Ibadah # Minhajul Muslim
Ibadah # Minhajul Muslim
Cari
abuhafuza
Tharah itu hukumnya wajib berdasarkan dalil-dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah, di antaranya:
Secara umum, Thaharah itu terbagi dua: Pertama, berkaitan dengan thaharah batin, yaitu membersihkan
diri dari segala jenis dosa dan maksiat. Caranya adalah dengan banyak beristighfar, taubat, menjalankan
semua perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya. Kedua, berkaitan dengan thaharah zhahirah, yaitu
membersihkan diri dari najis dan hadats. Nah, jenis kedua inilah yang akan banyak dibahas dalam buku
ini.
Untuk berthaharah, ada dua jenis alat atau sarana yang bisa Anda gunakan:
1)Air mutlak
Yaitu, air yang masih berada dalam bentuk aslinya, belum bercampur dengan apapun, baik najis maupun
sesuatu yang suci. Allah Swt berfirman dalam Al-Quran Al-Karim:
“Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-
Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih.” [Al-Furqan: 48]
2)Tanah yang suci, yaitu segala sesuatu yang ada di permukaaan bumi, baik berupa tanah, batu, kerikil
dan sebagainya. Rasulullah Saw bersabda, “Tanah itu dijadikan Mesjid bagimu dan sebagai alat bersuci.”
[Diriwayatkan oleh Imam Ahmad]
Akan tetapi perlu diingat, bahwa bersuci dengan tanah hanya dibolehkan ketika tidak adanya air. Nah,
inilah yang dinamakan dengan tayammum yang akan penulis bahas secara panjang-lebar di bagian
selanjutnya.
Najis itu banyak sekali jenisnya, terutama berkaitan dengan kotoran yang dikeluarkan oleh manusia dari
kubul maupun duburnya, atau madzi, atau mani, atau wadi, air kencing dan tahi dari binatang yang tidak
boleh dimakan dagingnya, darah yang banyak, nanah atau muntah, begitu juga dengan segala jenis
bangkai, kecuali kulitnya yang bisa disemak.
1)Jikalau Anda ingin buang hajat, maka carilah tempat yang tidak bisa dilihat oleh pandangan manusia.
Abu Daud meriwayatkan, bahwa jikalau Rasulullah Saw ingin membuang hajat, maka beliau mencari
tempat yang tidak dilihat seorangpun.
2)Jikalau Anda memakai sesuatu yang ada tulisan nama-nama Allah Swt, maka lepaskanlah terlebih
dahulu, seperti cincin dan sebagainya.
ث أواسلأخأباَئم م
ث ك ممأن اسلهخسب م
بمسسمم ام اللمههمم إمننىِّ أأهعسوهذ بم أ
“Dengan nama Allah. Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari jin laki-laki dan jin perempuan.”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
4)Jikalau Anda berada di tempat terbuka, jagalah aurat Anda. Usahakannya menutupinya dengan kain.
5)Janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya ketika membuang hajat. Rasulullah Saw bersabda:
“Janganlah menghadap kiblat dengan kemaluan kalian, serta jangan pula membelakanginya ketika buang
air besar atau kecil.” [Diriwayatkan oleh An-Nasai]
6)Janganlah Anda buang air di tempat orang-orang berteduh, di jalan yang dilalui orang banyak, di
tempat mereka mengambil air, atau di bawah pohon yang berbuah. Rasulullah Saw bersabda:
“Takutilah tiga tempat yang dilaknat: Buang air besar di sumber mata air, di tengah jalan dan di tempat
berteduh manusia.” [Diriwayatkan oleh Abu Daud]
7)Jikalau Anda sedang buang air, tahanlah lidah Anda. Jangan berbicara pada siapapun. Rasulullah Saw
bersabda:
“Jikalau dua orang laki-laki buang air besar, maka hendaklah setiap mereka berlindung/bersembunyi dari
yang lainnya, serta jangan pula berbicara karena Allah Swt membenci hal itu.” [Lisan Al-Mizan]
Point Kedua: Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika Istijmar atai Istinja’.
Istijmar adalah bersuci dengan selain air, dan Istinja’ adalah bersuci dengan air. Ada beberapa hal yang
perlu Anda perhatikan dalam hal ini:
“Janganlah ber-Istijmar dengan kotoran dan tulang, karena itu adalah bekal saudara-saudara kalian dari
kalangan jin.” [Diriwayatkan oleh At-Turmudzi]
2)Janganlah menyentuh kotoran atau ber-Istinja’ dengan tangan kanan Anda, dan jangan pula
menyentuh kemaluan dengannya. Rasulullah Saw bersabda:
“Janganlah salah seorang di antara kalian menyentuh zakarnya dengan tangan kanannya; sedangkan ia
sedang buang air besar, serta jangan pula membasuh dengan tangan kanannya di toilet.” [Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad]
3)Jikalau Anda ber-Istijmar, maka gunakanlah batu atau alat-alat lainnya dengan cara ganjil, baik tiga,
lima dan seterusnya.
4)Jikalau Anda ingin menggabungkan antara Istinja’ dan Istijmar, maka itu lebih baik. Akan tetapi perlu
diingat, bahwa Istijmar terlebih dahulu dan kemudian diakhiri dengan Istinja’.
Point Ketiga: Hal yang harus perhatikan ketika Anda sudah selesai.
Jikalau Anda sudah selesai membuang hajat, maka keluarlah dengan mendahulukan kaki kanan,
kemudian bacalah doa:
هغسفأرانأ أ
ك
Wudhu’ itu hukumnya wajib berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Dalam Al-Quran Al-Karim dijelaskan:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki.” [Al-Maidah: 6]
“Tidak diterima shalat salah seorang di antara kalian jikalau ia berhadats, sampai ia berwudhu’.”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
1)Fardhu Wudhu’:
b-Membasuh kedua tangan sampai ke pergelangan atau siku. Jangan sampai kurang, karena bisa
membatalkan wudhu’ Anda.
c-Mengusap rambut dari kening sampai bagian belakang kepala.
d-Membasuh kedua kaki sampai mata kaki. Selain itu, Anda juga tidak boleh melewatkan tumit. Ia masuk
dalam hukum ini.
e-Tertib. Jikalau yang dahulu, didahulukan. Dan yang kemudian, dikemudiankan. Jangan dibolak-balik.
f-Muwalah, yaitu jarak antara fardhu yang satu dengan yang lainnya tidak berlansung lama. Jarak yang
lama akan menyebabkan batalnya wudhu’ yang Anda lakukan.
2)Sunnahnya:
“Tidak ada wudhu’ bagi yang tidak menyebut nama Allah Swt.” [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad]
b-Mencuci telapak tangan sebanyak tiga kali, kemudian baru memasukkannya ke ember air atau bejana;
jikalau baru saja bangun tidur. Rasulullah Saw bersabda:
“Jikalau salah seorang kalian bangun dari tidurnya, maka janganlah memasukkan tangannya ke dalam
bejana sampai mencucinya sebanyak tiga kali, karena ia tidak tahu dimana tangannya ditidur.”
[Diriwayatkan oleh Muslim]
“Jikalau tidak memberatkan terhadap umatku, maka saya akan memerintahkan mereka untuk bersiwak
setiap kali wudhu’.” [Diriwayatkan oleh Imam Malik]
d-Intinsyaq, yaitu menghirup air dengan hidung. Dan Intintsar, yaitu mengeluarkannya.
f-Menyela jenggot.
g-Melakukannya sebanyak tiga kali-tiga kali, akan tetapi wajibnya hanya sekali saja.
“Umatku akan datang pada hari kiamat dengan bercahaya karena bekas wudhu’. Barangsiapa di antara
kalian yang bisa memperpanjang cahayanya, maka perpanjanglah.” [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad]
m-Jikalau Anda telah selesai berwudhu’, maka bacalah doa berikut ini:
ُ اللمههمم اسجأعسلمنيِ ممأن التمموابمسيأن أواسجأعسلمنيِ ممأن اسلهمتأ أ,ُ أوأأسشهأهد أأمن همأحممددا أعسبهدهه أوأرهسسولههه,ك لأهه
طهنمرسيأن أأسشهأهد أأسن أل إملأهأ إممل اه أوسحأدهه أل أشمرسي أ
“Saya bersaksi, bahwa tiada Tuhan melainkan Allah Swt, yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya. Saya
bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Ya Allah, jadikanlah diriku bagian dari
orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah diriku bagian dari orang-orang yang bersuci.” [Diriwayatkan
oleh An-Nasai]
b-Lebih dari tiga kali. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang lebih, maka ia telah melakukan
kesalahan dan berbuat zhalim.” [Diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah]
e-Berwudhu’ dengan sisa wudhu’ wanita. Ini adalah salah satu bentuk perbuatan yang dilarang oleh
Rasulullah Saw. [Diriwayatkan oleh At-Turmudzi]
1)Sesuatu yang keluar dari kubul atau dubur, baik kotoran, mani, madzi dan sebagainya.
2)Tidur berat. Jikalau tidur kecil yang tidak menghilangkan kesadaran, maka hukumnya tidak apa-apa.
3)Hilang kesadaran, baik karena ayan, mabuk maupun gila. Pada saat itu, ia tidak mampu lagi
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga tidak masuk dalam kategori hukum.
4)Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan atau jari. Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa yang menyentuh zakarnya, maka janganlah ia mengerjakan shalat sampai berwudhu.”
[Diriwayatkan oleh At-Turmudzi]
5)Murtad, karena hakikatnya ia sudah berada di luar hukum-hukum ibadah dalam Islam.
6)Memakan daging unta. Pada suatu hari Rasulullah Saw ditanya, “Apakah kami berwudhu kalau makan
daging kambing?” Beliau menjawab, “Jikalau engkau menginginkannya.” Ia bertanya lagi, “Apakah kami
berwudhu setelah makan daging unta?” Beliau menjawab, “Ya.” [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad]
a)Orang yang buang airnya tidak putus-putus atau di sebahagian besar waktunya. Dalam keadaan seperti
ini, ia disunnahkan berwudhu’ di setiap kali mengerjakan shalat, karena di khawatirkan batal dari satu
waktu ke waktu lainnya.
b)Perempuan Mustahadhah, yaitu perempuan yang kemaluannya mengeluarkan darah bukan pada hari-
hari haidhnya. Dalam keadaan seperti ini, ia juga disunnahkan berwudhu’ setiap kali mengerjakan shalat.
Rasulullah Saw bersabda kepada Fathimah binti Abu Hubaisy, “Kemudian berwudhu’lah untuk setiap kali
mengerjakan shalat.” [Diriwayatkan oleh Abu Daud]
c)Barangsiapa yang memandikan mayat atau membawa kerandanya. Rasulullah Saw bersabda,
“Barangsiapa yang memandikan mayat, maka mandilah. Dan barangsiapa yang membawanya, maka
berwudhulah.”
Pembahasan Keempat: Mandi Wajib
Kewajiban mandi ini berdasarkan kepada Al-Quran Al-Karim dan sunnah Rasulullah Saw. Allah Swt
berfirman:
“(jangan pula hampiri mesjid) Sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga
kamu mandi.” [An-Nisa’: 43]
Rasulullah Saw bersabda, “Jikalau satu khitan telah melewati khitan lainnya, maka wajib mandi.”
[Diriwayatkan oleh Muslim]
1)Junub, yaitu bertemunya kelamin laki-laki dan kelamin perempuan; walaupun tidak keluar mani.
Rasulullah Saw bersabda, “Jikalau kedua khitan telah bertemu, maka wajib mandi.” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari]
“Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. “ [Al-Baqarah: 222]
3)Masuk Islam, karena ketika Tsumamah bin Al-Hanafy masuk Islam, maka Rasulullah Saw
memerintahkannya untuk mandi. [Diriwayatkan oleh Abu Daud]
a-Jumat. Rasulullah Saw bersabda, “Mandi jumat wajib bagi setiap yang sudah bermimpi.” [Diriwayatkan
oleh Abu Daud]
Maksud wajib dalam hadits ini adalah sunnah, bukan wajib dalam artian harus. Itulah yang dijelaskan
oleh para ulama; walaupun ada sebahagiannya yang mewajibkan.
b-Ihram. Ketika Anda ingin mengerjakan Ihram, maka Anda disunnahkan untuk mandi.
d-Memandikan mayat.
1)Fardhu Mandi:
a-Niat. Hendaklah Anda berniat menghilang hadats besar dengan mandi ini.
b-Menyiramkan air ke seluruh badan, kemudian mengusap bagian yang bisa diusap.
2)Sunnah Mandi:
a-Memulai dengan Basmallah.
b-Mencuci kedua tangan sebelum memasukkannya ke dalam ember atau bejana air.
d-Mendahulukan anggota-angota badan yang biasa digunakan untuk berwudhu dari anggota-anggota
tubuh lainnya.
e-Berkumur-kumur, Istinsyaq, serta membasuh bagian dalam telinga dan bagian luarnya.
e-Mandi di air yang tenang. Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian mandi di
air diam; sedangkan ia dalam keadaan junub.” [Diriwayatkan oleh Muslim]
“Janganlah perempuan yang haidh dan orang yang junub membaca sesuatu dari Al-Quran.”
[Diriwayatkan oleh At-Turmudzi]
4)Menyentuh Al-Quran Al-Karim. Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah engkau menyentuh Al-Quran,
kecuali engkau dalam keadaan suci.” [Diriwayatkan oleh Ad-Dar Quthny]
Tayammum adalah bersuci dengan tanah yang baik lagi suci. Dan ini tidak boleh digunakan, kecuali
dalam keadaan tertentu, seperti tidak ada air setelah setelah berusaha keras mencarinya, atau tidak bisa
menggunakannya karena sakit, atau tidak bisa bergerak dan tidak ada orang yang mengambilnya. Dalam
Al-Quran Al-Karim dijelaskan:
“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah
yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.” [An-Nisa’: 53]
a-Niat
2)Sunnahnya:
a-Membacalah Basmallah
c-Mengusap kedua siku sebagai bentuk kehati-hatian. Jikalau hanya telapak tangan, maka itu sudah
cukup.
b-Mendapatkan air sebelum mengerjakan shalat atau ketika sedang mengerjakannya. Namun jikalau ia
mendapatkannya setelah selesai mengerjakannya, maka hukumnya sah.
Pembahasan Keenam: Hukum Haid dan Nifas
Haid adalah darah yang dikeluarkan oleh seorang perempuan ketika ia mencapai usia baligh, yang
biasanya dialami pada waktu-waktu tertentu setiap bulannya. Minimalnya adalah sehari-semalam, paling
lama lima belas hari, biasanya seminggu. Jikalau ia sedang mengalami haid, maka ia tidak boleh
mengerjakan shalat dan puasa.
Namun ada juga istilah lainnya yang dikenal dengan nama Mustahadhah, yaitu perempuan yang aliran
darah di kemaluannya tidak terputus; padahal hari-hari haidh yang biasanya dijalani telah habis. Dalam
keadaan seperti ini, jikalau ia sudah melewati hari-hari haidhnya, maka hendaklah ia mengerjakan shalat
dan berpuasa, karena darah itu hanyalah darah penyakit semata.
Rasulullah Saw bersabda kepada Fathimah binti Abu Hubaisy, “Jikalau darahnya darah haidh, maka
warnanya hitam dan dikenal. Jikalau keadaannya seperti itu, maka tinggalkanlah shalat. Jikalau warnanya
yang lain, maka berwudhu’lah dan shalatlah, karena itu hanyalah keringat.” [Diriwayatkan oleh Abu
Daud]
Sedang nifas adalah darah yang dikeluarkan seorang perempuan setelah melahirkan. Biasanya terjadi
selama 40 hari, dan tidak ada batas minimalnya. Umm Salamah Radhiyallahu ‘Anha meriwayatkan,
bahwa ia bertanya kepada Rasulullah Saw:
Beliau menjawab, “Empat puluh hari, kecuali ia sudah suci sebelum itu.” [Diriwayatkan oleh At-Turmudzi]
Point Kedua: Hal-Hal yang dibolehkan dan dilarang dari perempuan yang haidh dan nifas.
c-Masuk Mesjid
d-Membaca Al-Quran
e-Thalaq. Perempuan yang sedang haidh tidak boleh dithalaq, karena Rasulullah Saw pernah melarang
Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhu yang menthalaq istrinya ketika haidh, kemudian menyuruhnya
kembali meruju’nya sampai suci.
a-Boleh menyentuh istri; asal tidak melakukan hubungan badan. Rasulullah Saw bersabda:
c-Ihram, Wuquf di Arafah dan segala jenis amalan haji, kecuali thawaf. Hal itu tidak dibolehkan kecuali
setelah suci dan mandi.
Shalat itu hukumnya wajib berdasarkan berbagai dalil dari Al-Quran dan Sunnah. Allah Swt berfirman:
“Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.” [An-Nisa: 103]
“Islam itu dibangun berpondasikan lima perkara: Syahadat bahwa tiada Rabb selain Allah, dan
Muhammad adalah Rasulullah; mendirikan shalat; menunaikan zakat; berhaji ke Baitullah dan puasa
Ramadhan.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
1)Shalat Fardhu, yaitu shalat yang dikerjakan seorag muslim sebanyak lima kali sehari-semalam; Subuh,
Zuhur, Ashar, Maghrib dan Isya.
2)Shalat Sunnah, yaitu shalat Sunnah Witir, shalat Sunnah Fajar, shalat Sunnah dua hari raya, shalat
Kusuf, Khusuf dan shalat Istisqa. Semua ini adalah shalat Sunnah Muakkad.
Sedangkan shalat sunnah Tahiyyatul Masjid, shalat Sunnah Rawatib, dua rakaat setelah berwudhu, shalat
Dhuha, shalat Tarawih dan Qiyamul Lail, maka semua ini masuk dalam kategori shalat sunnah Ghairu
Muakkad.
3)Shalat Nafilah, yaitu shalat sunnah selain yang muakkad dan ghairu muakkad, yang sifatnya muthlaq di
siang dan malam hari.
Point Ketiga: Syarat shalat
1)Syarat wajib
a-Islam. Rasulullah Saw bersabda, “Saya diperintahkan memerangi manusia, sampai mereka bersaksi
bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah; mendirikan shalat dan
menunaikan zakat.” [Diriwayatkan oleh An-Nasai]
b-Berakal. Rasulullah Saw bersabda, “Hukum diangkat dari tiga orang: Orang yang tidur sampai
terbangun, anak kecil sampai bermimpi, dan orang gila sampai sadar.” [Diriwayatkan oleh Abu Daud]
c-Baligh.
d-Masuk waktunya. Jikalau Anda mengerjakannya di luar waktunya, maka shalatnya batal.
2)Syarat sah:
b-Menutup aurat. Aurat laki-laki adalah dari lutut sampai pusarnya, sedangkan aurat perempuan adalah
seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangan.
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.”
[Al-Baqarah: 115]
Point Keempat: Fardhu shalat, sunnahnya, makruhnya, hal-hal yang membatalkannya dan hal-hal yang
dibolehkan.
1)Fardhu Shalat
b-Niat
d-Membaca Al-Fatihah. Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Al-
Fatihah.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
e-Ruku’
g-Sujud
j-Salam
k-Duduk untuk salam
l-Tertib. Bagian yang didahulukan, harus didahulukan. Rasulullah Saw bersabda, “Shalatlah kalian
sebagaimana saya shalat.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
2)Sunnah shalat
-Mengucapkan ketika I’tidal: Sami’allahu Liman Hamidahu. Dan makmum cukup menyambungnya
dengan doa: Rabbana Lakal Hamdu…
-Membaca Subhana Rabbial ‘Azhimi.. ketika ruku’, dan membaca Subhana Rabbiyal A’la ketika sujud.
-Takbir Intiqal antara satu gerakan ke gerakan shalat lainnya; sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah
Saw.
-Tasyahhud
-Menjahrkan suara dalam shalat Jahriyyah, dan men-sirrkannya dalam shalat Sirriyah.
-Doa Iftitah
-Berta’awwudz di rakaat pertama, dan membaca Al-Fatihah secara sirr dalam setiap rakaatnya.
-Mengangkat kedua tangan sampai sejajar dengan kedua bahu ketika Takbiratul Ihram, ruku’ dan I’tidal.
-Memanjangkan bacaan dalam shalat Subuh, memendekkannya ketika shalat Ashar dan Maghrib, serta
sedang-sedang saja ketika shalat Zuhur dan Isya.
“Ya Tuhanku, ampunilah diriku, kasihanilah, maafkanlah, tunjukilah dan karuniakanlah rezki-Mu
kepadaku.” [Diriwayatkan oleh An-Nasai]
-Ketika Tasyahhud awal dan duduk-duduk lainnya dalam shalat dengan cara Iftirasy, yaitu duduk di atas
telapak kaki kiri dan menegakkan kaki kanan. Sedangkan di rakaat terakhir, maka dengan cara Tawarruk,
yaitu menempatkan telapak kaki di bawah paha kanan dan menempatkan pantat di tanah, serta
menegakkan kaki kanan. Tangan kiri diletakkan di atas paha kiri dan jari-jarinya membentang, kemudian
jari-jari tangan kanan digenggaman dan diisyaratkan dengan telunjuk.
-Setelah Tasyahhud akhir, berdoalah dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, di antaranya:
“Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari adzab Jahannam, adzab kubur, fitnah orang yang hidup dan
orang yang mati, serta dari fitnah Masih Ad-Dajjal.” [Diriwayatkan oleh Muslim]
“Ya Allah, Engkaulah Salam dan dari-Mulah keselamatan, serta Maha Suci-Mu wahai Zat yang Maha
Mulia lagi Maha Agung.” [Diriwayatkan oleh Muslim]
Kemudian bertasbihlah sebanyak 33 kali, bertahmid sebanyak 33 kali, dan bertakbir sebanyak 33 kali,
kemudian tutuplah dengan La Ilaha Illallaj Wahdahu La Syarika Lah, Lahul Mulku Wa Lahul Hamdu Wa
Huwa ‘Ala Kulli Syai-in Qadir.
c-Meletakkan tangan di kelinking, atau berpegangan dengan jari kelinking ketika bersedekap.
a-Meninggalkan salah satu rukun shalat, dan tidak berusaha menjemput rukun yang tertinggal itu ketika
masih berada dalam shalat.
e-Banyak melakukan perbuatan-perbuatan tidak jelas, karena itu menafikan bentuk ibadah.
f-Salah dalam niat. Misalnya, ia sedang mengerjakan shalat di aktu Ashar, akan tetapi ingatnya ia sedang
shalat Zuhur.
“Jikalau salah seorang kalian mengerjakan shalat menghadap sesuatu yang melindunginya dari orang
lain, kemudian ada orang yang ingin melintas di hadapanmu, maka doronglah. Jikalau ia enggan, maka
perangilah, karena ia adalah setan.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
g-Membunuh ular dan kalajengking jikalau ia mengarah kepadanya dan ingin mengganggunya.
i-Berisyarat dengan tangan terhadap orang yang mengucapkan salam kepadanya, karena Rasulullah Saw
juga melakukan hal yang sama. [Diriwayatkan oleh At-Turmudzi]
Shalat Jamaah itu hukumnya wajib berdasatkan hadits Nabi Saw dengan berbagai bentuknya, di
antaranya:
“Tidaklah tiga orang berada di suatu kampung atau wilayah, kemudian tidak dilaksanakan disana shalat
jamaah, kecuali setan menguasainya. Maka kalian harus berjamaah.” [Diriwayatkan oleh Abu Daud]
“Shalat jamaah melebihi shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat.” [Diriwayatkan oleh Al-
Bukhari]
1)Hukumnya
Shalat Jumat itu wajib berdasarkan firman Allah Swt dalam Al-Quran Al-Karim:
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu
kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” [Al-Jumuah: 9]
Dan Rasulullah Saw bersabda:
“Jum’at itu adalah hak wajib setiap muslim dengan berjamaah, kecuali empat golongan: Hamba sahaya,
atau perempuan, atau anak kecil, atau orang yang sakit.” [Diriwayatkan oleh Abu Daud]
a-Mandi bagi setiap muslim yang ingin menghadirinya. Rasulullah Saw bersabda:
“Mandi jumat itu wajib bagi setiap laki-laki yang sudah bermimpi.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
“Bagi setiap muslim untuk mandi pada hari jumat, memakai pakaiannya yang baik,dan jikalau ia memiliki
wewangian, maka pakailah.” [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad]
c-Bersegera ke Mesjid
d-Mengerjakan shalat sunnah yang mungkin dikerjakannya, misalnya shalat Tahiyyatul Mesjid, shalat
Dhuha dan sebagainya.
f-Jikalau Anda datang terlambat, kemudian mendapati Imam sedang berkhutbah, maka shalat dua rakaat
Tahiyyatul Mesjid dengan ringan. Rasulullah Saw bersabda:
“Jikalau salah seorang di antara kalian (memasuki Mesjid) pada hari jumat; sedangkan Imam sedang
berkhutbah, maka kerjakanlah dua rakaat dengan ringan.” [Diriwayatkan oleh Muslim]
g-Janganlah Anda memisahkan di antara dua orang yang duduk bersebelahan dalam Mesjid, dan jangan
pula melangkahi pundak orang. Isilah tempat yang kosong.
h-Ketika prosesi shalat jumat sedang dilansungkan, Anda diharamkan mengadakan jual-beli.
i-Disunnahkan membaca surat Al-Kahfi pada malamnya atau siangnya. Rasulullah Saw bersabda,
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari jumat, maka ia akan diterangi cahaya di antara dua
jumat.” [Diriwayatkan oleh Al-Hakim]
k-Perbanyaklah berdoa, karena ada waktu-waktu tertentu yang mustajab pada hari Jumat. Rasulullah
Saw bersabda, “Pada hari jumat ada suatu waktu, tidaklah seorang muslim memohon kebaikan kepada
Allah Swt pada waktu itu, kecuali Dia akan memberikannya.” [Diriwayatkan oleh Muslim]
a-Laki-laki
b-Baligh
c-Merdeka
d-Sehat
e-Mukim, bukan seseorang yang sedang berada dalam perjalanan.
4)Syarat wajibnya:
b-Mesjid
c- Khutbah
Point Ketujuh: Shalat Sunnah Witir, Shalat Sunnah Fajar, Shalat Sunnah Rawatib dan Shalat Nafilah
Mutlaq.
Tidak selayaknya seorang muslim meninggalkan shalat sunnah witir, karena hukumnya sunnah mukkadah
(sangat dianjurkan sekali). Waktunya dimulai semenjak selesai mengerjakan shalat Isya sampai masuk
waktu Fajar. Rasulullah Saw bersabda:
“Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jikalau salah seorang di antara kalian khawatir masuknya waktu
Subuh, maka shalatnya satu rakaat sebagai Witir dari shalat yang telah dikerjakan.” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari]
Ketika mengerjakannya, Anda disunnahkan membaca Al-A’la (rakaat pertama), Al-Kafirun (rakaat kedua),
dan Ash-Shamad atau Al-Falaq dan An-Nas (rakaat ketiga).
“Dua rakaat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya.” [Diriwayatkan oleh Muslim]
Ketika mengerjakannya, Anda disunnahkan membaca surat Al-Kafirun pada rakaat pertama, dan surat Al-
Ikhlas pada rakaat kedua.
Shalat Sunnah Rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat wajib, yang
mencakup dua rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat setelahnya, dua rakaat sebelum Ashar, dua rakaat
setelah Maghrib, dan dua rakaat atau empat rakaat setelah Isya. Rasulullah Saw bersabda:
“Di antara dua azan ada shalat.” [Diriwayatkan oleh Ad-Dar Quthny]
Ibadah sunnah memiliki berbagai fadhilah yang layak didapatkan seorang muslim, karena itulah ketika
seorang sahabat bertanya kepada Rasululllah Saw tentang bagaimana caranya agar bisa menemaninya di
surga, maka beliau menjawab:
“Bantulah diriku melalui dirimu dengan memperbanyak sujud.” [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad]
Anda bisa mengerjakannya shalat ini siang dan malam, tergantung waktunya; asalkan tidak
melakukannya dalam lima waktu berikut ini:
-Setelah Fajar sampai terbitnya matahari.
a-Shalat Tahiyyatul Mesjid. Rasulullah Saw bersabda, “Jikalau salah seorang di antara kalian memasuki
Mesjid, maka janganlah ia duduk sampai mengerjakan shalat sebanyak dua rakaat.” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari]
b-Shalat Dhuha. Allah Swt berfirman dalam hadits Qudsy, “Wahai adam Adam, ruku’lah kepada-MK
sebanyak empat rakaat di awal siang, maka Aku akan mencukupi di akkhirnya.” [Diriwayatkan oleh At-
Turmudzi]
c-Tarawih dibulan Ramadhan. Rasulullah Saw, “Barangsiapa yang beribadah di bulan Ramadhan dengan
keimanan dan mengharapkan pahala Allah Swt, maka diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
d-Shalat dua rakaat setelah wudhu’. Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah seorang muslim berwudhu’,
kemudian ia memperbagus wudhu’nya dan mengerjakan shalat, kecuali Allah Swt akan mengampuni
dosanya antara satu shalat dengan shalat lainnya.” [Diriwayatkan oleh Muslim]
e-Shalat dua rakaat setelah kembali dari perjalanan di Mesjid yang berada di wilayahnya. Kaab bin Malik
Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan, bahwa jikalau Rasulullah Saw kembali dari safarnya, maka beliau ke
Mesjid dan mengerjakan shalat dua rakaat. [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
f-Dua rakaat shalat Taubat. Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah seorang laki-laki melakukan suatu dosa,
kemudian ia bangkit dan bersuci, kemudian shalat sebanyak dua rakaat, kemudian memohon ampunan
Allah Swt, kecuali Dia akan mengampuninya.” [Diriwayatkan oleh At-Turmudzi]
g-Dua rakaat shalat Istikharah. Jikalau Anda dihadapkan pada berbagai pilihan, kemudian Anda ragu
menentukan pilihan yang benar, maka mohonlah petunjuk Allah Swt dengan shalat Istikharah.
h-Shalat Hajat. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian mengucurkan air
wudhu’nya dan shalat dua rakaat dengan sempurna, kecuali Allah Swt memberikan apa yang dimintanya,
baik segara maupun ditunda.” [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad]
i-Shalat Tasbih. Shalat ini dilakukan sebanyak empat rakaat, dan setiap rakaatnya membaca:
“Maha Suci Allah, segala puji bagi-Nya, tiada Tuhan melainkan diri-Nya, Dia Maha Besar.”
Bacalah lima belas kali setelah membaca Al-Fatihah dan surat atau ayat Al-Quran, kemudian sepuluh kali
ketika ruku’, sepuluh kali ketika I’tidal, sepuluh kali ketika sujud, sepuluh kali ketika berada di antara dua
sujud, ketika sujud baca lagi sepuluh kali, kemudian ketika duduk istirahah baca lagi sebanyak sepuluh
kali. Jadi, setiap rakaatnya membaca 75 kali.
j-Sujud syukur. Jikalau Anda mendapatkan kabar gembira, atau mendapatkan nikmat yang luar biasa,
maka bersujudlah kepada Allah Swt untuk menunjukkan rasa syukur Anda kepada-Nya.
k-Sujud Tilawah. Jikalau Anda mendengar ayat-ayat Sajadah dibacalah, maka Anda disunnahkan untuk
bersujud, kemudian bacalah:
ك اه أأسحأسهن اسلأخاَلمقمسيأن
صأرهه بمأحسولممه أوقهموتممه فأتأأباَأر أ أسأجأد أوسجمهأيِ لملممذيِ أخلأقأهه أو أ
صموأرهه أوأش م
ق أسسمأعهه أوبأ أ
“Wajahku bersujud kepada Zat yang menciptakannya dan membentuknya, membelah pendengarannya
dan penglihatannya dengan kekusaaan-Nya dan kekuatan-Nya. Maha Suci Allah Swt, sebaik-baik
pencipta.”
1)Hukumnya
Shalat dua hari raya itu hukumnya sunnah muakkad. Dalam Al-Quran Al-Karim dijelaskan:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu, dan berkorbanlah.” [Al-Kautsar: 1-2]
Waktunya dimulai semenjak naiknya matahari seukuran ujung tombak, sampai tergelincirnya. Jikalau
shalat Adha, maka disunnahkan memperpercepatnya agar kaum muslimin bisa segera berbuka dan
menyembelih hewan kurban. Sedangkan jikalau shalat Idul fithri, maka disunnahkan mengakhirkannya
agar mereka mendapatkan kesempatan membayar zakat fitrahnya.
b-Jikalau shalat Idul Fitri, maka disunnahkan makan terlebih dahulu sebelum berangkat ke Mesjid. Jikalau
shalat Idul Adha, maka disunnahkan berpuasa sampai selesai shalat.
c-Takbir pada malam hari raya. Dan jikalau Idul Adha, maka ia berlanjut sampai berakhirnya Hari Tasyriq.
d-Berangkat ke tempat shalat melewati satu jalan, dan pulang melewati jalan lainnya.
g-Jangan membebani diri untuk memperbanyak makanan, minuman dan hal-hal lainnya. Lakukanlah
segala sesuatunya dengan sederhana saja.
a-Mengumumkan kematiannya
c-Tidak boleh berkabung lebih dari tiga hari. Rasulullah Saw bersabda, “Tidak boleh berkabung terhadap
mayat lebih dari tiga hari, kecuali terhadap suami. Ia harus berkabung selama empat bulan sepuluh hari.”
[Diriwayatkan oleh Muslim]
d-Membayarkan hutangnya
e-Memandikannya. Jikalau tidak ada air, atau ada halangan syari lainnya, maka dimandikan.
f-Pasangan suami-istri boleh memandikan pasangannya, karena Rasulullah Saw berkata kepada ‘Aisyah
Radhiyallahu ‘Anha, “Jikalau engkau meninggal, maka saya akan memandikanmu dan mengafankanmu.”
[Diriwayatkan oleh Ibn Majah dan Imam Ahmad]
h-Menyolatkannya.
i-Mengantarkannya ke kuburan.
-Hendaklah membuat liang lahat di kubur tersebut. Namun jikalau membuat Syaqq (lubang kecil di
dalam kubur untuk tempat mayat), maka hukumnya boleh-boleh saja.
-Disunnahkan kepada orang yang hadir untuk membuat tiga gundulan tanah, kemudian memasukkannya
dengan tangannya ke dalam kubur.
-Hendaklah bagian kaki mayat di masukkan ke dalam kubur terlebih dahulu; jikalau memungkinkan,
kemudian dihadapkan ke arah kiblat dengan bertumpu pada sisi kanan badannya.
-Jikalau mayatnya perempuan, maka hendaklah mayatnya ditutup dengan kain ketika dimasukkan ke
dalam kubur.
g-Disunnahkan bertakziyah, yaitu menghibur keluarga yang ditinggalkan oleh mayat. Jangka waktunya
adalah tiga hari.
Zakat itu adalah salah satu kewajiban seorang muslim yang harus dikeluarkan dari hartanya, yaitu jikalau
telah sampai haul, nishab dan syarat-syarat lainnya. Dalam Al-Quran Al-Karim dijelaskan:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka.” [At-Taubah: 103]
“IsLam dibangun berpondasikan lima perkara: Syahadat bahawa tiada Tuhan melainkan Allah, dan
Muhammad adalah Rasulullah; mendirikan shalat; menunaikan zakat; berhaji ke Baitullah dan puasa di
bulan Ramadhan.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
Jikalau ada seorang muslim yang mengingkari kewajibannya, maka hukumnya kafir. Jikalau ia tidak
mengeluarkannya karena bakhil, maka ia berdosa dan dipaksa pengambilannya, kemudian ia diasingkan.
Jikalau ia membangkang dan mengajak berperang, maka perangilah sampai ia mau menjalankan
perintah Allah Swt.
1)Naqdan, yaitu emas dan perak. Masuk dalam kategori ini adalah barang perdagangan, Ma’adin (bahan
tambang), rikaz (harta yang disimpan dalam tanah) dan uang kertas. Dalam Al-Quran Al-Karim dijelaskan:
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” [At-Taubah: 34]
2)Binatang ternak, yaitu unta, sapi dan kambing. Allah Swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-
baik.” [Al-Baqarah: 67]
3)Biji-bijian yang mencakup kurma, zaitun dan zabib, maupun yang mencakup setiap yang disimpan dan
dikomsumsi, seperti gandum, padi dan sebagainya. Dalam Al-Quran Al-Karim dijelaskan:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik
dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” [Al-Baqarah: 267]
b-Harta yang belum mencapai nishabnya, kecuali jikalau pemiliknya ingin berbuat baik.
c-Buah-buahan dan sayur-sayuran
d-Perhiasan wanita jikalau tidak dimaksudkan sebagai perhiasaan alias digunakan sebagai tabungan.
f-Barang-barang yang tidak bertujuan untuk perdagangan, akan tetapi sebagai kemewahan seperti kuda.
Sedangkan pabrik, mobil dan sebagainya, maka tidak ada zakatnya karena tidak ada dalil yang
menunjukkannya.
a-Emas. Ia harus mencapai Haul dan Nishab, yaitu 20 dinar. Dan wajib mengeluarkan 2,5%nya, yaitu
setengah dinar. Dan perhitungan selanjutnya sesuai dengan kelipatannya.
b-Perak. Ia juga harus mencapai Haul dan Nishab, yaitu 200 dirham. Dan wajib mengeluarkan 2,5%nya
yang berjumlah 5 dirham. Dan perhitungan selanjutnya sesuai dengan kelipatannya.
c-Campuran emas dan perak. Barangsiapa yang memiliki emas, namun belum mencapai nishabnya. Dan
ia juga memiliki perak yang belum mencapai nishabnya. Namun jikalau keduanya digabungkan, maka
nishabnya tercapai. Dalam keadaan seperti ini, ia harus mengeluarkan zakatnya sesuai dengan
perhitungannya masing-masing.
d-Barang perdagangan, baik yang sedang diperdagangkan maupun yang disimpan. Jikalau barangnya
sedangkan diperdagangkan, maka ia harus disetarakan dulu dengan uang di setiap kali perhitungan haul.
Jikalau nishabnya telahs sampau, atau belum sampai kana tetapi ia memiliki uang lainnya, maka
dikeluarkan zakatnya 2,5%.
e-Hutang. Jikalau ada orang lain yang berhutang kepada Anda, dan Anda bisa saja mengambilnya
kapanpun Anda inginkan, maka Anda harus juga mengeluarkan zakatnya; jikalau haul dan nishabnya
sudah tercapai.
f-Rikaz, yaitu harta zaman jahiliyyah yang dipendam di dalam tanah. Jikalau Anda mendapatkannya,
maka Anda harus mengeluarkan seperlimanya kepada para faqir, miskin dan kegiatan-kegiatan sosial.
g-Barang tambang. Jikalau barang tambang itu adalah emas dan perak, kemudian jumlahnya sudah
mencapai nishab, maka ia harus dikeluarkan zakatnya; walaupun belum mencapai haulnya. Sedangkan
jikalau barang tambangnya selain keduanya, maka disunnahkan mengeluarkan 2,5%nya, karena tidak ada
dalil yang menunjukkan keharusan mengeluarkan zakatnya.
h-Harta yang bermamfaat. Jikalau ia adalah keuntungan perdagangan atau hasil dari binatang ternak,
maka zakatnya dikeluarkan dengan zakat aslinya, tidak perlu menghitung haulnya. Jikalau selainnya,
maka dilihat haul dan nishabnya.
2)Binatang ternak
a-Unta. Jikalau unta sudah mencapai haulnya dan nishabnya, maka wajib dikeluarkan zakatnya.
Nishabnya adalah lima ekor unta atau lebih.
b-Sapi. Juga disyaratkan terpenuhinya haul dan nishab, yaitu tiga puluh ekor sapi.
c-Kambing. Juga disyaratrkan terpenuhinya haul dan nishab, yaitu empat puluh ekor kambing.
3)Biji-bijian
Berkaitan dengan zakat biji-bijian, maka disyaratkan kematangannya. Nishabnya adalah lima Wasq, satu
Wasq itu sama dengan enam puluh sha’, dan satu sha’ sama dengan empat mud. Rasulullah Saw
bersabda:
“Hasil yang kurang dari lima Wasq, maka tidak ada sedekahnya (zakatnya).” [Diriwayatkan oleh An-Nasai]
Jikalau air yang mengaliri tempat bercocok tanam itu tanpa beban, seperti air hujan, mata air dan
sebagainya, maka kadarnya adalah sepersepuluh. Dan jikalau ada pengairannya, maka zakatnya setengah
dari sepersepuluh. Zakat lima Wasq adalah seperempat Wasq.
Ada delapan golongan yang berhak mendapatkan pembagian zakat. Ini sesuai dengan firman Allah Swt
dalam Al-Quran Al-Karim:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [At-Taubah: 60]
a)Faqir, yaitu orang yang tidak memiliki harta untuk memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan
keluarganya.
b)Miskin, yaitu orang yang keadaannya bisa jadi lebih parah dari orang fakir, dan bisa juga lebih lapang.
Hanya saja, kedua golongan ini disatukan oleh Allah Swt dalam berbagai hukumnya.
e)Memerdekakan budak. Misalnya, seorang muslim berstatus budak, kemudian ia dibeli dengan harta
zakat dan dimerdekakan di jalan Allah Swt. Atau ada seorang budak uang sedang berusaha
memerdekakan dirinya, kemudian ia masih kekurangan dana, maka ditutupi kekurangannya itu dengan
harta zakat agar bisa segera bebas.
f)Fi Sabilillah, yaitu amalan-amalan yang akan mengantarkan menuju keridhoan Allah Swt dan surga-Nya,
khususnya jihad meninggalkan kalimat-Nya.
g)Ibn Sabil, yaitu orang yang melakukan perjalanan jauh. Maka ia diberikan harta zakat untuk memenuhi
kebutuhannya sepanjang perjalanan.
1)Hukumnya
Zakat fithrah itu sunnah wajibah bagi setiap pribadi kaum muslimin. Ini sesuai dengan riwayat Abdullah
bin Umar Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Saw mewajibkan zakat fithrah di bulan Ramadhan
berupa satu sha’ kurma, atau satu sha’ gandum terhadap budak dan orang yang merdeka, laki-laki dan
perempuan, kecil dan dewasa dari kalangan kaum muslimin. [Diriwayatkan oleh An-Nasai]
Kadar zakat fithrah itu adalah satu sha’, yaitu empat Mud yang dikeluarkan dari makanan pokok
penduduk negeri. Ia bisa Anda keluarkan sebelum ditunaikan shalat Idul Fithri. Jikalau Anda
mengeluarkannya setelahnya, maka hukumnya sama dengan sedekah biasa saja.
Sedangkan mengenai orang yang berhak menerimanya, maka hal itu sama dengan yang lainnya, yaitu
delapan golongan yang disebutkan oleh Allah Swt dalam Al-Quran Al-Karim. Hanya saja, para fakir dan
miskin lebih diutamakan; sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:
“Cukupkanlah mereka dari meminta-minta pada hari ini.” [Diriwayatkan oleh AL-Baihaqy]
Secara bahasa, puasa itu artinya menahan. Menurut istilah, menahan diri dari makan, minum,
berhubungan badan dari terbitnya fajar sampat terbenamnya matahari dengan niat ibadah kepada Allah
Swt. Dalam Al-Quran Al-Karim dijelaskan:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [Al-Baqarah: 183]
1)Puasa Sunnah:
a-Puasa Arafah bagi orang yang tidak menunaikan haji. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang
berpuasa hari Arafah, maka diampuni dosanya selama dua tahun: yang dahulu dan yang akan datang.”
[Diriwayatkan oleh Imam Ahmad]
b-Puasa Asyura dan Tasu’a, yaitu puasa pada tanggal sembilan dan sepuluh bulan Muharram. Rasulullah
Saw bersabda, “Puasa Asyura’ menghapuskan dosa-dosa tahun sebelumnya.” [Diriwayatkan oleh Imam
Ahmad]
c-Enam hari di bulan Syawwal. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan
Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawwal, maka itu sama dengan puasa
sepanjang tahun.” [Diriwayatkan oleh Muslim]
f-Puasa Ayyam Al-Bidh, yaitu tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan Islamnya.
h-Puasa Daud, yaitu berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari berikutnya, atau selang-seling.
i-Puasa bujangan, yaitu puasa bagi yang belum mampu menikah. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw,
“Barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah, karena ia lebih menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kehormatan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka berpuasalah, karena
itu adalah benteng.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
a-Puasa pada hari raya, baik Idul Fithri maupun Idul Adha.
b-Puasa pada Hari Tasyriq, yaitu tiga hari setelah Idul Adha.
Berpuasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan Al-Quran, Sunnah dan Ijma’ kaum muslimin.
Allah Swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [Al-Baqarah: 183]
Rasulullah Saw bersabda, “Islam dibangun berpondasikan lima perkara: Syahadat bahwa tiada Tuhan
selain Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah; mendirikan shalat; menunaikan zakat; berhaji ke
Baitullah dan berpuasa di bulan Ramadhan.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
2)Hal-Hal yang dianjurkan selama bulan Ramadhan:
a-Sedekah. Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan.”
[Diriwayatkan oleh At-Turmudzi]
b-Qiyam Al-Lail. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang mendirikan Ramadhan dengan keimanan
dan mengharapkan pahala Allah Swt, maka diampuni dosa-dosanya.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari][
c-Tilawah, karena Rasulullah Saw memperbanyak membaca Al-Quran pada bulan Ramadhan.
d-I’tikaf, karena beliau selalu I’tikaf sepanjang hidupnya, terutama di sepuluh malam terakhir.
e-Umrah.
Ada dua cara untuk menentukan masuknya bulan Ramadhan: Pertama, dengan menyempurnakan bulan
Sya’ban sebanyak tiga puluh hari. Kedua, dengan melihat Hilal. Rasulullah Saw bersabda:
“Jikalau kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jikalau kalian melihatnya, maka ber-Idul Fithrilah. Jikalau
kalian ditutupi oleh awan, maka cukupkanlah bilangan sebanyak tiga puluh hari.” [Diriwayatkan oleh
Muslim]
Untuk menentukan bulan Ramadhan, cukup dengan persaksian satu orang yang adil, karena itulah yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Sedangkan untuk menentukan syawwal, maka dibutuhkan persaksikan
dua orang yang adil.
Point Kelima: Syarat puasa dan hukum orang yang tidak mampu melakukannya.
1)Syarat puasa
Orang yang akan berpuasa disyaratkan seseorang yang berakal dan baligh. Ini sesuai dengan sabda
Rasulullah Saw, “Hukum diangkat dari tiga orang: Orang gila sampai waras, orang tidur sampai bangun,
dan anak kecil sampai bermimpi.” [Diriwayatkan oleh Abu Daud]
2)Musafir. Jikalau Anda dalam perjalanan, maka Anda mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa.
3)Sakit. Jikalau Anda sakit dan tidak mampu berpuasa, maka berbukalah karena Anda mendapatkan
keringanan dari Allah Swt. Namun jikalau Anda mampu melakukannya, maka berpuasalah karena itu
lebih baik bagi Anda.
4)Orang yang tua renta. Jikalau Anda seseorang yang sudah tua-renta, dan tidak mampu lagi berpuasa,
maka Anda harus menggantikan setiap hari yang Anda tinggalkan dengan memberi makan orang miskin
sebanyak satu Mud.
5)Perempuan hamil dan menyusui. Jikalau Anda khawatir terhadap diri Anda sendiri atau anak Anda,
maka ada baiknya Anda berbuka saja. Kemudian gantikanlah/qadha’ pada hari-hari yang lainnya
sebanyak yang Anda tinggalkan. Dan jikalau Anda memiliki kelapangan rezki, maka berilah makan satu
Mud setiap harinya kepada orang miskin sesuai dengan jumlah hari puasa yang Anda tinggalkan.
1)Rukun puasa:
a-Niat. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang tidak menetapkan niat puasa sebelum fajar, maka
tidak ada puasa baginya.” [Diriwayatkan oleh An-Nasai]
b-Menahan diri dari hal-hal yang akan membatalkan puasa.
2)Sunnah puasa:
a-Menyegerakan berbuka. Rasulullah Saw bersabda, “Manusia akan selalu berada dalam kebaikan
selama ia menyegerakan berbuka.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
b-Berbuka dengan ruthab, atau kurma atau air. Makanan yang paling afdhal adalah yang pertama, dan
minimalnya adalah yang terakhir. Dan ketika berbuka dengan ketiga jenis ini, Anda disunnahkan memakai
bilangan ganjil. Misalnya, berbuka dengan tiga biji ruthab, atau lima biji kurma, dan sebagainya.
d-Sahur. Rasulullah Saw bersabda, “Sahurlah, karena di dalamnya ada berkah.” [Diriwayatkan oleh Al-
Bukahri]
b-Mencium istri.
e-Mencicipi makanan
h-Bekam.
Point Ketujuh: Hal-hal yang membatalkan puasa, dan yang dibolehkan bagi orang berpuasa
a-Masuknya zat cair ke kerongkongan melewati hidung, atau mata dan telinga, atau dubur dan kubul.
b-Sesuatu yang masuk ke dalam kerongkongan karena berlebih-lebihan dalam berkumur, Intinsyaq dan
selainnya.
c-Keluarnya mani karena terus-menerus melihat sesuatu yang memancing syahwat, atau terus-menerus
memikirkannya, atau mencium.
g-Barangsiapa yang makan dan minum karena lupa, kemudian ia ingat dan meneruskan keduanya karena
menyangka puasanya sudah batal.
h-Masuknya sesuatu yang bukan makanan atau minum ke kerongkongan melalui mulut.
j-Murtad.
c-Makan, minum dan berhubungan badan di malam hari, sampai ada kepastian terbitnya fajar.
f-Mengunyahkan makanan untuk anak kecil; asalkan ia tidak merasakannya, karena tidak ada yang
melakukannya kecuali dirinya, dan tidak sampai ke kerongkongannya.
Barangsiapa yang sengaja berhubungan badan dengan istrinya di siang hari bulan Ramadhan, maka ia
harus menjalankan kafarat yang ditetapkan oleh Allah Swt, yaitu memerdekakan budak, berpuasa selama
dua bulan berturut-turut, dan memberi makan enam puluh orang miskin. Kadar makanannya adalah satu
Mud makanan pokok untuk setiap orang miskinnya.
Haji hukumnya wajib bagi orang yang mampu melakukannya; sebagaimana dijelaskan oleh Allah Swt
dalam Al-Quran Al-Karim:
”Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah.” [Ali Imran: 97]
Kewajiban menjalankannya hanyalah sekali seumur hidup. Jikalau Anda melakukan lagi setelahnya, maka
itu masuk dalam kategori sunnah. Rasulullah Saw bersabda, “Haji itu hanyalah sekali. Barangsiapa yang
menambah, maka itu adalah sunnah.” [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad]
Berkaitan dengan Umrah, maka hukumnya adalah sunnah wajibah; sebagaimana firman-Nya dalam Al-
Quran Al-Karim:
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah.” [Al-Baqarah: 196]
1)Islam
2)Berakal
3)Baligh
4)Mampu melakukannya.
1)Ihram
a-Kewajiban Ihram:
-Ihram dari Miqat, yaitu tempat yang ditentukan oleh Syara’ sebagai tempat dimulainya Ihram.
b-Sunnah Ihram:
-Ihram dengan memakai pakaian dan selendang berwarna putih dan bersih.
-Ihram dilakukan setelah selesai mengerjakan shalat fardhu atau shalat sunnah.
-Memotong kuku, memendekkan kumis, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan.
-Berdoa dan bershalawat kepada Nabi Saw setiap kali selesai mengucapkan Talbiyah.
-Memendekkan rambut atau memotongnya, baik banyak maupun sedikit, baik rambut kepala maupun
rambut lainnya.
Jikalau Anda melakukan hal-hal di atas, maka Anda harus membayar Fidyah, yaitu berpuasa selama tiga
hari, atau memberi makan enam orang miskin sebanyak satu Mud setiap orangnya, atau menyembelih
domba.
-Melakukan perbuatan-perbuatan yang biasanya merupakan awalan dari berjima’, seperti mencium,
memeluk dan sebagainya.
Jikalau Anda melakukan ini, maka Anda harus membayar Dam, yaitu menyembelih seekor domba.
Jikalau Anda melakukanya, maka Anda harus menyembelih semisal dengan bintang buruan yang Anda
bunuh.
Jikalau Anda melakukannya, maka Anda harus bertaubat dan Istighfar. Ini juga dilakukan ketika
mengerjakan maksiat-maksiat lainnya, seperti ghibah, adu domba dan lain-lainnya.
-Jima’.
Jikalau Anda melakukannya, maka haji Anda batal, akan tetapi Anda harus tetap melanjutkan haji sampai
menyelesaikannya. Kemudian Anda juga harus membayar denda dengan menyembelih unta. Jikalau
tidak mendapatkannya, maka Anda harus berpuasa selama sepuluh hari. Dan pada tahun berikutnya,
Anda harus mengulangnya lagi.
2)Thawaf
a-Syaratnya:
-Niat
-Menutup aurat
-Thawaf dilakukan sebanyak tujuh kali. Dimulai dari Hajar Aswad, dan di akhiri disana juga.
b-Sunnahnya:
-Raml, yaitu mempercepat langkah ketika Thawaf, akan tetapi jarak setiap langkahnya berdekatan. Ini
disunnahkan bagi laki-laki, bukan perempuan.
-Ithtiba’, yaitu membuka bahu kanan dan menutup bahu kiri. Ini hanya disunnahkan ketika Thawaf
Qudum (Thawaf ketika sampai di Mekkah), dan hanya berlaku bagi laki-laki saja.
-Mencium Hajar Aswad ketika memulai Thawaf jikalau Anda bisa melakukannya. Jikalau tidak, maka
cukup dengan menyentuhnya dengan tangan atau memberi isyarat.
“Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, saya beriman kepada-Mu, membenarkan kitab-Mu,
menunaikan janji-Mu dan mengikuti sunnah Nabi-Mu, Muhammad Saw.”
-Berdoa ketika Thawaf dengan doa apa saja, tidak ada batasannya sama sekali. Hanya saja setiap kali
menyelesaikan Thawaf, Anda disunnahkan membaca:
أربمأناَ آتمأناَ مفيِ الددسنأياَ أحأسنأةد أومفيِ اسلمخأرمة أحأسنأةد أوقمأناَ أعأذا أ
ب المناَمر
“Ya Allah, berikanlah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat, serta jagalah kami dari azab
neraka.”
-Mengangkat tangan dan memberi isyarat (Istislam) ketika berpapasan dengan Rukun Yamany dan
mencium Hajar Aswad.
-Berdoa di Multazam ketika selesai mengerjakan Thawaf, yaitu tempat yang berada di antara pintu Kabah
dan Hajar Aswad.
-Shalat sebanyak dua rakaat setelah Thawaf di belakang Maqam Ibrahim, dengan membaca surat Al-
Kafirun di rakaat pertama, dan Al-Ikhlas di rakaat kedua.
-Meminum air Zam-zam.
-Kembali Istislam terhadap Hajar Aswad sebelum keluar menuju tempat Sa’i.
c-Adab:
-Tidak berbicara, kecuali dibutuhkan. Dan kalaupun harus berbicara, maka harus yang baik-baik saja
a-Syarat Sa’i
-Niat
-Tertib
-Muwalah
b-Sunnah Sa’i
-Khabab, yaitu mempercepat jalan di antara buki Shafa dan Marwah, yang merupakan tempat Nabi
Ismail berdiam diri ketika ibunya berusaha mencari air. Ini hanya disunnahkan bagi laki-laki, bukan
perempuan.
-Mengucapkan Allahu Akbar setiap kali mendaki Shafa dan Marwah, dan setiap kali berkeliling. Selain itu
juga mengucapkan:
“Tiada Rabb melainkan Allah Swt saja, tiada serikat bagi-Nya. Bagi-Nya kekuasan dan bagi-Nya segala
pujian. Dan Dia mampu melakukan segala sesuatu.”
“Tiada Rabb melainkan Allah semata. Dia menunaikan janji-Nya, membantu hamba-Nya, menguatkan
hamba-Nya dan menghancurkan berbagai kelompok sendirian.”
“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka Barangsiapa yang
beribadah haji ke Baitullah atau ber-‘umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara
keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka
sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha mengetahui.” [Al-Baqarah: 158]
-Menundukkan pandangan dari orang yang bukan Mahramnya dan menjaga lisannya.
-Jangan menyakiti orang lain yang sedang Sa’i, baik dengan perkataan maupun perbuatan.
-Merendahkan diri kepada Allah Swt dan menunjukkan rasa butuh kepada-Nya.
4)Wuquf di Arafah
a-Kewajibannya
-Berada di Arafah pada tanggal 9 Zul Hijjah setelah tergelincirnya matahari sampai terbenamnya
matahari.
-Mencukur rambut atau memotongnya setelah melempar Jumrah Aqabah pada hari raya.
-Bermalam di Mina pada hari kesebelas, kedua belas dan ketiga belas Zul Hijjah. Dan boleh juga selama
dua hari bagi siapa yang tergesa-gesa.
-Melempar tiga Jamarat setelah tergelincirnya matahari di setiap hari Tasyriq, atau di dua hari
pertamanya.
b-Sunnahnya
-Berangkat ke Mina pada hari Tarwiyah, yaitu hari kedelapan Zul Hijjah. Kemudian bermalam disana pada
malam kesembilan Zul Hijjah, dan tidak meninggalkannya kecuali setelah terbitnya matahari agar bisa
mengerjakan shalat lima waktu disana.
-Berada di Namirah setelah tergelincirnya matahari, mengerjakan shalat Zuhur dan Ashar secara Qashar
dan Jama’ bersama Imam.
-Mendatangi Arafah setelah menunaikan shalat Zuhur dan Ashar bersama Imam, serta melanjutkan zikir
dan doa di Arafah sampai terbenamnya matahri.
-Mengakhirkan shalat Maghrib sampai berada di Muzdalifah dan mengerjakan secara Jama’ bersama
shalat Isya dengan Jama’ Ta’khir.
-Berada di Masy’aril Haram, bukit Quzah dengan menghadap kiblat seraya berzikir dan berdoa, sampai
Isfar.
-Tertib antara melempar Jumrah Aqabah, menyembelih, bercukur dan Thawaf Ifadhah.
c-Adabnya
-Berangkat dari Mina pada pagi hari kesembilan Zul Hijjah menuju Namirah melalui jalan Dhabb.
-Mandi setelah tergelincirnya matahari untuk Wuquf di Arafah. Ini dilakukan semua orang yang
mengerjakan haji; walaupun sedang haid dan nifas.
-Berdiam diri di tempat Rasulullah Saw berdiam, yaitu sebuah batu besar yang berada di kaki Jabal
Rahmah.
-Memperbanyak Talbiyah ketika berada di jalan ke Mina, Arafah, Muzdalifah dan Mina, sampai berjalan
menuju Jamrah.
-Mengambil tujuh buah kerikil di Muzdalifah untuk melempar Jumrah Aqabah.
-Lansung menyembelih hewan kurban, atau menyaksikannya ketika disembelih seraya mengucapkan:
“Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, ini adalah dari-Mu dan untuk-Mu. Ya Allah, terimalah
dariku sebagaimana Engkau menerimanya dari Ibrahim, Khalil-Mu.”
-Memakai kurbannya.
-Mengucapkan Allahu Akbar dalam setiap kerikil yang dilemparkan dan mengucapkan:
“Ya Allah, jadikanlah haji ini haji yang mabrur, usaha yang disyukuri dan dosa yang diampuni.”
-Berdiam diri sejenak untuk berdoa setelah melempar Jumrah yang pertama dan kedua, tetapi tidak yang
ketiga, karena itulah yang dicontohkan oleh Rasullah Saw.
-Melempar Jumrah Aqabah seraya menghadap kiblat, Ka’bah di bagian kirinya dan Mina di bagian
kanannya.
Share this:
Klik untuk mengirim email pada teman(Membuka di jendela yang baru)Klik untuk mencetak(Membuka di
jendela yang baru)Click to share on Facebook(Membuka di jendela yang baru)Klik untuk berbagi pada
Twitter(Membuka di jendela yang baru)Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang
baru)Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)Klik untuk berbagi di
Linkedln(Membuka di jendela yang baru)Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru)
Terkait
dalam "Biografi"
« Sebelumnya
Berikutnya »
Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Komentar
Nama *
E-mail *
Situs Web
Blog di WordPress.com.
:)