Anda di halaman 1dari 14

PROSEDUR PENGUNGKAPAN KEJAHATAN PERJUDIAN ONLINE

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Olah Tempat
Kejadian Perkara dan Simulasi Persidangan

Dosen : Bambang Sutiyoso, SH., M.Hum.

HELMY DZULFIKAR
18917112

PROGRAM MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 2
BAB II ANALISIS PEMBAHASAN ............................................................ 3
2.1 Definisi Barang Bukti Digital .............................................................. 3
2.2 Penanganan Barang Bukti Digital di TKP ........................................... 4
2.3 Analisis Kasus Putusan Pengadilan Negeri ......................................... 9
BAB III KESIMPULAN ............................................................................... . 11
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 11
3.2 Saran.................................................................................................... 11
REFERENSI .................................................................................................. . 12

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Digital Forensik masih bisa dikatakan bidang ilmu baru dalam dunia
komputer yang berkembang pesat akhir-akhir ini dengan ditunjukannya berita-
berita yang mengulas tentang kejahatan di bidang komputer serta semakin
banyaknya buku-buku yang mengupas mengenai digital forensik, sehingga semakin
menambah referensi pengetahuan bagi peneliti-peneliti muda. Berbagai perilaku
digital dan digitalisasi yang sudah merambah dalam setiap aktivitas manusia
menjadi perilaku yang harus diamati dengan baik. Salah satunya yang saat ini
sedang berkembang pesat adalah Forensika Digital atau digital forensic yang sering
digunakan dalam berbagai keperluan pembuktian hukum, yang dalam hal ini adalah
untuk membuktikan kejahatan berteknologi tinggi atau computer crime secara
ilmiah (scientific) hingga bisa mendapatkan bukti-bukti digital yang dapat
digunakan untuk menjerat pelaku kejahatan tersebut.
Dengan lahirnya Undang-undang Informasi Transaksi Elektronik nomor 11
Tahun 2008, maka semakin membuat bidang ilmu ini menjadi perangkat wajib
untuk membongkar kejahatan yang melibatkan dunia komputer, karena pada
umumnya kejahatan komputer ini meninggalkan jejak digital, maka perlu adanya
seorang ahli komputer forensik yang akan mengamankan barang bukti digital atau
biasa disebut digital evidence.
Komputer Forensik tentu memerlukan suatu standart operational
procedure dalam mengambil bukti-bukti digital agar tidak terkontaminasi pada saat
data di ambil dari digital evidence sehingga sangat memudahkan para ahli komputer
forensik untuk melakukan pemulihan sistem pasca kerusakan.
Keberadaan barang bukti sangat penting dalam investigasi kasus-kasus
computer crime maupun computer related crime karena dengan barang bukti inilah
seorang investigator dan analis forensic dapat mengungkap kasus-kasus tersebut
dengan kronologis secara lengkap, untuk kemudian melacak keberadaan pelaku dan
menangkapnya. Oleh karena posisi barang bukti ini sangat strategis, seorang
investigator dan analis forensic harus paham jenis-jenis barang bukti, sehingga

1
ketika datang ke tempat kejadian perkara (TKP) yang berhubungan dengan kasus
computer crime dan computer-related crime, ia dapat mengenali keberadaan barang
bukti untuk kemudian diperiksa dan dianalisa lebih lanjut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud barang bukti digital di Tempat Kejadian Perkara?
2. Bagaimana penanganan barang bukti digital di Tempat Kejadian Perkara
sampai ke Presentasi di Persidangan?
3. Bagaimana menganalisis barang bukti digital yang telah di dapatkan di
Tempat Kejadian Perkara?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui proses penemuan barang bukti digital di Tempat Kejadian
Perkara untuk di tindak lanjut.
2. Mengetahui cara penanganan barang bukti maupun menganalisis barang
bukti digital yang di dapatkan dari Tempat Kejadian Perkara untuk di
sampaikan di Persidangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Barang Bukti Digital


Barang bukti sangat penting akan keberadaannya karna Barang Bukti
mengarah pada proses bagaimana, siapa, dan dimana pelaku melakukannya dan
tidak hanya hal Teknis saja, tapi barang bukti mempengaruhi hasil dipengadilan
nantinya. Untuk itu sangat perlu memperhatikan perubahan disetiap tahap dalam
proses analisa forensik yang kita kembangkan. Berikut ini adalah beberapa definisi
tentang Bukti digital:
A. Alat bukti digital adalah semua data yang dapat menampilkan atau menujukkan
bahwa tindak kriminal terjadi atau dapat memberi atau menghubungkan antara
kriminalitas dan korbannya, atau tindak kriminal dan pelakunya (Casey: 2000).
B. Alat bukti digital adalah informasi yang disimpan atau ditransmisikan dalam
bentuk binary atau biner (satu dari representasi umum dari data komputer) yang
mungkin dibutuhkan di persidangan (IOCE, Iternational Organization of
Computer Evidence).
C. Alat bukti digital adalah informasi dan data yang memiliki nilai investigasi
yang disimpan atau ditransmisikan dengan komputer (ACPO, The Association
of Chief Police Officers).
D. Alat bukti digital adalah data digital yang mendukung atau meninggalkan
hipotesis tentang kejadian digital /tahap dari data digital (Carrier, 2006).
E. “Digital forensics is a branch of computer science that focuses on developing
evidence pertaining to digital files for use in civil or criminal court
proceedings. Digital forensic evidence would relate to a computer document,
email, text, digital photograph, software program, or other digital record
which may be at issue in a legal case” PACFE.
F. “The application of computer science and investigative procedures for a legal
purpose involving the analysis of digital evidence after proper search
authority, chain of custody, validation with mathematics, use of validated tools,
repeatability, reporting, and possible expert presentation.” “Digital Forensics
Science: The application of computer science and investigative procedures for

3
a legal purpose involving the analysis of digital evidence (information of
probative value that is stored or transmitted in binary form) after proper
search authority, chain of custody, validation with mathematics (hash
function), use of validated tools, repeatability, reporting, and possible expert
presentation.” Ken Zatyko.
G. Adapun yang dimaksud dengan informasi dan dokumen elektronik adalah
sebagai berikut (UU No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik). Alat bukti digital adalah alat bukti elektronik non fisik yang terdiri
dari informasi dan dokumen elektronik.
2.2 Penanganan Barang Bukti Digital di TKP
Para ahli dalam bidang forensik, khususnya forensik digital mempunyai
standar dalam proses penanganan barang bukti. Hal tersebut dilakukan supaya
dalam proses penyidikan, dimana data yang didapatkan berasal dari sumber aslinya,
supaya tidak adanya manipulasi baik isi, bentuk, maupun kualitas dari data digital
tersebut. Maka beberapa aturan dalam proses penanganan barang bukti. Proses
penanganan data digital dalam forensik di antaranya:
A. Penanganan Awal di Lokasi TKP
1) Persiapan
Sebelum ke TKP untuk melaksanakan penggeledahan kasus yang berkaitan
dengan barang bukti eletronik, maka analisis forensic dan investigator terlebih dulu
mempersiapkan hal-hal atau peralatan yang nantinya dibutuhkan selama proses
penggeledahan di TKP.
2) Preserving (memelihara dan mengamankan data)
Merupakan serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh penyidik yang sudah
ahli, untuk menjamin agar data-data yang dikumpulkan tidak berubah.
3) Collecting (mengumpulkan data)
Merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan data-data sebanyak
mungkin yang relevan untuk mendukung proses penyidikan dalam rangka
pencarian barang bukti.
4) Confirming (menetapkan data)
Merupakan serangkaian kegiatan untuk menetapkan data-data yang
berhubungan dengan kasus yang terjadi.

4
5) Identifying (mengenali data)
Merupakan serangkaian kegiatan untuk melakukan proses identifikasi terhadap
data-data yang sudah ada agar memastikan bahwa data tersebut memang unik dan
asli sesuai dengan yang terdapat pada tempat kejadian perkara. Untuk data digital,
misalnya melakukan identifikasi dengan teknik hashing (membuat sidik jari digital
terhadap barang bukti).
B. Penanganan di Laboratorium
1) Administrasi Penerimaan
Pada tahapan ini, barang bukti komputer yang masuk dan diterima petugas
laboratorium, yang dalam hal ini analisis forensik harus dicatat secara detail di
dalam log book, disamping di formulir penerimaan. Berikut data yang harus dicatat:
a. Nama lembaga pengirim barang bukti eletronik
b. Nama petugas pengirim barang bukti eletronik, termasuk identitasnya secara
lengkap.
c. Tanggal penerimaan.
d. Jumlah barang bukti eletronik yang diterima, dilengkapi dengan sfesipikasi
teknisnya seperti merek, model, dan serial/product number serta ukuran (size).
e. System hashing, yaitu suatu sistem pengecekan otentikasi isi dari suatu file
(baik image/evidence file maupun file logical) dengan menggunakan algoritma
matematika seperti MD5, SHA1, dan lain-lain.
2) Ivestigation (pemeriksaan)
Pada tahapan ini, terhadap image file dilakukan pemeriksaan secara
komprehensif dengan maksud untuk mendapatkan data digital yang sesuai dengan
investigasi, ini artinya analisis forensik harus mendapatkan gambaran fakta kasus
yang lengkap dari investigator, sehingga apa yang dicari dan akhirnya ditemukan
oleh analisis forensik adalah sama (matching) seperti yang diharapkan oleh
investigator untuk pengembanagan investigasinya. Setelah mendapatkan gambaran
fakta kasusnya, kemudian analisis forensik melakukan pencarian (searching)
terhadap image file untuk mendapatkan file atau data yang diinginkan.
3) Analyzing (meneliti data)
Setelah mendapatkan file atau data digital yang diinginkan dari proses
pemeriksaan diatas, selanjutnya data tersebut dianalisis secara detail dan

5
komprehensif untuk dapat membuktikan kejahatan apa yang terjadi dan kaitannya
pelaku dengan kejahatan tersebut. Hasil analisis terhadap data digital tadi
selanjutnya disebut sebagai barang bukti digital yang harus dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmiahan dan hokum di depan pengadilan.
4) Recording (mencatat data)
Melakukan pencatatan terhadap data-data hasil temuan dan hasil analisis
sehingga nantinya data tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau dapat
direkonstruksi ulang (jika diperlukan) atas temuan barang bukti tersebut.
C. Penanganan Laporan (Reporting)
1) Laporan (report)
Setelah diperoleh barang bukti digital dari proses pemeriksaan dana analisis di
atas yang sesuai dengan ivestigasi, selanjutnya data mengenai barang bukti digital
tersebut dimasukkan ke dalam laporan teknis.
2) Pembungkusan dan penyegelan.
Pembungkusan dan penyegelan barang bukti : memuat proses pembungkusang
dan penyegelan barang bukti yang telah dianalisis secara digital forensic untuk
diserahkan kepada pihak lembaga yang telah mengirimnya.
3) Administrasi Penyerahan Laporan
Selanjutnya laporan hasil pemeriksaan secara digital forensic berikut barang
bukti eletroniknya diserahkan kembali kepada investigator atau lembaga
pengirimnya.
D. Presenting (mempresentasikan data)
Kegiatan yang dilakukan penyidik untuk membeberkan hasil temuannya
kepada pihak berwajib atau di pengadilan. Biasanya presentasi data dilakukan oleh
seorang ahli forensik untuk menjelaskan hal-hal yang susah dipahami oleh kalangan
umum, sehingga data-tersebut dapat membantu proses penyidikan untuk
menemukan tersangka. Presentasi ini secara umum dibagi menjadi beberapa bagian
penjelasan, sebagai berikut:
1) Judul: Memuat judul pemeriksaan yang dilengkapi dengan nomor pemeriksaan
di laboratorium.

6
2) Pendahuluan: Memuat nama-nama analisis forensik yang melakukan
pemeriksaan dan analisis secara digital forensik terhadap barang bukti
eletronik. Di samping itu, bab ini juga memuat tanggal/waktu pemeriksaan.
3) Barang Bukti: Memuat jumlah dan jenis barang bukti eletronik yang diterima
untuk dilakukan pemeriksaan dan analisis. Ini juga termasuk data tentang
spesifikasi teknis dan barang bukti tersebut seperti merek, model, serial/product
number, serta ukuran kapasitas dari media penyimpanan seperti harddisk dan
flashdisk. Nomor IMEI (International Mobile Equipment Identity) untuk jenis
barang bukti berupa handphone/smartphone, dan nomor ICCID (Integrated
Circuit Card ID) untuk barang bukti berupa simcard yang merupakan data
administrasi yang berasal dari provider seluler.
4) Maksud Pemeriksaan: Memuat nama lembaga pengirim barang bukti eletronik
berikut surat tertulis yang berisikan maksud permintaan untuk pemeriksaan
dana analisis barang bukti tersebut secara digital forensik. Makdsud permintaan
ini harus dimintakan kembali penjelasan secara detail oleh analisis forensic
kepada investigator, sekaligus analisis forensic meminta investigator untuk
memaparkan secara singkat dan jelas fakta – fakta kasus yang diinvestigasi.
5) Prosedur Pemeriksaan: Menjelaskan tahapan – tahapan yang dilakukan selama
proses pemeriksaan dan analisis barang bukti tersebut secara digital forensic.
Sebaiknya penjelesan panjang mengenai tahapan tersebut yang akan ditulis
dalam laporan, diringkas menjadi SOP (Standard Operating Procedure) yang
baku dan lengkap. Misalnya DFAT (Digital Forensic Analyst Team)
PUSLABFOR BARESKRIM POLRI memiliki sejumlah SOP, antara lain:
a. SOP 1 tentang prosedur analisa forensik digital
b. SOP 2 tantang komitmen jam kerja
c. SOP 3 tentang pelaporan forensik digital
d. SOP 4 tentang menerima barang bukti elektronik dan/atau digital
e. SOP 5 tentang penyerahan kembali barang bukti elektronik dan/atau digital
f. SOP 6 tentang triage forensik (penanganan awal barang bukti komputer di
TKP)
g. SOP 7 tentang akuisisi langsung
h. SOP 8 tentang akuisisi harddisk, flashdisk dan memory card

7
i. SOP 9 tentang analisa harddisk, flashdisk dan memory card
j. SOP 10 tentang akuisisi ponsel dan simcard
k. SOP 11 tentang analisa ponsel dan simcard
l. SOP 12 tentang analisa forensik audio
m. SOP 13 tentang analisa forensik video
n. SOP 14 tentang analisa gambar digital
o. SOP 15 tentang analisa forensik jaringan
6) Kendala: Menjelaskan masalah dalam kasus tersebut dan kendala hukum untuk
memeriksa bukti yang tersedia. Jaksa harus memastikan bahwa ahli memahami
bagaimana aturan bukti dan prosedur mempengaruhi diterimanya,
discoverability, dan kegunaan dari pengamatan ahli dan kesimpulan.
7) Hasil Pemeriksaan: Memuat data digital yang berhasil di-recovery dari image
file yang kemudian di analisis lebih detail dan dikonfirmasi dengan
investigator untuk memastikan sesuai dengan investigasi yang sedang
berlangsung.
8) Kesimpulan: Memuat ringkasan yang disarikan dari hasi pemeriksaan diatas.
9) Penutup: Menjelaskan bahwa proses pemeriksaan dan analisis dilakukan
dengan sebenar-benarnya tanpa ada rekayasa dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Hasil pemeriksaan untuk tiap-tiap barang bukti tersebut dalam suatu laporan
teknis. Bentuk dari laporan tersebut adalah Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
Laboratoris Kriminalistik yang bersifat pro justisia sehingga dapat dipakai sebagai
alat bukti hukum yang syah di pengadilan. Dikarenakan sifatnya resmi, maka BAP
tersebut dapat dikeluarkan jika ada permintaan secara tertulis dari satuan kerja yang
menyerahkan barang bukti elektronik untuk diperiksa, di mana surat tersebut
ditujukan kepada Kepala Puslabfor (Pusat Laboratorium Forensik). Karena BAP
tersebut pada akhirnya akan dibawa ke persidangan/pengadilan, maka gaya bahasa
yang digunakan dalam laporan harus sesederhana mungkin tanpa menghilangkan
makna esensialnya. Hal ini dimaksudkan agar majelis hakim, jaksa penuntut umum
dan/atau penasihat hukum terdakwa dapat memahami secara benar proses dan hasil
pemeriksaan/analisa digital forensik. Mereka bukan seorang ahli digital forensik
yang bisa memahami tentang digital forensik secara menyeluruh.

8
2.3 Analisa Kasus Putusan Pengadilan Negeri
Jujun Junaedi (46) adalah seorang warga Kampung Rokal, RT.06/ RW.12,
Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut bersama seorang
rekannya bernama Wawan (51) warga Kampung Caiul Desa Mekarsari
Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ditetapkan sebagai terdakwa oleh Putusan
Mahkamah Agung dalam kasus pelanggaran Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) pada tanggal 5 Maret 2018Use the "Insert Citation" button to add citations
to this document.
. Keduanya bersalah karena melakukan tindak pidana “Mentransmisikan informasi
elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian secara
bersama-sama”. Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 27 ayat (2)
UU RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Adapun barang bukti yang dapat
diamankan adalah berupa :
a. 1 (satu) Unit Laptop Merk ACER
b. 1 (satu) Buah Hp Merk HUAWEI warna hitam
c. 1 (satu) Buah Hp Merk MITO warna hitam
d. 1 (satu) Buah Hp Merk SAMSUNG warna putih
Barang bukti tersebut dilakukan proses lebih lanjut sesuai Standar
Operational Procedure penanganan barang bukti di Laboratarium, Barang bukti
komputer yang masuk dan sudah diterima petugas laboratorium, kemudian dicatat
secara detail di dalam log book, disamping di formulir penerimaan dengan
mencantumkan :
a. Nama lembaga pengirim barang bukti eletronik
b. Nama petugas pengirim barang bukti eletronik, termasuk identitasnya secara
lengkap.
c. Tanggal penerimaan.
d. Jumlah barang bukti eletronik yang diterima, dilengkapi dengan sfesipikasi
teknisnya seperti merek, model, dan serial/product number serta ukuran (size).

9
e. System hashing, yaitu suatu sistem pengecekan otentikasi isi dari suatu file
(baik image/evidence file maupun file logical) dengan menggunakan algoritma
matematika seperti MD5, SHA1, dan lain-lain.
Selanjutnya dilakukan proses Investigasi pemeriksaan secara komprehensif
dengan maksud untuk mendapatkan data digital yang sesuai dengan investigasi,
Bahwa Terdakwa Jujun dan Terdakwa Wawan melakukan perjudian jenis togel
tersebut dengan cara terdakwa Jujun terlebih dahulu masuk ke website perjudian
togel online diantaranya; www.bbtoto.com ; www.fftoto.com ; www.area.com ;
www.comtoto.com. setelah masuk terdakwa membuat akun peserta judi di masing
– masing website tersebut, setelah itu terdakwa menyuruh Wawan mendepositkan
uang ke masing – masing akun melalui nomor rekening yang sudah didaftarkan di
dalam masing – masing akun tersebut, kemudian lama – kelamaan teman – teman
terdakwa mengetahui jika terdakwa bisa memasang nomor togel secara online dan
akhirnnya banyak dari teman – teman terdakwa ataupun siapa saja yang menitipkan
nomor judi togel secara online. Pada tahapan berikutnya Analis Forensik
melakukan Analisa terhadap keterkaitan kejahatan yang terjadi dengan Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dan memang terbukti melakukan
tindak pidana “Mentransmisikan informasi elektronik dan atau dokumen elektronik
yang memiliki muatan perjudian secara bersama-sama”. Tahap terakhir yaitu
Recording (Mencatat Data) Melakukan pencatatan terhadap data-data hasil yang
telah ditemukan dan hasil analisis yang sudah didapat dapat
dipertanggungjawabkan yang nantinya diberikan kepada pengadilan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan menentukan seberapa salah atau tidak
salahnya terdakwa.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1) Banyak definisi yang mengemukakan mengenai Barang Bukti Digital salah
satunya yang dikemukakan Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik bahwa Alat Bukti Digital adalah alat
bukti elektronik non fisik yang terdiri dari informasi dan dokumen elektronik.
2) Digital Forensik merupakan teknik ilmiah yang meneliti perangkat digital
dalam membantu pengungkapan berbagai macam kasus kejahatan. Tahapan-
tahapan yang dilakukan pada Digital Forensik meliputi:
a. Penanganan Awal di Lokasi TKP
b. Penanganan di Laboratorium
c. Penanganan Laporan (Reporting)
d. Presenting (Mempresentasikan Data)
3) Kasus Perjudian Online yang dilakukan oleh dua terdakwa Jujun dan Wawan
dikatakan sebagai kejahatan dibidang teknologi informasi yang sudah
terbukti melanggar UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik karena telah melakukan tindak pidana “Mentransmisikan
informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan
perjudian secara bersama-sama”.

3.2 Saran
Banyaknya kasus-kasus kriminal elektronik yang terjadi diharapkan kepada
pihak penegak umum dan akademik yang terkait agar meningkatkan
profesional dalam tugasnya dan meningkatkan kemampuan tentang forensik
digital. Supaya penanganan kejahatan komputer dapat diselesaikan dengan
baik dan cepat.

11
REFERENSI

[1] Al-Azhar, M. N. (2012). Digital Forensik : Panduan Praktis Investigasi


Komputer. Jakarta: Salemba Inftek.
[2] http://Putusan.mahkamahagung.go.id diakses tanggal 06 November 2019 Pukul
19:21
[3] Republik Indonesia. (2008). Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Jakarta: Sekretaris Negara.
[4] Shafar, S. (2014). Prinsip Dan Prosedur Dasar Penanganan Bukti Digital
Dalam Computer Crime Dan Compute Related Crime. Yogyakarta: UII
Yogyakarta.
[5] Sulianta, F. (2014). Komputer Forensik : Perangkat Teknologi Forensik.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

12

Anda mungkin juga menyukai