Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Didalam pendidikan terdapat bermacam-macam alat penilaian yang dapat
dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan
terhadap anak didik.
Untuk melakukan evaluasi hasil mengajar dan belajar itu, seorang guru dapat
menggunakan dua macam tes, yaitu tes yang telah distandarakan (standardized test)
dan tes buatan guru sendiri (teacher-made test). Dengan alat pengukur berupa tes
tersebut, maka guru akan berhasil mengetahui adanya perbedaan antar peserta didik.
Suatu tes dapat disebut valid jika tes tersebut benar-benar mampu menilai apa
yang harus dinilai. Tes tersebut, jika digunakan dapat mencapai sesuai dengan tujuan
yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan kata lain, sebagai alat evaluasi, tes
tersebut merupakan alat yang jitu dan cermat karena telah mengalami try-out dan
perbaikan-perbaikan sehingga akhirnya merupakan tes standar.
Suatu tes disebut andal (dapat dipercaya) jika tes tersebut menunjukan
ketelitian dalam pengukuran. Salah satu alat penilaian kemapuan mengajar guru di
sekolah adalah kemampuan guru untuk melaksanakan evaluasi belajar siswa dalam
PBM yang dilaksanakan. Pada umumnya, evaluasi yang dilaksanakan berupa evaluasi
formatif, sumatif, dan remedial/her ( perbaikan).
Dengan mempertimbangakan prinsip dasar tes prestasi dan fungsinya dalam
evaluasi belajar siswa di sekolah maka jelas bahwa tes buatan guru yang digunakan
(formatif, sumatif, dan remedial/her) penting peranananya menentukan prestasi siswa,
keberhasialn PBM yang dikelola guru, program pengajran di sekolah dan sekaligus
menentukan mutu pendidikan. Karena itu, dalam membuat dan mengembangkan tes,
guru harus menyusunnya dengan baik. Dengan demikian mempertimbangkan hal itu
maka guru harus mengetahui kriteia tes yang baik, pedoman pengembanhan tes, dan
teknik pemberian skor.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan kali ini adalah
1. Apa pengertian evaluasi, menilai, dan pengukuran?
2. Bagaimana kedudukan tes, pengukuran, asesmen dan evaluasi?
3. Bagaimana prinsip penilaian?
4. Bagaimana pergeseran paradigma penilaian hasil belajar?
5. Apa saja jenis dan fungsi penilaian dalam pembelajaran?
6. Bagaimana pengadministrasian hasil evaluasi?
7. Apa yang dimaksud dengan program remedial?

1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pada pembahasan kali ini adalah:
1. Memahami pengertian evaluasi, menilai, dan pengukuran
2. Memahami kedudukan tes, pengukuran, asesmen dan evaluasi
3. Memahami prinsip penilaian
4. Memahami pergeseran paradigma penilaian hasil belajar
5. Memahami apa saja jenis dan fungsi penilaian dalam pembelajaran
6. Memahami pengadministrasian hasil evaluasi
7. Memahami apa yang dimaksud dengan program remedial

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Evaluasi, Menilai, dan Pengukuran

Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus
ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang
diperoleh dari evaluasi dapat dijadikn balikan (feed back) bagi guru dalam
memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran. Evaluasi
dapat juga dikatakan suatu proses untuk menggambarkan peserta didik dan
menimbangnya dari segi nilai dan arti. Proses dan hasil evaluasi sangat dipengaruhi
oleh beragam pengamatan, latar belakng dan pengalaman praktis evaluator itu sendiri.

Menilai atau penilaian merupakan ahli Bahasa dari istilah


assessment.depdikbud (1994) mengemukakan “penilaian adalah suatu kegiatan untuk
memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang
proses dan hasil yang telah dicapai siswa.” Kata “menyeluruh” mengandung arti
bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu
saja, tetapi mencakup aspek pengetahuan,keterampilan,sikap,dan nilai-
nilai.selanjutnya gronlund mengartikan “penilaian adalah suatu proses yang
sistematis dari pengumpulan,analisis dan interpretasi informasi atau data untuk
menentukan sejauh mana pesertaididik telah mencapai tujuan pembelajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis dan beresinambungan untuk mengumpulkan informasi
tentang proses dan hasil belajar pesertadidik sesuai dengan kriteria dan pertimbangan
tertentu.

Mengenai istilah pengukuran, dapat dikemukakan bahwa pengukuran adalah


suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Kata “sesuatu” bisa
berarti pesertadidik, guru, gedung sekolah, meja belajar, white board, dan sebagainya.

3
Dalam proses pengukuran, tentu guru harus menggunakan alat ukur (tes atau non tes).
Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang
tinggi.

2.2. Kedudukan Tes, Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi

Tes merupakam salah satu jenis alat ukur yang digunakan untuk menagih hasil
belajar siswa. Misalnya seorang guru telah melaksanakan tes IPS maka guru tersebut
akan memperoleh data hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tersebut. Data hasil
belajar siswa tersebut merupakan hasil pengukuran. Jadi untuk melakuakn
pengukluran guru perlu alat ukur. Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh
informasi hasil belajar dapat berupa tes atau non tes. Dari kumpulan data tersebut
guru akan dapat menarik kesimpulan tentang perkembang belajar IPS siswa. Kegiatan
inilah yang disebut dengan asesemen. Jadi untuk melakukan asesmen guru
memerlukan alat ukur, hasil pengukuran dan penyimpulan dari data-data hasil
pengukuran. Jika setelah selesai pembelajaran guru ingin melihat kembali peran
setiap komponen dalam program pembelajaran. Berdasarkan data-data yang diperoleh
dari setiap komponen kegiatan pembelajaran meka guru dapat menilai efektivitas
program pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut anda dapat menentukan
kedudukan tes, pengukuran, asesemen, dan evaluasi.

2.3. Prinsip Penilaian

BSNP(Badan Standar Nasional Pendidikan) adalah badan mandiri dan


independen yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan
mengevaluasi standar nasional pendidikan. BSNP berkedudukan di ibu kota wilayah
Negara Republik Indonesia yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri.

Prinsip penilaian menurut BSNP antara lain:

4
1. Mendidik, artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan
sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik.(dapat
memberikan umpan baik dan motivasi).
2. Terbuka atau transparan artinya bahwa prosedur penilaian, kriteria penilaian
ataupun dasar pengambilan keputusan harus disampaikan secara transparan dan
diketahui oleh pihak-pihak terkait secara objektif.
3. Menyeluruh artinya penilain hasil belajar yang dilakukan harus meliputi berbagai
aspek kompetensi yang akan dinilaiyang terdiri dari ranah pengetahuan kognitif,
keterampilan psikomotor, sikap, dan nilai afektif yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak.
4. Terpadu dengan pembelajaran artinya bahwa dalam melakukan penilaian
kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan kognitif, afektif, dan
psikomotor, sehingga penilaian tidak hanya dilakukan setelah siswa
menyelesaikan pokok bahasan tertentu, tetapi juga dalam proses pembelajaran.
5. Objektif artinya proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-
pengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilaian.
6. Sistematis yaitu penilaian harus dilakukan secara terencana dan bertahap serta
berkelanjutan untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar
siswa.
7. Berkesinambungan yaitu evaluasi harus dilakukan secara terus menerus
sepanjang rentang waktu pembelajaran.
8. Adil mengandung pengertian bahwa dalam proses penilaian tidak ada siswa yang
diuntungkan atau dirugikan berdasarkan latar belakang sosial ekonomi, agama,
budaya, bahasa, suku bangsa, warna kulit, dan gender.
9. Pelaksanaan penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu menggunakan kriteria
tertentu dalam menentukan kelulusan yang ditentukan sebelumnya.

2.4. Pergeseren, Paradigma Penilaian Hasil Belajar


Kita masih sering melihat di sekolah-sekolah, guru hanya menggunakan tes
sebagai satu-satunya alat ukur keberhasilan belajar siswa. Pada hal kalau dicermati

5
lebih lanjut, tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam GBPP ataupun dalam
Satuan Pembelajaran (SP) terdapat tujuan yang mengukur ranah afektif dan
psikomotor. Perbedaan tujuan pembelajaran yang akan diukur, membawa
konsekuensi pada perbedaan alat ukur yang digunakan. Tetapi pada kenyataannya
kita masih sering menemukan adanya mata pelajaran-mata pelajaran yang tujuan
pembelajarannya mengandung ranah afektif dan psikomotor tetapi pengukuran hasil
belajarnya hanya dilakukan dengan menggunakan tes.

Sebagai salah satu alat ukur hasil belajar siswa, tes mempunyai beberapa
kelemahan antara lain: (1) hampir semua jenis tes hanya dapat mengukur hasil belajar
dalam ranah kognitif dan keterampilan sederhana. Tes sangat sukar jika digunakan
untuk mengukur keterampilan yang kompleks dan sikap, (2) hasil tes sering dijadikan
sebagai satu-satunya indikator keberhasilan belajar siswa. Hasil tes sering dianggap
sebagai gambaran yang valid dari kemampuan dan pengetahuan siswa. Pada hal butir-
butir pertanyaan yang terdapat dalam tes tersebut hanya mengukur sebagian kecil dari
materi atau bahan yang telah dipelajari oleh siswa, (3) dalam pelaksanaannya, tes
selalu menimbulkan kecemasan pada diri peserta tes. Kecemasan dapat mengganggu
peserta tes untuk menunjukkan kemampuannya secara maksimal. Secara psikologis
kecemasan memang diperlukan agar peserta tes mampu menunjukkan hasil
maksimal.

Menyadari adanya kelemahan dan kelebihan dalam penilaian model


tradisional, yang hanya berorientasi pada hasil belajar saja, banyak ahli dan praktisi
pendidikan yang mencari alternative penilaian hasil belajar yang lebih utuh. Mereka
hanya mengikuti aliran ini menyatakan bahwa penguasaan siswa terhadap suatu
kompetensi tidak dapat diukur hanya pada hasil akhirnya saja tetapi proses belajar
bagaimana siswa sampai mampu menguasai suatu kompetensi merupakan faktor yang
sangat penting. Dengan demikian terjadi pergeseran paradigma dari penilaian yang
berorientasi pada hasil akhir saja dan ke penilaian yang berorientasi pada proses
pembelajaran dan hasil belajar.

6
2.5. Jenis dan Fungsi Penilaian dalam Pembelajaran

Dilihat dari pengertian, tujuan, fungsi, ruang lingkup, dan sistem


pembelajaran, maka pada hakikatnya pembelajaran adalah suatu program. Artinya
evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran. Sebagai suatu program, evaluasi
pembelajaran dibagi menjadi lima jenis, yaitu:

1. Evaluasi perencanaan dan pengembangan. Hasil evaluasi ini sangat diperlukan


untuk mendesain program pembelajaran dengan sasaran utamanya adalah
memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan program pembelajaran.
2. Evaluasi monitoring. Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah
program pembelajaran mencapai sasaran secara efektif dan apakah program
pembelajaran terlaksana sebagaimana mestinya.
3. Evaluasi dampak. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang
ditimbulkan oleh suatu program pembelajaran.
4. Evaluasi efisiensi-ekonomis. Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat
efisiensi pelaksanaan program pembelajaran.
5. Evaluasi program komprehensif. Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai
program pembelajaran secara menyeluruh, seperti perencanaan program,
pelaksanaan program, monitoring pelaksanaan, dampak program, tingkat
keefektifan dan efisiensi.

Dalam perspektif kurikulum, evaluasi dapat dibagi menjadi empat jenis,


yaitu evaluasi refklektif, evaluasi rencana, evaluasi proses, dan evaluasi hasil.
Evaluasi reflektif adalah jenis evaluasi yang mengkaji tentang ide yang
dikembangkan dan dijadikan landasan bagi kurikulum. Evaluasi rencana adalah
evaluasi yang digunakan ketika inovasi mulai diperkenalkan dalam pengembangan
kurikulum sebagai rencana menghasilkan format-format tertentu. Evaluasi proses
adalah suatu proses banyak menentukan keberhasilan kurikulum. Dan evaluasi hasil
adalah hasil belajar dalam pengertian pengetahuan yang bukan hanya berkenaan
dengan domain pengetahuan tetapi juga domain keterampilan dan sikap.

7
Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur
perkembangan belajar peserta didik, tes dapat dibedakan menjadi 7 golongan, yaitu:

a. Tes Penempatan

Pada umumnya penilaian penempatan dibuat sebagai prates (pretest). Tujuan


utamanya adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah memilik keterampilan-
keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program pembelajaran dan
sejauh mana peserta didik telah menguasi kompetensi dasar sebagaimana yang
tercantum dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan yang
pertama masalahnya berkaitan dengan kesiapan peserta didik menghadapi program
baru, sedangkan untuk tujuan yang kedua berkaitan dengan kesesuaian program
pembelajaran dengan kemampuan peserta didik.

Luas bahan prates (pretest) lebih terbatas dan tingkat kesukaran soalnya
relative rendah. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa prates digunakan untuk
menentukan apakah peserta didik telah memiliki pelajaran atau belum sama sekali.
Prates dibuat untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah menguasai materi
pelajaran atau memperoleh pengalaman belajar seperti tercantum dalam program
pembelajaran, dan sebenarnya tidak berbeda dengan tes hasil belajar.

b. Tes Seleksi

Tes seleksi sering sering dikenal dengan istilah “Ujian Saringan” atau “Ujian
Masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana
hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari
sekian banyak calon yang mengikuti tes.

Materi tes pada tes seleksi ini merupakan materi prasyarat untuk mengikuti
program pendidikan yang akan diikuti oleh calon. Sesuai dengan sifatnya, yaitu
menyeleksi atau melakukan penyaringan, maka materi tes seleksi terdiri atas butir-
butir soal yang cukup sulit, sehingga hanya calon-calon yang tergolong memiliki
kemampuan yang tinggi sajalah yang dimungkinkan dapat menjawab butir-butir soal

8
tes dengan betul. Tes seleksi dapat dilaksanakan secara lisan, secara tertulis, dengan
tes perbuatan, dan dapat pula dilaksanakan dengan mengkombinasikan ketiga jenis
tes tersebut secara serempak.

Sebagai tindak dari hasil tes seleksi, maka para calon yang dipandang
memenuhi batas persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan sebagai
peserta tes yang lulus dan dapat diterima sebagai siswa baru, sedangkan mereka yang
dipandang kurang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, dinyatakan tidak
lulus dan karenanya tidak dapat diterima sebagai siswa baru.

c. Tes Awal (Pre-test)

Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan
pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jadi tes awal
adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta
didik. Karena itu maka butir butir soalnya mudah.

Isi atau materi tes awal pada umumnya ditekankan pada bahan bahan penting
yang seharusnya sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik sebelum pelajaran
diberikan kepada mereka mereka. Contohnya sebelum siswa diberi pelajaran
matematika, terlebih dahulu dites pengetahuannya dalam hal perkalian pembagian,
pengkuadratan mencari akar dan sebagainya. Tes awal dapat dilaksanakan baik secara
tertulis atau secara lisan. Setelah tes awal itu berakhir maka tindak lanjutnya adalah :

a. Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan dalam tes sudah dikuasai
dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal
itu tidak akan diajarkan lagi,
b. Jika materi dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja maka yang
diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh peserta didik

9
d. Tes Akhir (Post-test)

Tes ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui apakah semua materi


pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh
peserta didik.

Isi atau materi tes akhir ini adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong
penting, yang telah diajarkan kepada para peserta didik, dan biasanya naskah tes
awal. Dengan cara demikian maka akan dapat diketahui apakah hasil tes akhir lebih
baik sama, ataukah lebih jelek dari pada hasil tes awal. Jika hasil tes akhir itu lebih
baik daripada tes awal, maka dapat diartikan bahwa program pengajaran telah
berjalan dan berhasil dengan Sebaik-baiknya.

Pemberian Pre-test yang dilaksanakan akan meningkatkan frekuensi latihan


terhadap pelajaran yang diberikan sehingga kesiapan siswa terhadap pelajaran dan tes
akhir lebih baik. Dari hasil Pre-test dan Post-test bisa dijadikan umpan balik yang
dapat meningkatkan motivasi siswa dan Pre-test dan Post-test juga berfungsi untuk
melihat sejauh mana keefektifan pengajaran dan nantinya hasil Pre-test akan
dibandingkan dengan hasil Post-test sehingga dapat diketahui apakah kegiatan belajar
mengajar berhasil baik atau tidak dan diharapkan pemahaman siswa lebih baik
terhadap materi yang diberikan dan memotivasi siswa untuk sungguh-sungguh dalam
memperhatikan pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

e. Tes Diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat,
jenis kesukaran yang di hadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran
tertentu. Tujuan dari tes diagnostik adalah ingin menemukan jawaban atas pertanyaan
"Apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar
atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?"

Tes jenis ini dapat dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis, perbuatan atau
kombinasi dari ketiganya. Sesuai dengan nama tes itu sendiri

10
(diagnose=pemeriksaan), maka hasil pemeriksaan itu menunjukkan bahwa tingkat
penguasaan peserta didik yang sedang "diperiksa" itu tampak rendah dan perlu di
bimbingan atau secra khusus dapat memperbaiki tingkat penguasaanya

Tes Diagnostik ditinjau dari fungsinya yaitu:

 Menentukan apakah bahan prasyarat telah dikuasai atau belum


 Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari
 Memisah-misahkan atau mengelompokkan siswa berdasar kemampuan dalam
menerima pelajaran yang akan dipelajari
 Menentukan kesulitan dan kegagalan belajar siswa dan menentukan terapinya.

f. Tes Formatif

Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah
sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan pengajaran
yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa istilah “formatif” itu berasal dari kata “form”
yang berarti “bentuk”.

Tes formatif ditinjau dari fungsinya yaitu sebagai umpan balik bagi siswa,
guru, maupun program untuk menilai pelaksanaan satu unit program.Tes ini biasa
dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran, yaitu dilaksanakan
pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau diselesaikan.
Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “Ulangan Harian”.

Materi dari tes formatif ini pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan
pelajaran yang telah diajarkan. Butir-butir soalnya terdiri atas butir-butir soal, baik
yang termasuk kategori mudah maupun yang termasuk kategori sukar.

Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif
adalah:

11
 Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran
dilanjutkan dengan pokok bahasan baru
 Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan
dengan pokok bahasan beru terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi
bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik.

Dari uraian tersebut diatas maka menjadi jelaslah bahwa tujuan dari tes formatif itu
adalah untuk memperbaiki tingkat penguasaan peserta didik sekaligus juga untuk
memperbaiki proses pembelajaran.

g. Tes Sumatif

Tes sumatif adalah test hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan
satuan program pengajaran selesai diberikan. Ditinjau dari fungsinya, tes ini
berfungsi untuk memberikan tanda kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu
program pengajaran dalam kurun waktu tertentu, dan menentukan posisi kemampuan
siswa dibandingkan dengan kawannya satu kelompok. Tes sumatif dilaksanakan
secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama, soal yang
dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umum-umumnya juga lebih sulit atau lebih
berat dari pada soal-soal tes formatif.

Tujuan dari tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan
keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam
jangka waktu tertentu.

 Kedudukan dari masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya


 Dapat atau tidaknya peserta didik untuk mengikuti program pengajaran
berikutnya
 Kemajuan peserta didik, yang diinformasikan dalam bentuk Rapor atau Surat
Tanda Tamat Belajar

12
2.6. Pengadministrasian Hasil Evaluasi

a) Pelaksana Evaluasi Program Administrasi


Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) adalah badan mandiri dan
independen yang bertugas mengembangkan memantau pelaksanaan dan
mengevaluasi Standar Nasional Pendidikan. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
(LPMP) adalah unit pelaksana teknis Departemen yang berkedudukan di Provinsi dan
bertugas untuk membantu Pemerintah Daerah dalam bentuk supervisi bimbingan,
arahan, dan saran.
b) Prosedur Pelaksanaan
Secara garis besar langkah-langkah yang ditempuh dalam evaluasi adalah:
1) Perencanaan Umum
 Tahap pertama, identifikasi tujuan
 Tahap kedua, menciptakan situasi yang kondusif
 Tahap ketiga, identifikasi hal-hal yang menjadi fokus program, meliputi
tujuan program yaitu meningkatkan kualitas, kuantitas, dan efisiensi
 Tahap keempat, mengadakan identifikasi terhadap indicator pencapaian
tujuan
 Tahap kelima, menentukan kriteria atau standar yang akan digunakan
untuk mengumpulkan data
 Menentukan garis besar laporan evaluasi (sistematika, jenis laporan,
alamat laporan, da nisi laporan)
2) Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan evaluasi administrasi kegiatannya serupa dengan
kegiatan penelitian pada umumnya. Persyaratan-persyaratan yang dituntut
menyangkut waktu, prosedur, dan pencatatan data sama dengan yang
dilakukan dalam kegiatan penelitian

13
3) Penyusunan Laporan
Di dalam laporan dicantumkan beberapa hal: Penjelasan tentang
pengertian-pengertian yang termuat dalam laporan, agar ada kesamaan
interprestasi antara penyusun dan pembaca laporan.

2.7. Program Remedial

Dalam kegiatan belajar mengajar menurut prinsip belajar tuntas, ada dua
kegiatan, yaitu kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan. Keduanya sama
pentingnya, akan tetapi berbeda tingkat kepentingannya. Jika kegiatan pengayaan
diperuntukkan pada siswa yang tidak mengalami kasus kesulitan atau kegagalan
belajar, maka sebaliknya, kegiatan perbaikan diperuntukkan pada siswa yang
mengalami kasus kesulitan atau kegagalan belajar. Sehingga apabila kedua tingkat
kepentingan tersebut dibandingkan, maka kegiatan pengajaran remediallah yang lebih
penting. Karena kegiatan ini menyangkut perbaikan yang mengarah pada tercapainya
prestasi belajar siswa di masa selanjutnya. Lebih khusus lagi berkaitan erat dengan
keberhasilan memahami suatu pelajaran yang diberikan kepada siswa yang gagal,
baik berupa perlakuan mengajar atau bimbingan dalam memecahkan kesulitan yang
dihadapinya.

Dari prinsip tersebut dapat diambil sebuah pengertian tentang program


remedial (remedial teaching) menurut Abd. Rahman Abror yang mengutip pendapat
Djumhur dan Moh. Surya adalah “bentuk pengajaran yang diberikan kepada seorang
murid untuk membantu kesulitan belajarnya.” Artinya, dalam proses belajar
mengajar, program/kegiatan perbaikan itu dirancang untuk membantu para siswa
yang mengalami kesulitan belajar, yang dengan bantuan tersebut mereka dapat
mencapai tingkat penguasaan materi pelajaran yang ditetapkan.

Diketahui bahwa program remedial merupakan bagian integral dengan


pengajaran yang direncanakan secara keseluruhan. Oleh karena itu, program remedial
ini tidak akan mungkin dilaksanakan tanpa melaksanakan komponen-komponen yang

14
lainnya. Menurut Hadirja Paraba tugas profesi guru meliputi; (1) Mengajar, yaitu
mentransfer pengetahuan dan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa; (2)
Mendidik, yaitu memberi contoh, tuntunan, petunjuk dan keteladanan yang dapat
diterapkan atau ditiru siswa dalam sikap dan prilaku yang baik; (3) Melatih, yaitu
membimbing, memberi contoh dan petunjuk-petunjuk praktis yang berkaitan dengan
gerakan, ucapan, dan perbuatan lainnya; (4) Menilai/mengevaluasi proses belajar
mengajar, yaitu untuk mengukur atau mengetahui tingkat keberhasilan proses belajar
mengajar di kelas.

Dengan melakukan tugas penilaian ini akan diketahui “apakah proses belajar
mengajar yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Pada prinsipnya, penilaian ini
merupakan kontrol terhadap penyelenggaraan pendidikan baik untuk meningkatkan
mutu ataupun untuk perbaikan proses belajar mengajar.” Ada beberapa bentuk
penilaian yang dapat digunakan guru sebagai pijakan untuk melaksanakan program
remedial, yaitu: (1) pre-test dan post-test, (2) penilaian pra-syarat, (3) penilaian
diagnostik, (4) penilaian formatif, (5) penilaian sumatif, dan (6) UAN/UNAS.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus
ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang
diperoleh dari evaluasi dapat dijadikn balikan (feed back) bagi guru dalam
memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran. Evaluasi
dapat juga dikatakan suatu proses untuk menggambarkan peserta didik dan
menimbangnya dari segi nilai dan arti. Proses dan hasil evaluasi sangat dipengaruhi
oleh beragam pengamatan, latar belakng dan pengalaman praktis evaluator itu sendiri.

Dilihat dari pengertian, tujuan, fungsi, ruang lingkup, dan sistem


pembelajaran, maka pada hakikatnya pembelajaran adalah suatu program. Artinya
evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran.

Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur
perkembangan belajar peserta didik, tes dapat dibedakan menjadi 7 golongan, yaitu
tes penempatan, tes seleksi, tes awal (pre-test), tes akhir (post-test), tes diagnostic, tes
formatif, dan tes sumatif yang dimana setiap tes memiliki fungsi dan tujuan berbeda-
beda.

3.2. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini pembaca, khusunya pendidik, atau calon
pendidik dapat memberikan perhatian lebih dalam hal yang berkaitan dengan
evaluasi sehingga seorang pendidik akan mempunyai dasar yang kuat dalam
melakukan penilaian terhadap siswanya. utamanya bagi pendidik ataupun calon
pendidik untuk lebih memperdalam pengetahuannya dalam hal evaluasi pembelajaran
dan menerapkan proses evaluasi tersebut secara benar dan tepat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Sudijono, Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Malawi, Dr. Ibadullah & Maruti, Sri Endang. (2016). Evaluasi Pendidikan. Jawa
Timur: CV. AE Media GravikaISBN: 978-602-71698-7-6
Buna’i. 2007. Program Remedial (Solusi Alternatif bagi Siswa yang Kesulitan
Belajar dalam UNAS). Tadris. 2(2) : 266-268.
Suryanto, Adi, dan Djatmiko, Tedjo. 2011. Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.

17

Anda mungkin juga menyukai