Anda di halaman 1dari 22

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas


Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan, yang
merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO, 1959).
Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan
Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan
masyarakat yaitu :
1. Ilmu Keperawatan
Konsep keperawatan di karakteristikkan oleh 4 komponen konsep pokok yang menjadi paradigma
dalam keperawatan, dimana menggambarkan hubungan teori–teori yang membentuk susunan yang
mengatur teori–teori tersebut berhubungan satu dengan lainnya yaitu : konsep manusia, konsep
kesehatan, konsep masyarakat dan konsep keperawatan (Christine Ibrahim, 1986).
2. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dalam mengaplikasikan praktik asuhan keperawatan dalam komunitas diperlukan pengetahuan
penunjang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, dalam melihat perspektif proses
terjadinya masalah kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan ilmu epidemiologi, ilmu
statistik kesehatan sehingga masalah tersebut diketahui faktor penyebab dan alternatif
pemecahannya. Termasuk juga diperlukan pemahaman tentang konsep puskesmas, PHC atau
posyandu dan untuk merubah perilaku masyarakat diperlukan pengetahuan yang berkaitan dengan
pendidikan kesehatan masyarakat (Soekidjo Notoadmojo, 2003).
3. Ilmu Sosial (Peran Serta Masyarakat)
Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh seorang perawat
kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya, sebab dia akan berhadapan dengan
kelompok–kelompok sosial dalam masyarakat.
Pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu pengembangan dan pengorganisasian
masyarakat, pendekatan edukatif dan teori tentang pendekatan perubahan perilaku. Hal ini bisa
dirasakan oleh perawat saat menjalankan tugas, peran dan fungsinya dalam keluarga, kelompok
atau masyarakat dengan berbagai latar belakang agama, budaya, pendidikan, ekonomi, norma, adat
istiadat dan aturan–aturan yang berlaku dalam masyarakat (Nasrul Effendi, 1999). Dengan
memahami pengetahuan ilmu sosial perawat kesehatan masyarakat dapat melakukan pendekatan
untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang positif dalam memelihara kesehatan keluarga,
kelompok dan masyarakat sehingga menuju kemandirian (self care), dimana mereka diharapkan
dapat mengenal dan merumuskan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi,
memprioritaskan dan mencari alternatif pemecahan masalah melalui perencanaan bersama,
kemudian melaksanakan kegiatan bersama berdasarkan perencanaan yang mereka buat serta
menilai hasil yang telah dicapai.
2.1.2 Pengertian Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. Selanjutnya
menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data, pengkajian,
perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979).
Jadi proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat
ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang langkah – langkahnya dimulai dari
(1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2) diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan.
(Wahit, 2005). Proses keperawatan pada komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok
khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan.
Dalam perawatan kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh – tokoh
masyarakat formal dan informal sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan keperawatan
secara terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar – benar mampu dan mandiri dalam
setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan.
2.1.3 Tujuan Dan Fungsi Proses Keperawatan
Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan :
1. Tujuan
Tujuan melakukan proses keperawatan dalam komunitas adalah :
a. Agar diperoleh hasil asuhan keperawatan komunitas yang bermutu, efektif dan efisien sesuai
dengan permasalahan yang terjadi pada masyarakat dan agar pelaksanaannya dilakukan secara
sistematis, dinamis, berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b. Meningkatkan status kesehatan masyarakat.
c. Untuk dapat mencapai tujuan ini maka perawat kesehatan komunitas harus memiliki
keterampilan dasar yang meliputi : epidemiologi, penelitian, pengajaran, organisasi masyarakat
dan hubungan interpersonal yang baik.
2. Fungsi
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dalam
kemandiriannya di bidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahabn masalah, komunikasi yang
efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahannya atau
kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya
dapat mempercepat proses penyembuhannya.
2.1.4 Langkah-Langkah Proses Keperawatan
Banyak ahli yang mendefinisikan tentang langkah – langkah proses keperawatan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Subdit Perawatan Kesehatan Masyarakat Depkes RI
Membagi dalam empat tahap yaitu : (1) Identifikasi, (2) Pengumpulan data (3) Rencana dan
kegiatan (4) serta Penilaian.
2. Freeman
Sedangkan Freeman membagi dalam enam tahap yaitu : (!) Membina hubungan saling percaya
dengan klien, (2) Pengkajian, (3) Penentuan tujuan bersama keluarga dan orang terdekat klien, (4)
Merencanakan tindakan bersama klien, (5) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana, dan (6)
Hasil evaluasi.
3. S.G Bailon
Membagi menjadi empat tahap yaitu : (1) Pengkajian, (2) Perencanaan, (3) Implementasi, dan (4)
Evaluasi. Dari pendapat – pendapat dari para ahli tersebut diatas, maka penulis menyimpulkan
bahwa pada dasarnya langkah – langkah dalam proses keperawatan komunitas adalah :
(1) Pengkajian
(2) Diagnosis Keperawatan
(3) Perencanaan
(4) Pelaksanaan
(5) Evaluasi atau penilaian
1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengolahan
data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas
masalah.
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah
kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual
serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena itu data tersebut harus akurat dan
dapat dilakukan analisa untuk pemecahan masalah. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam
pengumpulan data meliputi :
a. Data Inti
(1) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas dan studi
dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi daerah
binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, tipe komunitas
(masyarakat rural atau urban), keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas
dan pola perubahan komunitas.
(2) Data Demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau suku,
bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.
(3) Vital Statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang: angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian, angka
pertambahan anggota, angka kelahiran.
b. Status Kesehatan Komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistik antara lain: dari
angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR, cakupan imunisasi. Selanjutnya status kesehatan
komunitas kelompokkan berdasarkan kelompok umur : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan
lansia. Pada kelompok khusus di masyarakat: ibu hamil, pekerja industry, kelompok penyakit
kronis, penyakit menular. Adapaun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana dibawah ini :
1. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
2. Tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu tubuh.
3. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) :
a. ISPA
b. Penyakit asma
c. TBC paru
d. Penyakit kulit
e. Penyakit mata
f. Penyakit rheumatik
g. Penyakit jantung
h. Penyakit gangguan jiwa
i. Kelumpuhan
j. Penyakit menahun lainnya
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari :
a. Pola pemenuhan nutrisi
b. Pola pemenuhan cairan elektrolit
c. Pola istirahat tidur
d. Pola eliminasi
e. Pola aktivitas gerak
f. Pola pemenuhan kebersihan diri
6. Status psikososial
7. Status pertumbuhan dan perkembangan
8. Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
9. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
10. Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang
berlebihan, mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep,
penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.
c. Data lingkungan fisik
a) Pemukiman
1. Luas bangunan
2. Bentuk bangunan : rumah, petak, asrama, pavilion
3. Jenis bangunan : permanen, semi permanen, non permanen
4. Atap rumah : genteng, seng, kayu, asbes
5. Dinding : tembok, kayu, bambu
6. Lantai : semen, keramik, tanah
7. Ventilasi : ± 15 – 20% dari luas lantai
8. Pencahayaan : kurang, baik
9. Penerangan : kurang, baik
10. Kebersihan : kurang, baik
11. Pengaturan ruangan dan perabot : kurang, baik
12. Kelengkapan alat rumah tangga : kurang, baik
b) Sanitasi
1. Penyediaan air bersih (MCK)
2. Penyediaan air minum
3. Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana jarak dengan
sumber air
4. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
5. Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana cara pengelolaannya
: dibakar, ditimbun, atau cara lainnya
6. Polusi udara, air, tanah, atau suaran/kebisingan
7. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industry
c) Fasilitas
1. Peternakan, pertanian, perikanan dan lain – lain
2. Pekarangan
3. Sarana olahraga
4. Taman, lapangan
5. Ruang pertemuan
6. Sarana hiburan
7. Sarana ibadah
d) Batas – batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur dan selatan
e) Kondisi geografis
f) Pelayanan kesehatan dan sosial
1) Pelayanan kesehatan
(1) Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dari kader)
(2) Jumlah kunjungan
(3) Sistem rujukan
2) Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan)
(1) Lokasi
(2) Kepemilikan
(3) Kecukupan
3) Ekonomi
(1) Jenis pekerjaan
(2) Jumlah penghasilan rata – rata tiap bulan
(3) Jumlah pengeluaran rata – rata tiap bulan
(4) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia
d. Keamanan dan transportasi
a. Keamanan
1. System keamanan lingkungan
2. Penanggulangan kebakaran
3. Penanggulangan bencana
4. Penanggulangan polusi, udara dan air tanah
b. Transportasi
1. Kondisi jalan
2. Jenis transportasi yang dimiliki
3. Sarana transportasi yang ada
e. Politik dan pemerintahan
1. Sistem pengorganisasian
2. Struktur organisasi
3. Kelompok organisasi dalam komunitas
4. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
f. Sistem komunikasi
1. Sarana umum komunikasi
2. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
3. Cara penyebaran informasi
g. Pendidikan
1. Tingkat pendidikan komunitas
2. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
3. Jenis bahasa yang digunakan
h. Rekreasi
1. Kebiasaan rekreasi
2. Fasilitas tempat rekreasi
(a) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.
1. Data subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga,
kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2. Data obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
(b) Sumber Data
(1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat
dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
(2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat
kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).
(c) Cara Pengumpulan Data
1. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab antara perawat
dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara
atau anamnesa dicatat dalam format proses keperawatan.
2. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik, psikologis, perilaku
dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosis keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang diberikan adalah
asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu
menegakkan diagnosis keperawatan dengan cara IPAP :
I = yaitu melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau keluarga yang sakit
P = yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba pada bagian tubuh yang mengalami
gangguan
A = yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan bunyi tubuh tertentu dan
biasanya perawat komunitas menggunakan stetoskop sebagai alat bantu untuk mendengarkan
denyut jantung, bising usus, suara paru
P = yaitu cara pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetukkan jari
telunjuk atau alat hammer pada bagian tubuh yang diperiksa.
2. Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai berikut:
1. Klasifikasi data atau kategorisasi data
Cara mengkategorikan data :
a. Karakteristik demografi
b. Karakteristik geografi
c. Karakteristik sosial ekonomi
d. Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & Mc Farlene 1988. Community as Client)
2. Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3. Tabulasi data
4. Interpretasi data

3. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah
yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan
analisis data :
1. Menetapkan kebutuhan community
2. Menetapkan kekuatan
3. Mengidentifikasi pola respon community
4. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
4. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi.
Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh
karena itu diperlukan prioritas masalah.
5. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, diantaranya adalah :
1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Abraham H.
Maslow yaitu :
1. Keadaan yang mengancam kehidupan
2. Keadaan yang mengancam kesehatan
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai dengan prioritas
(penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas adalah format penapisan menurut
Meuke dan Stanhope, Lancaster 1988 :
1. Format A (Meuke) : Seleksi atau penapisan diagnosa kesehatan komunitas
2. Format B (Stanhope dan Lancaster 1988)
Format B : Prioritas masalah (Stanhope dan Lancaster 1988)
2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan
masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. (American Nurses of
Association ) jadi diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat, dan pasti
tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi (potensial). Diagnosis keperawatan
mengandung komponen utama yaitu :
1) Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi
2) Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
c. Interaksi perilaku dan lingkungan
3) Symptom atau gejala :
a. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
b. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1) Dengan rumus PES
Rumus : DK = P + E + S
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
S : Symptom atau gejala
2) Dengan rumus PE
Rumus : DK = P + E
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus mengandung 2 komponen tersebut
diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2) Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3) Partisipasi dan peran serta masyarakat
Sedangkan diagnosis keperawatan komunitas menurut Mueke, 1984 terdiri dari :
1) Masalah…………sehat………..sakit
2) Karakteristik populasi
3) Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)
Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family centered Nursing in the COMMUNITY
Diagnosis resiko :………………………….(masalah)
Diantara :………………………….(community)
Sehubungan dengan :………………………….(karakteristik community dan lingkungan)
Yang dimanifestasikan oleh/didemonstrasikan oleh :…………………(indikator
kesehatan/analisa data)
1) Resiko terjadinya diare di RW 02 Ds. Somowinangun Lamongan sehubungan dengan:
a. Sumber air tidak memenuhi syarat
b. Kebersihan perorangan kurang
c. Lingkungan yang buruk dimanifestasikan oleh : banyaknya sampah yang berserakan,
penggunaan sungai sebagai tempat mencuci, mandi, dan pembuangan kotoran (buang air besar)
2) Tingginya kejadian karies gigi SDN Somowinangun Lamongan sehubungan dengan :
a. Kurangnya pemeriksaan gigi
b. Kurangnya fluor pada air minum dimanifestasikan : 62% kariies dengan inspeksi pada murid-
murid SDN Somowinangun Lamongan
3) Kurangnya gizi pada balita di desa Somowinangun khusunya di RW.1 sehubungan dengan :
a. Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan
b. Kurangnya jumlah kader
c. Kurangnya jumlah posyandu
d. Kurangnya jumlah pengetahuan masyarakat tentang gizi
4) Resiko terjadinya penyakit dapat dicegah dengan imunisasi (PD3 I) di desa Somowinangun
RW.2 sehubungan dengan :
a. Cakupan imunisasi rendah
b. Kader kurang
c. Banyaknya drop out imunisasi
5) Terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (diare, ISPA, DBD) di desa X, RW.Y
sehubungan dengan :
a. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan
b. Terpaparnya lingkungan oleh bermacam polusi
c. Kurangnya kader kesehatan
6) Resiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut di RW.1 Ds. Somowinangun
sehubungan dengan :
a. Tidak adanya pembinaan pada usia lanjut
b. Tidak adanya wadah pada usia lanjut untuk meningkatkan kesehatan usila
c. Kurangnya informasi tentang kesehtan usia lanjut yang dimanifestasikan dengan : jumlah usia
lanjut : 200 orang, penyakit yang diderita usia lanjut : rematik 52,8%, hipertensi 32,42%, katarak
7%, diabetes mellitus 5,2%, dan lain-lain 3,29% dan usia lanjut yang memeriksakan kesehatannya
tidak teratur 45,4%
7) Resiko peningkatan kenakalan remaja di RT.01 RW.6 sehubungan dengan :
a. Kurangnya pengetahuan remaja dan keluarga tentang tugas perkembangan
b. Wadah organisasi pemuda tidak aktif lagi : karang taruna dan remaja masjid ditandai dengan :
jumlah remaja RW.6 83, remaja dengan kegiatan negatif : merokok 2,69%, minum-minuman keras
0,19%, dan main kartu 0,28%. Banyak remaja mengisi waktu luang berkumpul dengan teman
sebaya 38,8%, hasil observasi banyak ditemukan remaja berkumpul di gang-gang jalan , dan hasil
wawancara didapatkan cukup banyak remaja yang mengisi waktu dengan minum-minuman keras
dan merokok
8) Anemia ibu hamil di RW.1 Somowinangun Luntas Kab. Lamongan sehubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenal kebutuhan gizi ibu selama hamil yang
dimanifestasikan dengan :
a. 35,5% ibu hamil mengeluh pusing
b. 25% ibu hamil pucat dan lemah
c. 71,5% menyatakan kebutuhan makanan sel;ama hamil sama dengan saat tidak hamil, jumlah
kader yang aktif hanya 5 orang, kader tidak tersebar di semua RT, ada RT yang tidak mau menjadi
kader, 60% keluarga mengolah sayur dipotong dulu baru dicuci, 90% ibu hamil tidak mempunyai
KMS, 75% ibu hamil tidak memperoleh informasi tentang kebutuhan gizi ibu hamil, dan 20% ibu
hamil menyatakan kebutuhan gizinya kurang dari biasanya
9) Resiko timbulnya penyakit : diare, DHF, typhoid, ISPA, dan lain-lain sehubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat
kesehatan ditandai dengan :
a. Letak kandangdi dalam rumah 1,41%
b. System pembuangan air limbah sembarangan 5,71%
c. Jarak pembuangan sampah dengan rumah 30,29%
d. Tidak mempunyai temapt pembuangan sampah sementara 29,14%
e. Membuang sampah di sembarang tempat 18,86%
f. Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%
g. Penampungan air dalam kondisi terbuka 4%
h. Kondisi air berwarna 1,14%
i. Jarak sumber air dengan septik tank kurang dari 10 meter 10,8%
j. Rumah yang tidak mempunyai jendela 4,57%
k. Rumah yang pencahayaanya remang-remang 10,28%
l. Kasus penyakit yang paling sering diderita batuk pilek 67,42%
m. Tidak mempunyai tempat penampungan sampah sementara 29,14%
n. Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%
10) Potensi masyarakat RW.4 Ds. Somowinangun Lamongan dalam meningkatkan kesehatan balita
berhubungan dengan tingginys kesadaran ibu terhadap kesehatan balita yang ditunjang keaktifan
kader kesehatan dan petugas yang ditandai dengan :
a. Hampir seluruhnya balita dibawa ke posyandu setiap bulan 91,14%
b. Hampir seluruhnya balita telah mendapat imunisasi lengkap 86,08%
c. Hampir seluruhnya balita memiliki KMS 92,41%
d. Sebagian besar balita dalam garis hijau 71,23%
11) Resiko terjadi peningkatan angka kesakitan pada lansia di RW.4 berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara kesehatan lansia, yang ditandai dengan :
a. Jumlah lanjut usia 51 orang
b. Lansia yang mengalami keluhan penyakit 70,59%
c. Jenis penyakit yang diderita lansia : asma 5,88%, TB paru 3,92%, hipertensi 27,45%, DM 3,92%,
reumatik 31,37%, katarak 1,95%, dan lain-lain 8,33%
d. Upaya lansia untuk mencegah penyakit : non medis 13,88% dan diobati sendiri 8,33%
e. Lansia yang tidak mengisi waktu luang dengan kegiatan tertentu 23,5%
f. Belum adanya posyandu lansia
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. (Pusdiklat DJJ Keperawatan) jadi perencanaan
asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnose keperawatan yang telah
ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup : 1) Perumusan tujuan, 2)
Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, dan 3) Kriteria hasil untuk menilai
pencapaian tujuan.
1) Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi criteria sebagai berikut :
a. Berfokus pada masyarakat
b. Jelas dan singkat
c. Dapat diukur dan diobservasi
d. Realistic
e. Ada target waktu
f. Melibatkan peran serta masyarakat
Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi criteria yang mencakup :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan :
S : Subyek
P : Predikat
K.1 : Kondisi
K.2 : Kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan :
1) Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan
2) Perilaku yang diharapkan berubah
3) S : Specific
4) M : Measurable atau dapat diukur
5) A : Attainable atau dapat dicapai
6) R : Relevant/Realistic atau sesuai
7) T : Time-Bound atau waktu tertentu
8) S : Sustainable atau berkelanjutan
Contoh :
Goal dan Tujuan
Nama komuniti :
Masalah :
Goal :

No Tanggal ditetapkan Tujuan Tanggal dicapai


(Anderson dan Mc. Farlane, 1988 : 265.)

Contoh kasus :
Mahasiswa Akper Gresik melaksanakan praktek keperawatan komunitas di desa Kandangan
Cerme Kabupaten Gresik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong-
royong dalam waktu 1,5 bulan.
Jadi dikaitkan dengan rumus diatas dapat diketahui bahwa :
Subyek : Mahasiswa Akper Gresik
Predikat : Membuat jamban umum
Kondisi : Swadaya dan gotong-royong
Kriteria : Waktu 1,5 bulan
2) Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat :
a. Identifikasi alternative tindakan keperawatan
b. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
c. Melibatkan peran serta masyarakat dalm menyusun perencanaan melalui kegiatan musyawarah
masyarakat desa atau lokakarya mini
d. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
e. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan
masyarakat
f. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
g. Tindakan harus bersifat realistic
h. Disusun secara berurutan
3) Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan criteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
a. Menggunakan kata kerja yang tepat
b. Dapat dimodifikasikan
c. Bersifat spesifik
Siapa yang melakukan?
Apa yang dilakukan?
Di mana dilakukan?
Kapan dilakukan?
Bagaimana melakukan?
Frekuensi melakukan?
Contoh kasus :
Mahasiswa Akper Gresik melaksanakan praktek keperawatan komunitas di desa Kandangan
Cerme Kabupaten Gresik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong-
royong dalam waktu 1,5 bulan.
Dari contoh diatas, maka rencana tindakan yang dibaut adalah :
a. Mahasiswa memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topik “Pentingnya jamban
bagi kesehatan masyarakat” sebanyak 4 kali sesuai dengan schedule kegiatan (setiap hari senin di
Balai Desa)
b. Mahasiswa melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun
informal untuk menggalang dukungan
c. Mahasiswa melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menggalang dana untuk
pembuatan jamban umum melalui dana upaya kesehtan masyarakat (DUKM) yang ada atau iuran
desa
d. Mahasiswa menetapkan waktu peresmian pembuatan jamban umum oleh kepala Desa dan tokoh-
tokoh masyarakat yang lain
e. Melalui tokoh-tokoh masyarakat formal maupun informal menghimbau dan mengajak
masyarakat secara gotong-royong membangun jamban umum
f. Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapatkan bantuan teknis pembuatan jamban umum
yang memenuhi syarat kesehatan (tenaga sanitarian)
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerja sama
dengan anggota tim kesehatan lainnya dalam hal ini melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan
anggota masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada
keperawatan komunitas :
1) Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan
taqwa ( IMTAQ)
2) Integrated
Perawat kesehtan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan sesame profesi, tim kesehtan
lain, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berdasarkan azaz kemitraan.

3) Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan
pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun.
4) Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten
5) Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak dengan
sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi focus adalah program kesehatan komunitas dengan strategi komuniti
organisasi dan parthnerships in community. (Model for nursing parthnerships).
Prinsip lain yang perlu diperhatikan :
1) Berdasarkan respon masyarakat
2) Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat
3) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri sendiri serta lingkungannya
4) Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
5) Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan masyarakat secara esensial
6) Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat
7) Melibatkan partispasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan perawatan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan :
1) Keterpaduan antara biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana, dan prasarana dengan pelayanan
kesehatan maupun sektor lainnya
2) Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan tokoh masyarakat dalam rangka alih peran
3) Tindakan keperawatan yang dilakukan di catat dan didokumentasikan
5. Evaluasi Atau Penilaian
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya.
Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian menurut Nasrul Effendy, 1998 :
1) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
2) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan pelaksanaan
3) Hasil penelitian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah
belum teratasi
Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi dilakukan dengan
melihat respon komunitas terhadap program kesehatan. Macam evaluasi : 1) formatif dan sumatif,
2) input, proses, dan output.
Focus evalausi :
1) Relevansi
Apakah program diperlukan ?
Yang ada atau yang baru.
2) Perkembangan atau kemajuan
Apakah dilaksanakan sesuai dengan rencana ?
Bagaimana staf, fasilitas, jumlah peserta ?
3) Cost efficiency (efisiensi biaya)
Bagaimana biaya ?
Apa keuntungan program ?
4) Efektifitas
Apakah tujuan tercapai ?
Apakah klien puas ?
Apakah fokus pada formatif dan hasil jangka pendek
5) Impact
Apakah dampak jangka panjang?
Apa perubahan perilaku dalam 6 minggu atau 6 bulan atau 1 tahun?
Apakah status kesehatan meningkat?
Kegunaan evaluasi :
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
2) Menilai hasil guna, daya guna, dan produktifitas asuhan keperawatan yang diberikan
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun
rencana baru dalam proses keperawatan
Hasil evaluasi :
Terdapat tiga kemungkinan dalam hasil evaluasi :
1) Tujuan tercapai
Apabial individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah menunjukkan kemajuan sesuai
dengan criteria yang telah ditetapkan
2) Tujuan tercapai sebagaian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara
memperbaikinya atau mengatasinya
3) Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak menunjukkan perubahan kemajuan
sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara mendalam apakah
terdapat problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan, dan faktor-faktor yang lain tidak sesuai
sehingga menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan

2.2 EVALUASI PROGRAM KESEHATAN KOMUNITAS


2.2.1 Pengertian Evaluasi
Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program
yang telah dilakukan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan
mengendalikan pelaksanaan program kedepannya agar jauh lebih baik. Dengan demikian evaluasi
lebih bersifat melihat ke depan daripada melihat kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan diarahkan
pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program (Yusuf, 2000:2).

Evaluasi adalah tindakan intelektual untk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,rencana tindakan,dan pelaksanaannya sudah
berhasil di capai.
Melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor ”kealpaan yang terjadi ”
selama tahap pengkajian,analisa,perencanaan dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicius &
Bayne,1994).
Menurut Griffith & (Christensen (1986) evaluasi sebagai sesuatu yang di rencanakan,dan
perbandingan yang sistimatik pada status kesehatan Klien.Dengan mengukur perkembangan Klien
dalam mencapai suatu tujuan,maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan
keperawatan.Meskipun valuasi di letakkan pada akhir proses keperawatan,evaluasi merupakan
bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk enentukan apakah informasi yang telah di
kumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang di observasi sudah sesuai.Diagnosa juga
perlu di evaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya.Tujuan dan intervensi di evaluasi
adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut,dapat di capai secara efektif.
2.2.2 Tujuan
Evaluasi adalah suatu tahap untuk menentukan manfaat atau nilai dari sesuatu. Selama
proses evaluasi, informasi dikumpulkan dan dianalisis untuk ditentukan kegunaan dan
signifikansinya. Perubahan yang ada dinilai, dan kemajuan didokumentasikan.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
bisa di laksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang di berikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan ( Klien telah mencapai tujuan yang di tetapkan )
2) Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ( Klien mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan)
3) Meneruskan rencana tindakan keperawatan (Klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan )
2.2.3 Pendahuluan
Perawat mengevaluasi respons dari komunitas terhadap program kesehatan dalam upaya
mengukur kemajuan terhadap tujuan dan objektif program. Data evaluasi juga merupakan hal yang
krusial untuk memperbaiki database dan diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari
analisis pengkajian data komunitas.
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, tetapi evaluasi tetap terkait dengan
pengkajian yang merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Praktik keperawatan adalah
siklus yang dinamis. Agar intervensi berfokus komunitas dapat diukur secara relevan dan tepat
waktu, maka database komunitas, diagnosis keperawatan dan rencana program kesehatan harus
dievaluasi secara rutin. Efektivitas intervensi keperawatan komunitas bergantung pada pengkajian
ulang yang berkesinambungan terhadap kesehatan komunitas dan juga bergantung pada perbaikan
yang tepat terhadap intervensi terencana.
Evaluasi merupakan hal yang penting dalam praktik keperawatan, tetapi evaluasi pun
berperan sangat penting bagi berfungsinya lembaga kesehatan. Sayangnya, evaluasi terkadang
dilakukan secara terpisah dari perencanaan program.
Evaluasi bahkan sering kali hanya diikutkan di akhir program, hanya untuk memenuhi
kebutuhan sumber pendanaan atau administrasi lembaga. Buktinya, terdapat masalah pada
beberapa pendekatan.
Agar keperawatan komunitas berjalan efektif, dituntut suatu pendekatan yang integratif dalam
evaluasi; evaluasi merupakan aspek yang unik.
2.2.4 Prinsip Evaluasi
Sejalan dengan landasan teoritis dalam menjalin kemitraan dengan komunitas, program
evaluasi yang kita jalankan didasarkan pada prinsip yang dikemukakan oleh W.K Kellogg
Foundation (1998). Prinsip tersebut disimpulkan sebagai berikut :
1. Memperkuat program. Tujuan kita adalah promosi kesehatan dan peningkatan kepercayaan diri
komunitas. Evaluasi membantu pencapaian tujuan ini dengan cara menyediakan proses yang
sistematik dan berkelanjutan dalam mengkaji program, dampaknya serta hasil akhir program
tersebut.
2. Menggunakan pendekatan multipel. Selain pendekatan multidisiplin, metode evaluasi mungkin
banyak dan bermacam – macam. Tidak ada suatu pendekatan yang lebih unggul, tetapi metode
yang dipilih harus sejalan dengan tujuan program.
3. Merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata. Program berbasis dan berfokus komunitas, yang
berakar pada komunitas “nyata” dan berdasarkan pengkajian komunitas harus memiliki rancangan
evaluasi untuk mengukur kriteria mengenai pentingnya program tersebut bagi komunitas.
4. Menciptakan proses partisipasi. Apabila anggota komunitas merupakan bagian dari pengkajian,
analisis, perencanaan dan implementasi, mereka pun harus menjadi mitra dalam evaluasi.
5. Memungkinkan fleksibilitas. “Pendekatan ecaluasi harus fleksibel dan bersifat preskriptif; jika
tidak, akan sulit untuk mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali meningkat
secara tajam dan kompleks: (W.K Kellogg Foundation, 1998, hal. 3)
6. Membangun kapasitas. Proses evaluasi, selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan
keterampilan, pengetahuan dan perilaku individu yang terlibat di dalamnya. Hal ini serupa dengan
dengan konteks profesional maupun non profesional.
2.2.5 Proses Evaluasi
Literatur mengenai evaluasi semakin banyak tersedia. Evaluasi program atau proyek telah
menjadi spesialisasi seluruh departemen dan firma konsultan yang berfokus pada pengukuran dan
evaluasi.
Demi mencapai tujuan kita (yaitu, membuat pendahuluan dari evaluasi program), kita akan
menggunakan suatu model 3 bagian. Pada model ini, kita akan mempelajari proses implementasi
program, dampak program, dan hasil program.
Pada bagian ini, kita akan berfokus pada promosi kesehatan dan program promosi
kesehatan yang dirancang untuk mempengaruhi populasi target melalui aktivitas terencana
(proses) yang mungkin menimbulkan efek yang cepat (dampak) dan efek yang lebih lama (hasil).
(Dignan & Carr, 1992, hal. 153).
Dampak (sumatif;
Proses
hasil jangka Hasil (jangka panjang
(formatif)
pendek)

Informasi Implementasi Efek segera Insidens dan prevalensi faktor risiko, morbiditas, d
yang program, program, sebagai
dikumpulkan termasuk : contoh :

1. Respons 1. Pengetahuan
tempat
2. Perilaku
2. Respons
penerima 3. Persepsi

3. Respons 4. Ketrampilan
praktisi
5. Keyakinan
4. Kompetensi
personel 6. Akses terhadap
sumber

7. Dukungan sosial

Bilamana Implementasi Untuk menentukan Untuk mengukur apakah insidens dan prevalen
diaplikasikan awal program apakah faktor yang contoh, apakah angka imunisasi anak usia dua tah
atau ketika mempengaruhi
terjadi kesehatan baik dari
perubahan individu maupun Apakah jumlah pasien gangguan pernafasan meng
program lingkungan telah
(contoh, berubah. Sebagai Apakah industri memfilter cerobong polutannya?
pindah ke contoh, apakah
tempat baru,
diberikan
kepada perilaku individu
populasi yang telah berubah?
berbeda)
Apakah kebijakan
baru
diimplementasikan?

`
Proses evaluasi terdiri dari dua tahap :
1. Mengukur pencapaian tujuan klien
Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan di gunakan
dalam evaluasi.Faktor yang di evaluasi mengenai status kesehatan klien,yang terdiri dari bebrapa
komponen,meliputi: KAPP (kognitif,Afektif,Psikomotor,Perubahan fungsi dan gejala yang
spesifik).
a. Kognitif (pengetahuan)
Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang di perlukan setelah klien di ajarkan
tentang teknik-teknik tertentu. Lingkup evaluasi pada kognitif meliputi pengetahuan klien
terhadap penyakitnya, mengontrol gejala-gejalanya, pengobatan, diet, aktifitas, persediaan alat-
alat, resiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan, pencegahan, pengukuran dan lain-lain.
Evaluasi kognitif di peroleh melalui interview atau tes tertulis.
b. Affektif (status emosional)
Affektif klien cenderung ke penilaian yang subyektif dan sangat sukar di evaluasi.Hasil penilaian
emosi di tulis dalam bentuk perilaku yang akan memberikan suatu indikasi terhadap status emosi
klien.hasil tersebut meliputi ”tukar menukar perasaan tentang sesuatu”, cemas yang berkurang ada
kemauan berkomunikasi dan seterusnya.
c. Psikomotor
Psikomotor biasanya lebih mudah di evaluasi di bandingkan yang lainnya jika perilaku yang dapat
di observasi sudah di identifikasikan pada tujuan (kriteria hasil ).Hal ini biasanya di lakukan
melalui observasi secara langsung.Dengan melihat apa yang telah di lakukan Klien sesuai dengan
yang di harapkan adalah suatu cara yang terbaik untuk mengevaluasi psikomotor klien.
d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala.
Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa aspek status kesehatan klien
yang bisa di observasi.Untuk mengevaluasi perubahan fungsi tubuh maka perawat memfokuskan
pada bagaimana fungsi kesehatan klien berubah setelah di lakukan tindakan keperawatan.Evaluasi
pada gejala yang spesifik di gunakan untuk menentukan penurunan atau penigkatan gejala yang
mempengaruhi status kesehatan Klien.Evaluasi tersebut bisa di lakukan bisa di lakukan dengan
cara observasi secara langsung,interview dan pemeriksaan fisik.
2. Penentuan Keputusan Pada Tahap Evaluasi.
Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien,maka perawat membandingkan data dengan
outcomes.tahap berikutnya adalah membuat keputusan tentang pencapaian Klien terhadap
outcomes.Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini :
a. Klien telah mencapai hasil yang di tentukan dalam tujuan.Pada keadaan ini perawat akan
mengkaji masalah klien lebih lanjut atau mengevaluasi outcomes yang lain.
b. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang telah di tentukan.Perawat mengetahui keadaan
klien pada tahap perubahan kearah pemecahan masalah.Penambahan waktu,resources,dan
intervensi mungkin di perlukan sebelum tujuan tercapai.
c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan.Pada situasi ini,perawata harus mencoba
untuk mengidentifikasi alasan mengapa keadaan atau masalah ini timbul.
2.2.6 Komponen Evaluasi
Ada 2 (dua ) komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan, yaitu :
1) Proses (formatif)
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
tindakan keperawatan.Evaluasi proses harus di lakukan segera setelah perencanaan keperawatan
di laksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap tindakan.Evaluasi formatif terus menerus
di laksanakan sampai tujuan yang telah di tentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam
evaluasi formatif terdiri dari analisa rencana tindakan keperawatan, open-chart audit, pertemuan
kelompok, interview, dan observasi dengan klien, dan menggunakan form evaluasi. Sistem
penulisan pada tahap evaluasi ini bisa menggunakan sitem SOAP atau model dokumentasi lainnya.
2) Hasil (sumatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan
perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna.
Sumatif evaluasi adalah obyektif, fleksibel, dan efisien. Adapun metode penatalaksanaan evaluasi
sumatif terdiri dari closed-chart audit, interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan
pertanyaan kepada klien dan keluarga. Meskipun informasi pada tahap ini tidak secara langsung
berpengaruh terhadap klien yang dievaluasi, sumatif evaluasi bisa menjadi suatu metode dalam
memonitor kualitas dan evisiensi tindakan yang telah diberikan.
Komponen evaluasi dapat di bagi menjadi 5 komponen menurut (Pinnell & Meneses,1986)
:
1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
2. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
3. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standart
4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
5. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

1) Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.


a. Kriteria.
Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk mengumpulkan data dan sebagai
penentuan kesahihan data yang terkumpul. Semua kriteria yang di gunakan pada tahap evaluasi di
tulis sebagai kriteria hasil. Outcomes menandakan hasil akhir tindakan keperawatan. Sedangkan
standar keperawatan digunakan lebih luas sebagai dasar untuk evaluasi praktek keperawatan secara
luas.
Outcome criteria. Kriteria hasil didefenisikan sebagai standar untuk menjelaskan respon atau
hasil dari rencana tindakan keperawatan. Hasil tersebut akan menjelaskan bagaimana keadaan
klien ,setelah tindakan dilaksanakan. Kriteria akan dinyatakan dalam istilah behaviour (perilaku)
sebagaimana disebutkan dalam bab terdahulu, supaya dapat diobservasi atau diukur dan kemudian
dijelaskan dalam istilah yang mudah dipahami. Idealnya, setiap hasil dapat dimengerti oleh setiap
orang yang terlibat dalam evaluasi.
b. Standar Praktek
Standar pelayanan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek keperawatan
secara luas. Suatu standar menyatakan apa yang harus dilaksanakan sebagai suatu model untuk
kualitas pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil penelitian, konsep teori, dan dapat di terima
oleh praktek klinik keperawatan saat sekarang. Standar harus secara cermat disusun dan di uji
untuk menetukan kesesuain dalam penggunaannya. Contoh pemakain standar dapat dilihat pada
standar praktek keperawatan yang disusun oleh ANA.
c. Evaluative question
Untuk menentukan suatu kriteria dan standart, perlu digunakan pertanyaan evaluative sebagai
dasar mengevaluasi kualitas pelayanan dan respon klien terhadap tindakan.
1. Pengkajian : apakah pengkajian dapat dilaksanakan kepada klien?
2. Diagnosa : apakah diagnosa disusun bersama dengan klien?
3. Perencanaan : apakah tujuan diidentifikasi dalam perencanaan?
4. Pelaksanaan : apakah klien diberitahu terhadap tindakan yang diberikan?
5. Evaluasi : apakah modivikasi tindakan keperawatan diperlukan?Evaluasi dan Penilaian Mutu
Pelayanan Keperawatan Komunitas
Mutu layanan kesehata dapa diukur melalui 3 cara :
a. Pengukuran mutu prospektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan sebelum layanan
kesehatan diselenggarakan. Oleh karena itu pengukurannya akan ditujukan terhadap struktur atau
input layanan kesehatan dengan asumsi bahwa layanan kesehatan harus memiliki sumber daya
tertentu agar dapa menghasilakan suatu layanan kesehatan yang bermutu. Bagian – bagiannya
sebagai berikut :
1. Pendidikan Profesi Kesehatan
Ditujukan agar menghasilkan profesi layanan kesehatan yang mempunyai pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku yang dapat mendukung layanan kesehatan yang bermutu.
2. Perizinan
Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan kesehatan. Surat ijin kerja (SIK)
dan surat iji praktek(SIP) yang diberikan kepada perawat merupakan suatu pengakuan bahwa
seorang perawat telah memenuhi syarat untuk melakukan praktek profesi keperawatan (NERS).
Demikian pula dengan profesi kesehatan lain, harus mempnyai ijin kerja sesuai dengan
profesimya.
3. Standardisasi
Dengan menetapkan standardisasi, seperti standardisasi peralatan, tenaga, gedung, sistem,
organisasi, anggaran dan lain-lain. Setiap fasilitas layanan kesehatan yang memiliki standar yang
sama dapat menyelenggarakan layanan kesehatan yang sama mutunya. Contohnya: standardisasi
layanan rumah sakit akan mengelompokan atau mengklasifikasikan rumah sakit kedalam berbagai
kelas tertentu misalnya RSU kelas A, B, C dan D, Rumah sakit jiwa kelas A dan B.
4. Sertifikasi
Merupakan selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai ners yang tergistrasi adalah contoh
setifikasi. Di indonesia, perizinan seperti itu dilakukan oleh departemen kesehatan atau dinas
kesehatan dengan rekomendasi dari persatuan perawat nasional indonesia (PPNI).
5. Akreditasi
Merupakan pengakuan bahwa suatu institusi layanan kesehatan seperti RS telah memenuhi
beberapa standar layanan kesehatan tertentu. Pengukuran mutu prospektif berfokus pada penilaian,
sumber daya, bukan pada kinerja penyelenggaraan layanan kesehatan.
b. Pengukuran Mutu Retrospektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan setelah penyelenggaraan
layanan kesehatan selesai dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya merupakan gabungan dari
beberapa kegiatan seperti penilaian catatan keperawatan (nursing record), wawancara, pembuatan
kuesioner, dan penyelenggaraan pertemuan.
c. Pengukuran Mutu Konkuren
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan selama layanan
kesehatan dilangsungkan atau diselenggarakan. Pengukuran ini dilakukan melalui pengamatan
langsung dan kadang- kadang perlu dilengkapi dengan peninjauan pada catatan keperawatan serta
melakukan wawancara dan mengadakan pertemuan dengan klien, keluarga, atau petugas
kesehatan.
Standar Evaluasi Praktik Keperawatan Menurut ANA (2004)
Perawat kesehatan komunitas melakukan evaluasi status kesehatan komunitas. Adapun kriteria
pengukuran bagi perawat kesehatan komunitas adalah sebagai berikut
1. Mengkordinasikan secara sistematis, berkelanjutan, dan evaluasi berdasarkan kriteria hasil
pelayanan dalam komunitas dan pemangku kepentingan lain.
2. Mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan epidemiologi dan metode ilmiah untuk
menentukan efektivitas intervensi keperawatan kesehatan komunitas dalam kebijakan, program,
dan pelayanan.
3. Berpartisipasi dalam proses dan evaluasi hasil dengan aktivitas pemantauan (monitoring) program
dan pelayanan.
4. Mengaplikasikan pengkajian data yang berkelanjutan untuk merevisi rencana, intervensi, dan
aktivitas yang sesuai.
5. Mendokumentasikan hasil dari evaluasi termasuk perubahan atau rekomendasi untuk
meningkatkan efektivitas intervensi.
6. Menyampaikan evaluasi proses dan hasil yang dihasilkan kepada komunitas dan pemangku
kepentingan lain berdasarkan hukum dan peraturan negara.
Biasanya fokus pertanyan evaluasi adalah seputar relevansi, kemajuan,
efiensi biaya, efektivitas, dan hasil.
a. Relevansi
Adakah tuntutan untuk menyelenggarakan program? Relevansi menentukan alasan untuk
menyelenggarakan suatu program atau serankaian aktivitas. Pertanyaan seputar relevansi mungkin
lebih penting untuk program yang sudah berjalan dibandingkan dengan program baru.
Seringkali suatu program direncanakan untuk memenuhi kebutuhan komunitas yang terungkap,
seperti screening tekanan darah.
Program ini kemudian berlangsung selama beberapa tahun tanpa disertai evaluasi mengenai
relevansinya. Pertanyaan harus diajukan secara rutin apakah program nasih dibutuhkan?
Sebenarnya, evaluasi tidak hanya dibutuhkan untuk program baru, tetapi untuk seluruh program.
Keterbatasan yang lazim ditemukan pada program baru adalah ketidakadekuatan staff atau
anggaran. Satu jalan keluar terhadap keterbatasan tersebut adalah evaluasi relevansi program yang
ada. Staff dan anggaran program yang tidak lagi dibutuhkan dapat dialokasikan pada program baru.
b. Kemajuan
Apakah aktivitas program sesuai dengan rencana? Apakah staff dan material yang tepat tersedia
dalam kuantitas dan waktuyang tepat untuk mengimplementasikan aktivitas program? Apakah
banyak klien yang diharapkan banyak ikut berpartisipasi dalam aktivitas program yang
dijadwalkan? Apakah input dan output memenuhi beberapa rencana yang ditetapkan sebelumnya?
Jawaban terhadap pertanyaan ini akan mengukur kemajuan program dan merupakan bagian dari
proses evaluasi formatif.
c. Efisiansi Biaya
Bagaimana pembiayaan program? Apa keuntungannya? Apakah keuntungan program
sebanding dengan biaya yang dikeluarkan? Evaluasi efisiensi biaya mengukur hubungan antara
hasil (keuntungan / manfaat program dan biaya penyelenggaraan program (seperti gaji staff dan
material). Efisiensi biaya mengevaluasi apakah hasil program dapat dicapai dengan biaya yang
lebih murah melalui pendekatan yang lain.
d. Efektivitas (dampak)
Apakah tujuan program tercapai? Apakah klien merasa puas dengan program? Apakah
penyelenggara program merasa puas dengan aktivitas dan keterlibatan klien? Efektivitas berfokus
pada evaluasi formatif seperti hasil jangka pendek dan segera.
e. Hasil
Apakah implikasi jangka panjang program? Sebagai hasil dari program, perubahan perilaku apa
yang dapat diharapkan dalam waktu 6 minggu, 6 bulan atau 6 tahun? Efektivitas mengukur hasil
yang segera, sedangkan evaluasi hasil mengukur apakah aktivitas program mengubah alasan awal
penyelenggara program. Pertanyaan mendasar adalah : apakah program mencapai tujuannya?
(apakah kesehatan meningkat?).
2.2.7 Metode Terpilih Untuk Pengumpulan Data
Empat poin kunci yang perlu dipahami ketika Anda menentukan metode yang dapat
digunakan untuk pengumpulan data adalah :
1. Sumber-sumber apa yang tersedia untuk tugas evaluasi ?
2. Apakah metode tersebut sensitif terhadap responden/partisipasi program?
3. Bagaimana kredibilitas evaluasi Anda dengan metode tersebut?
4. Seberapa pentingkah data yang dikumpulkan? Terhadap keseluruhan program? Terhadap para
partisipan? (W.K. Kellog Foundation, 1998).
Terdapat beberapa kerangka kerja atau paradigma yang dapat memberikan informasi
mengenai pilihan Anda.

Anda mungkin juga menyukai