Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH SEMINAR

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PROLAPS UTERI

Pembimbing:

Ns. APRIZA, M.Kep


MERIANI, STr. Keb

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

AINUL AFIFA, S.Kep


ARTINA, S.Kep
BONITA RAHAYU, S.Kep
OKTARI MULIATI, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

RIAU 2020
KATA PENGANTAR

Puji sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-NYA

sehingga proses penyusunan makalah seminar keperawatan maternitas “Asuhan

Keperawatan Pasien dengan Prolaps Uteri” dapat diselesaikan.

Makalah ini kami buat sebagai materi seminar praktik profesi ners keperawatan

maternitas. Terima kasih yang sebanyak-banyaknya kami ucapkan kepada pembimbing

akademik dan pembimbing rumah sakit yang telah memberikan arahan dan bimbingan

kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah seminar ini dengan baik.

Kami sangat sadar bahwa makalah seminar ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh

sebab itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah

kami selanjutnya.

Pekanbaru, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................................. iii

Daftar isi....................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

A. Latar belakang.................................................................................................. 1

B. Tujuan penulisan............................................................................................... 2

C. Manfaat penulisan............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 4

A. Prolaps uteri.................................................................................................. 4

BAB III PEMBAHASAN KASUS.............................................................................. 26

A. Gambaran kasus................................................................................................ 26

B. Hasil pengkajian, pemeriksaan fisik, laboratorium & diagnostik.................... 26

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................ 39

A. Pengkajian........................................................................................................ 39

B. Diagnosa keperawatan...................................................................................... 40

C. Intervensi keperawatan..................................................................................... 40

D. Implementasi.................................................................................................... 41

E. Evaluasi............................................................................................................ 41

BAB V PENUTUP....................................................................................................... 46

A. Kesimpulan....................................................................................................... 46

B. Saran................................................................................................................. 47

Daftar pustaka............................................................................................................... 48

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prolaps uteri merupakan suatu keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus

genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung)

dan otot dasar panggul yang menyokong uterus. Sehingga dinding vagina depan jadi

tipis dan disertai penonjolan kedalam lumen vagina. Sistokel yang besar akan menarik

utero vesical junction dan ujung ureter kebawah dan keluar vagina, sehingga kadang-

kadang dapat menyebabkan penyumbatan dan kerusakan ureter (Winkjosastro, 2010).

Prevalensi prolaps organ panggul meningkat sekitar 40% tiap penambahan 1

dekade usia seorang wanita. Derajat POP yang berat ditemukan pada wanita dengan

usia yang lebih tua, yaitu 28%-32,3% derajat 1, 35%- 65,5% derajat 2, dan 2-6%

derajat 3 ( Tsikouras, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola

formasi keluarga dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada

wanita 2 yangmempunyai anak lebih dari tujuh daripada wanita yang mempunyai satu

atau duaanak. Prolapsus uteri lebih berpengaruh pada perempuan di negaranegara

berkembang yang perkawinan dan kelahiran anaknya dimulai pada usia muda dan saat

fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO menemukan bahwa laporan kasus prolapsus

uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada kasuskasus yang dapat dideteksi

dalampemeriksaan medik (Koblinsky M, 2001).

Umumnya perempuan multipara mengalami pelemahan dasar panggul, karena itu

prevalnsi prolaps uteri tanpa gejala cukup tinggi. Diperkirakan 50% multipara

1
menderita prolapsus uteri genetalia. Kasus prolapsus uteri akan meningkat jumlahnya

seiring dengan meningkatnya usia hidup wanita. Prolaps uteri ditemukan paling sedikit

pada 14 % perempuan di atas 30 tahun. Sedangkan menurut data dari American

Medical System (AMS), pada perempuan antara 18 sampai 44 tahun, prevalensinya

adalah 24% (Abrams,2014). Selain itu penyebab yang dapat menyebabkan prolaps uteri

adalah persalinan pervaginam. Frekuensi prolapsus genitalia di beberapa negara

berlainan, seperti dilaporkan di klinik d’Gynecologie et Obstetrique Geneva

insidensinya 5,7%, dan pada periode yang sama di Hamburg 5,4%, Roma 6,7%.

Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya tinggi, sedangkan pada orang

Negro Amerika dan Indonesia kurang. Frekuensi prolapsus uteri di Indonesia hanya

1,5% dan lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua dan

wanita dengan pekerja berat (Winkjosastro, 2010). Dari 1.036 kasus ginekologik tahun

2014 di Rumah Sakit RSUD Arifin Achmad Pekanbaru terdapat 20 kasus prolaps uteri

terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause. Sedangkan pada tahun 2015

kasus prolapse uteri meningkat terdapat sebnyak 43 kasus.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk membuat

makalah seminar tentang asuhan keperawatan pasien dengan prolaps uteri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi prolaps uteri?

2. Apa saja etiologi prolaps uteri?

3. Apa saja manifestasi prolaps uteri?

4. Apa saja klasifikasiprolaps uteri?

5. Bagaimana patofisiologi prolaps uteri?

2
6. Bagaimana komplikasi prolapse uteri

7. Bagaimana prosedur penatalaksanaan pada prolaps uteri?

8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan prolaps uteri?

C. TujuanMasalah

Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Prolaps Uteri.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi prolaps uteri

2. Untuk mengetahui etiologi prolaps uteri

3. Untuk mengetahuimanifestasi prolaps uteri

4. Untuk mengetahuiklasifikasi prolaps uteri

5. Untuk mengetahui patofisiologi prolaps uteri

6. Untuk mengetahui prosedur penatalaksanaan pada prolaps uteri

7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien prolaps uteri.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Prolaps Uteri

Prolaps uteri adalah turunnya uterus dari tempat biasa, oleh karena

kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya atau

turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis akan jadi longgar dan

organ pelvis akan turun ke dalamnya (Winkjosastro, 2008).Prolaps uteri terjadi karena

adanya kerusakan pada otot dasar panggul. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh

proses persalinan yang mengakibat-kan regangan dan robekan pada fascia endopelvic,

musculus levator dan perineal body. Namun, prolaps uteri juga dapat terjadi pada wanita

dengan peningkatan tekanan intraabdomen dan kelainan jaringan ikat. Hal ini

menyebabkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktifitas (Khalilullah, Masnawati,

Saputra dan Hayati, 2011).

Prinsip terjadinya prolapsus uteri adalah terjadinya defek pada dasar pelvis

yang disebabkan oleh proses melahirkan, akibat regangan dan robekan fasia

endopelvik, muskulus levator serta perineal body. Neuropati perineal dan parsial

pudenda juga terlibat dalam proses persalinan. Sehingga wanita multipara sangat

rentan terhadap faktor resiko terjadinya prolaps uteri (Lazarou, 2010).

B. Etiologi Prolapsus Uteri

Prolaps uteri terjadi karena kelemahan otot ligamen endopelvik, terutama

ligamentum transversal dapat dilihat pada nulipara dimana terjadi elongatio colli

disertai prolapsus uteri. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan

menopause. Persalinan lama yang sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap,

laserasi dinding vagina bawah pada kala dua,penatalaksanaan pengeluaran plasenta,

reparasi otot-otot panggul yang tidak baik. Pada menopause, hormon estrogen telah

berkurang (Hipoestrogen) sehingga otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah

16
(Prawirohardjo, 2014).

Prolaps uteri sering terjadi pada wanita multipara tetapi seringkali tidak

dilaporkan. Penyebab salah satunya yaitu partus pervaginam. Kehamilan, persalinan

dan kelahiran pervaginam dapat menyebabkan berbagai derajat kerusakan pada

struktur penunjang panggul termasuk ligamentum, fasia, otot dan suplai sarafnya.

Lebih banyak kerusakan disebabkan oleh persalinan lama, kepala bayi atau bahu

yang besar dan ketika tindakan dengan forsep yang sulit diperlukan untuk

melahirkan bayi (Norwitz 2006).

1. Faktor Resiko

a. Pekerjaan

Pekerjaan mengangkat barang-barang berat yang dilakukan seperti orang

mengejan sehingga terdapat tekanan pada uterus. Pada saat itu otot- otot

panggul ikut teregang yang mengakibatkan otot-otot akan lemah pada ligamen

endopelvik. Pekerjaan dan aktifitas berat sering dikaitkan dengan pembentukan

prolaps uteri.

b. Berat badan

Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada menopause, hal ini

disebabkan oleh faktor makanan ditambah lagi karena kurang berolahraga.

Pada orang gemuk otot-otot panggul yang dimiliki kurang bagus, mudah terjadi

prolaps uteri, sehingga memerlukan untuk olahraga atau senam kegel.

c. Jenis proses persalinan normal

Hal ini dapat terjadi apabila ibu berusaha mengeluarkan janin sebelum

serviks membuka lengkap, meneran lama pada persalinan kala dua. Dalam hal

ini ligamentum kardinale dapat mengendor, sehingga prolaps uteri dapat

terjadi.

17
d. Riwayat persalinan multiparitas

Partus yang berulang kali dan terlampau sering dapat menyebabkan

kerusakan otot-otot maupun saraf-saraf panggul sehingga otot besar panggul

mengalami kelemahan, bila ini terjadi maka organ dalam panggul bisa

mengalami penurunan.

e. Penatalaksanaan pengeluaran plasenta

Pada saat pengeluaran plasenta adanya tekanan intra-abdomen pada waktu

regangan lebih mendorong uterus ke kandung kemih, ligamen latum akan

teregang dan kemudian saat itu juga dikerahkan tenaga yang sangat besar untuk

mengeluarkan plasenta. Dalam hal ini ligamentum kardinale dapat mengendor,

sehingga prolaps uteri dapat terjadi.

f. Menopause

Menopause juga dapat menyebabkan turunnya rahim karena produksi

hormon estrogen berkurang sehingga elastisitas dari jaringan ikat berkurang

dan otot-otot panggul mengecil yang menyebabkan melemahnya sokongan

pada rahim.

C. Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual. Kadangkala

penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai keluhan

apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps uteri ringan mempunyai banyak

keluhan. Keluhan-keluhan yang hampir selalu di jumpai:

1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna.

2. Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika penderita berbaring,

keluhan menghilang atau berkurang.

3. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala :

18
a. Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian lebih

berat juga pada malam hari.

b. Perasaan seperti kandung kemih tidak dapat dikosongkan seluruhnya.

c. Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk dan

mengejan. kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada sistokel yang besar

sekali.

4. Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi :

a. Obstipasi karena feses berkumpul dalam rongga rektokel.

b. Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel dan vagina.

5. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut :

a. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan

bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan

dekubitus pada portio uteri.

b. Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi

serta luka pada portio uteri.

6. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh di

vagina (Megadhana, 2013).

D. Klasifikasi

Klasifikasi prolaps organ panggul dikembangkan beberapa sistem. Untuk keperluan

praktik klinis dan penelitian, sistem Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q) lebih

dipilih dibandingkan dengan system Baden-Walker. Derajat sistem POP-Q didasarkan

pada penurunan maksimal dari prolaps relatif terhadap hymen pada 1 atau lebih

kompartemen.Pengklasifikasian derajat prolaps organ pelvis berdasarkan sistem POP-

Q adalah sebagai berikut:

19
Tabel 2.1 Derajat prolapsus organ panggul

Derajat 0 Tidak terlihat adanya prolapsus

Derajat I Bagian distal dari prolapsus > 1cm di atas himen.

Derajat II Bagian yang paling distal dari prolapsus < 1cm di bawah

lingkaran himen.

Derajat III Bagian yang paling distal dari prolapsus > 1cm di bawah

himen, namun kurang dari TVL (total vaginal length) – 2

cm.

Derajat IV Eversi komplit total panjang traktus genetalia bawah.

Bagian distal prolapsus uteri menurun sampai (TVL-2) cm

Klasifikasi prolaps uteri menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2004):

1. Prolaps uteri tingkat I, yaitu serviks tetap di dalam vagina. Pada sebagian pasien

keadaan ini biasanya tanpa disertai keluhan, pasien akan memeriksakan

keadaannya jika terdapat keluhan dan derajat prolaps bertambah.

2. Prolaps uteri tingkat II, yaitu porsio kelihatan di introitus (pintu masuk) vagina,

gejala yang dirasakan pasien adalah punggung bagian bawah terasa nyeri dan ada

perasaan yang mengganjal pada vagina, bahkan pada sebagian wanita keadaan ini

tidak ada keluhan.

3. Prolaps uteri tingkat III, disebut juga prosidensia uteri (seluruh rahim keluar dari

vulva), dikarenakan otot dasar panggul sangat lemah dan kendor sehingga tidak

mampu menopang uterus. Pada kasus ini prolapsus uteri dapat disertai sistokel,

enterokel atau rektokel.

20
E. Patofisiologi

Prolaps uteri terbagi dalam berbagai tingkat dari yang paling ringan sampaii

prolaps uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnyapersalinan pervaginam

yang susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahanligamen yang tergolong dalam fasia

endopelvik dan otot-otot serta fasiafasiadasar panggul. Juga dalam keadaan tekanan

intra abdominal yangmeningkat dan kronik akan memudahkan penurunan uterus,

terutama apabila tonus-tonus otot melemah seperti pada penderita dalam menopause.

Serviks uteri terletak di luar vagina akan tergesek oleh pakaian wanitatersebut

dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkusdekubitus. Jika fasia di

bagian depan dinding vagina kendor biasanya terjaditrauma obstetrik, ia akan

terdorong oleh kandung kencing sehinggamenyebabkan penonjolan dinding depan

vagina ke belakang yangdinamakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya hanya ringan

saja, dapat menjadi besar karena persalinan berikutnya yang kurang lancar atau yang

diselesaikan dalam penurunan dan menyebabkan urethrokel. Kekendoranfasia

dibagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetrik atau sebabsebablain dapat

menyebabkan turunnya rectum ke depan dan menyebabkandinding belakang vagina

menonjol ke lumen vagina yang dinamakan rektokel. Enterokel adalah hernia dari

kavum douglas. Dinding vaginabagian belakang turun dan menonjol ke depan.

Kantong hernia ini dapatberisi usus atau omentum. Semua akan terlihat nyata ketika

menopause(Prawirohardjo, 2014).

21
22
F. Komplikasi

Winkjosastro (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa komplikasi yang dapat

terjadi pada prolapse uteri yaitu sebagai berikut:

1. Kreatinisasi mukosa vagina dan portio uteri

2. Dekubitus

3. Hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolli

4. Kemandulan

G. Penatalaksanaan

1. Terapi Non Operatif

Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu.

Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita masih

ingin mendapat anak lagi, atau penderita menolak untuk dioperasi, atau

kondisinya tidak mengizinkan untuk dioperasi. Terapi ini dapat dilakukan dengan

cara latihan-latihan otot dasar panggul, stimulasi otot-otot dengan alat listrik dan

pengobatan dengan pesarium (Winkjosastro, 2008).

Tujuan dari terapi konservatif (non operatif) adalah untuk mencegah prolaps

bertambah parah, mengurangi gejala, meningkatkan kekuatan otot dasar panggul.

Pelatihan otot dasar panggul pertama kali diperkenalkan oleh Arnold Kegel,

caranya adalah dengan mengencangkan otot panggul selama beberapa detik

kemudian merelaksasikanya, dikerjakan secara berulang-ulang, keuntungan dari

cari ini adalah mudah untuk dikerjakan, tidak beresiko, tidak mengeluarkan biaya,

dapat dikerjakan dimana saja dan terbukti efektif jika dikerjakan secara rutin,

selain itu cara tersebut juga berguna untuk mencegah dan menangani

inkontinensia urin dan meningkatan sensasi seksual.

23
Selain cara di atas, terapi non bedah lainnya adalah dengan penggunaan

pesarium. Pesarium adalah suatu alat yang terbuat dari silikon, dipasang di bawah

atau di sekeliling serviks. Alat ini membantu menahan uterus untuk turun dari

tempatnya. Bagi sebagian ahli ureginokologi, pesarium digunakan sebagai terapi

lini pertama sebelum mereka menawarkan untuk terapi pembedahan (Doster,

2012). Pesarium dapat dipasang pada hampir seluruh wanita dengan prolapsus

tanpa melihat stadium ataupun lokasi dari prolapses (Cipta, 2015).

2. Terapi Operatif

Tujuan utama dari terapi pembedahan adalah untuk menghilangkan gejala.

Secara umum pembedahan ditawarkan kepada pasien yang telah menjalani terapi

konservatif tetapi gagal maupun tidak merasa puas dengan hasilnya, atau pada

pasien yang tidak ingin menjalankan terapi konservatif. Pada saat ini teknik

pembedahan untuk menangani prolaps organ panggul telah banyak dikembangkan

oleh para ahli, baik pervaginam, perabdominal maupun melalui pendekatan

laparoskopi. Beberapa teknik di antaranya adalah sakrokolpopeksi, kuldoplasti,

fiksasi ligamentum sakropinosum, suspensi uterosakral, kolpokleisis dan berbagi

cara lainnya (Doster, 2012).

Histerektomi vagina dilakukan pada prolapsus uteri tingkat lanjut (derajat

III dan IV) dengan gejala pada saluran pencernaan dan pada wanita yang telah

menopause. Histerektomi vagina lebih disukai oleh wanita menopause yang aktif

secara seksual. Histerektomi vaginal saat ini merupakan metode pengobatan

terkemuka untuk pasien prolapsus uteri simtomatik di Netherlands (Detollenaere

et al, 2011).

24
E. Asuhan Keperawatan Prolaps Uteri

1. Pengkajian

a) Anamnesis. Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.

1) Keluhan Utama

2) Riwayat Penyakit Sekarang.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

4) Riwayat Keluarga: perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang

menderita penyakit seperti ini

5) Psikososial: dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi

di rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit

b) Pemeriksaan Fisik Fokus

1) Kepala

 Rambut: bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok

 Wajah: tidak ada oedema, ekspresi wajah ibu menahan nyeri

(meringis), raut wajah pucat, cemas.

 Mata: konjunctiva tidak anemis

 Hidung: simetris, tidak ada sputum

 Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen

 Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak

terdapat lesi

2) Leher: tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran

kelenjer getah bening

3) Dada

 Inspeksi: simetris

25
 Perkusi: sonor seluruh lap paru

 Palpasi: vocal fremitus simetri kanan dan kiri

 Auskultasi: vesikuler, perubahan tekanan darah

4) Cardiac

 Inspeksi: ictus cordis tidak tampak

 Palpasi: ictus cordis teraba, Perubahan denyut nadi

 Perkusi: pekak

 Auskultasi: tidak ada bising

5) Abdomen

 Inspeksi: simetris, tidak ascites,

 Palpasi: hati limpa tidak teraba, bunyi usus (+) normal, massa (-), nyeri

tekan (-)

 Perkusi: tympani

 Auskultasi: bising usus normal

6) Genetalia

 Inspeksi: Tampak massa uterus keluar sebagian dari introitus vagina,

bentuk bulat, warna merah, discharge (-).

 Palpasi: Teraba massa ukuran 3cmx2cmx2cm, konsistensi kenyal,nyeri

tekan (+).

c) Pemeriksaan penunjang

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Pre operasi

a. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan defisit informasi.

b. Ansietas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan.

c. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk genetalia.

26
d. Inkontinensia Urin stress berhubungan dengan akibat dari perubahan bentuk

genetalia.

Diagnosa Keperawatan Post operasi

a. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injury fisik post operasi

b. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan Invasif (Post Operasi)

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik (post

operasi).

d. Retensi urine berhubungan dengan ketidakmampuan kandung kemih untuk

berkontraksi dengan adekuat.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi pre operasi :

a. Diagnosa I

Kurang pengetahuan berhubungan dengan defisit informasi.

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x pertemuan tingkat

pengetahuan pasien dan keluarga bertambah .

Kriteria Hasil:

1. Pasien dan keluarga dapat mengetahui Pengertian Prolaps Uteri.

2. Pasien dan keluarga dapat mengetahui faktor penyebab prolaps uteri.

3. Pasien dan keluarga mengetahui cara perawatan sakitnya setelah di operasi.

NIC

1. Bina hubungan saling percaya .

2. Kaji tingkat pemahaman pasien dan keluarga.

3. Jelaskan pengertian faktor penyebab dan cara perawatan pasien dengan

prolaps uteri.

27
4. Jelaskan pentingnya kebersihan.

5. Anjurkan pasien untuk tidak mengangkat beban berat.

6. Ajarkan perawatan post operasi.

b. Diagnosa II

Ansietas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan.

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 15 menit diharapkan ansietas

terkontrol.

Kriteria Hasil:

1. Secara verbal dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk menurunkan

cemas.

2. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas.

3. Menerima status kesehatan.

NIC:

1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.

2. Kaji tingkat kecemasan pasien.

3. Jelaskan semua prosedur tindakan yang akan dijalani pasien.

4. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

5. Dengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian.

6. Ajarkan teknik relaksasi (seperti relaksasi tarik nafas dalam dan berdoa).

c. Diagnosa III

Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk genetalia.

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 15 menit diharapkan klien

dapat menerima perubahan bentuk anggota tubuh (genetalia) secara positif.

28
Kriteria Hasil:

1. Klien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa rasa

malu dan rendah diri

2. Klien yakin akan kemampuan yang dimilki

NIC:

1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.

2. Kaji perasaan/persepsi klien tentang perubahan gambaran diri berhubungan

dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.

3. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.

4. Beri dorongan dan support klien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri

dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.

5. Tingkatan Harga Diri: menbantu pasien meningkatkan penilaian pribadi

tentang harga diri

6. Konseling Seksual: penggunaan proses pertolongan interaktif yang

berfokus pada kebutuhan untuk membuat untuk membuat penyesuaian pada

praktik seksual atau meningkatkan koping terhadap gangguan atau

peristiwa seksual

d. Diagnosa IV

Inkontinensia Urin stress berhubungan dengan perubahan bentuk genetalia.

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 15 menit diharapkan pola

berkemih membaik.

Kriteria Hasil:

1. Kandung kemih kosong secara penuh

2. Tidak ada residu >100-200cc

29
3. Intake cairan dalm rentang normal

4. Balance cairan seimbang

NIC:

1. Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada inkontinensia

(output urin, pola berkemih)

2. Memantau intke dan output

3. Memantau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi atau perkusi

4. Bantu dengan toilet berkala

5. Aff DC 24 jam post op.

Intervensi post operasi:

a. Diagnosa I

Resiko Infeksi berhubungan dengan Tindakan Invasif (Pembedahan).

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan infeksi

tidak terjadi.

Kriteria Hasil:

1. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (Kalor, Rubor, Dolor, Tumor, Funnctio

laesa).

2. TTV dalam batas normal (Suhu : 36.5-37.5; RR: 16-20x/menit; Nadi: 60

100x/menit; TD: 100-120/80-100).

NIC:

1. Observasi tanda-tanda vital dan luka post operasi.

2. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, meningkatnya skala nyeri.

3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic

30
4. Edukasi klien dan keluarga untuk selalu mencuci tangan bersih

5. Analisa hasil laboratorium

6. Kolaborasi dengan dokter mengenai medikasi yang tepat (ceftriaxone )

b. Diagnosa II

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik post operasi

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan nyeri

berkurang dan terkontrol.

Kriteria Hasil:

1. Klien tampak rileks

2. Klien mampu mengontrol nyeri

NIC:

1. Kaji ulang tingkat skala nyeri.

2. Jelaskan sebab-sebab timbulnya nyeri.

3. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam.

4. Kolaborasi dengan dokter mengenai medikasi yang tepat untuk

mengurangi dan mengontrol nyeri (ketorolak).

c. Diagnosa III

Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik (post

operasi)

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan perawatan

diri klien dapat teratasi.

Kriteria Hasil:

1. Klien mendapatkan perawatan diri dengan baik

31
3. Klien mengetahui cara perawatan diri denga benar ost operasi

4. Klien mampu melakukan perawatan diri secara bertahap.

NIC:

1. Bantu klien untuk melakukan perawatan diri

2. Bantu latihan renatng gerak pasif aktif secara bertahap seperti miring kiri

dan miring kanan dan duduk.

3. Edukasi pentingnya ambulasi

4. Bantu ADL klien sesuai dengan keterbatasan klien

d. Diagnosa IV

Retensi urin berhubungan dengan ketidakmampuan kandung kemih untuk

berkontraksi dengan adekuat.

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat berkemih

dengan mandiri.

Kriteria Hasil:

1. Berkemih dengan jumlah yang cukup

2. Tidak teraba distensi kandung kemih

NIC:

1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan

2. Tanyakan klien tentang inkontinensia stress

3. Observasi aliran urin, perhatikan ukuran

4. Awasi dan catat wakru dan jumlah tiap berkemih

5. Perkusi/palpasi area suprakubik

32
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. DATA UMUM KLIEN

Identitas Klien Identitas Suami

1. Inisial : Ny. S Tn. I

2. No RM : 01030952 -

3. Tanggal lahir : 17 Juli 1959 -

4. Usia : 60 tahun 56 tahun

5. Pekerjaan : IRT Swasta

6. Agama : Islam Islam

7. Pendidikan : SD SD

8. Suku : Melayu Melayu

9. Status Perkawinan: Kawin Kawin

10. Alamat : Dusun Pulau Empat, Kab. Kampar

11. Diagnosa Medis : P7 A0 H7 + Prolaps Uteri grade IV + Sistokel grade III +

Rectokel grade III

2. KELUHAN UTAMA

Pasien rujukan dari RS Awal Bros Panam dan dirawat diruang Teratai 1 dengan

keluhan organ (Rahim) turun selama 1 tahun. Rahim dapat dimasukkan kembali

namun keluar kembali. Keluhan sering muncul pada saat BAK, mengedan dan

berjalan. BAK sering tidak puas dan tersendat. BAK masih bisa ditahan.

3. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Klien mengatakan sudah sekitar 1 tahun yang lalu sampai dilakukannya

pengkajian, vagina terasa penuh dan ada yang keluar, daerah jalan lahir terasa sakit

33
dan terasa seperti ada benjolan yang keluar. Awalnya benjolan yang keluar hanya

sebesar jempol dan masih bisa dimasukkan dengan jari.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien memiliki riwayat TBC pada tahun 2000 dan mengkonsumsi obat anti TB

(OAT) selama 6 bulan.

5. RIWAYAT KEHAMILAN

No Tahun Usia Penolong Jenis Keterangan

Kehamilan Kelamin

11 1191982 At Eterm Bi Bidan KampungPe Perempuan Hi Hidup

21 2191985 At Eterm Bi Bidan Kampung Pe Perempuan Hi Hidup

333 191988 At Eterm Bi Bidan Kampung Pe Perempuan Hi Hidup

4 1992 Eterm Bidan Kampung Laki-laki Hidup

5 1994 Eterm Bidan Kampung Laki-laki Hidup

6 1997 Eterm Bidan Kampung Perempuan Hidup

7 2000 Eterm Bidan Kampung Perempuan Hidup

6. RIWAYAT PERKAWINAN

Perkawinan ke : 1

Lama perkawinan : ±42 tahun

Usia saat kawin : 16 tahun

7. RIWAYAT HAID

Menarche umur : 15 tahun

8. PEMERIKSAAN TANDA VITAL

Kesadaran : Composmentis

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

34
Nadi : 82 x/menit

Suhu : 36.5 ˚C

Pernapasan : 20x/menit

Tinggi Badan : 155 cm

Berat Badan : 57 Kg

9. PEMERIKSAAN FISIK

a. Kepala : Kulit kepala bersih, distribusi rambut merata, terdapat

rambut yang sudah memutih. Pembengkakan/benjolan (-).

b. Mata : Konjungtiva anemis (-), reflex pupil (+/+), mata simetris

kiri dan kanan, ikterik (-).

c. Telinga : Bentuk kedua telinga sempurna, letak telinga simetris tidak

ada kelainan, bersih, keadaan lunak, lembut, dan serumen.

d. Hidung : Bentuk hidung normal, simetris, tidak ada perdarahan, tidak

terdapat pernapasan cuping hidung, tidak terpasang bantuan

oksigen.

e. Mulut : Bentuk bibir normal tidak ada kelainan, bibir kering,

gigi sudah tidak lengkap.

f. Leher : Bentuk leher normal, tidak ada pembeseran kelenjer Tiroid,

kulit sudah tampak mengalami penuaan (keriput).

g. Dada : Simetris kiri dan kanan, suara nafas vesikuler, suara jantung

reguler.

h. Perut : Bising usus 24x/menit, luka post operasi (-),

pembengkakan (-), striae alba (-).

i. Punggung : Tidak ada terdapat luka lecet, tidak ada kelainan tulang

belakang.

35
j. Ekstremitas : Tidak ada edema, tidak ada clubbing finger, belum

terpasang infus, CRT <2 detik.

k. Genitalia : Terdapat benjolan keuar dari vagina > 2 cm dan sebesar

Bola golf

l. Anorektal : Tidak terdapat kemerahan dan pembengkakan, BAK

Mandiri, tetapi BAK sering tidak puas dan tersendat.BAK

masih bisah ditahan.

m. Neurology : Kesadaran Composmenstis,.

36
B. DATA PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

No Pemeriksaan Hasil Normal

1. D Darah lengkap

- Hemoglobin 1 14,6g/dL ( (12-16)

- Leukosit 7 6,76 103/uL (4. (80-10.80)

- Trombosit 34 235 103/uL (1 (50-450)

- Hematokrit 37 41 % (3 (7,0-47,0)

- Eritrosit 5. 4,91 106/uL (4, (20-5,40)

- MCV 72 9,8 fL (7 (9,0-99,0)

- MCH 22 7,0 pg (2 (7,0-31,0)

- MCHC 30 35,3 g/dL (33,0-37,0)

- RDW-CV 16 12,7 % (11,5-14,5)

- RDW-SD 43 6,8 fL (3 (5,0-47,0)

- PDW 10 11 fL (9. (0-13.0)

- MPV 9, 2 fL (7. (2-11.1)

- P-L CR 19 2,1 % (15 (1.0-25.0)

2. Hitung Jenis

- Basofil 0. 0,6 % (0 (0-1)

- Eosinofil 1. 3,8 % (2. (1.0-4.0)

- Neutrofil 44 36,2 % (5 (40-70)

- Limfosit 45 51,3% (2 (20-40.0)

- Monosit 8.1% (2. (2.0-8.0)

3. K Kimia Klinik

37
Kr Ureum 13.0 detik (17,0-49,2)

Ur Kreatinin 0, 0,80 detik (<1 (0,55-1.30)

4. 33 (24

5.

2. Obat-obatan

Nama obat Dosis/Jam Keterangan

Inj. Cepazolin 1 2gr Antibiotik digunakan sebelum

operasi untuk mencegah

infeksi

Ce Ceftriaxone 2 1 gr Di berikan post operasi. Antibiotik

untuk mengobati infeksi

bakteri (radang tenggorokan,

kulit dan infeksi saluran

kemih)

Pa Ketorolak 3 1 gr Di berikan post operasi.

Untuk mengatasi rasa nyeri atau

sakit.

He Misoprostol1 250 mg Di berikan Post Operasi.

untuk mencegah tukak lambung

mencegah komplikasi

38
perdarahan.

Pronalgest 100 ml Untuk mengobati nyeri

supositoria

39
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah kelompok menguraikan landasan teoritis kemudian menerapkan langsung

dalam asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnose P7 A0 H7 Prolaps Uteri grade IV

+ Sistokel grade III + Rectokel grade III di Ruangan Teratai I RSUD Arifin Achmad

Provinsi Riau, maka dalam hal ini kelompok akan membahas beberapa hal yang baik,

mendukung, menghambat kelancaran proses keperawatan dan mencari alternatif

pemecahan masalah agar tindakan keperawatan lebih terarah dan mencapai tujuan

semaksimal mungkin.

Penerapkan asuhan keperawatan pada pasien dilakukan secara menyeluruh dan

memiliki rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, kelompok akan membahas sesuai dengan

proses keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian, menegakkan diagnosa

keperawatan, melakukan proses perencanaan atau intervensi, pelaksanaan atau

implementasi, dan evaluasi.

A. Hasil Pengkajian

Hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. S (60 tahun) didapatkan bahwa

terdapat benjolan > 2 cm di genitalia dan sudah sebesar bola golf. Ny. S juga

mengatakan vagina terasa penuh dan terasa adanya benjolan yang keluar ketika BAK,

BAB, dan berjalan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Megadhana (2013)

yang mengatakan bahwa salah satu manifestasi klinis dari prolpas uteri adalah rasa

penuh di vagina yang dirasakan penderita dan ditandai dengan adanya benjolan (uterus)

yang keluar dari vulva. Hasil data dan wawancara yang didapat bahwa Ny. S

mempunyai 7 orang anak perempuan. Hal ini sesuai denga teori yang dikemukakan

oleh Norwitz (2006) bahwa salah satu penyebab prolaps uteri adalah multipara dimana

40
riwayat melahirkan lebih dari 1 kali. Hasil inspeksi yang didapat bahwa bagian distal

dari prolapsus sudah menurun sampai > 2 cm dimana menurut Sjamsuhidat dan Jong

(2014) klasifikasi prolaps uteri dengan kriteria tersebut sudah memasuki darajat IV

dimana seluruh uterus sudah turun atau keluar dari vulva.

B. Analisis Data

Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan kelompok dalam melakukan

merumuskan asuhan keperawatan pada Ny.S. Analisis data dan masalah keperawatan

yang muncul sebelum operasi adalah :

DATA PENYEBAB MASALAH

DS:

- Klien mengatakan tidak paham

dengan penyakitnya. Klien hanya

mengatakan pada daerah

kewanitaan terasa penuh dan Defisit Kurang Pengetahuan

seperti ada benjolan keluar Informasi

memenuhi jalan lahir.

- Klien mengatakan pada saat

benjolan masih kecil, benjolan

tersebut masih bisa dimasukkan

kembali menggunakan tangan

DO:

- Klien tampak bingung ketika

41
ditanya tentang penyakit yang

dialami

DS:

- Klien mengatakan cemas dan Rencana Ansietas / Cemas

sedikit takut mengenai tindakan Pembedahan

atau operasi yang akan dijalani.

DO:

- Klien tampak cemas

- Akral teraba dingin

- Nadi teraba kuat dan cepat

DS:

- Ny. S mengatakan terkadang Perubahan Gangguan gambaran

merasa tidak percaya diri karena bentuk alat diri

adanya massa/benjolan tersebut. genetalia

DO:

- Klien berbicara jika ditanya saja.

- Klien tampak malu jika ditanya

penyakitnya

42
Analisis data dan masalah keperawatan yang muncul sesudah operasi adalah :

DATA PENYEBAB MASALAH

DS :

- Klien mengatakan nyeri di Terputusnya Nyeri Akut

daerah kemaluan. kontinuitas

jaringan

DO : (post operasi)

- Klien tampak meringis dan

ekspresi seperti menahan sakit.

- Skala nyeri 5

DS : Tindakan Invasif Resiko Infeksi

- (Pembedahan)

DO:

- Klien terpasang Cateter Urin

(2x24 jam post operasi).

- Pasien post operasi dengan total

vaginal histerektomi, sacro

spinosus fixation (ss) + KA KP

(kolpurati anterior, kolpurati

posterior) dan jenis anastesi GA

(general anastesi)

DS : -

Post operasi Defisit perawatan diri

43
DO :

- Klien terlihat bedrest

- Kemampuan perawatan diri

dibantu oleh keluarga dan

perawat.

DS : klien mengatakan terpasang kateter ketidakmampuan

urine kandung kemih

DO : DC menetap sampai tanggal 24-01- untuk

2020 pagi. cek residu urin 6 jam setelah berkontraksi Retensi urine

kateter dilepas. dengan adekuat.

C. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang diangkat sebelum operasi dilakukan adalah:

1. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan defisit informasi.

2. Ansietas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan.

3. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk genetalia.

Diagnosa Keperawatan yang diangkat setelah operasi dilakukan adalah:

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injury fisik post operasi

2. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan Invasif (Post Operasi)

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik (post

operasi).

44
4. Retensi urin berhubungan dengan ketidakmampuan kandung kemih untuk

berkontraksi dengan adekuat.

D. Intervensi

Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa keperawatan

yang telah ditegakkan, adapun acuan dalam penyusunan dalam intervensi keperawatan,

kelompok menggunakan referensi diagnosa NANDA, NIC, NOC, dan yang

disesuaikan dengan keadaan pasien. Rencana keperawatan yang dibuat mengacu pada

kebutuhan yang dibutuhkan dan dirasakan saat pengkajian serta landasan teori.

Rencana yang dibuat telah diprioritaskan sesuai dengan masalah kesehatan yang

dihadapi pasien saat ini.

1. Intervensi yang dilakukan untuk masalah keperawatan sebelum operasi adalah:

a. Diagnosa I

Kurang pengetahuan berhubungan dengan defisit informasi.

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x pertemuan tingkat

pengetahuan pasien dan keluarga bertambah .

Kriteria Hasil:

1. Pasien dan keluarga dapat mengetahui Pengertian Prolaps Uteri.

2. Pasien dan keluarga dapat mengetahui faktor penyebab prolaps uteri.

3. Pasien dan keluarga mengetahui cara perawatan sakitnya setelah di operasi.

NIC

1. Bina hubungan saling percaya .

2. Kaji tingkat pemahaman pasien dan keluarga.

45
3. Jelaskan pengertian faktor penyebab dan cara perawatan pasien dengan

prolaps uteri.

4. Jelaskan pentingnya kebersihan.

5. Anjurkan pasien untuk tidak mengangkat beban berat.

6. Ajarkan perawatan post operasi.

b. Diagnosa II

Ansietas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan.

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 15 menit diharapkan

ansietas terkontrol.

Kriteria Hasil:

1. Secara verbal dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk menurunkan

cemas.

2. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas.

3. Menerima status kesehatan.

NIC:

1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.

2. Kaji tingkat kecemasan pasien.

3. Jelaskan semua prosedur tindakan yang akan dijalani pasien.

4. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

5. Dengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian.

6. Ajarkan teknik relaksasi (seperti relaksasi tarik nafas dalam dan berdoa).

46
c. Diagnosa III

Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk genetalia.

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 15 menit diharapkan

klien dapat menerima perubahan bentuk anggota tubuh (genetalia) secara

positif.

Kriteria Hasil:

1. Klien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa rasa

malu dan rendah diri

2. Klien yakin akan kemampuan yang dimilki

NIC:

1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.

2. Kaji perasaan/persepsi klien tentang perubahan gambaran diri berhubungan

dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.

3. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.

4. Beri dorongan dan support klien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri

dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.

5. Tingkatan Harga Diri: menbantu pasien meningkatkan penilaian pribadi

tentang harga diri

6. Konseling Seksual: penggunaan proses pertolongan interaktif yang

berfokus pada kebutuhan untuk membuat untuk membuat penyesuaian pada

praktik seksual atau meningkatkan koping terhadap gangguan atau

peristiwa seksual

47
2. Intervensi yang dilakukan untuk masalah keperawatan sesudah operasi adalah:

a. Diagnosa I

Resiko Infeksi berhubungan dengan Tindakan Invasif (Pembedahan).

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan

infeksi tidak terjadi.

Kriteria Hasil:

1. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (Kalor, Rubor, Dolor, Tumor, Funnctio

laesa).

2. TTV dalam batas normal (Suhu : 36.5-37.5; RR: 16-20x/menit; Nadi: 60

100x/menit; TD: 100-120/80-100).

NIC:

1. Observasi tanda-tanda vital dan luka post operasi.

2. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, meningkatnya skala nyeri.

3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic

4. Edukasi klien dan keluarga untuk selalu mencuci tangan bersih

5. Analisa hasil laboratorium

6. Kolaborasi dengan dokter mengenai medikasi yang tepat (ceftriaxone )

b. Diagnosa II

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik post operasi

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan nyeri

berkurang dan terkontrol.

Kriteria Hasil:

48
1. Klien tampak rileks

2. Klien mampu mengontrol nyeri

NIC:

1. Kaji ulang tingkat skala nyeri.

2. Jelaskan sebab-sebab timbulnya nyeri.

3. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam.

4. Kolaborasi dengan dokter mengenai medikasi yang tepat untuk

mengurangi dan mengontrol nyeri (ketorolak).

c. Diagnosa III

Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik (post

operasi)

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan

perawatan diri klien dapat teratasi.

Kriteria Hasil:

1. Klien mendapatkan perawatan diri dengan baik

2. Klien mengetahui cara perawatan diri denga benar post operasi

3. Klien mampu melakukan perawatan diri secara bertahap.

NIC:

1. Bantu klien untuk melakukan perawatan diri

2. Bantu latihan renatng gerak pasif aktif secara bertahap seperti miring kiri

dan miring kanan dan duduk.

3. Edukasi pentingnya ambulasi

4. Bantu ADL klien sesuai dengan keterbatasan klien

49
d. Diagnosa IV

Retensi urin berhubungan dengan ketidakmampuan kandung kemih untuk

berkontraksi dengan adekuat.

NOC:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat

berkemih dengan mandiri.

Kriteria Hasil:

1. Berkemih dengan jumlah yang cukup

2. Tidak teraba distensi kandung kemih

NIC:

1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan

2. Tanyakan klien tentang inkontinensia stress

3. Observasi aliran urin, perhatikan ukuran

4. Awasi dan catat wakru dan jumlah tiap berkemih

5. Perkusi/palpasi area suprakubik

E. Implementasi dan Evaluasi

Implementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada pasien untuk mengurangi permasalahan yang dialami

Klien untuk mencapai tujuan keperawatan dengan kriteria yang telah ditetapkan, maka

perlu dilakukan kegiatan implementasi dan evaluasi, sehingga tujuan keperawatan

nantinya akan tercapai. Dalam melakukan implementasi dan penilaian evaluasi penulis

berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan asuhan keperawatan dengan cara

menyesuaikan antara teori dan kebutuhan pasien.

50
Implementasi yang dilakukan sebelum pembedahan :

IMPLEMENTASI EVALUASI

21-01-2020 (16:00 wib) (16:45 wib)

Dx 1 : Kurang pengetahuan berhubungan S : klien mengatakan paham mengenai

dengan defisit informasi penjelasan penyakit yang dialami dan

- Komunikasi Terapeutik untuk pentingnya menjaga kebersihan dan tidak

membina trust boleh mengangkat beban berat.

- Mengkaji tingkat pemahaman

pasien dan keluarga O : Klien dapat mengulangi penjelasan

- Menjelaskan definisi, faktor yang telah diberikan

penyebab dan tindakan apa saja

yang kemungkinan di alami klien. A : Kurang pengetahuan teratasi

- Menjelaskan pentingnya

kebersihan P : Stop Intervensi

- Menganjurkan klien agar tidak

mengangkat beban berat

21-01-2020 (16:55 wib) (17:15 wib)

Dx 2 : Ansietas berhubungan dengan S : Klien mengatakan sudah mulai tenang

diagnosis dan rencana pembedahan. dan lega. karna sudah mau mendengarkan

- Membina hubungan saling percaya perasaan cemas dan takutnya.

dengan klien melalui komunikasi

terapeutik. O : Klien tampak rileks, bisa mengikuti

- Mengkaji tingkat kecemasan klien. dan mengulangi teknik relaksasi dan sama

- Menjelaskan semua prosedur sama berdoa.

51
tindakan yang mungkin akan

dijalani klien. A : Cemas Teratasi dan terkontrol

- Memberikan kesempatan pada

klien untuk mengungkapkan P: Intervensi dihentikkan

perasaannya.

- Mendengarkan keluhan pasien

dengan penuh perhatian.

- Mengajarkan teknik relaksasi

(seperti relaksasi nafas dalam dan

berdoa).

Implementasi yang dilakukan sesudah pembedahan :

IMPLEMENTASI EVALUASI

22-01-2020 (14:30 wib) (14:35 wib)

Dx 1 : Resiko infeksi berhubungan S : klien mengatakan akan akan menjaga

dengan tindakan invasife (pembedahan). kebersihan baik mencuci tangan dengan

Jenis pembedahan total vagina baik dan menjaga kebersihan pada daerah

histerektomi. yang dilakukan pembedahan.

- Mengobservasi tanda-tanda vital

dan luka post operasi O : tidak ada tanda-tanda infeksi disekitar

- Mengedukasi klien dan keluarga daerah pembedahan.

untuk selalu mencuci tangan TD : 115/80

bersih. S : 36.8

52
N : 80x/menit

RR : 20x/menit

A : Resiko infeksi belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Kaji tanda- tanda infeksi

22-01-2020 (19:00 wib) (19:15 wib)

Dx 2 : Nyeri Akut berhubungan dengan S : Klien mengatakan nyeri mulai

agen injuri fisik post operasi berkurang tetapi masih ada sedikit rasa

- Mengkaji tingkat nyeri klien.skala nyeri dan rasa tidak nyaman.

nyeri 5

- Mengajarkan teknik relaksasi tarik O : Skala nyeri berkurang = 4

nafas dalam dan distraksi

A : Nyeri tertasi sebagian

P : Kolaborasi dengan dokter untuk

medikasi yang tepat

22-01-2020 (19:20 wib) (19:30 wib)

Dx 3 : Defisit perawatan diri berhubungan S : - Klien mengatakan senang sudah

dengan hambatan Mobilitas Fisik post dibantu dalam perawatan diri.

operasi -Klien mengatakan sudah bisa miring kiri

- Bantu klien untuk melakukan dan miring kanan.

perawatan diri -Klien mengatakan sudah bisa melakukan

53
- Bantu latihan rentang gerak pasif perawatan diri sederhana.

aktif secara bertahap seperti miring

kiri dan miring kanan dan duduk. O : Klien merasa nyaman dengan

- Edukasi pentingnya ambulasi perawatan diri yang dibantu oleh ners

- Ajarkan perawatan diri klien muda.

sesuai dengan keterbatasan dan

kemampuan klien A : Defisit perawatan teratasi sebagian.

P : Lanjutkan Intervensi

22-01-2020 (19:35 wib) (19:40 wib)

Dx 4 : Retensi urin berhubungan dengan S : - klien mengatakan terpasang kateter

ketidakmampuan kandung O : - klien terpasang DC

kemih untuk berkontraksi - Urin bag : 500cc

dengan adekuat A : Masalah belum teratasi

- Catat waktu dan jumlah setiap P : lanjutkan intervensi

berkemih.

IMPLEMENTASI EVALUASI

23-01-2020 (08:00 wib) (08:10 wib)

Dx 1 : Resiko infeksi berhubungan S : klien mengatakan akan akan menjaga

dengan tindakan invasife (pembedahan). kebersihan baik mencuci tangan dengan

Jenis pembedahan total vagina baik dan menjaga kebersihan pada daerah

54
histerektomi. yang dilakukan pembedahan.

- Mengobservasi tanda-tanda vital

dan luka post operasi O : tidak ada tanda-tanda infeksi disekitar

- Mengedukasi klien dan keluarga daerah pembedahan.

untuk selalu mencuci tangan TD : 110/80 mmHg

bersih. S : 36.0

N : 85x/menit

RR : 20x/menit

A : Resiko infeksi teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

Kaji tanda- tanda infeksi

23-01-2020 (08:15 wib) (08:25 wib)

Dx 2 : Nyeri Akut berhubungan dengan S : Klien mengatakan nyeri mulai

agen injuri fisik post operasi berkurang tetapi masih ada sedikit rasa

- Mengkaji tingkat nyeri klien.skala nyeri dan rasa tidak nyaman.

nyeri 4

- Mengajarkan teknik relaksasi tarik O : Skala nyeri berkurang = 3

nafas dalam dan distraksi

- Mengajurkan melakukan teknik A : Masalah teratasi

napas dalam bila nyeri muncul

P : Intervensi dihentikan

55
23-01-2020 (08:30 wib) (08:40 wib)

Dx 3 : Defisit perawatan diri berhubungan S : - Klien mengatakan senang sudah

dengan hambatan Mobilitas Fisik post dibantu dalam perawatan diri.

operasi -Klien mengatakan sudah bisa miring kiri

- Bantu klien untuk melakukan miring kanan dan setengah duduk.

perawatan diri -Klien mengatakan sudah bisa melakukan

- Bantu latihan rentang gerak pasif perawatan diri sederhana

aktif secara bertahap seperti miring

kiri dan miring kanan dan duduk. O : Klien merasa nyaman dengan

- Edukasi pentingnya ambulasi perawatan diri yang dibantu oleh ners

- Ajarkan perawatan diri klien muda.

sesuai dengan keterbatasan dan

kemampuan klien A : Defisit perawatan teratasi sebagian.

P : Lanjutkan Intervensi

23-01-2020 (08:45 wib) (08:50 wib)

Dx 4 : Retensi urin berhubungan dengan S : - klien mengatakan terpasang kateter

ketidakmampuan kandung O : - klien terpasang DC

kemih untuk berkontraksi - Urin bag : 600cc

dengan adekuat A : Masalah belum teratasi

- Catat waktu dan jumlah setiap P : lanjutkan intervensi

berkemih.

56
IMPLEMENTASI EVALUASI

24-01-2020 (15:00 wib) (15:10 wib)

Dx 1 : Resiko infeksi berhubungan S : klien mengatakan akan akan menjaga

dengan tindakan invasife (pembedahan). kebersihan baik mencuci tangan dengan

Jenis pembedahan total vagina baik dan menjaga kebersihan pada daerah

histerektomi. yang dilakukan pembedahan.

- Mengobservasi tanda-tanda vital

dan luka post operasi O : tidak ada tanda-tanda infeksi disekitar

- Mengedukasi klien dan keluarga daerah pembedahan.

untuk selalu mencuci tangan luka bekas operasi kering

bersih. TD : 120/80 mmHg

S : 36.2

N : 78x/menit

RR : 20x/menit

A : Resiko infeksi teratasi

P : Intervensi dihentikan

24-01-2020 (15:15 wib) (08:40 wib)

Dx 3 : Defisit perawatan diri berhubungan S : - Klien mengatakan senang sudah

dengan hambatan Mobilitas Fisik post dibantu dalam perawatan diri.

operasi -Klien mengatakan sudah bisa duduk,

- Bantu klien untuk melakukan berjalan dan, ke kamar mandi.

perawatan diri -Klien mengatakan sudah bisa melakukan

57
- Bantu latihan rentang gerak pasif perawatan diri sendiri.

aktif secara bertahap seperti miring

kiri dan miring kanan dan duduk. O : Klien merasa senang sudah bisa

- Edukasi pentingnya ambulasi melakukan aktivitas sendiri.

- Ajarkan perawatan diri klien

sesuai dengan keterbatasan dan A : Masalah teratasi

kemampuan klien

P : Intervensi dihentikan

24-01-2020 (16:00 wib) (16:50 wib)

Dx 4 : Retensi urin berhubungan dengan S : - klien mengatakan setelah kateter

ketidakmampuan kandung dilepas tidak ada BAK

kemih untuk berkontraksi - Klien mengatakan terasa ingin

dengan adekuat kencing tapi tidak mau keluar

- Dorong klien untuk berkemih tiap - Klien mengatakan sudah 3 kali

2 sampai 4 jam dan bila benar- bolak balik ke toilet

benar dirasakan. (DC dilepas pukul O : - Klien tampak gelisah

9 pagi). - Terpasang DC

- DC dipasang lagi - Urine = 300cc

- Catat waktu dan jumlah urin A : Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

58
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil makalah kelompok, pada Ny. S dengan diagnosa Prolaps Uteri

grade IV, dilakukan tindakan operasi histerektomi transvaginal dengan general

anastesi. Pada kasus ini, ditegakkan 7 diagnosa keperawatan yang dibagi menjadi 2

bagian yaitu 3 preoperasi dan 4 post operasi. Diagnosa keperawatan preoperasi

pada Ny. S yaitu Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan defisit informasi,

ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan, dan gangguan gambaran dirii

berhubungan dengan perubahan bentuk genetalia

Diagnosa keperawatan post operasi yang dapat diangkat yaitu nyeri (akut)

berhubungan dengan agen injury fisik post operasi, resiko Infeksi berhubungan

dengan tindakan Invasif (Post Operasi) dan defisit perawatan diri berhubungan

dengan hambatan mobilitas fisik (post operasi). Intervensi, implementasi dan

evaluasi keperawatan sudah dilakukan pada setiap diagnosa.

B. Saran

1. Ilmu Keperawatan

Makalah ini diharapkan menjadi tambahan sumber informasi tentang

asuhan keperawatan pasien dengan prolaps uteri keperawatan.

2. Rumah Sakit

Makalah ini diharapkan menjadi informasi dan membantu perawat dalam

memberikan asuhan layanan keperawatan prolaps uteri di Rumah Sakit Umum

Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau.

3. Institusi

59
Makalah ini diharapkan menjadi evidance based dan rujukan informasi

tentang asuhan keperawatan prolaps uteri

60

Anda mungkin juga menyukai