KATA PENGANTAR
Bersama ini Kami susun Laporan Pendahuluan pekerjaan Studi Kelayakan dan Masterplan
Pelabuhan Sijantung, yang ditugaskan oleh Dinas Perhubungan Provinsi Kepulauan Riau.
Lingkup materi dalam Laporan Pendahuluan antara lain memuat tahap kegiatan
perencanaan dari awal kegiatan, mulai dari latar belakang dan lingkup pekerjaan, gambaran
umum lokasi perencanaan, metodologi dan pendekatan, rencana kerja jadwal pelaksanaan
pekerjaan, dan komposisi tim serta penugasannya.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Dokumen Laporan ini.
Konsultan Perencana,
i
LAPORAN PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
II.1.2 Topografi.......................................................................................II-8
Daftar Isi ii
LAPORAN PENDAHULUAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar II-1. Peta Administrasi Wilayah Provinsi Kepulauan Riau ...................................... II-8
Gambar III-1. Struktur Variable yang Mempengaruhi Suatu Studi Kelayakan ..................... III-24
Gambar III-2. Filosofi Dasar Pekerjaan Studi Kelayakan dan Masterplan Pelabuhan Sijantung .. III-
26
Gambar III-6. Penempatan GPS Map (Tranduser, Antena, Reader) ................................... III-39
Gambar III-7. Sketsa Definisi Besaran-besaran dalam Koreksi Kedalaman .......................... III-40
Gambar III-8. Bagan Alir Perhitungan dan Peramalan Pasang Surut Air Laut .................... III-41
Gambar III-9. Grafik yang digunakan untuk melakukan koreksi stabilitas ........................... III-45
Gambar III-10. Dimensi Petak Parkir dan Lebar Manuver ............................................... III-55
Gambar III-15. Contoh Tipikal Dermaga Deck on Pile dengan revetment ............................ III-66
Daftar Gambar iv
STUDI KELAYAKAN DAN MASTERPLAN PELABUHAN SIJANTUNG
DAFTAR TABEL
Tabel II-2. Jumlah Penduduk di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013................................. II-10
Tabel II-3. Panjang Jalan Di Propinsi Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/ Kota ................ II-11
Tabel II-4. Jumlah Pelabuhan Laut di Provinsi Kepulauan Riau .......................................... II-11
Tabel II-6. Jenis dan Lokasi Pelabuhan Laut Di Kota Batam ............................................... II-16
DaftarTabel v
STUDI KELAYAKAN DAN MASTERPLAN PELABUHAN SIJANTUNG
BAB.I. PENDAHULUAN
Beberapa daerah, salah satunya Sijantung yang terletak di Pulau Galang, Batam termasuk
daerah yang diharapkan dapat dikembangkan dengan peningkatan sarana transportasinya.
Dengan adanya sarana ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan transportasi antar daerah
yang pada akhirnya dapat membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi
secara merata sehingga akan menunjang pembangunan dan perkembangan wilayah yang
bersangkutan dan juga wilayah-wilayah pengaruhnya (hinterland). Oleh karena itu
pengembangan pelabuhan menjadi sangat mendesak sesuai dengan perkembangan otonomi
daerah yang ditandai dengan semangat pemekaran wilayah yang disertai pula dengan
pesatnya pembangunan infrakstruktur wilayah.
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai
tempat bersandar, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal
dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi.
Index Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau yang berada diatas pertumbuhan
ekonomi Nasional adalah suatu prestasi yang membanggakan bagi sebuah provinsi yang baru
berdiri. Namun hal ini sekaligus menjadi tantangan bagi pemerintah daerah. Tanpa diiringi
pengembangan sarana dan prasarana daerah yang memadai maka pertumbuhan ekonomi
yang tinggi akan sulit untuk dipertahankan apalagi untuk ditingkatkan.
Pemerataan pembangunan daerah di wilayah kepulauan merupakan hal yang serius untuk
diperhatikan, selain kebijakan pemerintah daerah, kondisi pembangunan yang merata
terhadap faktor-faktor produksi serta adanya pelabuhan yang layak. Dengan pengembangan
pelabuhan yang baik maka pembangunan dapat tersebar secara lebih merata dan berdampak
pula terhadap kesejahteraan masyarakat terutama di daerah Sijantung.
Atas dasar pemikiran diatas, maka perlu dilakukan Studi Kelayakan dan Masterplan
Pelabuhan Sijantung dengan memperhatikan kajian pengembangan pelabuhan yang ada
serta potensi pengembangan ekonomi dan finansial pelabuhan di lokasi studi berdasarkan
regulasi pengembangan yang berlaku serta studi lain yang berkompeten.
1.3. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan Dan Masterplan Pelabuhan Sijantung ini
adalah untuk menghasilkan Rencana Detail Pelabuhan Sijantung yang merupakan :
1.4. Sasaran
Merujuk tujuan kegiatan yang dijelaskan sebelumnya maka sasaran kegiatan studi, yaitu :
1. Terkumpulnya data dan informasi kondisi pelabuhan yang meliputi kondisi fisik, data
teknis, lokasi, status operasional, fasilitas pokok, fasilitas penunjang, dan fasiitas
pendukung serta informasi pendukung lainnya saat ini;
2. Terpetakannya ketersediaan pelabuhan dan kebutuhan akan pelabuhan;
3. Teridentifikasinya permasalahan dan kendala yang berkaitan dengan pelabuhan;
4. Tersusunya suatu dokumen Masterplan Pelabuhan yang akan digunakan sebagai dasar
pengembangan dan pembangunan pelabuhan.
Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait dengan ruang lingkup kegiatan ini.
a) Jadwal pelaksanaan 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal SPMK pekerjaan;
b) Laporan pendahuluan berisi tentang rencana kerja oleh konsultan yang meliputi
maksud, tujuan dan sasaran, batasan studi, gambaran umum wilayah studi,
metodologi dan pendekatan yang akan dilaksanakan, rencana kerja dan jadwal
pelaksanaan pekerjaan, struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan, komposisi dan
jumlah tenaga ahli yang dipakai, rencana penugasan dan rencana kunjungan
tenaga ahli ke lapangan;
c) Laporan yang telah dibuat agar didiskusikan/dipaparkan untuk dikoreksi oleh
Pemilik Pekerjaan;
d) Laporan yang telah dikoreksi kemudian diperiksa oleh Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK) dan kemudiaan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK);
e) Laporan yang telah disetujui kemudian diperbanyak 10 buku.
a) Jadwal pelaksanaan 120 (seratus dua puluh) hari kalender sejak tanggal SPMK
Pekerjaan;
b) Laporan ini mencakup laporan lengkap tentang keseluruhan data-data baik primer
maupun sekunder terkait dengan maksud dan tujuan studi, hasil analisis
keseluruhan dari data primer, sekunder, rencana umum dan peta berikut
rekomendasi Masterplan yang direncanakan.
c) Laporan yang telah dibuat agar didiskusikan/dipaparkan untuk dikoreksi oleh
Pemilik Pekerjaan;
d) Laporan yang telah dikoreksi kemudian diperiksa oleh Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK) dan kemudiaan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK);
e) Laporan yang telah disetujui kemudian diperbanyak 10 buku.
a) Jadwal pelaksanaan 150 (seratus lima puluh) hari kalender sejak tanggal SPMK
Pekerjaan;
b) Laporan Masterplan merupakan penyempurnaan dari konsep laporan masterplan
setelah dibahas bersama dengan Tim Pengarah dan Tim Teknis terkait.
c) Laporan yang telah dibuat agar didiskusikan/dipaparkan untuk dikoreksi oleh
Pemilik Pekerjaan;
d) Laporan yang telah dikoreksi kemudian diperiksa oleh Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK) dan kemudiaan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK);
e) Laporan yang telah disetujui kemudian diperbanyak 10 buku
5) Album Gambar
Album Gambar berisi gambar hasil dari analisis dan evaluasi berupa Masterplan Pelabuhan
Sijantung.
1.6. Pelaporan
Pelaporan dari kegiatan Studi Kelayakan dan Masterplan Pelabuhan Sijantung, Kecamatan
Galang Kota Batam ini, yaitu :
a) Laporan Pendahuluan;
b) Laporan Studi Kelayaan;
c) Laporan Draft Masterplan;
d) Laporan Masterplan
e) Album Gambar
2.1.2. Topografi
Propinsi Kepulauan Riau memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0 - 2 persen (datar)
seluas 1.157.006 hektar, kemiringan lahan 15 - 40 persen (curam) seluas 737.966 hektar.
Secara umum topografi Propinsi Kepulauan Riau merupakan daerah dataran rendah dan
agak bergelombang dengan ketinggian pada beberapa kota yang terdapat di Wilayah
Propinsi Kepulauan Riau antara 2 - 91 m diatas permukaan laut. Keseluruhan daerah tersebut
dapat dikatakan tanah tua sedangkan selebihnya membentang ke utara sampai dengan
daerah - daerah pantai, merupakan kontruksi dari formasi jenis tanah alluvium (endapan),
terlebih pada daerah bencah berawa-rawa sepanjang daerah pantai utara. Propinsi Kepulauan
Riau terdapat empat jenis tanah, yakni:
4. Jenis tanah Padsolik Merah kuning dari batuan endapan dan batuan beku.
Jenis - jenis tanah tersebut terutama didapati di daerah-daerah sepanjang pantai sampai
dengan pertengahan daratan yang berformasi sebagai daratan muda tidak bergunung-
gunung, bahkan beberapa bagian terdiri dari tanah bencah berawa-rawa.
Kota Tanjungpinang berpenduduk sebesar 196.986 jiwa (10.58%), Kabupaten Bintan sebesar
149.176 jiwa (8,01%), Kabupaten Lingga memiliki penduduk 87.887 jiwa (4,72%), Kabupaten
Natuna berpenduduk sebesar 72.519 jiwa (3,90%), dan Kabupaten Kepulauan Anambas
sejumlah 39.3942 jiwa (2,11%).
Hasil perhitungan proyeksi penduduk berdasarkan data Sensus Penduduk 2010, data
penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2013 mencapai 1.861.373 jiwa, dengan
952.106 penduduk laki-laki dan 909.267 penduduk perempuan. Kepadatan penduduk
tertinggi di Kota Tanjungpinang sebanyak 822 jiwa per km² dan kota Batam sebanyak 697
jiwa per km². kabupaten lainnya, kepadatannya antara 26 jiwa per km² di Kabupaten Natuna
hingga 145 jiwa per km² di Kabupaten Karimun.
Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Propinsi Kepulauan Riau sebesar
905.269 orang,terdiri dari 605.103 laki-laki dan 300.166 perempuan, di mana sejumlah
848.660 orang berstatus sebagai pekerja, sedangkan 56.609 orang lainnya termasuk sebagai
pencari pekerjaan. Sector yang dominan menyerap tenaga kerja di perkotaan adalah
perdagangan yakni 31,34%, industry pengolahan sebesar 30,63% and jasa 14,65%. Sedangkan
di perdesaan yang dominan adalah sector pertanian yakni 49,80%.
2.1.6. Infrastruktur
1) Transportasi Darat
Transportasi darat penunjang mobilitas orang dan barang di Propinsi Kepulauan Riau,
tiap tahun terus meningkat baik dari segi jumlah maupun pelayanannya yang dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel II-3. Panjang Jalan Di Propinsi Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/ Kota
Bintan 197,18
Batam 1.153,81
Karimun 310,00
Lingga 189,00
Natuna 242,60
Total 2.185,59
Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Riau
2) Transportasi Laut
Transportasi laut memegang peranan yang sangat penting untuk mendukung kelancaran
arus orang, dan jasa di Kepulauan Riau. Hal tersebut disebabkan kondisi geografis daerah
ini yang terdiri dari pulau - pulau yang letaknya tersebar dan saling berjauhan. Saat ini
terdapat 22 Pelabuhan Laut yang ada di 6 Kabupaten/Kota di Propinsi Kepulauan
Riau dengan rincian sebagai berikut :
Pelabuhan Pelabuhan
Pelabuhan
Kabupaten/Kota Pelabuhan Barang Liquid
Domestik
Internasional International
Kota Batam 4 3 1 2
Kab. Bintan 1 1 - 3
Kab. Karimun 1 - - 3
Kab. Lingga - - - 1
Kab. Natuna - - - 2
Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Riau
3) Transportasi Udara
Transportasi Udara di Kepulauan Riau saat ini didukung oleh 7 (tujuh) bandara yang
tersebar di masing-masing Kota/Kabupaten.
Wilayah perairan yang sangat luas menjadikan Propinsi Kepulauan Riau unggul di
sektor perikanan dan kelautan, termasuk untuk komoditas rumput laut. Untuk tahun
2011, pemerintah daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Karimun
menargetkan produksi rumput laut mencapai 500 ton, meningkat dari tahun 2010 dengan
produksi rumput laut mencapai 300 ton. Hal ini karena sebagai Propinsi
kepulauan di perbatasan, sektor kelautan menjadi prioritas. Di Karimun,
pengembangan budidaya rumput laut dipusatkan di Kecamatan Moro yang dicanangkan
pusat sebagai kawasan minapolitan. Kondisi perairan di Moro sangat cocok untuk
budidaya rumput laut. Salah satu upaya menjaga kualitas panen rumput laut di
daerah tersebut adalah dengan menerapkan sistem keramba sehingga bibit yang
disemai tidak hanyut terbawa arus. Di Kecamatan Moro, luas lahan yang potensial
dikembangkan sebagai kawasan pengembangan rumput laut mencapai 4.500
hektare. Dari total lahan sebanyak itu, yang tergarap baru mencapai 3,6% yang digarap
oleh sekitar 1.250 petani. Berdasarkan hasil penelitian dari panen yang telah dilakukan,
kandungan rumput laut Moro lebih baik dibandingkan dengan rumput laut dari daerah
lain di Indonesia. Selain itu, harga jual rumput laut di pasaran nasional semakin
membaik.
2) Perikanan Tangkap
Natuna, Bintan, Lingga, Kota Batam Sebagai Propinsi kepulauan, 96% wilayah Propinsi
Kepulauan Riau adalah lautan. Kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan
usaha perikanan tangkap dan pengembangan budidaya perikanan, mulai dari usaha
pembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya maupun penangkapan. Kota
Batam, Kabupaten Bintan, Lingga, dan Natuna memiliki potensi di bidang perikanan
tangkap. Jenis komoditas yang menjadi tangkapan di antaranya ikan pelagis kecil
(seperti ikan parang -parang, ikan teri, dan ikan selar), ikan demersal (di antaranya ikan
kakap dan ikan pari), udang paneid, lobster, cumi-cumi, ikan karang (seperti ikan ekor
kuning, ikan pisang-ikan baronang, dan ikan kerapu), serta ikan hias.
Tanah di wilayah Kepulauan Riau merupakan jenis tanah yang subur sehingga hampir
wilayah Kabupaten dan kotanya berpotensi untuk di olah menjadi lahan Pertanian dan
4) Sektor Pertambangan
Propinsi kepulauan Riau memiliki potensi hasil minyak, Gas, timah dan Bauksit yang
melimpah. Cadangan minyak bumi di perkiraan 222 triliun kaki kubik (TCT) yang
cukup untuk di eksplorasi selama lebih dari 30 tahun dengan potensi nilai ekonomi
sebesar lebih dari US$ 600.000 Miliar dan Cadangan Gas Alam mencapai 55,3 Triliun
square cubik feet (TSCF) yang terdapat di Kabupaten Natuna. Timah dengan
cadangan 11.360.500 m3 terdapat dipulau karimun. Bauksit dengan total cadangan
15.880.000 Ton dipulau Bintan dan Tanjung Pinang. Granit total cadangan mencapai
853.384.000 m3 terdapat dipulau Karimun dan pulau BIntan.
5) Sektor Pariwisata
Objek wisata kepulauan Riau seperti wisata Pulau penyengat yang dikenal dengan
wisata budaya dan wisata religius serta keindahan alamnya. Objek wisata Kepulauan
Anambas juga miliki obyek wisata yang menawan. Disana terdapat Pantai Padang
Melang, salah satu pantai terindah di Anambas. Kabupaten Lingga juga memiliki sejuta
potensi pariwisata, sebut saja kekayaan budaya Daik Lingga sebagai bekas pusat
pemerintahan kerajaan melayu, layak untuk dijadikan wisata budaya dan wisata religius.
“KEPRI The Beauty Of Nature” ini adalah slogan yang sempat tercipta untuk objek
wisata yang ada di Kepulauan Riau.
Salah satu yang membedakan antara Orang Melayu dan non - Melayu adalah pola
kehidupannya yang berorientasi pada kelautan. Pola tersebut pada gilirannya membuat
kebanyakan komuniti (pemukiman) mereka tumbuh dan berkembang di tepian pantai atau
sungai - sungai besar (Sungai Siak misalnya) yang dapat dilalui oleh kapal - kapal yang relatif
besar. Komuniti - komuniti itu kemudian menjadi pusat - pusat perdagangan dan pelayaran,
serta satuan pengamanan jalur - jalur pelayaran internasional di kawasan Asia Tenggara.
Pemusatan - pemusatan komuniti orang Melayu yang kebanyakan berada di tepian pantai
atau sungai - sungai besar.
Kawasan pelabuhan laut di Kota Batam selain berfungsi sebagai sarana transportasi laut, juga
difungsikan sebagai pusat alih kapal guna memanfaatkan peluang adanya potensi limpahan
dari Singapura serta untuk meningkatkan usaha perdagangan dan melancarkan arus bongkar
muat barang dalam menunjang kegiatan industri. Fungsi ini kemudian diperluas sebagai
tempat penyimpanan dan pergudangan bagi produk ekspor dan impor.
Kunjungan kapal di pelabuhan merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat
kesibukan aktivitas suatu pelabuhan. Dalam hal ini sarana angkutan laut merupakan
alternatif lain di luar angkutan udara yang sangat berpotensi sesuai dengan kondisi geografis
Kota Batam. Banyaknya barang-barang yang dibongkar antar pulau di Kota Batam tahun
2007 mencapai 1.773.289 ton, sedang barang yang dimuat berjumlah 685,359 ton. Demikian
pula untuk bongkar muat barang dari dan ke luar negeri di Kota Batam pada tahun 2007,
barang yang dibongkar 88,102 ton sedangkan barang yang dimuat mencapai 88,102 ton.
Untuk melayani masuknya kunjungan wisatawan mancanegara ke Kota Batam telah tersedia
fasilitas pelabuhan laut internasional dengan menggunakan ferry cepat yang berlayar setiap
hari dari dan ke Singapura dan Malaysia.
Sesuai plang proyek yang di sekitar areal pengerjaan, pembangunan fasilitas Pelabuhan
Sijantung dikerjakan sejak 12 Juni - 29 November 2014, dengan masa pengerjaan 170 hari
kalender. Namun, sampai dengan 19 Januari 2015, terhitung 221 hari, pengerjaan proyek
masih berlangsung, yang saat ini baru mencapai 50 persen.
Proyek senilai Rp. 9.438.870.000 dari APBD Provinsi Kepri tahun 2014 itu, diperkirakan baru
bisa rampung sekitar bulan Maret 2015. Sebab, pengerjaan gedung dan fasilitas lainnya belum
juga rampung.
Sementara dalam Perpres 70 Tahun 2012, pasal 93 ayat 1.a, kontraktor proyek mendapat
perpanjangan waktu masa pengerjaan hanya 50 hari kalender. Pemberian waktu itu juga
harus melalui penelitian yang dilakukan PPK, Penyedia Barang/Jasa.
3.1. Pendekatan
3.1.1. Pendekatan Umum
Penyusunan masterplan pelabuhan dilakukan dengan pendekatan terhadap 9 aspek yaitu :
1. Kebijakan Pemerintah
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), terutama pada tingkat provinsi dan
kabupaten. Dalam RTRW perlu dievaluasi hal-hal mengenai : pola pemanfaatan
lahan, sistem pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal, kawasan prioritas
nasional, wilayah dan kabupaten serta jaringan transportasi.
Sistem Transportasi terutama pada level provinsi (Tatrawil) maupun kabupaten
(Tatralok).
Program Dasar Pembangunan Daerah yang berkaitan dengan kepelabuhanan.
Kepelabuhanan: Jenis pelabuhan, hierarkhi, peran dan fungsi pelabuhan,
penyelenggaraan pelabuhan, pengelolaan pelabuhan.
Tata guna lahan menyangkut hal-hal : pola pemanfaatan lahan dan perairan eksisting,
kebutuhan lahan dan perairan serta status kepemilikan lahan dan akuisisi.
3. Ekonomi
Pendekatan dari aspek ekonomi bertujuan untuk mengetahui potensi hinterland (daerah
belakang yang mendukung pelabuhan). Hal-hal yang perlu dievaluasi menyangkut :
Hal yang terkait dengan keamanan dan keselamatan pelayaran menyangkut keamanan
dan keselamatan secara ekonomi, operasional, fisik dan teknis.
6. Pengembangan Pelayaran
Rencana penetapan fungsi kegiatan pokok dan penunjang pelabuhan jangka pendek,
menengah dan panjang;
Rencana pembangunan dan pengembangan fasilitas dan utilitas pelabuhan;
Studi Kelayakan adalah penentuan kemungkinan yang tentang proyek yang diusulkan atau
pengembangan yang akan memenuhi sasaran dari investor tertentu. Sebagai contoh, suatu
studi kelayakan untuk suatu usulan subdivisi perumahan seharusnya: (1) menaksir
permintaan untuk unit perumahan di dalam area; (2) menaksir tingkat penyerapan untuk
proyek; (3) mendiskusikan undang-undang dan pertimbangan lain; (4) peramalan arus kas;
dan (5) meramalkan pengembalian investasi bila diproduksi (Business Dictionary).
3. Studi Kelayakan adalah bagian dari siklus pengembangan sistem yang bertujuan untuk
menentukan apakah masuk akal untuk mengembangkan beberapa sistem. Model studi
kelayakan yang populer adalah "TELOS", mewakili Teknis, Ekonomi, Kebijakan
(Legall), Operasional, dan Jadwal (Schedule).
a. Kelayakan Teknis: apa teknologi yang ada untuk menerapkan sistem yang diusulkan?
Apakah itu suatu argumen praktis?
b. Kelayakan Ekonomi: apakah sistem hemat biaya? Apakah manfaat lebih besar
dibanding biaya yang dikeluarkan?
c. Kelayakan Kebijakan: adakah konflik antara ketentuan hukum dan sistem yang
diusulkan, contoh: Tindakan Perlindungan Data?
d. Kelayakan Operasional: apakah praktek pekerjaan yang sekarang dan ada prosedur
cukup untuk mendukung sistem yang baru?
e. Kelayakan Jadwal: dapatkah sistem dikembangkan pada waktunya? (Webster's New
Millennium™ Dictionary of English, Preview Edition).
Suatu studi kelayakan (wikipedia.org) adalah suatu studi persiapan yang dikerjakan
sebelum pekerjaan yang nyata dari suatu proyek untuk memastikan kemungkinan sukses
proyek itu.Hal ini adalah suatu analisa dari solusi alternatif yang mungkin bagi suatu
masalah dan suatu rekomendasi atas alternatif yang terbaik. Studi kelayakan dapat
memutuskan apakah suatu pengolahan pesanan dilaksanakan oleh suatu sistem baru lebih
efisien dibanding yang sebelumnya.
Penjelasan, Studi kelayakan dapat dipergunakan untuk menguji kinerja sistem baru, yang
dapat digunakan karena:
Studi ini melibatkan pertanyaan proyek seperti apakah yang dapat diusahakan untuk
memberikan dampak positif terhadap aspek social-ekonomi, apa manfaat baru yang
didapat dengan melebihi biaya yang ada, dan apakah proyek mempunyai prioritas lebih
tinggi dan prospektif dibanding proyek lain yang mungkin menggunakan sumber daya
yang sama. Hal ini juga meliputi pertanyaan apakah proyek ada di dalam kondisi dapat
memenuhi semua ukuran-ukuran yang memenuhi syarat dan tanggung jawab agar
dampak social maupun ekonominya bergerak kea rah yang positif.
Studi ini memiliki pertanyaan seperti teknologi apa yang dibutuhkan untuk sistem yang
ada, seberapa sulit hal ini dapat dibangun dan apakah perusahaan punya pengalaman
dalam menggunakan teknologi ini.
Studi ini mencakup pertanyaan seperti berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk
membangun sistem baru, kapan sistem ini dapat dibangun, dll.
Apakah sistem sudah memiliki dukungan yang cukup untuk kesuksesan implementasi,
apakah akan membawa perubahan yang besar, dan apakah organisasi sedang melakukan
perubahan cepat untuk menyerap hal itu.
Semua proyek harus berhadapan dengan kebijakan. Bagaimanapun, suatu proyek akan
menghadapi isu tentang kebijakan.
Yang akan meliputi analisa tentang kekuatan pasar tunggal dan multi-dimensional yang
bisa mempengaruhi komersialisasi atau kesuksesan pendapatan nyata yang merupakan
potensi suatu proyek (penjualan). Suatu proses bisnis menyerupai suatu alur kerja
dengan nilai yang dihasilkan.
Pengertian studi kelayakan sering diungkapkan dengan cara yang berbeda antara konsep yang satu
dengan konsep lainnya. Meskipun demikian, pada prinsipnya pengertiannya adalah sama. Secara
sederhana studi kelayakan adalah sebagai berikut: :
"Studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha tentang
kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan.”1
1
Wawasan Studi Kelayakan Dan Evaluasi Proyek, Drs. Ec. Alex S. Nitisemito dan Drs. M. Umar Burhan, M.S.
Tahun 2004
2 Idem
penduduk yang berada di sekitarnya.Selain itu dapat pula menambah keindahan kota.
Kesemuanya itu tidak dimasukkan ke dalam perhitungan oleh pengusaha. Dengan kata
lain, pemerintah menganggap taman hiburan tersebut masih mempunyai social benefits yang
lebih besar dari social costs-nya.
Setelah menetapkan kriteria kelayakan suatu proyek maka selanjutnya harus meneliti atau
menjajaki gagasan yang akan kita laksanakan, apakah sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan atau tidak. Bilasuatu proyek memenuhi kriteria yang telah ditetapkan maka kita
katakan bahwa proyek tersebut layak.
Oleh karena itu, diperlukan berbagai disiplin ilmu dalam melakukan studi kelayakan suatu
usaha, misalnya untuk mendirikan suatu perusahaan, dalam melakukan studi kelayakan suatu
usaha, tidak hanya memerlukan ahli ekonomi, tetapi juga ahli teknik, ahli sosiologi, dan
sebagainya.
Tinjauan ini memberikan pola pikir di dalam suatu studi kelayakan. Tanpa pola pikir yang
sistematis, dimungkinkan mengalami kesulitan dalam mencapai kesimpulan mengenai
kelayakan suatu gagasan usaha. Karena sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa
suatu studi kelayakan menyangkut banyak aspek dan memerlukan berbagai disiplin ilmu.
Secara konsepsional, pola pikir dalam suatu studi kelayakan dicerminkan oleh struktur variabel pada
gambar. Variabel pasar menjadi pusat perhatian dan titik tolak berpikir dalam suatu studi kelayakan
karena faktor inilah yang menentukan apakah penjajakan pada bidang lain perlu diteruskan atau
tidak. Pada tahap permulaan ini, perlu diteliti apakah barang atau jasa yang akandihasilkan ada
pembelinya di pasar atau tidak, sebab sekalipun secara teknis barang/jasa tersebut layak dibuat,
tiada gunanya kalau barang/jasanya tidak laku di pasar atau tidak bermanfaat bagi masyarakat.
Aspek teknis akan menjawab pertanyaan apakah mesin dan peralatan untuk menghasilkan
barang/jasa yang diinginkan tersedia atau dapat diusahakan; apakah bahan-bahan mentah
dan bahan pembantu tersedia dan cukup untuk jangka waktu tertentu, dan sebagainya.
Pekerjaan Studi Kelayakan Pelabuhan Sijantung di Pulau Galang Kota Batam ini
dikelompokkan ke dalam dua tahapan kajian yakni :
2. Kajian Kelayakan
Kajian kelayakan mengkaji faktor-faktor teknis dan nonteknis lokasi pelabuhan yang
telahteridentifikasi. Kajian kelayakan meliputi:
Tahapan identifikasi dalam pekerjaan perencanaan ini sangat diperlukan untuk menjaring
informasi dan masukan sebanyak mungkin mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
Pekerjaan PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN DAN
MASTERPLANPELABUHAN SIJANTUNG.
Untuk melaksanakan tugasnya konsultan perencana akan mencari informasi lain di luar
informasi yang diberikan oleh Pemimpin Kegiatan/Bagian Kegiatan termasuk melalui
kerangka acuan kerja ini.
Secara jelasnya mengenai filosofi dasar sebagai pendekatan dalam pelaksanaan pekerjaan ini
nantinya adapat dilihat pada Gambar berikut ini.
Gambar III-2. Filosofi Dasar Pekerjaan Studi Kelayakan dan Masterplan Pelabuhan Sijantung
Informasi awal dari dinas/ Kriteria umum bangunan Site Plan/Rencana Tapak yang
instansi terkait termasuk data berdasarkan fungsi dan teratur
sekunder kompleksitas bangunan Prelimary desain yang sesuai
Pengumpulan data primer Kriteria khusus berdasarkan segi dengan kebutuhan akan luasan
mengenai site/lahan, pemakai fungsi khusus dan teknis dan ruang
bangunan, kebutuhan bangunan Pengembangan gambar rencana
bangunan, kebutuhan ruang Azas-azas bangunan pemerintah dengan memperhatikan nilai
dan perlengkapan lainnya : fungsional, efisien, biaya pembangunan, ketersediaan bahan
rendah dan wajar, produktifitas dan tenaga
kerja, pemanfaatan yang cepat Detail desain yang memperhatikan
Proses & metode perencanaan: sistem dan manajemen konstruksi
jadual asistensi, rencana
keluaran, waktu pelaksanaan
KELUARAN:
Laporan Pendahuluan
Laporan Studi Kelayakan
Laporan Draft Masterplan
Laporan Masterplan
Album Peta
Maket Pelabuhan
Untuk memenuhi target waktu dan substansi yang disyaratkan maka metodologi
pelaksanaan pekerjaan dalam studi ini secara umum terdiri dari: Tahap Persiapan, Tahap
Pengumpulan Data, Tahap Kelayakan Studi (Analisis), dan Tahap Penyusunan Masterplan.
Secara jelasnya dapat dilihat pada Gambar selanjutnya.
Penyusunan tahapan pekerjaan ini disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan dalam studi ini,
di mana tujuan dari setiap tahapan adalah sebagai berikut:
Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Bulan ke-5
Bulan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mobilisasi Tim
Pendalamam Survey Instansional Analisis Data Kajian Masterplan
Pemahaman KAK o Supply-Demand Konsep Masterplan
Survey Lapangan Penyempurnaan Materi
Penyusunan Rencana o Topografi & Batimetri
o Kelayakan Ekonomi o Analisa Kegiatan
o Kelayakan Sosial Masterplan Pelabuhan
Kerja o Hydrooceonografi o Program Ruang
Penyempurnaan Produk
KEGIATAN Identifikasi Awal o Survey Jasa Angkutan
o Kelayakan Teknis o Keb. Fasilitas Daratan
o Kelayakan Lingkungan Final
Kondisi Lokasi o Survey Lingkungan o Keb. Fasilitas Lautan
o Kelayakan Operasional o Dokumen Masterplan
Perencanaan o Survey Infrastruktur o Penyusunan Zonasi
Rekomendasi o Maket Pelabuhan
Identifikasi Data Sekunder Penyusunan Perkiraan
Pengembangan o Album Gambar
Kebutuhan Data Kompilasi Data Rencana Anggaran
Penyusunan Desain Pelabuhan Biaya (RAB)
Survey
PELAPORAN LAPORAN
LAPORAN DRAFT LAPORAN
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
PENDAHULUAN MASTERPLAN MASTERPLAN
Pengumpulan
Perumusan
Data dan Finalisasi
Persiapan Draft
Analisis Masterplan
Masterplan
Kelayakan
A. Survey Sekunder
Survey sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi terkait untuk meminta sejumlah
dokumentasi data dari institusi terkait dengan perencanaan yang akan dilakukan.
Instansi sumber data sekunder ini adalah BPS, Dinas Perhubungan, BAPPEDA, Dinas
PU/Bina Marga, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Kantor Kecamatan atau
Kantor Keluran/Desa pada wilayah studi.
2. Rencana Tata Guna Lahan dan Prasarana Fisik Wilayah yang ada, meliputi:
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota
Jaringan prasarana transportasi dan rencana pengembangannya (jika telah
ada)
Jaringan utilitas dan rencana pengembangannya (jika telah ada).
3. Data Sosial Ekonomi Wilayah, meliputi:
Kependudukan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Profil Potensi Investasi di Daerah
Potensi Pariwisata
Kondisi Sosial Ekonomi lingkungan masyarakat setempat
Potensi/Sumber Bahan Bangunan berikut harga bahan/upah.
4. Fisiografi, Topografi, dan Meteorologi
Peta topografi skala 1:25.000 atau 1:50.000 pada lokasi dan kawasan di
sekitar rencana pelabuhan.
Peta tata guna lahan di sekitar lokasi rencana pelabuhan.
Peta tematik wilayah perencanaan yang terkait dengan rencana pembangunan
pelabuhan.
Data status untuk berbagai peruntukan lahan di lokasi rencana pelabuhan.
Data meteorologi dan klimatologi (suhu udara, kelembaban, arah angin dan
kecepatan angin, curah hujan).
5. Dokumen/hasil studi studi terkait
Hasil studi atau perencanaan pengembangan pelabuhan yang terkait.
Hasil studi atau rencana pihak-pihak swasta/investor terhadap area tertentu di
kawasan pelabuhan.
Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan rencana
pembangunan pelabuhan.
Konsultan akan melakukan telaah awal sebelum peninjauan lapangan dan hasil telaah
awal tersebut akan dilengkapi kembali setelah peninjauan lapangan. Dalam telaah awal
ini harus telah diperoleh gambaran umum wilayah perencanaan sehingga dalam
pelaksanaan peninjauan lapangan telah terdapat gambaran umum rencana
pembangunan pelabuhan dan tatanan kepelabuhanan di wilayah terkait. Dalam hal ini,
Konsultan juga akan melakukan telaah awal beberapa aspek teknis yang paling
mendasar, yaitu: topografi lokasi/kawasan, bathimetri, cuaca, arah dan kecepatan
angin, alur pelayaran dan kawasan perairan.
B. Survey Primer
1. Survey Pendahuluan
SURVEY TOPOGRAFI
Maksud dan tujuan survey topografi adalah untuk mengetahui pola topografi secara
detail di daerah yang harus dipetakan. Hal ini sangat dibutuhkan dalam rangka
pengembangan pelabuhan kedepan. Dilakukan pada areal seluas 10,0 Ha.
1) Pengukuran Pengikatan
a) Peralatan:
- 1 unit Theodolite T2 (untuk posisi horisontal)
- 1 unit waterpass NAK (untuk posisi vertikal)
- 1 buah pita baja 50 m
- 2 set bak ukur
b) Metode Pelaksanaan
- Titik Referensi Posisi Horisontal/Koordinat ( X,Y ):
a) Peralatan:
- 1 unit Theodolite T2
- 1 buah pita baja 50 m
- 1 set bak ukur
b) Metode Pelaksanaan:
Pengukuran Jarak
Jarak AB - d 1 + d 2 + d 3
= Sudut mendatar
a) Peralatan :
- 1 unit waterpass
- 1 buah pita baja 50 m
- 1 set bak ukur
b) Metode Pelaksanaan
D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan kilo meter
a) Peralatan :
- 2 unit Theodolite T0
- 2 buah pita baja 50 m
- 2 set bak ukur
b) Metode Pelaksanaan
- Azimuth magnetis
- Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
- Sudut zenith atau sudut miring
- Tinggi alat ukur
5) Metode Pemetaan
Survey Hidrooceanografi
K1 O1
NF
M2 S2
dimana jenis pasut untuk nilai NF:
>3,0 = diurnal.
Gambar III-8. Bagan Alir Perhitungan dan Peramalan Pasang Surut Air Laut
2. Pengukuran Arus
a. Pengalaman kecepatan dan arah arus
dilakukan minimal pada 2 lokasi
b. Pengamatan dilakukan selama 25 jam
terus menerus dengan interval waktu 30 menit, menggunakan alat current
meter yang dilakukan pada saat pasang tertinggi (Spring Tide) dan pada saat
pasangan terendah (Neap Tide) pada bulan yang sama.
c. Posisi pengamatan arus adalah 2,2d; 0,6d; dan 0,6d dari permukaan air,
dimana d = kedalaman di lokasi pengamatan arus.
d. Lokasi pengamatan diplotkan dalam peta bathimetri dan hasil pengamatan
arus dilampirkan pada laporan dalam bentuk.
- Grafik hubungan antara pergerakan pasang surut dan kecepatan Arus.
- Peta arah arus.
3. Analisis Gelombang
Inti dari proses hindcasting adalah untuk memperkirakan besar tinggi gelombang
dan periodanya berdasarkan data angin. Sebenarnya akan lebih baik bila analisis
gelombang dilakukan berdasarkan data gelombang. Akan tetapi data gelombang
tidak tersedia di Indonesia, sehingga gelombang tersebut diprediksi berdasarkan
data angin yang merupakan faktor utama pembentuk gelombang.
Metoda yang digunakan dalam proses hindcasting ini mengikuti metoda yang
dijelaskan di dalam SPM (Shore Protection Manual, 1984).
Feff
f . cos
i i
cos i
dimana:
Sebelum merubah kecepatan angin menjadi wind stress factor, koreksi dan
konversi terdahap data kecepatan angin perlu dilakukan. Berikut ini adalah
koreksi dan konversi yang perlu dilakukan pada data angin untuk
mendapatkan nilai wind stress factor.
1) Koreksi Ketinggian
Wind stress factor dihitung dari kecepatan angin yang diukur dari
ketinggian 10 m di atas permukaan. Bila data angin diukur tidak dalam
ketinggian ini, koreksi perlu dilakukan dengan persamaan berikut ini
(persamaan ini dapat dipakai untuk z <20m):
1/ 7
10
U (10) U ( z )
z
dimana:
U RT U (10)
dimana:
Jika data temperatur udara dan air (sebagai data untuk membaca grafik)
tidak dimiliki, maka dianjurkan memakai nilai RT =1.10.
Koreksi ini diperlukan bila data angin yang diperoleh berasal dari stasiun
darat, bukan diukur langsung di atas permukaan laut, ataupun di tepi
pantai. Untuk merubah kecepatan angin yang bertiup di atas daratan
menjadi kecepatan angin yang bertiup di atas air, digunakan grafik yang
ada pada SPM.
U A 0.71U 1.23
dimana:
Pekerjaan survey permintaan jasa angkutan laut dilakukan untuk mendapatkan data
mengenai kondisi/karakteristik jasa angkutan laut yang diperlukan untuk analisis
kebutuhan pembangunan/pengem-bangan fasilitas pelabuhan, yang meliputi:
Parameter-parameter yang akan dianalisis pada survei lingkungan ini adalah sebagai
berikut :
Air Laut
a. Fisika
Survei Fisika lingkungan air laut terdiri dari: bau, zat padat tersuspensi,
kecerahan, suhu, salinitas, lapisan minyak, benda terapung.
b. Kimia
Survei Fisika lingkungan air laut terdiri dari: pH, amonia, air raksa,
fenol, kadmium, minyak dan lemak, seng, sulfida, surfaktan detergen,
tembaga, timbal.
c. Biota
Survei Fisika lingkungan air laut terdiri dari: plankton.
Data kualitas air didapatkan dari hasil analisis parameter fisika-kimia air,
dengan cara analisis langsung di lapangan terhadap beberapa parameter yang
secara teknis maupun karakteristik dari parameter tersebut harus dikerjakan
di lapangan dan pengambilan contoh untuk dianalisis di laboratorium pada
parameter yang secara teknis sulit dilakukan di lapangan.
Peralatan yang digunakan diantaranya Greb, GPS, pH meter, DO kit. Bahan
yang dibutuhkan meliputi kertas tali, reagen kimia, tabung/jerigen, plastik,
spidol, serta lakban.
Sampel kualitas air ini dianalisis dengan menerapkan metoda gravimetri
(lapisan minyak, padatan tersuspensi), spektrofotometri (Amonia, warna, Cr,
Cd, Cu, Pb, Zn, Ni), Turbimetri (kekeruhan), Konduktifitas (salinitas),
Titrimetri (DO, BOD), Refruk (COD5) dan metoda in situ (kecerahan, suhu,
pH).
Adapun baku mutu air laut yang digunakan dalam proses analisis hasil survei
lingkungan ini berdasarkan KEPMENLH No.51 tahun 2004.
Sedimen
Untuk sedimen suspensi diambil 3 sampel di masing-masing titik, yaitu 0,2,
0,6, dan 0,8 kedalaman, dimana metode ini disebut dengan composite sample
yang berarti bahwa pengambilan sampel dilakukan pada kedalaman air yang
berbeda dan kemudian digabung menjadi satu sampel. Sedangkan
pengambilan sedimen dasar hanya 1 sampel. Peralatan pengambilan contoh
sedimen suspensi menggunakan satu unit botol yang dilengkapi dengan
katup-katup pemberat sedangkan sedimen dasar diambil dengan
menggunakan bottom grabber.
Parameter-parameter yang dianalisis dari pengambilan contoh sedimen ini
meliputi: As, Cd, Cr, Ni, Hg, Zn, Cu, Pb, Co dan Se.
Berdasarkan parameter-parameter lingkungan di atas dilakukan analisis
untuk mendapatkan gambaran rona lingkungan eksisting, sehingga untuk
tahap-tahapan pengembangan yang diusulkan dapat diambil langkah-
langkah antisipasi untuk meminimalkan dampak negatif yang mungkin
timbul akibat pengembangan pelabuhan.
Natural Environment
Survei ini mencangkup kondisi wilayah pesisir (coastal zone), flora dan
fauna, kondisi hidrologi perairan dan lain-lain.
Lingkungan Sosial
Parameter survei ini meliputi kesehatan masyarakat, limbah dan sampah,
pemukiman dan lain-lain.
Selain itu juga akan dikaji bagaimana pengaruh kegiatan pelabuhan berpengaruh terhadap
kontribusi pengembangan wilayah yaitu berdasar pada aspek perekonomian wilayah Kota
Batam. Hasil kajian ini nantinya merupakan salahsatu aspek yang mendukung terhadap
perlu disusunnya STUDI KELAYAKAN DAN MASTERPLANPELABUHAN
SIJANTUNG.
ANALISIS TEKNIS
ANALISIS OPERASIONAL
Analisa Prakiraan Permintaan Jasa Angkutan Laut merupakan tahap pengolahan data lalu
lintas angkutan laut sebagai dasar evaluasi terhadap kapasitas fasilitas eksisting dan
perencanaan kebutuhan pengembangan fasilitas pelabuhan sampai dengan tahun target
perencanaan, dengan memperhatikan program pemerintah dalam rangka mewujudkan
Sistem Transportasi Nasional dan kebijakan/strategi pengembangan wilayah serta potensi
ekonomi daerah setempat, yang mencakup:
Y = a + bt
dimana:
t = Tahun.
Yt = Y0 (1+i)t
dimana:
t = Tahun.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui data lalu lintas harian rata-rata (LHR) pada
ruas jalan yang menuju dan keluar dari daerah sekitar Pelabuhan Sijantung, baik
untuk saat ini maupun perkiraan di masa yang akan datang serta untuk mengetahui
kinerja ruas jalan yang menuju dan keluar dari daerah sekitar Pelabuhan, agar
dampak yang ditimbulkan oleh lalu lintas akibat pengembangan Pelabuhan
Sijantung nantinya dapat diantisipasi lebih awal. Pengolahan data direncanakan
akan menggunakan perhitungan berikut.
a. Perhitungan volume lalu lintas (Q) yang terjadi pada saat sekarang (awal umur
rencana) untuk masing-masing ruas jalan. Dihitung dengan rumus:
Q = VJP = LHR0 x k x D (smp/Jam)
dengan k adalah faktor pengali yang nilainya berbeda untuk setiap klasifikasi
jalan. Sementara D adalah faktor distribusi jalan.
Umumnya, nilai k diasumsikan sebesar 10 % untuk ruas jalan dalam kota.
Faktor disribusi D ditentukan dari waktu (jam-jam sibuk atau jam lengang).
b. Perhitungan Lintas Harian Rata-Rata pada akhir umur rencana untuk masing-
masing ruas jalan. Dihitung dengan rumus:
LHR UR= LHR0 ( 1 + i ) n
dengan i adalah faktor pertumbuhan kendaraan dan n adalah jumlah tahun
pada akhir umur rencana.
c. Perhitungan volume lalu lintas (Q) yang terjadi pada akhir umur rencana.
Dihitung dengan rumus:
Q = VJP = LHR0 x k x D (smp/Jam)
Perhitungan Kapasitas (C)
d. Kapasitas untuk jalan dua lajur dua arah ditentukan berdasarkan arus dua arah
(kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan lajur banyak arus dipisahkan
berdasarkan arah dan kapsitas ditentukan per lajur. Kapasitas dinyatakan dalam
smp/jam dan rumus perhitungan adalah sebagai berikut.
C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
dengan C = Kapasitas (smp/jam).
Berikut ini adalah fasilitas-fasilitas yang harus disediakan dalam suatu terminal
barang.
Lapangan penumpukan.
Maintenance and Reparation Area (M&R Area).
Gedung administrasi.
Gudang.
Fasilitas parkir.
Peralatan bongkar muat.
2) Lapangan Penumpukan, Areal Tunggu dan Gudang Cargo
Untuk terminal barang harus disediakan mobile crane dengan kapasitas sesuai
kebutuhan. Letak lapangan penumpukan barang sebaiknya harus dekat dengan
dermaga untuk mengurangi waktu perjalanan dari traktor-trailer. Proses
penumpukan dan pengangkatan barang di area lapangan penumpukan ini akan
dilakukan dengan forklift.
Berbagai macam material dapat dipilih sebagai bahan permukaan dari lapangan
penumpukan, namun karena konsentrasi dari beban pada ujung petikemas
sangat besar, sehingga perkerasan di bawah ujung petikemas harus kuat dan
dapat menahan beban yang besar.
dimana:
Tts = jumlah bongkar muat barang per tahun yang melalui area
penumpukan.
Ci t d F
O
r 365 mi
dimana:
F = kebutuhan area per TEU termasuk area untuk lalulintas alat (m2).
4) Areal Parkir
Akumulasi: jumlah total kendaraan yang parkir dalam satuan waktu tertentu.
Akumulasi maksimum merupakan demand tertinggi.
a) Mobil
Berikut ini adalah dimensi petak parkir dan lebar manuver kendaraan.
b) Bis
Bentuk lapangan parkir atau tempat pemberhentian bis yang bisa digunakan
diantaranya adalah seperti dua gambar di bawah ini.
M
B E
D
P
W
6) Fasilitas-fasilitas Pendukung
Sistem Listrik
Sistem Komunikasi
Pompa BBM
d) Radio Komunikasi
1) Alur Pelayaran
Alur pelayaran adalah bagian perairan pelabuhan yang berfungsi sebagai jalan
masuk atau keluar bagi kapal-kapal yang berlabuh.
a) Navigasi yang mudah dan aman untuk memberikan kemudahan bagi kapal-
kapal yang melakukan gerak manuver.
b) Karakteristik kapal yang akan dilayani (panjang, lebar, sarat).
c) Mode operasional alur pelayaran: satu arah atau dua arah.
d) Batimetri alur pelayaran (kondisi dasar sungai/laut, jaringan pipa, kabel
bawah laut, dan lain-lain).
e) Kondisi hidro-oseanografi: arus, gelombang, pasang surut.
f) Kondisi meteorologi, terutama kecepatan dan arah angin.
g) Tingkat pelayanan yang disyaratkan: kapal dapat melayari alur pelayaran
setiap saat atau hanya pada saat laut pasang.
h) Kondisi geoteknik dasar alur pelayaran.
i) Parameter-parameter kapal yang akan dilayani harus ditentukan lebih
dahulu, agar fasilitas pelabuhan yang dibangun termasuk alur pelayaran
dapat berfungsi dengan baik.
Besaran ini menyatakan jumlah isi (volume) ruang kapal secara keseluruhan
dalam satuan Registered Ton. 1 GT = 100 ft3.
Besaran ini menyatakan daya angkut total kapal dalam satuan metrik ton.
Besaran ini menyatakan bobot kapal tanpa muatan (dalam keadaan kosong)
dalam satuan metrik ton.
Panjang kapal diukur dari titik perpotongan badan kapal dengan permukaan
air.
f) Beam
Lebar kapal diukur dari bagian luar badan kapal atau dapat juga diartikan
sebagai lebar terbesar yang dimiliki kapal.
g) Draft/Draught
Dimensi tipikal alur pelayaran sesuai dengan kriteria di atas diterangkan lebih
lanjut pada Gambar selanjutnya.
A=WxL
dimana:
W = 9 B + 30 meter
Lebar kapal yang digunakan untuk desain lebar alur adalah kapal dengan lebar
terbesar, diambil sebesar 30m sehingga lebar alur W = 300m.
2) Kolam Pelabuhan
a) Kedalaman Kolam
Perairan kolam harus memiliki kedalaman yang cukup supaya kapal-kapal
dapat keluar-masuk dengan aman pada saat air surut terendah (LLWL).
Kedalaman kolam dihitung dengan persamaan di bawah ini.
D = d + ½H + S + C
dimana:
Kawasan kolam tempat kapal melakukan gerak putar untuk berganti haluan
harus direncanakan sedemikian rupa sehingga memberikan ruang cukup luas
dan kenyamanan.
D = 2 x LOA
dimana:
Ada banyak jenis bangunan pelindung pelabuhan. Perlu tidaknya suatu jenis
bangunan pelindung tertentu di pelabuhan ditentukan oleh banyak faktor,
misalnya besar dan arah gelombang, sedimentasi, arus, dan lain-lain. Berikut ini
dijelaskan beberapa bangunan pelindung yang mungkin dibutuhkan dalam
perencanaan pelabuhan ini. Bangunan revetment yang berfungsi untuk
melindungi tebing pantai dari erosi atau abrasi. Gambar berikut menyajikan
tipikal revetment.
4) Dermaga
a) Elevasi Dermaga
Elevasi dermaga dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat pasang tinggi
air tidak melimpas ke permukaan dermaga. Penentuan elevasi lantai
dermaga sesuai dengan kondisi pasang surut yaitu:
E = HHWL + 1/2H + F
dimana:
H = tinggi gelombang.
b) Struktur Dermaga
c) Panjang Dermaga
d) Lebar Apron
Lebar apron adalah jarak antara tepi luar dermaga dengan tepi gedung yang
merupakan tempat untuk menempatkan barang atau cargo sementara
sebelum ke gudang.
Lokasi dermaga bongkar dan muat berada di satu tempat (tempat yang
sama). Ukuran dermaga ditentukan berdasarkan kebutuhan dermaga yang
paling besar antara kegiatan bongkar dan muat. Kriteria perencanaan
dermaga bongkar dan muat disajikan di bawah ini.
Dermaga Bongkar
n LU Q
L S
Dc U T
dimana:
= 1.1 x LOA
S = faktor ketidakteraturan.
Dermaga Muat
n LU TS
L S
Dc T
dimana:
= 1.1 x LOA,
S = faktor ketidakteraturan.
e) Sistem Fender
Sistem fender ditujukan untuk menjamin kapal pada saat berlabuh dari
kerusakan yang mungkin terjadi karena benturan antara lambung kapal
dengan dermaga. Berdasarkan fungsinya fender dibagi menjadi 2 jenis, seperti
diuraikan di bawah ini.
Energi yang bekerja pada fender secara umum dihitung dengan formula:
Wa v 2
Ek Cm Ce Cc Cs
2g
dimana:
Ce = koefisien eksentrisitas.
f) Alat-alat Penambat
dimana:
Kajian aspek ekonomi berupa analisis untuk mengetahui besarnya investasi yang diperlukan
untuk melaksanakan pembangunan fisik, pengadaan peralatan, maupun dana operasional
yang diperlukan selama awal masa beroperasi.
Selain dari besarnya investasi juga asumsi sumber pendanaan dengan segala konsekuensi
pembebanan keuangan yang diperlukan. Apabila sumber dana pengembangan adalah
pemerintah, artinya dibiayai dari dana pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan
kepada masyarakat, maka titik berat analisis adalah aspek sosial provitabilitas (social
provitability) yang menekankan seberapa jauh manfaat pengembangan kepada masyarakat.
Sedangkan apabila sumber dana pengembangan dibiayai oleh swasta (private investor) atau
perbankan, maka analisis dititikberatkan pada hasil analisis financial yaitu berupa :
Keputusan investasi akan terlihat apakah investasi yang dipilih akan memberikan
keuntungan atau tidak;
Keputusan pendanaan berkaitan dengan upaya memperoleh dana (rissing fund)
untuk alternatif investasi yang terpilih dalam keputusan investasi.
Analisis kelayakan pengembangan melalui perhitungan Net Present Value (NPV); Net B/C
Ratio, Internal Rate of Return (IRR); Rate of Return On Investment (ROI); Payback Period (PBP);
dan Break Even Point (BEP).
dimana :
dimana :
Sedang untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan bagi aliran tunai yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan investasi untuk menutup semua biaya/ modal
awalnya, digunakan kriteria Payback Period (PBP) yang dihitung dengan
menggunakan formula :
dimana :
dimana :
TI = total investasi.
Break Even Point (BEP), merupakan sebuah pengukuran untuk mengetahui berapa
volume/kapasitas produksi minimum agar investasi itu tidak menderita rugi tetapi
juga belum memperoleh keuntungan/laba, yang diformulasikan sebagai berikut :
di mana :
TP = total produksi.
Aspek manajemen dalam hal ini adalah untuk melihat system manajemen yang ada dalam
proses kegiatan pelabuhan diutamakan dalam hal pengelolaan menyangkut tanggung jawab
dalam hal pengelolaan sarana fasilitas kegiatan pelabuhan yang ada di Sijantung serta juga
pengelolaan dalam hal jaringan pelayaran.
Tujuan
Melalui analisis ini dapat teridentifikasi potensi dan permasalahan dari lokasi pelabuhan
tersebut, sehingga akan mempengaruhi keputusan dalam penentuan rencana pengembangan
yang akan dipilih.
Metode Analisis
Mekanisme dasarnya meliputi strategi memanfaatkan potensi yang ada untuk menjawab dan
menutup kelemahan yang ada, serta memaksimalkan peluang untuk menjawab tantangan
yang ada.
Faktor
Internal STRENGHTS WEAKNESSES
Faktor Eksternal
STRATEGI SO STRATEGI WO
Pakailah kekuatan untuk Tanggulangi kelemahan dengan
memanfaakan peluang: memanfaatkan peluang:
OPPORTUNITIES
1. 1.
2. 2.
3. 3.
STRATEGI ST STRATEGI WT
Pakai potensi untuk Perkecil kelemahan dan hindari
memanfaatkan ancaman: ancaman:
THREATS
1. 1.
2. 2.
3. 3.
Berdasarkan matriks tersebut, maka dapat dilihat terdapat beberapa rencana strategis yang
dapat dilakukan, yaitu :
STRATEGI - SO
Strategi SO dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam
lingkungan eksternal. Dengan kata lain, penyelenggara pelabuhan harus mampu
meraih semua peluang berdasarkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki. Setiap peluang
harus ditangkap berdasarkan pertimbangan kekuatan yang dimiliki, bukan sekedar
karena adanya peluang tersebut.
STRATEGI - WO
maka perlu dicari jalan keluarnya, agar ancaman tersebut tidak akan memberikan
dampak negatif yang terlalu besar.
STRATEGI - WT
Berikut ini adalah Jadwal Pelaksanaan pekerjaan yang diuraikan sesuai tahapan pekerjaan
dan kerangka waktu secara sinkron dengan Metodologi yang telah disajikan pada bab 3
laporan ini.
A. TENAGA AHLI
1. Ahli Kepelabuhanan (Team Leader)
Kualifikasi pendidikan Magister Teknik Sipil dengan pengalaman 5 (lima) tahun atau S1
dengan pengalaman kerja 8 (delapan) tahun pada bidang yang sejenis. Melakukan
koordinasi semua kegiatan tim agar sasaran dapat tercapai, bertindak sebagai pejabat
penghubung antara tim dan pemberi kerja, bekerjasama dengan anggota tim lainnya
menentukan metoda dan format, jenis data yang diperlukan untuk analisis, menentukan
desain standard, melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
kondisi, bekerja sama dengan ketua tim dan anggota tim lainnya dalam melaksanakan
semua pekerjaan.
5. Ahli Lingkungan
B. Tenaga Pendukung
1. Asisten Desain Grafis (Juru Gambar)
2. Administrasi
Jumlah
Posisi Pendidikan Kualifikasi Uraian Tugas
OB
Tenaga Ahli :
1. Team Leader/ S2 Teknik Ahli Sebagai Ketua Tim, memiliki tugas dan tanggung jawab : 6
Ahli Planologi Sipil Pelabuhan o Mengkoordinasikan seluruh tenaga ahli dan tenaga penunjang,
menyangkut tugas, hasil yang akan dicapai (output), jadwal penugasan
dan jadwal output pekerjaan;
o Bersama tim menyiapkan jadwal rinci, metodologi, dan outline serta
kisi-kisi laporan;
o Memimpin pembahasan yang dilakukan bersama Tim Teknis dan
Pihak lain yang terkait;
o Merumuskan kerangka pikir secara menyeluruh terhadap pekerjaan
yang akan dihasilkan;
o Berkonsentrasi kepada pekerjaan yang terkait dengan metode dan
rencana jadwal survei dan skenario peremajaan kawasan;
o Memberi masukan kepada tenaga ahli lain tentang jenis-jenis analisa
yang harus dilakukan untuk menunjang pekerjaan ini.
Sebagai Ahli Pelabuhan, memiliki tugas dan tanggung jawab:
o Bertindak sebagai pejabat penghubung antara tim dan pemberi kerja
o Bekerjasama dengan anggota tim lainnya menentukan metoda dan
format jenis data yang diperlukan untuk analisis
o Menentukan desain standard
o Melakukan koordinasi dengan instansi terkait
2. Ahli S2 Teknik Ahli Menangani analisa struktur ruang wilayah 6
Perencanaan Planologi Perencanaan Analisa perkembangan penggunaan ruang
Wilayah dan Wilayah Kota
Memberikan saran dan masukan dalam pengendalian pemanfaatan ruang
Kota
Jumlah
Posisi Pendidikan Kualifikasi Uraian Tugas
OB
Bertanggung jawab kepada team leader untuk semua kegiatan yang
menyangkut analisis wilayah dan pelabuhan ditinjau dari aspek sosio
ekonomi dan besarnya kebutuhan perjalanan yang akan ditimbulkannya
Bersama – sama tenaga ahli yang lain menyusun kebutuhan data untuk
melakukan analisis kondisi
Bekerja sama dengan ketua tim dan anggota tim lainnya dalam
melaksanakan semua pekerjaan
3. Ahli Arsitek S2 Teknik Ahli Bertanggung jawab terhadap materi tata bangunan dan lingkungan 3
Landscape Arsitekur Arsitektur Member masukan dalam kegiatan survey dan penentuan aturan-aturan
Landscape teknis khususnya aturan bangunan
Melakukan kerjasama dengan tenaga ahli lainnya terkait dengan
substansi kegiatan;
Bertanggung jawab kepada team leader mengenai keseluruhan kegiatan
pekerjaan dengan spesifikasi bidang rancang lansekap kota,
Menangani masalah perancangan bangunan (site plan) serta memberikan
saran dan masukan dalam meningkatkan efektifitas ruang
Bertanggung jawab kepada team leader untuk semua kegiatan yang
menyangkut analisis bangunan dan ruang ditinjau dari aspek arsitektur
Bersama – sama tenaga ahli yang lain menyusun kebutuhan data untuk
melakukan analisis kondisi
Bekerja sama dengan ketua tim dan anggota tim lainnya dalam
melaksanakan semua pekerjaan
4. Ahli Ekonomi Membantu Team Leader dalam mengkoordinasikan kegiatan dan terlibat 4
Pembangunanl S1 Ekonomi Ahli Ekonomi
dalam kegiatan survey dan diskusi dengan tenaga ahli dan pihak-pihak
Pembangunan lain yang terkait;
Bertanggung jawab kepada team leader mengenai keseluruhan kegiatan
pekerjaan dengan spesifikasi bidang ekonomi pembangunan;
Jumlah
Posisi Pendidikan Kualifikasi Uraian Tugas
OB
Mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi perekonomian kawasan
perencanaan,
Menganalisa pergeseran dan prospek perkembangan kegiatan ekonomi
kawasan perencanaan,
Mengidentifikasi potensi-potensi ekonomi lokal,
Merencanakan pola investasi yang dapat mendukung pengembangan
ekonomi kawasan perencanaan,
Melakukan kajian aspek ekonomi yang berhubungan dengan
perkembangan kawasan,
Melakukan analisa terkait pertumbuhan ekonomi wilayah dan pengaruh
pembangunan pelabuhan
5. Ahli S1 Teknik Ahli Sarana Melaksanakan semua pekerjaan yang diterimanya, sesuai dengan job 6
Lingkungan Lingkungan Prasarana description dan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.
Lingkungan Mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan bidang studi yang
berhubungan dengan lingkungan.
Menginterpretasikan data-data yang masuk dari surveyor untuk dijadikan
acuan dalam menghasilkan keluaran.
Melakukan konsultasi tentang pekerjaan kepada Ketua Tim secara intern,
dan kepada Pemda atau pemberi tugas secara ekstern.
Menetapkan metode dan format serta data-data maupun informasi yang
dibutuhkan dalam proses survey dan identifikasi potensi dan masalah
yang berkaitan dengan keahlian dibidang lingkungan
Melakukan kajian aspek lingkungan beserta permasalahannya
Mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang ada di wilayah studi
beserta dampak yang akan timbul dari kegiatan pembangunan
Jumlah
Posisi Pendidikan Kualifikasi Uraian Tugas
OB
Melakukan koordinasi dengan ketua tim atas hasil kajian sebagai
masukan dalam perumusan konsep dan strategi serta rencana
Tenaga Pendukung :
1. Desain Grafis D3 Teknik Ahli Gambar Menggambar peta dalam bentuk digital 3
Bertugas menyusun peta-peta
Membuat gambar hasil analisa dan evaluasi hasil studi dan master plan
dalam bentuk komunikasi visual, ilustrasi, tipografi, fotografi atau grafis
motion selalu melaporkan tugasnya kepada Ahli Desain Grafis untuk
dikoreksi.
2. Administrasi D3 Ahli Bertugas membantu melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan 6
Administrasi Administrasi administrasi.
Menyiapkan kelengkapan administrasi selama pelaksanaan kegiatan.