Pendahuluan Kewirausahaan
Pendahuluan Kewirausahaan
Dalam bidang bisnis akan menjadi sukses bila memiliki kreativitas dan inovasi. Melalui
kreatif dan inovasi dapat menciptakan nilai tambah atas barang dan jasa karena melalui kedua
proses tersebut dapat menciptakan keunggulan bersaing. Demikian juga di berbagai bidang
manapun kemajuan-kemajuan tertentu dapat di ciptakan oleh orang-orang yang memiliki
semangat serta jiwa kreatif dan inovatif. Dalam era seperti sekarang di butuhkan pemerintah yang
berjiwa wirausahaan karena dengan memiliki jiwa kewirausahaan maka birokrasi dan institusi
akan memiliki motivasi dan berlomba untuk menciptakan cara-cara yang lebih efesien,
efektif,inovatif, fleksibel dan adaptif.
Menyadari pentingnya peranan sector usaha swasta pemerintah melalui Inpres No. 4/1995
berupaya membangkitakan semangat generasi muda untuk menjadi entrepereneur (pengusaha).
Sasaran program pembangkitan jiwa entrepreuner meliputi :
-generasi muda, siswa drop out, dan para pemilik usaha yang prospektif
-usaha kecil dan koperasi,
-BUMN, oraginsasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan
B. Penyebab Pengangguran
Pengangguran atau tunakarya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang
mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah
angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada
yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian,
karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran)
Tingkat pengangguran di Indonesia turun tajam menjadi 9 persen dari 9,4 persen, Biro Statistik
Tenaga Kerja mengatakan hal ini beberapa waktu lalu. Namun, berita positif tidak banyak
menyemangati jutaan orang yang kehilangan pekerjaan, beberapa selama lebih dari satu
tahun. Meskipun versi resmi, dan sebagian besar media, melukiskan gambaran yang indah,
realitas di lapangan sangat berbeda, dengan orang-orang merasa semakin sulit mencari pekerjaan,
menurut banyak pengamat seperti contoh pengguran musiman.
Beberapa bahkan mengatakan angka pengangguran tersebut adalah pencuci mata. Mereka
bertanya-tanya apakah ekonomi benar-benar menjadi lebih baik dan pasar kerja sedang mencari,
atau apakah pemerintah memaksakan optimisme pada orang-orang dengan memproyeksikan sisi
cerah ke atas. Nah Berikut penyebab pengangguran di Indonesia yang menjadi beberapa alasan
utama:
1. Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan jumlah tenaga kerja
Jumlah pekerja meningkat dari hari ke hari. Bahkan mahasiswa dan lulusan magister
semakin sulit untuk memiliki pekerjaan karena jumlah pekerjaan yang tersedia sedikit.
Kebutuhan lowongan bugar tumbuh lebih cepat daripada lowongan yang tersedia.
Ledakan penduduk di Indonesia tidak dibarengi dengan berkembangnya lapangan kerja
yang menyebabkan semakin banyaknya lulusan muda yang menganggur untuk menunggu
pekerjaan. Jadi jumlah pengangguran meningkat seiring dengan peningkatan populasi
seperti contoh pengangguran terselubung.
2. Kemajuan teknologi
Perkembangan teknologi harus menjadi kebanggaan karena dengan teknologi yang lebih
maju, kerja manusia akan lebih mudah. Namun, perkembangan teknologi juga membuat
banyak perusahaan hanya membutuhkan beberapa pekerja karena posisinya telah diganti
dengan hadirnya teknologi terbaru seperti robot. Alasan utama perusahaan menggunakan
robot daripada manusia karena biayanya lebih murah dengan kerja cepat dan akurat.
Sudah banyak perusahaan yang menggunakan robot dan meninggalkan kekuatan
manusia.
3. Keterampilan pemohon tidak memenuhi kriteria
Perusahaan yang memiliki lowongan kerja akan membutuhkan karyawan yang sesuai
dengan kriteria sesuai dengan posisi yang akan ditempati oleh calon karyawan. Tapi itu
menjadi kendala ketika perusahaan membutuhkan beberapa karyawan dengan
keterampilan tinggi. Secara otomatis, hanya akan ada beberapa pelamar yang memiliki
kesempatan. Hal ini disebabkan jarang pelamar yang memiliki banyak keterampilan
untuk mendukung posisi dalam suatu perusahaan.
4. Kurangnya pendidikan dan keterampilan
Faktor berikutnya yang menyebabkan pengangguran di Indonesia adalah masalah
keterampilan dan pendidikan. Kurangnya tingkatan pendidikan akan menyebabkan
seseorang menjadi sulit untuk dijadikan sebagai tenaga kerja. Orang yang tidak memiliki
latar belakang pendidikan tinggi biasanya hanya menjadi buruh kasar seperti contoh
pengangguran deflasioner.
Jika pekerjaan kasar tidak ada dan tidak memiliki jiwa seorang pengusaha, maka
seseorang dapat menjadi pengangguran permanen. Selain itu, orang-orang yang tidak
mendapatkan cukup uang untuk mencapai pendidikan tidak mau menaikkan keterampilan
mereka seperti mengemudi, memasak, atau bertani.
5. Kemiskinan
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penganggur berasal dari orang-orang yang
hidup di bawah kemiskinan. Meskipun tingkat kemiskinan di Indonesia dapat dikurangi
secara bertahap, jumlah pengangguran dapat dikategorikan tinggi. Kebanyakan orang
yang tumbuh di keluarga miskin pada umumnya juga miskin. Itu karena mereka tidak
memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, atau tidak memiliki persediaan
yang cukup untuk mengembara. Akhirnya, hal yang akan mereka lakukan adalah
menganggur. Kemiskinan adalah salah satu penyebab pengangguran di Indonesia.
6. PHK
Salah satu hal yang paling menakutkan oleh karyawan swasta adalah pemutusan
hubungan kerja atau pemutusan hubungan kerja. PHK akan terjadi karena berakhirnya
kontrak kerja atau pengurangan karyawan. Sebuah perusahaan bahkan akan melakukan
metode ini untuk menstabilkan sistem kerja. Pekerjaan sektor pemerintah, yang dianggap
paling aman, menjadi opsi berbahaya karena pemerintah negara bagian dan lokal terus-
menerus memotong pekerjaan.
7. Tempat tinggal jauh dari banyak lowongan pekerjaan
Daerah yang kurang berkembang biasanya akan menjadi sarang bagi banyak
pengangguran. Orang-orang di daerah terpencil biasanya memiliki keinginan untuk
sukses besar. Namun, apa kekuatannya jika domisili mereka jauh dari kampung halaman
dan tidak mendapatkan berkah dan kesempatan yang sama untuk mencoba peruntungan
mereka di tanah luar negeri. Akhirnya, orang-orang seperti ini akan berakhir menganggur
karena mereka memilih keluarga, istri, dan anak-anak sebagai prioritas seperti contoh
pengagguran teknlogi.
8. Pasar global
Di era pasar global bebas dan perdagangan global, maka pengangguran akan menjadi
masalah terbesar yang pernah ada. Akan ada banyak perusahaan asing yang didirikan,
tetapi mereka cenderung memasukkan beberapa pekerja dari negara mereka daripada
menggunakan tenaga kerja asli.Selain itu, mereka memiliki alasan sendiri bahwa
sebagian besar keterampilan dan kemampuan Indonesia tidak memenuhi persyaratan
mereka. Akhirnya, penduduk lokal berakhir sebagai penganggur. Seharusnya menjadi
kewajiban bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang baik terhadap perusahaan
asing. Mereka harus membatasi orang asing yang menjadi pekerja di Indonesia.
9. Kesulitan untuk bertemu pencari kerja dan lowongan
Kekosongan yang tersedia terkadang tidak diumumkan dengan baik. Beberapa orang
potensial yang mengisi lowongan terkadang kehilangan informasi tentang lowongan itu
sendiri. Beberapa perusahaan terkadang tidak menyebarkan lowongan yang mereka
butuhkan dengan baik. Sebenarnya ada banyak pencari kerja yang masih membutuhkan
pekerjaan dan siap dipekerjakan kapan saja. Para pencari kerja terkadang tidak cukup
aktif dalam mendapatkan informasi tentang lowongan tersebut. Mereka harus bergabung
dengan job fair atau lowongan pekerjaan untuk mencari pekerjaan.
10. Terlalu tinggi harapan untuk para calon pekerja
Sudah umum bahwa sebagian besar perusahaan di Indonesia mengharapkan tenaga kerja
terampil yang tinggi. Melalui seleksi yang ketat, terkadang mereka tidak memilih siapa
pun. Alasan utamanya adalah karena mereka belum menemukan orang yang cocok yang
dapat bekerja di beberapa posisi tertentu. Itu terjadi ketika perusahaan tidak ingin
mempekerjakan orang yang tidak terampil dan mereka tidak perlu memberikan pelatihan
panjang setelah mereka mendapatkan karyawan.
Anda dapat bekerja tetapi tidak berhasil menemukan pekerjaan? Ada berbagai variabel
yang terlibat dalam “alasan” Anda tersebut:
a. Tidak mau / tidak dapat dipindahkan ke tempat keahlian / pengalaman Anda
dibutuhkan
b. Pencarian pekerjaan Anda dapat memanfaatkan lebih banyak dan lebih dalam
bagi Anda untuk menemukan lowongan yang cocok
c. Harapan kompensasi total Anda tidak realistis dan Anda memilih keluar,
bertahan untuk sesuatu yang lebih baik
Pendapat subjektif Anda tentang apa yang Anda kualifikasi tidak realistis atau
kompetitif dengan kandidat lain
d. Apa yang Anda kirimkan (wawancara / keterampilan presentasi) membutuhkan
peningkatan untuk benar-benar mengungkapkan apa yang Anda tawarka
e. Pemeriksaan latar belakang kriminal / kredit / referensi atau layar tidak cocok
dengan Anda
f. Anda memiliki keterampilan set yang tinggi di mana ada permintaan yang rendah
atau langka dan Anda tidak bersedia atau siap untuk melakukan sesuatu yang lain
2. Bagi Masyarakat
a. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
b. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan
apabila tidak bekerja.
c. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik
Usaha Menanggulangi
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai
berikut:Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang
bersifat padat karya.
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain.
2. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika
menunggu musim tertentu.
Cara mengatasi pengangguran siklis
Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia yang hanya memiliki 0,18% penduduknya yang
berwirausaha menyebabkan Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat lamban.
Benarlah pernyataan sosiolog David McCleiland, bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan mempercepat kemajuan pembangunan suatu negara dibutuhkan minimal 2%
wirausahawan dari jumlah pnduduk negara bersangkutan. Hal yang sama berkali-kali
disampaikan pengusaha Ciputra. Menurutnya, setidaknya dibutuhkan minimal 2%
wirausahawan untuk menjadikan negara Indonesia bangkit dari ketertinggalan bangsa lain.
Pertama, kuliah kewirausahaan. Strategi ini dengan cara menyelenggarakan mata kuliah
Pendidikan Kewirausahaan secara terpadu di semua program studi di perguruan tinggi. Pimpinan
perguruan tinggi perlu memiliki komitmen yang kuat untuk mewajibkan setiap mahasiswa
memprogramkan mata kuliah ini tanpa melihat program studi asal mahasiswa tersebut. Dalam
penyusunan kurikulum yang akan diajarkan, pimpinan perguruan tinggi harus mengikutsertakan
akademisi, pelaku usaha, dan motivator kewirausahaan sehingga materi yang diajarkan lebih
berkualitas, tidak hanya sebatas formalitas, tetapi didesain sedemikian rupa sehigga dapat
menimbulkan ketertarikan bagi mahasiswa yang pada akhirnya setelah selesai kuliah dapat
memilih wirausaha sebagai pilihan karier yang dibanggakan. Dosen yang mengajar mata kuliah
Pendidikan Kewirausahaan juga tidak hanya dilihat dari linieritas disiplin ilmunya, tetapi harus
memiliki jiwa kewirausahaan. Akan lebih baik lagi kalau dosen pengasuh mata kuliah Pendidikan
Kewirausahaan tersebut memiliki usaha atau sebagai pelaku usaha.
Keempat, inkubasi wirausaha baru. Program ini adalah suatu fasilitas yang dikelola oleh
sejumlah staf dosen tertentu di perguruan tinggi yang bekerja sama dengan Kementrian Koperasi
dan UKM dengan menawarkan paket terpadu kepada pengusaha atau mahasiswa dan alumni
dengan biaya terjangkau selama jangka waktu tertentu (2-3 tahun). Paket Program Inkubator
Wirausaha Baru, meliputi (1) sarana fisik atau gedung dan fasilitas kantor yang dapat dipakai
bersama, (2) kesempatan akses dan pembentukan jaringan kerja dengan jasa pendukung teknologi
dan bisnis yang meliputi sumber daya teknologi dan informasi, sumber daya bahan baku dan
sumber daya keuangan, (3) pelayanan konsultasi bisnis yang meliputi aspek teknologi dan
manajemen, (4) pembentukan jaringan kerja antar pengusaha, (5) pengembangan produk
penelitian untuk dapat diproduksi secara komersial.
Mankiw, G., Quah, E. & Wilson, P. (2013). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat ISBN
978-981-4384-85-8
https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/05/06/1564/februari-2019--tingkat-pengangguran-terbuka--tpt--
sebesar-5-01-persen.html
http://uniflor.ac.id/home/berita/53/membangun-jiwa-kewirausahaan-mahasiswa
https://suzieitaco.wordpress.com/2013/09/17/peran-wirausaha-dalam-suatu-negara/