
endopelvik dan otot-otot serta fasiafasiadasar panggul. Juga dalam keadaan tekanan
terutama apabila tonus-tonus otot melemah seperti pada penderita dalam menopause.
Serviks uteri terletak di luar vagina akan tergesek oleh pakaian wanitatersebut
dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkusdekubitus. Jika fasia di
vagina ke belakang yangdinamakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya hanya ringan
saja, dapat menjadi besar karena persalinan berikutnya yang kurang lancar atau yang
dibagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetrik atau sebabsebablain dapat
menonjol ke lumen vagina yang dinamakan rektokel. Enterokel adalah hernia dari
Kantong hernia ini dapatberisi usus atau omentum. Semua akan terlihat nyata ketika
menopause(Prawirohardjo, 2014).
21
22
F. Komplikasi
2. Dekubitus
4. Kemandulan
G. Penatalaksanaan
Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita masih
ingin mendapat anak lagi, atau penderita menolak untuk dioperasi, atau
kondisinya tidak mengizinkan untuk dioperasi. Terapi ini dapat dilakukan dengan
cara latihan-latihan otot dasar panggul, stimulasi otot-otot dengan alat listrik dan
Tujuan dari terapi konservatif (non operatif) adalah untuk mencegah prolaps
Pelatihan otot dasar panggul pertama kali diperkenalkan oleh Arnold Kegel,
cari ini adalah mudah untuk dikerjakan, tidak beresiko, tidak mengeluarkan biaya,
dapat dikerjakan dimana saja dan terbukti efektif jika dikerjakan secara rutin,
selain itu cara tersebut juga berguna untuk mencegah dan menangani
23
Selain cara di atas, terapi non bedah lainnya adalah dengan penggunaan
pesarium. Pesarium adalah suatu alat yang terbuat dari silikon, dipasang di bawah
atau di sekeliling serviks. Alat ini membantu menahan uterus untuk turun dari
2012). Pesarium dapat dipasang pada hampir seluruh wanita dengan prolapsus
2. Terapi Operatif
Secara umum pembedahan ditawarkan kepada pasien yang telah menjalani terapi
konservatif tetapi gagal maupun tidak merasa puas dengan hasilnya, atau pada
pasien yang tidak ingin menjalankan terapi konservatif. Pada saat ini teknik
III dan IV) dengan gejala pada saluran pencernaan dan pada wanita yang telah
menopause. Histerektomi vagina lebih disukai oleh wanita menopause yang aktif
et al, 2011).
24
E. Asuhan Keperawatan Prolaps Uteri
1. Pengkajian
a) Anamnesis. Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat
1) Keluhan Utama
1) Kepala
Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak
terdapat lesi
2) Leher: tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran
3) Dada
Inspeksi: simetris
25
Perkusi: sonor seluruh lap paru
4) Cardiac
Perkusi: pekak
5) Abdomen
Palpasi: hati limpa tidak teraba, bunyi usus (+) normal, massa (-), nyeri
tekan (-)
Perkusi: tympani
6) Genetalia
tekan (+).
c) Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
26
d. Inkontinensia Urin stress berhubungan dengan akibat dari perubahan bentuk
genetalia.
operasi).
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa I
NOC:
Kriteria Hasil:
NIC
prolaps uteri.
27
4. Jelaskan pentingnya kebersihan.
b. Diagnosa II
NOC:
terkontrol.
Kriteria Hasil:
cemas.
NIC:
6. Ajarkan teknik relaksasi (seperti relaksasi tarik nafas dalam dan berdoa).
c. Diagnosa III
NOC:
28
Kriteria Hasil:
NIC:
4. Beri dorongan dan support klien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri
peristiwa seksual
d. Diagnosa IV
NOC:
berkemih membaik.
Kriteria Hasil:
29
3. Intake cairan dalm rentang normal
NIC:
a. Diagnosa I
NOC:
tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
laesa).
NIC:
30
4. Edukasi klien dan keluarga untuk selalu mencuci tangan bersih
b. Diagnosa II
NOC:
Kriteria Hasil:
NIC:
c. Diagnosa III
operasi)
NOC:
Kriteria Hasil:
31
3. Klien mengetahui cara perawatan diri denga benar ost operasi
NIC:
2. Bantu latihan renatng gerak pasif aktif secara bertahap seperti miring kiri
d. Diagnosa IV
NOC:
dengan mandiri.
Kriteria Hasil:
NIC:
1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan
32
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
2. No RM : 01030952 -
7. Pendidikan : SD SD
2. KELUHAN UTAMA
Pasien rujukan dari RS Awal Bros Panam dan dirawat diruang Teratai 1 dengan
keluhan organ (Rahim) turun selama 1 tahun. Rahim dapat dimasukkan kembali
namun keluar kembali. Keluhan sering muncul pada saat BAK, mengedan dan
berjalan. BAK sering tidak puas dan tersendat. BAK masih bisa ditahan.
pengkajian, vagina terasa penuh dan ada yang keluar, daerah jalan lahir terasa sakit
33
dan terasa seperti ada benjolan yang keluar. Awalnya benjolan yang keluar hanya
Pasien memiliki riwayat TBC pada tahun 2000 dan mengkonsumsi obat anti TB
5. RIWAYAT KEHAMILAN
Kehamilan Kelamin
6. RIWAYAT PERKAWINAN
Perkawinan ke : 1
7. RIWAYAT HAID
Kesadaran : Composmentis
34
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36.5 ˚C
Pernapasan : 20x/menit
Berat Badan : 57 Kg
9. PEMERIKSAAN FISIK
oksigen.
g. Dada : Simetris kiri dan kanan, suara nafas vesikuler, suara jantung
reguler.
i. Punggung : Tidak ada terdapat luka lecet, tidak ada kelainan tulang
belakang.
35
j. Ekstremitas : Tidak ada edema, tidak ada clubbing finger, belum
Bola golf
36
B. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
1. D Darah lengkap
- Hematokrit 37 41 % (3 (7,0-47,0)
2. Hitung Jenis
3. K Kimia Klinik
37
Kr Ureum 13.0 detik (17,0-49,2)
4. 33 (24
5.
2. Obat-obatan
infeksi
kemih)
sakit.
mencegah komplikasi
38
perdarahan.
supositoria
39
BAB IV
PEMBAHASAN
dalam asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnose P7 A0 H7 Prolaps Uteri grade IV
+ Sistokel grade III + Rectokel grade III di Ruangan Teratai I RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau, maka dalam hal ini kelompok akan membahas beberapa hal yang baik,
pemecahan masalah agar tindakan keperawatan lebih terarah dan mencapai tujuan
semaksimal mungkin.
memiliki rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, kelompok akan membahas sesuai dengan
A. Hasil Pengkajian
Hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. S (60 tahun) didapatkan bahwa
terdapat benjolan > 2 cm di genitalia dan sudah sebesar bola golf. Ny. S juga
mengatakan vagina terasa penuh dan terasa adanya benjolan yang keluar ketika BAK,
BAB, dan berjalan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Megadhana (2013)
yang mengatakan bahwa salah satu manifestasi klinis dari prolpas uteri adalah rasa
penuh di vagina yang dirasakan penderita dan ditandai dengan adanya benjolan (uterus)
yang keluar dari vulva. Hasil data dan wawancara yang didapat bahwa Ny. S
mempunyai 7 orang anak perempuan. Hal ini sesuai denga teori yang dikemukakan
oleh Norwitz (2006) bahwa salah satu penyebab prolaps uteri adalah multipara dimana
40
riwayat melahirkan lebih dari 1 kali. Hasil inspeksi yang didapat bahwa bagian distal
dari prolapsus sudah menurun sampai > 2 cm dimana menurut Sjamsuhidat dan Jong
(2014) klasifikasi prolaps uteri dengan kriteria tersebut sudah memasuki darajat IV
B. Analisis Data
Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan kelompok dalam melakukan
merumuskan asuhan keperawatan pada Ny.S. Analisis data dan masalah keperawatan
DS:
DO:
41
ditanya tentang penyakit yang
dialami
DS:
DO:
DS:
DO:
penyakitnya
42
Analisis data dan masalah keperawatan yang muncul sesudah operasi adalah :
DS :
jaringan
DO : (post operasi)
- Skala nyeri 5
- (Pembedahan)
DO:
(general anastesi)
DS : -
43
DO :
perawat.
2020 pagi. cek residu urin 6 jam setelah berkontraksi Retensi urine
C. Diagnosa Keperawatan
operasi).
44
4. Retensi urin berhubungan dengan ketidakmampuan kandung kemih untuk
D. Intervensi
yang telah ditegakkan, adapun acuan dalam penyusunan dalam intervensi keperawatan,
disesuaikan dengan keadaan pasien. Rencana keperawatan yang dibuat mengacu pada
kebutuhan yang dibutuhkan dan dirasakan saat pengkajian serta landasan teori.
Rencana yang dibuat telah diprioritaskan sesuai dengan masalah kesehatan yang
a. Diagnosa I
NOC:
Kriteria Hasil:
NIC
45
3. Jelaskan pengertian faktor penyebab dan cara perawatan pasien dengan
prolaps uteri.
b. Diagnosa II
NOC:
ansietas terkontrol.
Kriteria Hasil:
cemas.
NIC:
6. Ajarkan teknik relaksasi (seperti relaksasi tarik nafas dalam dan berdoa).
46
c. Diagnosa III
NOC:
positif.
Kriteria Hasil:
NIC:
4. Beri dorongan dan support klien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri
peristiwa seksual
47
2. Intervensi yang dilakukan untuk masalah keperawatan sesudah operasi adalah:
a. Diagnosa I
NOC:
Kriteria Hasil:
laesa).
NIC:
b. Diagnosa II
NOC:
Kriteria Hasil:
48
1. Klien tampak rileks
NIC:
c. Diagnosa III
operasi)
NOC:
Kriteria Hasil:
NIC:
2. Bantu latihan renatng gerak pasif aktif secara bertahap seperti miring kiri
49
d. Diagnosa IV
NOC:
Kriteria Hasil:
NIC:
1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan
Klien untuk mencapai tujuan keperawatan dengan kriteria yang telah ditetapkan, maka
nantinya akan tercapai. Dalam melakukan implementasi dan penilaian evaluasi penulis
50
Implementasi yang dilakukan sebelum pembedahan :
IMPLEMENTASI EVALUASI
- Menjelaskan pentingnya
diagnosis dan rencana pembedahan. dan lega. karna sudah mau mendengarkan
- Mengkaji tingkat kecemasan klien. dan mengulangi teknik relaksasi dan sama
51
tindakan yang mungkin akan
perasaannya.
berdoa).
IMPLEMENTASI EVALUASI
Jenis pembedahan total vagina baik dan menjaga kebersihan pada daerah
bersih. S : 36.8
52
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
P : Lanjutkan intervensi
agen injuri fisik post operasi berkurang tetapi masih ada sedikit rasa
nyeri 5
53
- Bantu latihan rentang gerak pasif perawatan diri sederhana.
kiri dan miring kanan dan duduk. O : Klien merasa nyaman dengan
P : Lanjutkan Intervensi
berkemih.
IMPLEMENTASI EVALUASI
Jenis pembedahan total vagina baik dan menjaga kebersihan pada daerah
54
histerektomi. yang dilakukan pembedahan.
bersih. S : 36.0
N : 85x/menit
RR : 20x/menit
P : Lanjutkan intervensi
agen injuri fisik post operasi berkurang tetapi masih ada sedikit rasa
nyeri 4
P : Intervensi dihentikan
55
23-01-2020 (08:30 wib) (08:40 wib)
kiri dan miring kanan dan duduk. O : Klien merasa nyaman dengan
P : Lanjutkan Intervensi
berkemih.
56
IMPLEMENTASI EVALUASI
Jenis pembedahan total vagina baik dan menjaga kebersihan pada daerah
S : 36.2
N : 78x/menit
RR : 20x/menit
P : Intervensi dihentikan
57
- Bantu latihan rentang gerak pasif perawatan diri sendiri.
kiri dan miring kanan dan duduk. O : Klien merasa senang sudah bisa
kemampuan klien
P : Intervensi dihentikan
9 pagi). - Terpasang DC
P : lanjutkan intervensi
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil makalah kelompok, pada Ny. S dengan diagnosa Prolaps Uteri
anastesi. Pada kasus ini, ditegakkan 7 diagnosa keperawatan yang dibagi menjadi 2
Diagnosa keperawatan post operasi yang dapat diangkat yaitu nyeri (akut)
berhubungan dengan agen injury fisik post operasi, resiko Infeksi berhubungan
dengan tindakan Invasif (Post Operasi) dan defisit perawatan diri berhubungan
B. Saran
1. Ilmu Keperawatan
2. Rumah Sakit
3. Institusi
59
Makalah ini diharapkan menjadi evidance based dan rujukan informasi
60