Anda di halaman 1dari 8

Melewati Kematian, Melampaui Kefanaan

Dari sekian banyak misteri yang belum diketahui oleh akal budi manusia, misteri mengenai
kematian dan kehidupan setelah kematian merupakan misteri yang terbesar dan sering
menimbulkan rasa takut yang tersembunyi di dalam lubuk hati siapa saja yang
membayangkannya. Setelah sekian lama lalu lalang di dalam kehidupan dengan berbagai
pengalaman suka dan duka yang begitu beraneka, dengan begitu banyak teman, saudara, kekasih,
dan urusan-urusan kehidupan yang begitu kompleks, penuh tantangan, sekaligus dinamis dan
mengasyikkan, rasanya sebuah fakta tak terelakkan mengenai kematian menjadi hal terakhir
yang ingin kita pikirkan dalam kehidupan ini. Sebuah bentuk keberadaan baru yang sama sekali
asing bagi kita, di situ ada tanda tanya besar, ada kesedihan meninggalkan hidup yang begitu
menggairahkan, dan tentunya…kesunyian, karena menghadapi kematian, manusia menjadi
seorang diri saja, seperti saat datangnya.
Sayangnya, kematian begitu pasti, tidak terelakkan. Semua manusia akan berurusan dengannya,
suka atau tidak suka, hanya masalah waktu saja. Akhirnya, walaupun pada suatu hari dan
perlahan-lahan manusia bisa berdamai dengan kepastian hidup yang bernama kematian,
kematian tetaplah menghadirkan sensasi kegelapan dan kesunyian yang sulit untuk dibayangkan.
Namun syukur kepada Allah Bapa Sang Raja Semesta, karena karunia iman dari Tuhan dan cinta
Tuhan kepada manusia yang dinyatakan-Nya melalui Kitab Suci dan pengajaran Gereja-Nya,
manusia mempunyai sumber kekuatan yang tak terbatas, melampaui rasa takut dan
ketidakberdayaannya dalam berhadapan dengan sang maut. Gereja mengajak kita untuk
memandang kematian justru sebagai sebuah awal dari bentuk hidup yang baru, sebuah
transformasi yang menjadi sarana paling indah untuk berjumpa dan bersatu kembali dengan
Tuhan Sang Pencipta, yang sebenarnya sudah kita rindukan sejak awal kehadiran kita di dalam
peziarahan di dunia. Kerinduan yang sering tidak kita sadari, bahkan sebetulnya sering kita
pungkiri, dengan segala macam dalih dunia yang meninabobokan jiwa kita.
Sebuah ilustrasi menarik dari sumber yang tidak diketahui pernah beredar di sirkulasi email.
Dikisahkan seekor anjing yang sedang terpisah beberapa minggu dari tuannya yang sedang
dirawat di rumah sakit. Suatu hari seorang kerabat berinisiatif memberi kejutan yang
menyenangkan dengan membawa anjing itu ke rumah sakit supaya bisa menemui tuannya
sejenak dan supaya mereka bisa saling berjumpa melepas rindu. Hari itu tanpa sepengetahuan si
kerabat, si tuan rupanya sedang menjalani pemeriksaan kesehatan di ruang lain pada saat
anjingnya itu tiba. Sampai di sebuah lantai yang masih berada jauh dari kamar rawat inap si tuan,
tiba-tiba si anjing melompat dan mencoba berontak dari pegangannya, berusaha memasuki
sebuah ruangan yang pintunya tertutup. Si kerabat keheranan melihat tingkah laku si anjing,
sementara anjing itu mulai menggaruk-garuk pintu ruang tertutup itu dengan kaki depannya
sambil menggonggong dan mengibas-ngibaskan ekornya dengan sukacita. Sang kerabat sama
sekali tidak tahu bahwa tuan si anjing sedang berada di dalam ruangan itu untuk sebuah
pemeriksaan, tetapi anjing yang setia itu tahu dari indra penciumannya dan dari instingnya,
bahwa tuan yang dirindukannya sedang berada di balik pintu dan ia tak sabar untuk segera
menemuinya. Ketika pintu itu akhirnya dibuka dari dalam, si anjing menerjang masuk dan
melompat ke dalam pelukan tuannya, yang merasa amat gembira dengan kejutan indah hari itu.
Antusiasme dan sukacita anjing itu mewakili sikap manusia menghadapi kematian dalam terang
iman. Si anjing dengan antusias mencoba untuk masuk ke dalam ruangan yang sama sekali tak
pernah diketahuinya, bahkan ia tak akan bisa tahu apabila ternyata ada bahaya atau sesuatu yang
tidak menyenangkan menantinya di balik pintu, tetapi ia tidak peduli, karena yang paling penting
adalah ia tahu siapa yang berada di balik pintu yang tertutup itu, sosok tuan yang dikasihinya,
yang sangat dikenalnya karena selalu menyayangi dan memeliharanya dengan penuh kasih
sayang setiap hari. Dan selama ada orang itu, di manapun juga, bahkan di tempat yang sama
sekali asing sekalipun, ia tahu ia akan baik-baik saja, ia tahu ia akan bersukacita.
Itulah gambaran iman manusia yang telah mengenal kasih karunia Allah Bapa dan telah
diselamatkan oleh kasih setia Tuhan Yesus yang telah menderita sengsara begitu dalam dan
wafat bagi kita. Misteri itu tidak perlu menakutkan lagi, karena kita tahu Siapa yang menunggu
kita di balik pintu yang tertutup itu. Kita tahu (dan bukan hanya yakin) bahwa Tuhan sudah
menunggu kita di balik kematian untuk bersama dengan kita selamanya. Namun kita hanya akan
benar-benar tahu, bila seumur hidup yang singkat ini kita terus mengejar pengetahuan akan jalan-
jalan-Nya, sehingga kata-kata Yesus sungguh menjadi kenyataan ketika Ia berkata, “supaya di
tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yoh 14: 3c). Usaha kita untuk mengejar
pengetahuan akan jalan-Nya hanya terjadi bila kita berusaha sepanjang waktu untuk mencari
dahulu Kerajaan Allah, di atas kesenangan-kesenangan pribadi kita, walaupun seringkali hal itu
sukar karena kita harus menyangkal diri dan menyalibkan diri sendiri, “Tetapi carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat
6:33). Akhir kehidupan yang selalu dipenuhi persekutuan dan hadirat-Nya itu membuat kita tahu
bahwa saat itu Tuhan akan berkata seperti dalam Mat 25:23, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai
hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang
kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah
dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Kalaupun di akhir kehidupan ini, kita belum sempat
menuntaskan bagian kita untuk sepenuhnya berada di dalam hadirat-Nya, Gereja mengajarkan
bahwa kerahiman-Nya melalui proses pemurnian di dunia baka, sanggup memberikan kita
kepastian akan akhir yang membahagiakan.
Demikianlah iman dan kasih yang dicurahkan Tuhan melalui kekayaan pengajaran Gereja-Nya,
tidak hanya membekali manusia menghadapi kematiannya sendiri, tetapi juga memberikan
kekuatan pada saat manusia menghadapi kematian orang-orang terdekat yang sangat dikasihi.
Suatu hari, pada peringatan duapuluh tahun meninggalnya paman saya, sepupu saya yang adalah
anak paman yang tertua, bertanya-tanya dengan sedih, bagaimana kita bisa tetap berhubungan
secara nyata, atau setidak-tidaknya berkontak batin, atau sedikit saling mengetahui perasaan satu
sama lain, dengan orang-orang terkasih yang telah meninggal dunia. Pada waktu-waktu tertentu,
ia amat merindukan ayahnya, dan ia berharap ia bisa berkomunikasi secara nyata dengan
ayahnya, seperti halnya kalau saya sesekali menelpon ayah saya, mengirim email, atau bicara
melalui skype dari tempat tinggal saya yang jauh dari ayah. “Aku ingin bisa menjumpainya
dalam mimpiku, atau mendengarnya berbisik di dalam doaku, atau merasakan kehadirannya
dalam kesendirianku bersama Tuhan dalam waktu-waktu doaku, tetapi ayah seperti lenyap tak
berbekas, gone with the wind, “ sepupu saya bercerita dengan sendu.
Saya tercenung, tetapi lalu saya tergerak untuk mengatakan kepadanya, bahwa Tuhan yang selalu
kita ajak bicara setiap saat dalam doa dan pujian penyembahan, juga tidak pernah kita lihat
wujud-Nya, pun tidak pernah kita dengar suara-Nya. “Tetapi kita tahu bahwa Ia ada di sana, Ia
hadir, dan Ia selalu bersama kita untuk menolong kita dalam pergumulan hidup sehari-hari”,
kataku. Iman dan cinta-Nya membuat kita yakin dan bahkan mengalami terus penyertaan-Nya
walaupun secara panca indera, kita sama sekali tidak mampu menangkap keberadaan-Nya.
“Maut tidak bisa memisahkan kita dengan orang-orang yang kita cintai, Kak, tidak seharusnya
begitu, karena aku percaya Tuhan tidak bermaksud begitu, kataku, “kita hanya belajar untuk
berhubungan dan berelasi dengan mereka dengan cara yang baru, dan mengembangkan bentuk
relasi yang baru itu melalui kerahiman Allah yang selalu merangkul kita sebagai satu keluarga,
baik di dalam hidup maupun melewati hidup. Kita adalah satu keluarga besar di dalam Allah
Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus, dan maut tidak membuat kekeluargaan dalam Dia itu
berakhir.” Lalu saya membuka Kitab Suci dan mengingatkan salah satu ayat favorit saya itu
kepada sepupu saya, “Ini buktinya”, dan saya baca perlahan-lahan dari Roma 8:38-39, “Sebab
aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-
pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di
atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita
dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. “ Tuhan mengasihi kita begitu rupa,
sehingga kita dikaruniai ayah, ibu, para saudara dan sahabat serta para kekasih hati. Kehadiran
dan cinta mereka di dalam hidup kita adalah tidak terpisahkan dari kasih Allah sendiri di dalam
hidup kita. Maka jika kita berpisah untuk sementara karena kematian, seperti juga maut itu tidak
akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, demikianlah maut yang sama tidak memisahkan
kita dari kasih kita satu sama lain kepada orang-orang terdekat, sekalipun mereka sudah tidak
lagi bersama-sama kita secara fisik di dalam dunia ini.
Pada hari Peringatan Arwah Semua Orang Beriman tanggal 2 November, Gereja mengajak
anggota-anggota Tubuh Kristus untuk merenungkan dan menggali harta kekayaan sebagai tanda
nyata kehangatan kasih Allah Bapa yang mempersatukan semua anggota Tubuh Kristus, baik
yang masih mengembara di dunia maupun yang sudah mulia di Surga, bersama-sama berdoa
bagi mereka yang masih disucikan di dalam pemurnian. Kehangatan kasih saling mendoakan
yang melewati batas-batas dunia fana itu menjadi suatu pesan yang amat kuat bahwa kehangatan
kasih Bapa mengalahkan segala bentuk kegelapan, kesunyian, dan kesendirian yang dirasakan
manusia menyangkut kematian. Perayaan Ekaristi yang diadakan di gereja maupun di pekuburan
tempat peristirahatan terakhir anggota Tubuh Kristus yang telah berpulang, menyiratkan harapan
yang begitu nyata akan kerahiman Tuhan yang melampaui hidup dan kematian. Seperti yang
dapat kita baca di dalam Katekismus Gereja Katolik, diajarkannya kekayaan sedemikian:
1475. Dalam persekutuan para kudus, “diantara para beriman apakah mereka telah ada di
dalam tanah air surgawi atau masih menyilih di tempat penyucian atau masih berziarah di dunia
– benar-benar terdapat satu ikatan cinta yang tetap dan satu pertukaran kekayaan yang
berlimpah” (ibid.). Dalam pertukaran yang mengagumkan ini kekudusan seseorang dapat
berguna untuk orang lain, dan malahan lebih daripada dosa seseorang dapat merugikan orang
lain. Dengan demikian penggunaan persekutuan para kudus dapat membantu pendosa yang
menyesal, bahwa ia lebih cepat dan lebih berdaya guna dibersihkan dari siksa-siksa dosanya.
Ada banyak nilai-nilai iman dan kasih dari kehidupan yang diberikan Tuhan, yang tidak dapat
ditaklukkan oleh maut, betapapun kuatnya cengkeraman maut itu terhadap hidup manusia.
Kepedulian kita yang masih mengembara di dunia untuk mempersembahkan doa-doa kita
bersama para Kudus demi penebusan saudara-saudara kita yang masih berada di api penyucian
adalah suatu bukti nyata dari nilai iman dan kasih itu. Dan puncak dari kemenangan Tuhan atas
sengat maut yang melumpuhkan manusia itu terjadi pada hari Paskah, ketika Yesus bangkit dari
maut untuk membawa manusia yang percaya kepada-Nya menuju kepada hidup berkelimpahan
yang abadi, di mana segala bentuk kasih Tuhan yang kekal kepada seluruh ciptaan dirayakan dan
dihayati dalam segala keutuhan dan kesempurnaan. Tuhan tidak pernah membiarkan kita
sendirian dalam perjalanan akhir kita menuju ke sana. Hari Peringatan Arwah Semua Orang
Kudus dan Peringatan Arwah Semua Orang Beriman mengingatkan kita akan kerahiman dan
penyertaan-Nya yang tak pernah berhenti kepada masing-masing dari kita yang mengasihi Tuhan
dan mencari kehendak-Nya dengan segenap hati, dalam hidup ini, sampai terus melewati
kematian. Semoga kita menanggapinya dengan semangat cinta yang sepenuhnya. (Triastuti)
19/12/2018

POSTS | KURSUS
CAECILIA TRIASTUTI
Caecilia Triastuti berdomisili di Malang. Ia menyelesaikan Advanced Diploma dalam bidang
Christian Counseling and Family Therapy dari Australian Institute of Family Counseling di
Brisbane, Australia (2014). Ia membantu Katolisitas terutama dalam mengkoordinasikan
renungan dan kesaksian iman.
WEBSITE :

11
TINGGALKAN PESAN
Please Login to comment

Guest

Romo Domingos Bian


Renungan anda menjadi inspirasi untuk para umat di Timor Leste lebih-lebih Keluarga besar Radio Timor
kmanek Dili.
Trima kasih

7 years ago

Author

Caecilia Triastuti
Terima kasih kembali Romo Domingos Bian, salam dan doa kami untuk saudara-saudara kami umat di Timor Leste
khususnya keluarga besar Radio Timor Kmanek Dili, semoga kasih dan penyertaan Bapa senantiasa menguatkan
perjalanan iman kita semua.

6 years ago

Guest

vincensius susilo
Mohon maaf atas ketidaktahuan saya. Saya mau tanya apakah kepercayaan Katolik (Gereja Katolik)juga
mengenal adanya Malaikat Tuhan yang diutus menemui kita sesaat setelah kematian sebagaimana yang
diimani oleh saudara kita yang beragama Muslim? Setahu saya yang banyak dibahas keterlibatan Malaikat
Tuhan adalah saat menjelang kelahiran Yesus (Malaikat Gabriel yang memberitakan kabar gembira dan
balatentara surga yang mengabarkan kepada para gembala tentang kelahiran Tuhan Yesus). Apakah dalam
pengadilan oleh Yesus setelah kematian, kita juga didampingi oleh Malaikat yang menjadi pembela kita? atau
bahkan ada juga Malaikat yang tugasnya menuntut kita (semacam Jaksa)? Adakah di Kitab Suci atau sumber
yang lain yang… Read more »

7 years ago

Member

Ingrid Listiati
Shalom Vincensius Susilo, Sekilas tentang Malaikat pelindung, sudah pernah dituliskan di sini, silakan klik. Maka
menurut ajaran iman Katolik, kepada setiap manusia, Tuhan mengutus malaikat pelindung untuk mendampingi
seluruh kehidupannya, dan bukan hanya menjelang kematian atau setelah kematian. Dikatakan dalam Katekismus
bahwa Malaikat Pelindung ini bertugas untuk melindungi manusia dan memperhatikan keselamatan manusia. Tidak
dikatakan secara eksplisit peran malaikat pelindung pada saat setiap manusia kelak diadili oleh Kristus. Namun yang
jelas dikatakan bahwa Malaikat Pelindung itu akan mendampingi manusia selama hidupnya, artinya secara implisit
juga termasuk kehidupan manusia setelah kehidupan di dunia ini. Selanjutnya tentang malaikat ini, silakan membaca
Katekismus… Read more »

7 years ago

Guest

Aloysius Siswanto
Terimakasih Caecilia Triastuti
Tulisannya baik mudah dipahami
Tuhan Yesus senatiasa menyertai Anda dalam berkarya. Amin

7 years ago

Guest

monica widiastuti
kalau mulai skrg kita belajar untuk selalu lebih dekat dengan Tuhan yaitu melalui saat teduh, membaca firman
Tuhan, maka Tuhan akan selalu menyertai hidup kita, maka kita diharapkan tidak takut lagi, apalagi kawatir
menghadapi persoalan hidup yg semakin tambah rumit ini, karena Tuhan akan memberikan jalan. Maka bila
kita tetap setia di dalam Tuhan, sekalipun menghadapi maut, kita tidak akan merasa takut lagi, karena Tuhan
ada bersama sepanjang hidup kita, yakinlah. Mulailah saat ini juga untuk selalu dekat dg Tuhan dg berbagai
cara yg anda tempuh entah itu saat teduh, pendalaman iman, pelayanan di gereja dan tingkatkan kepedulian
kita kepada… Read more »

7 years ago

Guest

Lukas Cung
Shalom Monica Widiastuti,

Saya sangat setuju dengan yang Anda tulis: “Mulailah saat ini juga untuk selalu dekat dg Tuhan dg berbagai cara yg
anda tempuh entah itu saat teduh, pendalaman iman, pelayanan di gereja dan tingkatkan kepedulian kita kepada
sesama yg menderita.”

Dan, perkenankanlah saya bertanya: menyangkut tulisan di atas, mungkinkah Anda sekedar lupa menuliskan satu
cara lagi yang paling penting dan luar biasa, yang selama ini telah Anda tempuh untuk selalu dekat dengan Tuhan,
yaitu melalui perayaan Ekaristi?

Lukas Cung

7 years ago

Guest

simon m .tulasi
katolisitas dan teman2 koment:persipan menghadapi kematian? Menyebut kematian saja banyak sdh takut.
Mengapa? Padahal kematian adalah SATU KEPASTIAN di antara 1001 kepastian,yg tdk dpt ditolak. Bagi saya utk
menghadapinya adalah” berpasrah kepada TUHAN” dan dibarengi dng beberapa hal pokok yg harus kita lakukan:
Ekaristi Kudus, berdoa, beramal dan berpuasa, dlm Injil, Yesus berkata : apabila kamu berpuasa, apabila kamu
berdoa, apabila kamu beramal (saya tdk ingat di Injil apa, bab dan ayatnya), jika kita amati kalimat ini dengan kata
“apabila” seperti kita akan lakukan “kapan2”, suka hati….tb jika kita renungkan dengan sungguh2, akan bermakna
bahwa adalah kewajiban utk melaksanakan puasa,… Read more »

7 years ago

Guest

Winnie
Shalom, saya mau bertanya selepas saja kita mati ke manakah Roh kita akan pergi? Kalaulah pergi api
pencucian atau syurga, apakah maksud doktrin gereja ,berkata ia akan datang untuk mengadili orang yang
hidup atau mati?
[Dari Katolisitas: silakan membaca di artikel: Apa yang terjadi setelah kematian, silakan klik. dan di
artikel: Tentang Pengadilan khusus dan Pengadilan umum, silakan klik]

8 years ago

Guest

Darius
terimakasi katolisitas atas renungan ini, semoga semua umat beriman senantiasa teguh dalam iman dalam
menghadapi kehidupan akhirat yang tidak terjangkau oleh pikiran kita. maha Kuasa Engkau Ya Tuhan.
Terpujilah Engkau sepanjang segala masa.amin

8 years ago

Guest

Machmud
Syalom mbak Triastuti

Hidup didalam Tuhan, baik maut maupun kematian tidak lagi menakutkan.
Maut sudah dikalahkan oleh Tuhan, dan kematian berarti bertemu dengan Tuhan suatu yang sangat kita dambakan,
seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus : Hidup ini untuk Tuhan dan mati itu untung (mengapa sebab akan bertemu
dengan Tuhan. Apa artinya bertemu dengan Tuhan :bertemu dengan semua kebahagiaan yang abadi)

Mac

Anda mungkin juga menyukai