Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Histologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi jaringan pada hewan dan
tumbuhan. Histologi membahas fungsi dari jaringan yang menyusun setiap organ yang
mempunyai fungsi tertentu, dimana setiap organ yang telah tersusun akan membentuk
sistem kerja dari tubuh hewan ( Leeson, 1990 ).
Histologi bukan hanya mencakup pengetahuan mengenai jaringan, tetapi juga
berbagai sel dan sistem organ. Mempelajari histologi bukan hanya sebagai pelengkap
dalam mempelajari anatomi makroskopik, tetapi juga merupakan dasar struktural
mempelajari ilmu faal. Adanya hubungan antara struktur dan fungsi mungkin dapat
menerangkan mengapa ilmu histologi merupakan ilmu yangn menarik dan mudah
dipahami.
Sistem respirasi berperan untuk penyediaan oksigen untuk darah dan membuang
CO2. Sistem respirasi dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu bagian konduksi dan bagian
respirasi. Bagian konduksi meliputi rongga hidung, nasopharynx, larynx, trakea, bronkus
dan bronkiolus. Bagian ini berperan untuk menyediakan saluran di mana udara dapat
mengalir ke dan dari paru-paru, memelihara udara yang diinspirasi (dibersihkan, dibasahi
dan dihangatkan). Saluran respirasi terdapat tulang-tulang rawan, serabut elastin dan otot
polos untuk melaksanakan fungsi tersebut. Tulang rawan berperan sebagai penyokong
dinding bagian konduksi. Serabut-serabut elastin dapat menjamin fleksibilitas struktur
dan memungkinkan kembali ke bentuk semula setelah meregang. Berkas otot polos
terdapat pada lamina propria dan berperan untuk mengurangi diameter saluran berarti
mengatur aliran udara selama inspirasi dan ekspirasi (Anthony, 2002).
Sistem respirasi atau sistem pernapasan mencakup paru-paru dan sistem saluran
bercabang yang menghubungkan tempat pertukaran gas dengan lingkaran luar. Udara
digerakkan melalui paru oleh suatu mekanisme ventilasi, yang terdiri atas rongga toraks,
otot interkostal, diafragma, dan komponen elastis jaringan paru. Sistem respirasi atau
2

pernapasan biasanya dibagi menjadi struktur saluran nafas atas dan bawah. Secara
fungsional, struktur-struktur tersebut membentuk bagian konduksi sistem, yang terdiri
atas rongga hidung, nasofaring, larink, trakea, bronki (yun. Bronchos, pipa angin),
bronkiolus, dan bronkiolus terminalis, dan bagian respiratorik (tempat berlangsungnya
pertukaran gas), yang terdiri atas bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris, dan alveoli.
Alveoli merupakan struktur mirip kantong yang membentuk sejumlah besar bagian paru.
Alveoli adalah tempat utama bagi fungsi utama paru pertukaran O2 dan CO2 antara udara
yang dihirup dan darah (Luis, 2007).
Pada dasarnya jaringan dan organ biasanya terlalu tebal untuk transiluminasi. Pada
beberapa kasus, lembaran jaringan yang sangat tipis atau membran transparan hewan
hidup dapat diamati dengan mikroskop tanpa perlu mengiris terlebih dahulu. Kemudian
struktur ini dapat dipelajari untuk waktu yang lama dan dalam kondisi fisiologis dan
eksperimental yang berbeda – beda (Junqeira, 1998) Tata susunan makhluk hidup itu
begitu heterogen sifatnya sehingga tidak ada fiksasi tertentu yang bekerja secara sama
untuk semua bagian sel, jaringan ataupun organ. Metode fiksasi yang umum dipakai dalam
opekerjaan rutin laboratorium adalah fiksasi kimiawi. Unutk suatu jaringan yang tertentu,
peneliti akan memilih metode tertentu dengan metoda tertentu pula (Bevelander, 1988).
Membiasakan diri dengan alat dan metode dari setiap cabang ilmu adalah penting agar
dapat memahami subjek itu secara utuh. Prinsip dasar dalam melakukan pengamatan sel
ataupun jaringan perlu diketahui oleh mahasiswa seperti pengukuran, persiapan jaringan
untuk pengamatan dan mikroskopis. Praktikum Histologi Sistem Respirasi dan Sirkulasi
dilaksanakan karena kurangnya pengetahuan praktikan tentang histologi sistem respirasi
dan sirkulasi.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum tentang histologi pencernaan ini adalah agar praktikan
mampu memahami, menjelaskan tentang histologi sistem respirasi dan sirkulasi terutama
pada vertebrata.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem sirkulasi adalah penghubung antara lingkungan eksternal dan lingkugan cairan
internal tubuh. Sistem ini membawa nutrient dan gas ke semua sel, jaringan, organ, dan
sistem organ, serta membawa produk akhir metabolite keluar darinya. Komponen
penyusun dari sitem sirkulasi meliputi sistem kardiovaskular yaitu bagian dari sistem
sirkulasi. Sistem ini terdiri dari jantung, pembuluh darah (arteri, kapilar, dan vena) dan
darah yang mengalir didalamnya. Sistem limfatik merupakan bagian dari sistem sisrkulasi
dimana terdiri dari pembuluh limfe dan nodus yang terletak di dalam pembuluh limfe
besar (Sloane, 1994).
Sistem sirkulasi darah terdiri dari sistem pembuluh darah (blood vascular system)
dan sistem pembuluh limfa atau getah bening (lymph vascular system). Sistem pembuluh
darah terdiri atas jantung yang memompa darah, arteri yang membawa darah ke organ-
organ dan jaringan-jaringan, kapiler merupakan saluran kecil yang bernastosome dan
membelah diri untuk pertukaran sebagai zat antara darah dan jaringan serta vena yang
mengembalikan darah ke jantung (Dellmann, 1982). Darah merupakan media transport
dari sistem sirkulasi. Sifat paling utama dari sirkulasi adalah bahwa sirkulasi merupakan
lintasan yang kontiniu. Ini berarti apabila jumlah tertentu darah dipompa oleh jantung,
maka jumlah yang sama juga mengalir melalui setiap bagian sirkulasi (Junguira, 1980).
Setiap arteri memperlihatkan pola tata bentuk yang umum. Dinding arteri pada
umumnya terdiri atas tiga lapis atau tunica, yang paling dalam yaitu tunica intima
(ingterna) yang terdiri atas selapis sel endotel disebelah dalam, diluuarnya diliputi oleh
lapisan sub endotel yang merupakan jaringan ikat fibroelastis halus, dan yang paling luar
berupa sabuk serat elastis yang disebut membran elastica interna (Tunica elastica Internal)
yang mungkin tidak terdapat pada pembuluh yang lain (Leeson, 1990)
Lapisan tengah yaitu tunica media terutama terdiri atas sel otot polos yang tersusun
melingkar. Serat -serat elastin dan kolagen dalam jumlah yang beragam terselip diantara
sel-sel otot polos. Lapisan luar yaitu tunica adventitia terutama terdiri atas jaringan ikat
4

yang kebanyakan unsurnya tersusun sejajar sumbu panjang pembuluh (memanjang)


berbatasan dengan tunica media mungkin terdapat tunica elastica interna yang jelas. Tata
bangun dan ketebalan relatif dari setiap lapisan tergantung pada jenis dan ukuran
pembuluh (Leeson, 1990).
Arteri elastis besar intimanya lebih tebal dari lapisan yang sama pada arteri
muskular karena dilapisi oleh sel – sel endotel. Lamina elastica interna meskipun ada
mungkin tidak jelas. Vena terdiri dari Tunica intima yaitu sel endothelium - selnya pipih
selapis, subendothelium, jaringan ikat tipis langsung berhubungan dengan tunica
adventitia tidak terdapat Tunica media. Tunica adventitia merupakan jaringan ikat longgar
dengan serabut kolagen yang membentuk berkas-berkas longitudinal, sel fibroblast
tampak diantaranya. Sel – sel otot polos tampak pula (Cliff , 1976)
Vena biasanya digolongkan menjadi Venula yang ditandai oleh tunika intima yang
terdiri atas Sel endotel, tunika media tebal yang terdiri atas lapisan sel otot polos, dan
lapisan adventitia merupakan lapisan yang paling tebal terdiri atas jaringan penyambung
yang kaya akan serabut-serabut kolagen (Junqueira, 1998)
Jantung merupakan organ muskuler yang dapat berkontraksi secara ritmis dan
berfungsi memompa darah dalam sistem sirkulasi. Secara struktural dinding jantung
terdiri atas 3 lapisan (tunika) yaitu Endokardium terletak pada lapisan subendotel. Sebelah
dalam dibatasi oleh endotel. Endokardium tersusun atas jaringan penyambung jarang dan
banyak mengandung vena, syaraf (nervus), dan cabang-cabang sistem penghantar impuls.
Miokardium terdiri atas sel-sel otot jantung. Sel-sel otot jantung dibagi dalam 2
kelompok; sel-sel kontraktil dan sel-sel yang menimbulkan dan menghantarkan impuls
sehingga mengakibatkan denyut jantung.Epikardium merupakan membran serosa jantung,
membentuk batas viseral perikardium. Sebelah luar diliputi oleh epitel selapis gepeng
(mesotel). Jaringan adiposa yang umumnya meliputi jantung terkumpul dalam lapisan ini.
Katup-katup jantung terdiri atas bagian sentral yang terdiri atas jaringan fibrosa padat
menyerupai aponeurosis yang pada kedua permukaannya dibatasi oleh lapisan endotel
(Raven, 1986).
Dalam melaksanakan proses Metabolisme, oleh hewan dan manusia dibutuhkan
oksigen. Sistem respirasi berfungsi untuk mengambil oksigen dan membuang
5

karbondioksida, yang keduanya diangkut dari dan ke tubuh. Sistem pernafasan tersusun
atas organ pernafasan yang diawali dengan saluran pernafasan yang terdiri atas rongga
hidung, faring, laring, trakea, bronkus serta alveolus, pembuluh darah paru-paru,
pembuluh limfe paru-paru, dan pleura yang terhubung langsung dengan paru-paru.
Terdapat 6 macam epitel respirasi antara lain, Sel-sel epitel yang meliputi beberapa bentuk
antara lain epitel silindris berlapis semu dan bersilia, epitel kubus dan bersilia, epitel kubus
dan epitel gepeng, sel goblet, sel brush dengan banyak mikrovilli (reseptor sensoris), sel
basal (merupakan sel-sel generatif), sel granula , sel serosa dan mukosa pada kelenjar
mukus dan seromukus (Harjana, 2011)
Sistem pernapasan dibagi dalam dua bagian utama yaitu, bagian konduksi yang
terdiri dari rongga hidung, nasofaring, larink, trakea, bronkus dan bronkiolus. Bagian
kedua yaitu bagian respirasi (tempat berlangsungnya pertukaran gas), terdiri atas
bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveolus (Janqueira, 1998).
Rongga hidung terdiri atas 2 struktur yang berbeda yaitu Vestibulum adalah
bagian rongga hidung paling anterior yang melebar, kira-kira 1,5 cm dari lubang hidung.
Bagian ini dilapisi oleh epitel berlapis pipih yang mengalami keratinisasi, terdapat
rambut-rambut pendek dan tebal atau vibrissae dan terdapat banyak kelenjar minyak
(sebasea) dan kelenjar keringat. Fossa nasalis dibagi menjadi 2 ruang oleh tulang septum
nasalis. Dari masing-masing dinding lateral terdapat 3 penonjolan tulang yang dikenal
sebagai concha, yaitu concha superior, concha tengah dan concha inferior (Zorn, 2007).
Laring udara mengalir diantara kedua pita suara (rima glotidis) melalui ruang
krikoid ke trakea dan makanan berjalan melewati permukaan belakang krikoid kearah
lumen esofagus. Pada permukaan depan dan sepertiga atas sampai setengah permukaan
belakang epiglotis, lipatan ariepiglotika (tepi atas selaput kuadratus) dan pita suara,
epitelnya adalah berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Bagian laring selebihnya
mempunyai epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet, yaitu epitel khas untuk saluran
nafas. Pada pita suara lamina propria di bawah epitel berlapis gepeng itu padat dan terikat
erat dengan jaringan ikat ligamentum vocalis dibawahnya. Di dalam laring tidak ada
submukosa, tetapi lamina propria dan membran mukosanya tebal dan mengandung
banyak serat elastin (Lesson , 1990).
6

Lapisan-lapisan pada trakea meliputi lapisan mukosa, lapisan submukosa dan


lapisan tulang rawan trakeal dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa meliputi lapisan sel-
sel epitel respirasi dan lamina propria. Lamina proprianya banyak mengandung jaringan
ikat longgar dengan banyak serabut elastik, yang selanjutnya membentuk membran
elastik yang menghubungkan lapisan mukosa dan submukosa. Pada submukosa terdapat
kelenjar muko-serous yang mensekresikan sekretnya menuju sel-sel epitel (Thurlbeck,
1978).
Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia.
Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan
lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin). Pada lapisan adventitia terdapat
tulang rawan berupa lempeng-lempeng tulang rawan dan jaringan ikat longgar dengan
serabut elastin (Sobotta, 1985).
Histologi bronkiolus meliputi lapisan mukosa, submukosa dan adventitia. Lapisan
mukosa seperti pada bronkus, dengan sedikit sel goblet. Pada bronkiolus terminalis,
epitelnya kubus bersila dan mempunyai sel-sel Clara (dengan permukaan apical berbentuk
kubah yang menonjol ke dalam lumen). Pada lamina propria terdapat jaringan ikat
(terutama serabut elastin) dan otot polos. Pada bronkiolus tidak ada tulang rawan dan
kelenjar. Lapisan adventitia juga terdiri dari jaringan ikat elastin (Sobotta, 1985).
Saluran alveolaris dibatasi oleh lapisan epitel gepeng yang sangat tipis. Dalam
lamina propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin. Jaringan ikatnya
berupa serabut elastin dan kolagen. Saluran alveolaris bermuara pada atria (suatu ruang
yang terdiri dari dua atau lebih sakus alveolaris) (Harjana, 2011).
7

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai Histologi Sistem Respirasi dan Sirkulasi dilaksanakan pada Kamis,
1 November 2018 di Laboratorium Pendidikan II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah mikroskop, kamera dan alat tulis.
Bahan yang digunakan adalah preparat permanen faring, laring, trakea, BEP, BIP,
alveolus, cor, arteri, vena, pembuluh kapiler.

3.3 Cara Kerja

Pada praktikum histologi pencernaan ini, pertama diambil mikroskop setelah itu
diletakkan mikroskop di tempat yang datar. Setelah itu diletakkan preparat permanen pada
meja mikroskop, digunakan lensa dengan perbesaran terkecil setelah itu diperbesar, ganti
dengan preparat yang lain. Selanjutnya diamati dan digambar beserta keterangannya.
8

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Histologi Respirasi

4.1.1 Struktur Histologi Laring

A
a

c
d

(a) (b)

B
a

(a) (b)
Gambar 1. Struktur Histologi Laring; (A) Laring Epiglotis (elastis); (a) Hasil Pengamatan
Perbesaran 40x (b) Atlas Histologi (Keterangan: (a) tunica mucose, (b) hyalin
cartilago, (c) tunica submucose, (d) tunica adventitia) (B) Laring Cricoid; (a)
Hasil pengamatan perbesaran 40x (b) Atlas Histologi (Keterangan: (a) hyalin
cartilago, (b) tunica submucose).

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil preparat laring dengan
perbesaran 40x, laring terdiri dari laring epiglotis (elastis) dan laring crycoid (hyalin).
Tulang rawan pada laring hialin dan tulang rawan elastin, yaitu tulang rawan hialin yang
terdiri dari satu buah tulang rawan tiroid dan tulang rawan krikoid serta dua buah tulang
9

rawan aritenoid (pada ujung tulang rawan aritenoid merupakan tulang rawan elastis,
sedangkan bagian lain dari tulang rawan ini merupakan tulang rawan hialin).
Dari penampang melintang laring, terdapat lapisan yang menyusun yaitu terdiri dari
lapisan otot – otot polos terdapat lumen dibagian tengahnya yang merupakan lubang yang
disusun oleh lapisan lamina propria diluarnya. Dari Literatur yang ada, pada laring
sebenarnya ada 3 jenis cincin tulang rawan yang mneyusun laring (Leeson, 1990).
Menurut Gunarso (1979) Tulang rawan hialin sangat terbatas kemampuan
pemulihannya. Sel-selnya tergantung pada difusi nutrient dan oksigen yang harus
menempuh jarak lumayan melalui matriks. Jika aliran darah ke jaringan sekitar tulang
rawan berkurang, sel-selnya dapat mati. Tulang rawan itu ekmudian dimasuki pembuluh
darah dan fagosit dan matriksdiserap dan diganti oleh jaringan parut. Diduga bahwa
kondrosit menghasilkan sebuah factor yang secara khas menghambat masuknya pembuluh
darah. Ekstrak tulang rawan ternyata menekan vaskularisasi jarinagn yang umumnya
dipakai dalam studi percobaan angiogenesis. Faktor ini belum berhasil diisolasi dan
dipelajari.

4.1.2 Struktur Hitologi Trakea


a
e
b
c
d

(A) (B)
Gambar 2. Struktur Histologi Trakea; (A) Hasil Pengamatan Perbesaran 40x (B) Atlas
Histologi (Keterangan: (a) lumen, (b) perichondrium, (c) hyalin kartilago, (d)
adventitia, (e) submucosa).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil preparat trakea perbesaran
40x. Trakea terdiri atas epitel, perichondrium, hyalin kartilago, adventitia, dan
submucosa. Trakea merupakan saluran kaku yang menghubungkan laring dengan
10

bronkus pada paruparu. Trakea terdiri atas tiga lapisan utama, yaitu mukosa, submukosa
,dan tulang rawan hialin. Mukosa trakea dilapisi oleh epitel selapis silindris semu
bersilia dan bersel goblet, yang terletak pada lamina basal. Epitel trakea terletak diatas
jaringan ikat lamina propria. Permukaan trakea di lapisi oleh silia yang tidak selalu
tampakketika diamati dengan mikroskop. Lamina propria trakea mengandung serat
elastin longitudinal yang jelas. Lapisan submukosa berada tepat di bawah lamina propria.
Submukosa tersusun atas jaringan ikat longgar yang mengandung banyak kelenjar campur
seromukosa.
Menurut (Bevelander,1988) bahwa trakea terdiri dari mukosa, submukosa dan
suatu lapisan tulang rawan yang bersesuaian dengan muskularis pada saluran pencernaan.
Pada sebelah luar perokardium terdapat suatu lapisan fibrosa atau adventisia dari jaringan
penyambung yang berfusi dengan jaringan dari mediastinum dan lapisan yang serupa yang
membungkus esophargus. Lapisan ini biasanya rusak ketika diiris-iris. Mukosanya terdiri
dari suatu epitel torak-semu yang bersilia dengan sejumlah besar sel-sel piala yang
dibatasi oleh membrane dasar yang mencolok, yang merupakan bagian dari lamina propia,
yang terutama terdiri dari jaringan retikuler atau areoler yang mengandung banyak serat
elastik. Submukosa merupakan jaringan areoler. Ia mengandung sel – sel lemak,
pembuluh darah dan bagian-bagian sekresi dari kelenjar campuran, dengan beberapa unit
memperlihatkan bulan-sabit serosa yang mencolok.

4.1.3 Struktur Histologi BEP (Bronkus Ekstra Pulmonalis)

b
c

(A) (B)
Gambar 3. Struktur Histologi BEP; (A) Hasil Pengamatan Perbesaran 40x (B) Atlas
Histologi (Keterangan: (a) cartilago, (b) submucosa, (c) mucosa).
11

Berdasarkan prakikum yang telah dilakukan didapatkan hasil preparat BEP (Bronkus
Ekstrapulmonalis) perbesaran 40x. Histologi BEP terdiri dari yaitu epitel, kelenjar serous,
dan hyaline kartilago. Epitel merupakan lapisan terluar pada suatu jaringan, epitel torak
bersilia, kelenjar yang tersebar disekitar permukaan jarinagn dan lumen (ruang kosong).
Histologi bronkus ekstrapulmonal serupa dengan histologi trakea.
Penampang BEP diatas yang merupakan struktur jaringan dari penyusun bronkus.
Lubang putih yang terlihat pada penampang BEP merupakan cabang dari bronkus
(Bronkiolus). Lapisan terluar dari jaringan ikat yang dikelilingi oleh jaringan otot polos.
Lamina propria merupakan lapisan yang dikelilingi otot polos yang berada sebelah dalam
cabang dari bronkus ( Bronkiolus ). Epitel yang melapisi bronkiolus merupakan sel – sel
kubis. Pada pengamatan seharusnya kami bisa melihat saaccus alveolaris seperti yang
ditemukan pada literatur, tetapi karena peerbesaran mikroskop terlalu kecil, sehingga
praktikan tidak bisa melihatnya ( Leeson, 1990 ).

4.1.4 Struktur Histologi BIP (Bronkus Intra Pulmonalis)

a
b

(A) (B)
Gambar 4. Struktur Histologi Broncus Intra Pulmonalis; (A) Hasil Pengamatan
Perbesaran 100x (B) Atlas Histologi (Keterangan: (a) lumen, (b) mucosa).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan gambar preparat BIP (Bronkus
Intra Pulmonalis) perbesaran 400x. Berdasarkan Gambar 4. dapat dilihat bahwa histologi
BIP terdiri dari lumen, epitel, dan pembuluh darah. Sesuai dengan namanya Bronkus Intra
Pulmonalis terletak di dalam pulmo (paru-paru). Yang membedakan bronkus
intrapulmonalis dan bronkus eksrapulmonalis adalah ada tidaknya tulang rawan. bronkus
12

intrapulmonalis tidak memiliki tulang rawan, sedangkan bronkus ekstrapulmonalis


memilikinya.
Dinding bronkus intrapulmonal diidentifikasi oleh adanya lempeng tulang rawan
hialin. Bronkus juga dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersila dengan sel goblet.
Dinding bronkus intrapulmonal terdiri dari lamina propria yang tipis, lapisan tipis otot
polos, submukosa dengan kelenjar bronkialis, lempeng tulang rawan hialin, dan adventisia.
Ketika bronkus intrapulmonal bercabang menjadi bronkus yang lebih kecil
dan bronkiolus, ketinggian epitel dan tulang rawan di sekitar bronkus berkurang, sampai
kadangkala hanya ditemukan potongan kecil tulang rawan. Bronkus dengan diameter
kurang dari 1 mm tidak memiliki tulang rawan Di bronkiolus lumen dilapisi oleh epitel
bertingkat semu silindris bersilia dengan adakalanya ditemukan sel goblet. Lumen
menunjukkan lipatan mukosa akibat kontraksi Iapisan otot polos Kelenjar bronkialis dan
lempeng tulang rawan sudah tidak ada, dan bronkiolus dikelilingi oleh Adventisia
(Gunarso, 1979).

4.1.5 Struktur Histologi Alveolus

a
b

c d

Gambar 5. Struktur Histologi Alveoli; (A) Hasil Pengamatan Perbesaran 40x (B) Atlas
Histologi (Keterangan: (a) lumen, (b) BIP, (c) alveolar sact, (d) alveolar duct).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil preparat alveoli perbesaran
40x. Histologi alveoli terdiri atas epitel, alveoli, alveolar sact, dan alveolar duct. Paru-
paru dibungkus oleh selaput tipis yang disebut pleura. Semakin ke dalam akan ditemui
gelembung halus kecil yang disebut alveolus.
Struktur alveola terdiri dari saccus alveolus dan ductus alveolus. Saccus alveolus
adalah multikular yaitu sekelompok alveoli yang bermuara kedalam suatu ruangan pusat
13

dan sedikit lebih besar. Saccus alveolus dan alveoli terdapat jala – jala penyokong terdiri
dari serat – serat elastin dan serat retikulin. Di sekeliling muara ductus alveolus terdapat
banyak alveoli tunggal dan sakus alveolus sehingga membentuk jala – jala yang terdapat
pada gambar diatas (Leeson, 1990).

4.2 Histologi Sirkulasi

4.2.1 Struktur Histologi Cor

b
c

(A) (B)
Gambar 6. Struktur Histologi Cor; (A) Hasil Pengamatan Perbesaran 40x (B) Atlas
Histologi (Keterangan: (a) epikardium, (b) miokardium, (c) endokardium, (d) lumen).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil gambar preparat cor
perbesaran 40x. Berdasarkan Gambar 6. dapat dilihat bahwa histologi cor terdiri atas
epikardium, miokardium, dan endokardium. Epikardium merupakan lapisan terluar terdiri
dari endotel dan subendotel. Miokardium merupakan lapisan tengah yang tersusun atas sel
otot jantung. Endokardium merupakan lapisan paling dalam.
Jantung terbungkus oleh kantong perikardium yang terdiri dari 2 lembar yaitu,
lamina panistalis di sebelah luar, lamina viseralis yang menempel pada dinding jantung.
Jantung memiliki katup atrioventikuler (valvula bikuspidal) yang terdapat di antara
serambi dan bilik jantung yang berfungsi mencegah aliran dari bilik keserambi selama
sistol dan katup semilunaris (katup aorta dan pulmonalis) yang berfungsi mencegah aliran
balik dari aorta dan arteri pulmonalis kiri ke bilik selama diastole. Darah mengalir dalam
lengkung tertutup antara jantung dan jaringan. Arteri mengangkut darah dari jantung ke
seluruh tubuh. Arteriol mengatur jumlah darah yang mengalir ke setiap organ. Kapiler
14

adalah tempat pertukaran bahan yang sebenarnya antara darah dan jaringan di sekitarnya.
Vena mengembalikan darah dari jaringan ke jantung (Raharjo, 1990).

4.2.2 Struktur Histologi Aorta


a
b
c

(A) (B)
Gambar 8. Struktur Histologi Aorta; (A) Hasil Pengamatan Perbesaran 40x (B) Atlas
Histologi (Keterangan: (a) lumen, (b) tunica intima, (c) tunica media, (d)
tunica adventitia).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil arteri terdiri atas 3 lapisan,
yaitu tunika intima, tunika media, dan tunika adventitia. Tunika intima, merupakan lapisan
pada bagian dalam berupa endotelium yang terdiri atas sel-sel pipih dengan sumbu
panjang teroriantasi memanjang. Tunika media sendiri merupakan lapisan tengah yang
paling tebal sehingga menentukan karakter arteri yang terdiri atas sel-sel otot polos yang
teroriantasi melingkar. Sedangkan tunika adventitia merupakan lapisan luar dari
pembuluh. Lapisan ini terdiri atas fibroblas dan serat kolagen terkait, yang sebagian besar
cenderung memanjang.
Pembuluh arteri merupakan pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang
memiliki dinding tebal dan kaku. Pembuluh arteri bersifat elastic karena mempunyai
lapisan oto polos dan serabut elastic sehingga dapat berdenyut sebagai kompensasi
terhadap tekanan jantung pada saat sistol. Pembuluh arteri memiliki ukuran dan
ketebalan yang cukup besar karena fungsi dan kerjanyayang harus menahan tekanan dari
jantung sehingga darah keluar dari jantung danbias diedarkan ke seluruh bagian tubuh
(Raharjo, 1990).
15

4.2.3 Struktur Histologi Vena

b
c
d

(A) (B)
Gambar 8. Struktur Histologi Vena; (A) Hasil Pengamatan Perbesaran 100x (B) Atlas
Histologi (Keterangan: (a) lumen; (b) tunika intima; (c) tunika media (d) tunika
adventitia).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil preparat vena perbesaran
100x. Berdasarkan Gambar 8. dapat dilihat bahwa histologi vena terdiri atas tunika intima,
tunika media dan tunika adventisia. Dinding vena lebih tipis dari pada dinding arteri.
Dinding vena mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan bagian dalam yang terdiri dari
endothelium, lapisan tengah yang terdiri atas otot polos dengan serat elastis dan lapisan
paling luar yang terdiri atas jaringan ikat ditambah dengan serat elastis.
Pebuluh vena memiliki lapisan yang hampir serupa dengan arteri yaitu terdiri
dari jaringan epitel interna, jaringan ikat, jaringan otot polos, jaringan ikat, dan jaringan
epitel eksterna yang tersusun dari bagian dalam keluar setelah lumen, tetapi otot polos dan
serabut elastinnya lebih sedikit dan jaringan ikat fibrosanya lebih banyak. Pembuluh
darah vena merupakan pembuluh darah yang datang menuju serambi jantung
yang sifatnya tipis dan cukup elastis. vena memiliki katup yang terdapat disepanjang
pembuluh darah yang berperan untuk menc egah tidak kembali lagi ke sel atau
jaringan. Pembuluh vena bersifat elastin dan memiliki ukuran dan ketebalan
yang lebih kecil dibandingkan arteri karena kerja atau fungs inya yang
membawa darah kembali ke jantung (Raharjo, 1990).
16

4.2.4 Struktur Histologi Pembuluh Kapiler

a
b
c

(A) (B)
Gambar 9. Histologi Pembuluh Kapiler; (A) Hasil Pengamatan Perbesaran 40x (B) Atlas
Histologi (Keterangan: (a) tunika intima, (b) tunika media, (c) tunika
adventitia).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil gambar dari preparat
pembuluh kapiler perbesaran 40x. Beradasarkan Gambar 9. dapat dilihat bahwa histologi
pembuluh kapiler terdiri atas tunika intima, tunika media dan tunika adventisia. Kapiler,
yang berdinding tipis, berjari-jari kecil, dan bercabang-cabang secara ekstensif ini, ideal
untuk berfungsi sebagai tempat pertukaran antara darah dan jaringan di sekitarnya.
Pada pembuluh darah ditemukaan adanya sel yang disebut sel endotel. Sel ini
terletak di bagian dalam yang berhubungan langsung dengan rongga pembuluh darah. Sel
endotel berbentuk pipih. Makin besar diafragma kapilernya maka sel endotel akan makin
pendek dan lebar. Makin tepi makin tipis juga. Pada permukaan membrane selnya terdapat
suatu caveole atau vesikuler invagination. Caveole yaitu invaginasi kecil seperti lubang
atau percekungan membrane sel yang terbentuk selama pinositosis. Caveole ini bisa
mengerut membentuk vesikel bebas kecil yang terisi cairan dalam sitoplasma. Istilahnya
disebut pinositik vesicle (Tambayong, 1995).
17

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pada laring hyalin terdiri dari satu buah tulang rawan tiroid dan tulang rawan krikoid
serta dua buah tulang rawan arytenoid.
2. Pada laring elastis terdapat epitelium columnar, mukosa, dan kartilag elastis.
3. Pada trakea terdiri atas epitel, perichondrium, hyalin kartilago, adventitia, dan
submucosa.
4. Pada BIP (Bronkus Intra Pulmonalis) terdiri dari lumen, epitel, dan pembuluh darah.
5. Pada alveoli terdapat terdiri atas epitel, alveoli, alveolar sact, dan alveolar duct.
6. Pada BEP (Bronkus Extra Pulmonalis) terdiri dari yaitu epitel, kelenjar serous, dan
hyaline kartilago.
7. Pada jantung terdapat epicardium, myocardium, dan endocardium.
8. Pada arteri terdaat tunika adventitia, tunika media, tunika intima, dan lumen.
9. Pada vena terdapat tunika adventitia, tunika media, elastic interna, dan lumen.

5.2 Saran
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum histologi pencernaan ini yaitu seharusnya
praktikan mencari dan mempelajari dulu bagian seta bentuk dari lapisan pada histologi
sistem pencernaan supaya tidak menghasilkan gambar yang abstrak ketika menggambar.
Sebaiknya praktikan benar-benar melihat perbesaran pada preparat agar hasil yang didapat
sesuai dengan apa yang ada di literatur.
18

DAFTAR PUSTAKA

Anthony l.mescher. 2002. Histology dasar. Jakarta: EGC.


Bevelander, Gerrit dan Judith A. Ramaley. 1988. Dasar – Dasar Histologi Edisi
kedelapan. Jakarta : Erlangga.
Cliff, WJ. 1976. Blood Vessels. Cambridge : Cambridge University Press
Gunarso, Wisnu.1979. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
Harjana, Tri. 2011. Histologi Sistem Respirasi. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Junguira, LC dan Jose Carneiro.1980. Basic Histologi. California : Lange Medical
Publications.
Junqeira, L.C. & Jose Carneiro. 1998 . Histologi Dasar. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Lesson, C.Roland, Thomas S.Leeson dan Anthony A.Paparo . 1990. Buku Ajar
Histologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Luis, Carlos J., Jose, Carneiro. 2007. Histologi Dasar. Text & Atlas: EGC.
Raharjo. 1990. Dasar-Dasar Histologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Raven, P.H., and Johnson, G.B. 1986. Biology. Times Mirror/ Mosby College
Publishing.
Sloane , Ethel. 1994. Anatomy and Physiology. Sudbury : An Easy Learner. Jones and
Bartlett publisher, Inc.
Sobotta dan Hammersen, Frithjof. 1985. Histologi : Atlas Berwarna Anatomi
Miroskopik. Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC
Thurlbeck WM. 1978. The lung : Structure, Function, and Disease. California : William
& Wilkins
Zorn, Telma M.T. 2007. Basic Histology : Text & Atlas. Singapore :McGraw Hill-
Companies
19

Anda mungkin juga menyukai